MUSRIFIN, S.Pd
Perkembangan Masyarakat Indonesia
pada Masa Reformasi
A. Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru
Keberhasilan pemerintah orba dalam melaksanakan
pembangunan ekonomi merupakan suatu prestasi
bagi bangsa Indonesia. Namun keberhasilan ini kurang
diimbangi dengan pembangunan mental para
pelaksan pemerintahan, aparat keamanan maupun
pelaku ekonomi. Berakhirnya orba disebabkan oleh
beberapa faktor. Kebijakan politik dan ekonomi
cenderung bertujuan untuk memlihara kekuasaan.
Kebijakan-kebijakan tersebut memunculkan krisis di
berbagai kehidupan masyarakat.
Berikut Ini Berbagai Krisis yang Terjadi Pada
Masa Orba
tidak lagi dicalonkan dan mencalonkan diri sebagai Presiden. Pada pemilu tahun
1997 kembali dimenangkan oleh Golkar dan menclonkan kembali Soeharto
sebagai Presiden. Dengan terpilihnya kembali Soeharto ternyata tidak
menimbulkan dampak positif bagi perekonomian Indonesia,bahkan
memperparah gejolak krisis dan muncul silih berganti aksi mahasiswa yang
menyuarakan tuntutan gerakan reformasi. Pada Mei 1998,para mahasiswa dari
berbagai daerah mulai bergerak menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan
yang menuntut turunnya harga sembako, penghapusn KKN, dan Soehrto turun
dari kursi kepresidenan.
Puncaknya padatanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti
dalam aksi unjuk rasa mahasiswa, terjadi bentrokan dengan
aparat keamanan yang menyebabkan tertembaknya empat
mahasiswa hingga meninggal,serta puluhan mahasiswa lainnya
mengalami luka-luka. Keempat mahasiswa yang meninggal
tersebut kemudian diberi gelar sebagai pahlawan reformasi.
Pada tanggal 8 mei 1998 seorang mahasiswa dari Yogyakarta
bernama Moses Gatotkaca juga tewas dalam sebuah bentrokan
dengan aparat keamanan sewaktu melakukan aksi menuntut
mundurnya Presiden Soeharto. Sebagai dampak dari peristiwa
berdarah Tragedi Trisakti, pada tanggal 13-14 Mei 1998 di
Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan
penjarahan yang mengakibatkan lumpuhnya kegiatan
masyarakat.
Setelah peristiwa Trisakti dan kerusuhan massa
tersebut,muncul gerakan mahasiswa yang berpusat di Jakarta
untuk mulai melakukan aksi yang lebih besar. Para mahasiswa
mengarahkan perhatian utama kepada wakil-wakil rakyat di
DPR/MPR Republik Indonesia. Kemudian mahasiswa
berdatangan ke gedung DPR/MPR RI dan menuntut agar segera
dilakukan Sidang Istimewa (SI) MPR dan pencabutan mandat
MPR kepada Presiden Soeharto. Kelompok-kelompok
mahasiswa sejak tanggal 18 mei dari berbagai universitas
berdatangan untuk menduduki Gedung DPR/MPR Republik
Indonesia. Keputusan untuk menggelar SI MPR ini merupakan
puncak aspirasi mahasiswa yang juga mewakili rakyat Indonesia
untuk menurunkan Soeharto dari kursi kepresidenan yang
telah dijabatnya selama 32tahun.
Pada tanggal 19 mei 1998,Presiden Soeharto mengundang
sembilan tokoh masyarakat ke Istana Negara,yaitu Nurcholis
Madjid, Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Nadjib, Alie Yafie,
Malik Fajar, Choilil Baidlowi, Sutrisno Muhdam, Maaruf Amin,
dan Ahmad Bagdja. Selain itu hadir pula Yusril Ihza
Mahendra,Sekretaris Militer Presiden Mayjen. Jasril Jakub dan
ajudan presiden. Agendanya adlah membahas segala
kemungkinan penanganan krisis negara. Dalam pertemuan
dicapai kesepakatan untuk membentuk suatu badan yang
dinamakan Komite Reformasi yang bertugas untuk
menyelesaikan UU Kepartaian, UU Pemilu, UU Susunan dan
Kedudukan MPR/DPR serta DPRD, UU Antimonopoli, UU
Antikorupsi dan lain-lain. Dalam pertemuan tersebut, juga
disepakati bahwa Presiden Soeharto akan melakukan reshuffle
Kabinet Pembangunan VII dan mengubah nama susunan
kabinet menjadi Kabinet Reformasi.
Tanggal 20 Mei 1998 di Gedug MPR/DPR telah penuh oleh mahasiswa dari
berbagai elemen. Tokoh masyarakat seperti Amien Rais dan Emil Salim
menyatakan kekecewaan dengan keputusan Presiden Soeharto tersebut.
Penyebabnya adalah Presiden Soeharto meminta pemberian waktu 6bulan
untuk menggelar pemilu secara konstitusional. Emil salim melalui Gema
Madani menyerukan agar Presiden Soeharto melaksanakan niatnya untuk
turun dari tahta kekuasaan, kekuatan mahasiswa semakin kuat dan solid di
gedung MPR/DPR. Aksi tersebut juga dihadiri oleh banyak tokoh masyarakat
dan tokoh seni Indonesia dan itu secara sporadis memunculkan dukungan
moral dari seluruh elemen bangsa. Tanggal 20 Mei 1998, menteri luar negeri
AmerikaSerikat Madeleine Albright secara nyata memberikn pernyataan
yang meminta Presiden Soeharto untuk segera mundur. Empat belas
menteri yang berada di bawah koordinasi Menko. Ekuin. Ginanjar
Kartasasmita,pada tnggal 20 Mmei 1998 pukul 14.30 WIB menytakan
penolakannya untuk dicalonkan kembli di dalam Kabinet Reformasi.
Pada pukul 16.45 WIB, terjadi pertemuan antara perwakilan mahasiswa dan
pimpinan MPR/DPR di lantai 3 Gedung MPR/DPR. Dalam prtemuan
tersebut, mahasiswa memberikan batas waktu pengunduran Soeharto
hingga hari Jumat, 22 Mi 1998. apabila tidak ada kepastian lebih
lanjut,maka pada Senin tanggal 25 Mei 1998 pimpinan DPR akan
mempersiapkan Sidang Istimewa MPR. Puncak aksi di Gedung MPR/DPR
pada tanggal 21 Mei 1998. presiden Soeharto mengumumkan pengunduran
dirinya dari posisi presiden Republik Indonesia. Dengan disaksikan oleh
ketua dan anggota Mahkamah Agung, di Credential Room Istana Negara
Jakarta Soeharto mengakhiri jabatannya sebagai Presiden selama 32 tahun.
Naskah pengunduran diri soeharto ditulis oleh yusril ihza mahendra yang
berjudul pernyataan berhenti sabagai presiden republik indonesia. Sesuai
dengan pasal 8 UUD 1945 yang berbunyi jika presiden
mangkat,berhenti,diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya,ia digantikan oleh wakil presiden sampai habis masa
jabatannya. Maka setelah pengunduran diri Soeharto,Mahkamah Agung
langsung melantik Wakil Presidn Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai
presiden Republik Indonesia yang baru. Sejak saat itu, presiden RI yang ke 3
dijabat oleh B.J. Habibie. Momentum turunnya Soeharto pada tanggal 21
1998 tersebut mengakhiri pemerintahan Orde Baru yang telah berkuasa
selama 32 tahun.
C. Perkembangan Politik dan Pemerintahan Setelah tanggal
21 Mei 1998