Anda di halaman 1dari 9

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 8, No.

1 Tahun 2020

FAKTOR KETERLIBATAN PARTISIPAN PADA KERUSUHAN DERMODJOJO DI


AFDEELING BERBEK 1907: TINJAUAN PERILAKU KOLEKTIF

Dodik Prayogi
Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakutas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email: dodikpray@gmail.com

Sri Mastuti Purwaningsih


Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Perilaku kolektif dipergunakan sebagai suatu pendekatan dalam melihat fenomena gerakan sosial lama.
Masyarakat lokal-tradisional merupakan subjek yang selalu terlibat dalam gerakan sosial tersebut. Gerakan sosial
yang sifatnya sementara, spontan, serta mengabaikan aspek rasional, telah memberikan dugaan baru mengenai
mengapa masyarakat lokal-tradisional selalu terlibat. Akan tetapi, apabila dicermati lebih jauh, tidak keseluruhan
peristiwa gerakan sosial sosial selama periode kolonial termasuk sebagai upaya “pemberontakan”. Tidak jarang
gerakan tersebut hanya bersifat kerusuhan, bukan merupakan pemberontakan yang benar-benar ditujukan untuk
menolak kesewenang-wenangan pemerintah kolonial. Gerakan sosial memiliki berbagai motif yang perlu
didalami, terlebih dalam hal keterlibatan masyarakat tradisional, sebagai sekumpulan individu yang selalu
dilibatkan di dalamnya. Daerah-daerah pedesaan yang sarat akan tradisionalitas serta solidaritas yang kuat, seolah
menjadi basis perlawanan. Basis-basis tersebut menjadi titik perlawanan, sekali lagi ditunjang dengan keberadaan
tokoh agama sebagai inisiator. Darmodjojo sebagai seorang guru agama turut menjadi sosok yang memicu
meledaknya perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Tidak dapat dipungkiri peranan seorang tokoh
agama yang dianggap panutan dan teladan hidup umat beragama, telah membawa corak khusus dalam fenomena
pergolakan sosial. Semangat religius dalam perlawanan tersebut tercerminkan lewat simbol-simbol kepercayaan
dan kedekatan dengan tokoh agama. Pendekatan perilaku kolektif dalam menganalisis suatu gerakan sosial,
dimuali dengan memahami latar belakang masyarakat. Kedudukan sosial, adat maupun tradisi, keyakinan,
ekonomi, hingga pendidikan adalah beberapa faktor yang penting untuk dikorelasikan. Selain itu, bagaimana
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemimpin gerakan turut membantu bagaimana mulanya suatu masa dapat
terkonsentrasi. Mobilisasi menjelang gerakan, berjalannya gerakan, hingga hasil akhir sebagai tahapan-tahapan
selanjutnya, melengkapi penelitian guna mencari sebab-sebab unik keterlibatan kelompok masyarakat tradisional.

Kata Kunci: Kerusuhan Darmodjojo, perilaku kolektif

Abstract
Collective behavior is used as an approach in looking at the phenomena of old social movements. Local-traditional
society is a subject that is always involved in these social movements. Social movements that are temporary,
spontaneous, and ignore the rational aspects, have given new suspicions about why local-traditional communities
are always involved. However, when examined further, not all the events of social social movements during the
colonial period were included as an "uprising" attempt. Not infrequently the movement was only a riot, not a
rebellion that was really intended to reject the arbitrariness of the colonial government. Social movements have
a variety of motives that need to be explored, especially in terms of traditional community involvement, as a group
of individuals who are always involved in it. Rural areas which are full of traditionality and strong solidarity,
seem to be the basis of resistance. These bases became a point of resistance, again supported by the presence of
religious leaders as initiators. Darmodjojo as a religious teacher also became a figure who triggered the outbreak
of resistance against the Dutch colonial government. It is undeniable that the role of a religious figure who is
considered a role model and role model of religious life, has brought a special feature in the phenomenon of
social upheaval. The religious spirit in the resistance is reflected through symbols of belief and closeness to
religious leaders. The approach to collective behavior in analyzing a social movement, begins by understanding
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 8, No. 1 Tahun 2020

the community's background. Social position, customs and traditions, beliefs, economics, and education are some
important factors to be correlated. In addition, how the efforts made by movement leaders help how the beginning
of a period can be concentrated. Mobilization ahead of the movement, the movement of the movement, until the
final result as the next stages, completes the research to find the unique causes of involvement of traditional
community groups.

Keyword : Darmodjojo’s resistance, collective behaviour

PENDAHULUAN
akibat perubahan sosial, terjadi dalam masyarakat
A. Latar Belakang yang mengalami “ledakan” ekonomi berupa krisis,
hingga konflik kerusuhan antar golongan. Tidak
Perilaku kolektif telah meliputi sebagian
terkecuali pula gerakan-gerakan bernuansa lokal
besar kehidupan masyarakat sipil, membawanya ke
tradisional.
dalam peristiwa-peristiwa yang dramatis, rusuh,
Masyarakat memiliki seperangkat struktur
hingga kegilaan.1 Ahli-ahli sosiologi dan psikologi
sosial yang mengatur hubungan para pemilik status
sosial telah banyak mencoba mengutarakan mengenai
dan peran, sehingga agenda bersama dapat senantiasa
apa yang dimaksud dengan ”perilaku kolektif” secara
berjalan. Masyarakat homogen memiliki golongan-
objektif. Perilaku kolektif kemudian dianggap dekat
golongan tertentu semacam tetua adat atau sesepuh,
dengan istilah fickle (berubah-ubah), irrasional,
yang memegang peranan, dan mampu menggerakan
spontan, dan tidak terantisipasi.2 Apa sebenarnya
anggota masyarakat lainnya. Masyarakat heterogen
perilaku kolektif? Apakah perilaku kolektif berbeda
sekalipun, pada dasarnya dapat digerakkan dengan
dari kegiatan-kegiatan ceremonial biasa?
mempergunakan simbol-simbol maupun nilai-nilai
Pengakuan mengenai tahta atau kekuasaan
vital yang diakui bersama. Mahasiswa, dalam beberapa
tertentu yang diutarakan oleh seorang pemuka atau
kesempatan membuktikan hal tersebut. Dalam
tetua kelompok, menjadi contoh yang dalam beberapa
episode-episode gerakan revolusioner, mahasiswa
waktu dekat mudah ditengok. Gerakan demikian
kiranya menjadi garda depan yang menginisiasi ide-ide
muncul secara spontan dan tanpa terantisipasi
perlawanan terhadap otoritarianisme Orde Baru,
mewabah hingga melibatkan banyak partisipan di
hingga pengawalan terhadap produk-produk legislatif
dalamnya. Gerakan yang dalam konteks modern
dewasa ini. Gambaran-gambaran tersebut selangkah
semestinya tidak lagi terjadi (gerakan tersebut masuk
demi selangkah membukakan jalan dalam memahami
dalam kategori old social movement), di luar pikiran
lebih jauh perilaku kolektif itu sendiri.
masyarakat modern justru muncul di beberapa tempat
Peristiwa-peristiwa demikian bukanlah hal
tanpa diketahui asal-muasalnya.
yang baru saja muncul, tetapi telah ada sejak era-era
Perilaku kolektif berbeda dengan perilaku
sebelumnya. Dalam sejarah panjang kolonialisme di
kelompok. Perbedaan tersebut dapat ditandai oleh
Indonesia misalnya, telah begitu banyak terjadi upaya-
beberapa kriteria, di antaranya; 1) Perilaku kolektif
upaya kolektif yang menentang pemerintah kolonial.
bersifat sementara, 2) Perilaku kolektif merupakan
Sistem sosial, ekonomi dan politik yang serba Eropa-
tanggapan dari permasalahan tertentu, serta 3) Tidak
sentris, telah memicu pemberontakan yang dilakukan
melibatkan keseluruhan anggota masyarakat. Perilaku
oleh masyarakat setempat. Pemberontakan tersebut
kolektif dengan demikian dapat dikatakan berlangsung
pada umumnya didasari oleh sebab-sebab
secara temporer dan tidak memerlukan suatu hierarki
ketertindasan, ketidakadilan dan kesewenang-
kekuasaan secara formal.3
wenangan yang berskala lokal.
Perilaku kolektif perlu dipahami secara hati-
Persoalan kepercayaan atau belief, sementara
hati. Kendatipun kegilaan, kepanikan maupun
itu juga dapat menjelaskan bagaimana corak
kerusuhan adalah hal yang mengejutkan, fenomena-
perlawanan masyarakat tertentu dalam skala kecil.
fenomena tersebut muncul dengan standart atau
Kelompok lokal kedaerahan yang memiliki kedekatan
ketentuan tertentu. Perilaku kolektif berciri kepanikan
emosional-historis dimungkinkan memiliki kesamaan
sebagai respon kekacauan sistem, perilaku kolektif
kepercayaan secara turun-temurun. Sehingga individu
menjangkit masyarakat yang dilanda mode-mode baru

1 Neil J. Smelser. (1962). “Theory of Collective 2 Neil J. Smelser, Loc. Cit


Behaviour”. California; University of Berkeley, hlm 1 3 Neil J. Smelser, Ibid, hlm 3
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 8, No. 1 Tahun 2020

dalam kelompok tersebut sudah tentu memiliki ikatan tertentu oleh Dermodjojo. Sedangkan murid yang
yang kuat. Peristiwa-peristiwa kerusuhan yang dimaksud, adalah santri yang menimba ilmu kepada
mewarnai Jawa dalam rentang akhir abad ke-19 hingga Dermodjojo di rumahnya.
awal abad ke-20, adalah sebagian di antaranya. Berasal dari keluarga sederhana daan bukan
Gerakan keagamaan Kyai Aminah di keturunan bangsawan, mengakibatkan sewaktu muda
Curahwelut, Kaliwening, Rambipuji, Jember; gerakan Dermodjojo tidak pernah mendapat pendidikan formal
mesianistik Rahman di Cireunden, Sukabumi; gerakan di sekolah pemerintah. Dermodjojo muda bernama
mesianistik Goesti Moehammad Heroetjokro (Albert Bagoes Talban, mendapatkan pendidikan dari guru-
Dietz); hingga kerusuhan Dermodjojo di Dukuh guru agama, menimba ilmu dari pondok pesantren dari
Bendoengan, Barong, Waroedjajeng, Afdeeling satu tempat ke tempat lain. Dermodjojo pertama-tama
Berbek, adalah beberapa di antaranya. Persitiwa- belajar pada guru agama yang bernama Kadji Toean
peristiwa tersebut ialah sekelumit contoh gerakan Sanep, selanjutnya secara berturut-turut berguru pada
“simultan” yang mewabah di Jawa akibat Kadji Doelkamit, Kyai Bardagin, Kadji Doelwahab
kolonialisme. Gerakan-gerakan tersebut uniknya tidak dan Kadji Sajang, setelah beranjak usia dewasa
terjadi dalam waktu yang benar-benar bersamaan, dan berguru di Pesantren Kyai Mohamad Oemar di desa
meragukan apabila dianggap saling mempengaruhi. Klaling distrik Tenggales Afdeeling Kudus, Raden
Satu sama lain memiliki alur cerita dan sebab-sebab Bagoes Soeradi di Kadilangu Afdeeling Demak,
uniknya masing-masing. kemudian berguru pada seorang guru yang tidak
Kerusuhan Dermodjojo misalnya, justru terkenal di desa Genuk di dekat kota Semarang.5
digawangi oleh tokoh yang pada saat itu memiliki Latar belakang Dermodjojo telah banyak
kekayaan, tidak hidup dalam kondisi kekurangan dan diketahui pada beberapa karya sebelumnya, penafsiran
tertindas. Kerusuhan Dermodjojo yang terjadi pada seputar sebab-sebab protes atau kerusuhannya pun
tahun 1907 di wilayah Afdeeling Berbek berlangsung telah banyak dikaryakan. Dermodjojo tidak diragukan
dengan sangat singkat, pemerintah kolonial memiliki memiliki posisi yang dipertimbangkan, dan tentu
persenjataan dan pasukan dalam jumlah lebih banyak. dihormati oleh pengikutnya. Tetapi bagaimana
Di Berbek, setelah kerusuhan Dermodjojo, terjadi pula menjelaskan sebab-sebab keterlibatan pengikut
gerakan yang nyaris serupa 16 tahun setelahnya, Dermodjojo dalam kerusuhan tersebut? Mengapa
dipimpin oleh Kyai Boelkim.4 Dermodjojo begitu meyakinkan bagi mereka? Para
Peristiwa kerusuhan di Afdeelinng Berbek pengikut Dermodjojo telah memainkan peran dan
yang dipimpin oleh Dermodjojo menyiratkan ciri yang megambil keputusan untuk mempercayai dan
bersesuaian dengan perilaku kolektif. Gerakan tersebut mendukung junjungannya, tanpa ada sebab nyata yang
pada prinsipnya muncul secara tidak terduga, spontan, dirasakan sebelumnya.
tetapi berpegang pada satu standart yang dimiliki satu Keputusan tersebut pada akhirnya membawa
kelompok. Aspek religi (Islam) dan budaya mereka pada peristiwa 27 Januari 1907. Kepercayaan
(Jawa/kejawen) adalah standart yang dimaksudkan, terhadap sosok Dermodjojo, serta keyakinan terhadap
kemudian menjadi dugaan awal dan diteliti lebih lanjut kebenaran ajaran Dermodjojo membawa mereka
pada bab/sub berikutnya. Sorotan lain adalah seketika bersikap berani, bersemangat, dan berharap
mengenai kedudukan sosial Dermodjojo, apakah mendapat syahid jika gugur. Apakah ajaran demikian
kepemilikan harta, aset atau kekayaan lainnya memang telah dikemukakan sejak awal menimba ilmu,
berpengaruh dalam pastisipasi masyarakat. Mengingat adalah pertanyaan yang merujuk pada dugaan bahwa
gerakan protes sezamannya lebih banyak didasari oleh kerusuhan tersebut sifatnya spontan, dan cenderung
motif ekonomi. tidak rasional.
Dermodjojo merupakan elit sosial yang Demikian kerusuhan tersebut kiranya tepat dikaji
menduduki strata tinggi dalam kelas sosial. Sebagai dengan menggunakan pendekatan perilaku kolektif.
elit sosial, Dermodjojo sudah tentu pula memiliki Perilaku kolektif sebagai bentuk penyimpangan yang
pengaruh yang besar di kalangan murid, serta pelayan- terjadi secara beralasan, dalam waktu singkat, serta
pelayannya. Disebutkan bahwa di rumah Dermodjojo spontan. Kerusuhan Dermodjojo beserta pengikutnya
terdapat banyak pelayan dan murid yang setia sebagai perilaku kolektif, sedapat mungkin digali
kepadanya. Pelayan tersebut dibayar dengan upah mengenai faktor apa yang dominan dalam

4 ANRI. (1981). Laporan- Laporan tentang 181-183


Gerakan Protes di Jawa pada Abad -XX. Jakarta: ANRI, hlm 5 ANRI, Ibid,, hlm CXII-CXIII
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 8, No. 1 Tahun 2020

kemunculannya, serta alasan-alasan individu bersedia Langkah selanjutnya adalah pengumpulan


ambil bagian di dalamnya. sumber atau Heuristik, yakni teknik yang membantu
sejarawan untuk memperoleh sumber dalam
B. Rumusan Masalah pelaksanaan prosedur yang harus ditempuh untuk
memudahkan dalam mendapatkan sumber yang
1) Bagaimana latar belakang masyarakat memiliki kredibilitas tinggi.7 Sumber-sumber yang
Afdeeling Berbek menjelang 1907? telah ditemukan kemudian diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
2) Mengapa pengikut Dermodjojo bersedia
Sumber primer merupakan sumber asli yakni bukti
terlibat dalam gerakan kerusuhan tersebut? sejaman atas suatu peristiwa yang terjadi. Sedangkan
3) Bagaimana dampak peristiwa kerusuhan sumber sekunder yaitu apa yang ditulis oleh sejarawan
sekarang atau sebelumnya berdasarkan sumber
Dermodjojo dalam kehidupan sosial
pertama.
masyarakat Berbek setelahnya? Penelitian menggunakan sumber arsip yang
didapat dari penelusuran di Perpustakaan Medayu
C. Manfaat Penelitian Agung Surabaya, Perpustakaan Pendidikan Sejarah
Universitas Negeri Surabaya, serta melalui sumber
Penelitian mengenai old social movement
Kranten Delpher. Sumber terakhir memuat dokumen
atau gerakan sosial lama merupakan suatu penelitian
atau arsip-arsip surat kabar yang menerangkan
yang berbasis pada proses-proses spontan dan
peristiwa Dermodjojo, yang terbit pada sekitar tahun
irasional. Secara akademis, penelitian dimaksudkan
1907. Penulisan ini juga menggunakan sumber
untuk semakin memperkaya kajian sejarah sosial
pendukung, yaitu sumber dari internet dan jurnal
mengenai terjadinya konflik dengan pendekatan
ilmiah.
perilaku kolektif. Pendekatan kolektif sebagai suatu
Setelah sumber terkumpul, penulis
pendekatan teoretis juga berhasil menunjukkan pula
melakukan verifikasi atau kritik sumber. Tahap ini
bagiamana pemberontakan dalam suatu struktur
merupakan tahapan dimana sumber yang sudah
masyarakat atau pemerintahan dimulai, hingga
terkumpul diuji keotentikannya, dengan demikian
berakhirnya.
kritik sumber sebagai upaya mencari kebenaran
sejarah dan apa yang sebenarnya terjadi. Dalam
METODE PENELITIAN
metode sejarah, verifikasi dikenal dengan dua cara
Pada penulisan penelitian, sumber-sumber yaitu kritik internal dan kritik eksternal. Kritik internal
yang digunakan adalah arsip-arsip, dokumen- adalah kritik terhadap aspek-aspek dalam dari suatu
dokumen, buku-buku dan literatur lainnya yang sumber, mempertanyakan kredibilitas atau realibilitas
berkaitan dengan tema/topik penelitian. Metode isi sumber. Sedangkan kritik eksternal adalah cara
penelitian yang digunakan ialah metode sejarah. melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari
Metode penelitian sejarah terdiri dari lima tahap, yaitu; sumber sejarah, menegakkan sedapat mungkin
Pemilihan topik, Pengumpulan sumber, Verifikasi otentitas dan integritas dari sumber tersebut, dilakukan
(kritik intern dan kritik ekstern), Interpretasi (sintesis untuk mengetahui apakah sumber data yang telah
dan analisis), dan Penulisan sejarah.6 terkumpul asli atau tidak, Kritik eksternal ini
Berdasarkan keterangan tersebut, langkah diberlakukan pada semua sumber.
yang ditempuh peneliti dalam menyusun penelitian ini, Kritik internal mempertanyakan dan
yaitu: Pemilihan topik. Topik yang dipilih oleh peneliti menyeleksi sumber berdasarkan kredibilitas dan
adalah “Faktor Keterlibatan Partisipan Pada relevansi isi sumber. Beberapa sumber mengenai
Kerusuhan Dermodjojo Di Afdeeling Berbek 1907: laporan tentang gerakan Darmdojojo dari
Tinjauan Perilaku Kolektif”. Topik tersebut berkaitan pemerintahan Hindia-Belanda di dapat dari buku yang
dengan ciri gerakan yang spontan dan tidak diterbitkan ANRI (Arsip Nasional Republik
berlangsung dalam waktu yang lama. Indonesia), bukan dari arsip asli berupa telegram.
Dengan demikian tingkat keasliannya kemungkinan

6 Kuntowijoyo. 2003). Metodologi Sejarah: Edisi 7 Aminudin kasdi, Memahami Sejarah. (Surabaya:

Kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana, hlm 239 Unesa University Press, 2001), hlm.
28
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 8, No. 1 Tahun 2020

kurang dari 100%. Terbukti, beberapa kesalahan dalam Dengan demikian, Pemerintah Kolonial, dalam hal ini
penanggalan peristiwa mengalami kesalahan, sehingga pemerintah Hindia-Belanda, juga memiliki andil
perlu disandingkan dan dicocokkan kembali dengan dalam sejarah awal berjalannya Berbek sebagai
arsip-arsip primer lain yang sezaman. Betapapun, buku Kadipaten hingga berubah menjadi wilayah Afdeeling9
yang diterbitkan oleh ANRI tersebut adalah ditujukan setelah abad ke-18.
untuk kepentingan riset dan diperuntukkan untuk Pejabat-pejabat yang mengisi pos-pos
menjadi referensi dasar dalam historiografi sejarah kepengurusan struktural di bawah kekuasaan Belanda
gerakan sosial lokal-tradisional di berbagai tempat tersebut sebagian adalah orang-orang pribumi
khususnya di Jawa. (inlander) yang diangkat. Kepala desa misalnya,
Interpretasi atau penafsiran merupakan merupakan alat pemerintah kolonial yang menjadi
tahapan dimana kita mendapatkan banyak informasi kepanjangan tangan dari birokrasi kolonial untuk
tentang perjalanan sejarah yang dikaji. Berdasarkan menjangkau wilayah terpencil. Terdapat pula tokoh
segala informasi itu dapat kita susun fakta-fakta agama yang menduduki jabatan birokrasi, yakni
sejarah yang dapat kita buktikan kebenarannya. Dalam penghulu. Penghulu sendiri adalah gelar yang
interpretasi tidak menutup kemungkinan subjektifitas diberikan kepada pejabat agama yang berada ditingkat
sejarah. Penulis tetap berpijak pada fakta yang ada di kabupaten, kawedanan dan kecamatan. Penghulu
lapangan yakni yang telah mengalami verifikasi. tersebut ditempatkan secara berjenjang. Penghulu di
Interpretasi yang dikemukakan tidak terlepas dari unit tingkat kabupaten disebut hoofd penghulu atau
analisa atau teori yang dipergunakan. Teori penghulu kepala dan wakilnya disebut adjunct hoofd
dipergunakan sebagai penguat argumentasi yang penghulu, sedang penghulu ditingkat kawedanan atau
dipergunakan dalam penafsiran. Dengan berdasarkan kecamatan disebut naib.10
pada keterangan yang termuat dalam dokumen Hindia- Pada sektor perekonomian, masyarakat
Belanda, surat kabar sezaman, serta kondisi sosial- Berbek berpusat pada sektor agrarian. Masyarakat
budaya setempat, argumetasi disusun sedemikian rupa. bekerja mengolah sawah yang ditanami berbagai
Tahapan terakhir adalah historiografi, atau macam tanaman, seperti; jagung dan padi. Tidak hanya
tahap penulisan dalam penelitian sejarah. Historiografi sawah, masyarakat juga mengerjakan perkebunan
dilakukan sesuai dengan ketentuan atau prosedur yang dengan umumya keberadaan pabrik pembuatan gula. 11
ditetapkan sebagai standart penulisan penelitian. Hal tersebut didasarkan atas keterangan bahwa
Penulisan hasil penelitian tersebut dimulai dari Dermodjojo, seorang yang memiliki tingkatan sosial
pendahuluan, pembahasan, hasil, hingga ditutup tinggi di desa tersebut, memiliki banyak sawah, ladang
dengan kesimpulan yang didapat sebagai suatu dan hewan ternak.12 Apabila Dermodjojo dianggap
temuan. sebagai individu yang kaya, maka dapat dipastikan
faktor-faktor kepemilikan tersebut relevan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN menggambarkan mayoritas perekonomian
Bendoengan.
A. Latar Belakang Masyarakat Afdeeling Berbek Kepemilikan atas tanah masyarakat, dibagi
Berbek dahulunya merupakan pusat dalam beberapa kategori, yakni; 1) tanah yang dapat
8
pemerintahan yang bermula pada 1745. Berbek tidak ditanami (arable land) dan pemilikannya dapat jelas
lagi menjadi bagian kekuasaan politis kerajaan diketahui, 2) tanah yang dapat ditanami, yaitu; sawah
Mataram pasca Perjanjian Giyanti. Dampak dari (paddy fields) dan ladang (dry fields).
Perjanjian Giyanti, adalah melemahnya kekuasaan Sementara mengenai aspek religi atau
keraton yang diintervensi oleh Pemerintah Kolonial. keagamaan, keberadaan mitos serta takhayul masih

8 Harimintadji. (1994). Nganjuk dan Sejarahnya. and Regional Developments in the Malay-
Jakarta: Pustaka Kartini hlm 75-76. Indonesian World. Wiesbaden: Otto Harrassowitz; hlm. 105-
9 Afdeeling dalam Bahasa Belanda memiliki arti 141.
bagian, lihat: S. Wojowasito. (1996). Kamus Umum Bahasa 11 Overzicht van de Uitkomsten der Gewestelijke
Belanda-Indonesia. Jakarta; Perkasa Lestari. Secara harfiah, Onderzoekingen. (1908). Batavia; H. M Dorp & Co
Afdeeling diartikan sebagai wilayah administratif sebagai 12 Het Nieuws van Den Dag; Voor Nederlandsch-
bagian dari Karesidenan. Indie. (1907). De goeroe Dermodjojo en Zijn Moerids, hlm
10 Thommy Svensson. (1992). “State Bureaucracy
12
and Capitalism in Rural West Java in the 19th and 20th
Century” dalam Bernhard Dahm ed. Regions
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 8, No. 1 Tahun 2020

melekat pada masyarakat dan menjadi pandangan Selain sekolah umum atau sekolah publik
hidup yang cukup lama bertahan. Islam adalah jiwa tersebut, pemerintah kolonial juga membuka
masyarakat, sementara adat dan tradisi yang dipakai landbouw school atau sekolah pertanian yang
adalah adat kejawen. Sebagai contoh, orang Jawa berlokasi di Kediri. Sebagai pusat pemerintahan
melakukan tahlilan dengan jiwa Islam, tetapi tingkat Residen, Kediri banyak memiliki sekolah-
menggunakan cara atau adat kejawen dengan sekolah formal. Sekolah pertanian tersebut
menggunakan hidangan khas yang dibagi-bagikan. dikhususkan untuk tujuan pengembangan pertanian
Contoh lain praktik Islam lokal masyarakat dan meningkatkan teknologi pertanian untuk
Bendoengan, juga dapat dilihat dari kepemilikan selanjutnya dapat dieksploitasi oleh pemerintah
wayang Dermodjojo. Wayang tersebut bukan Kolonial. Daerah-daerah yang memiliki pelabuhan dan
difungsikan sebagai koleksi atau pajangan, melainkan perkebunan, didirikan pula sekolah-sekolah tetapi
sebagai sarana dakwah Islam Dermodjojo pada murid- dikhususkan untuk orang Belanda.16
muridnya.13 Wayang yang diadaptasi dari Hindhu Dengan keterbatasan pendidikan formal yang
dipergunakan sebagai media dakwah dengan diperoleh masyarakat kalangan bawah, maka pilihan
penambahan lakon atau tokoh yang disesuaikan terbaik yang dimiliki adalah menimba ilmu di tempat-
dengan Islam. Selain sebagai media hiburan, warisan tempat pembelajaran agama. Persoalan ekonomi yang
tradisional tersebut juga memainkan peran penting menggagalkan mereka untuk mengenyam pendidikan
dalam penyebaran dakwah Islam di Jawa. Cerita-cerita formal, tidak berlaku, tidak diperhitungkan dalam
dalam wayang banyak diselingi dengan pesan atau pendidikan agama. Konsekuensi akan hal tersebut
tutur mengenai aspek kehidupan, kepemimpinan adalah minimnya wawasan pribumi kelas bawah
maupun kepribadian. mengenai pendidikan formal dan cara berfikir yang
Peringatan tanggal-tanggal tertentu dengan mengedepankan rasio.
mengadakan upacara atau ritual tertentu juga berlaku
di Berbek. Peringatan bulan besar14 sebagai praktik B. Sebab Keterlibatan Pengikut Dermodjojo
agama Islam yang ditandai dengan penyembelihan
Seluruh deklarasi Dermodjojo yang terekam
hewan ternak juga dilakukan oleh Dermodjojo.
dalam laporan pemerintah kolonial, maupun surat
Dermodjojo selain menyembelih hewan qurban juga
kabar pada zaman tersebut, menyebutkan mengenai
mengundang masyarakat sekitar terutama keluarganya
klaim mukjizat dan kekuasaan.17 Alasan mengenai
untuk berkumpul di rumahnya.
keterbatasan pendidikan modern terhadap pelaku
Terakhir, secara latar belakang pendidikan,
kerusuhan terebut tanpa mengabaikan atau
menjadi hal yang sangat mewah bagi pribumi kelas
mengerdilkan faktor local genius yang dimiliki
bawah. Kebijakan pemerintah kolonial yang sangat
masyarakat. Bahwa keyakinan telah membawa
membatasi pendidikan bagi pribumi, memberikan
masyarakat dalam kerusuhan dengan harga nyawa,
dampak pada pola pikir tradisional. Pendidikan hanya
adalah hal yang ironis.
difokuskan untuk kalangan keturunan bangsawan.
Terbukti pula bahwa berdasar pernyataan
Sekolah publik (Openbare Indlandsche School)
Departemen Urusan Dalam Negeri Hindia-Belanda
sebagai misalnya, mengahsilkan lulusan dari kalangan
saat itu, S. De Graeff, bahwa keseluruhan yang terlibat
bangsawan yang kemudian dipekerjakan di
adalah hanya sebatas murid, keluarga, serta pelayan
pemerintahan Belanda.15 Sekolah tersebut sekalipun
yang sehari-hari berada di sekeliling Dermodjojo.18
berada di wilayah Kertosono.
Selanjutnya mengenai sebab ekonomi, agaknya perlu

13 Laporan Residen Kediri (E. Constant) 1 Maret Belanda di Surabaya Tahun 1901-1942” dalam Jurnal
1907, percampuran pemberontakan di dukuh Bendungan, Publika Madya. Vol. 1, No. 3, hlm 21
desa Barong distrik Warujayeng, Departemen Berbek, 17 Lihat:

Karesidenan Kediri, pada tanggal 29 Januari 1907. Lihat: “Het Optootje bij Baron” dalam Het Nieuws van den Dag 1
ANRI. (1981). Laporan- Laporan tentang Gerakan Protes di Februari 1907 No. 11404
Jawa pada Abad -XX. Jakarta: ANRI, hlm CXVI “De voorhistorie van het gebeurde in Kediri” dalam Het
14 Bulan besar dalam penamaan Jawa merujuk Nieuws van den Daag, Donderdag 31 Januari 1907 No. 26
pada bulan Dzulhijah, sekitar peraayaan hari raya Idhul Adha Jaargang 12
15 De Locomotief; “Indlandsch Bestuur”. 18 ANRI. (1981). Laporan- Laporan tentang

Donderdag, 9 Mei, No. 108 Gerakan Protes di Jawa pada Abad -XX. Jakarta: ANRI, hlm
16 Gusti Muhammad Prayudi dan Dewi Salindri. CXI
(2015). “Pendidikan pada Masa Pemerintahan Kolonial
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 8, No. 1 Tahun 2020

dipertimbangkan ulang. Mengingat, apabila Belanda. Gerakan Darmodjojo merupakan salah satu
Dermdojojo adalah orang berada, lantas apa yang episode perlawanan rakyat yang berkelanjutan.
hendak diwujudkan oleh anggota keluarganya sebagai Pihak pemerintah kolonial selanjutnya
pengikut? Dengan demikian faktor ekonomi atau memberlakukan kebijakan untuk mengawasi tiap-tiap
kemiskinan belum cukup meyakinkan dalam daerah dari ancaman serupa. Daerah Jawa dan Madura
menjawab sebab keterlibatan pengikut Dermodjojo. menjadi fokus perhatian pemerintah Belanda, pejabat-
Mengenai para pejabat dari berbagai daerah pejabat daerah diwajibkan melakukan pengawasan
yang dikabarkan memberikan dukungan bagi terhadap ajaran-ajaran radikal yang kemungkinan
Dermodjojo, sulit dipercaya apabila pejabat-pejabat muncul dan menggerogoti kekuasaan Belanda di masa
pemerintah kolonial tidak mengenyam pendidikan yang akan datang. Kebijakan tersebut merupakan suatu
formal. Dukungan yang mereka berikan terhadap bentuk penghapusan sistem nilai tradisional yang
Dermodjojo adalah sebab mereka berada pada posisi kemudian dikembalikkan kepada sistem yang buat
yang sama, yakni berselisih dengan pemerintah oleh pihak Belanda.
kolonial. Secara hermeneutik adalah sosok yang benar-
benar kharismatik hingga mampu mengambil hati para PENUTUP
pejabat di bawah pemerintahan kolonial. Kharisma
Dermodjojo lebih tinggi pengaruhnya dibandingkan A. Kesimpulan
dengan pengaruh keyakinan Islam itu sendiri. Pengikut Perilaku kolektif sebagai fenomena yang
Dermodjojo menuruti setiap perkataan Dermodjojo, terjadi dalam masyarakat secara tidak terduga, telah
seperti membiarkan jasad pengikutnya yang sudah memberikan banyak ruang untuk kajian-kajian baru.
meninggal agar nantinya dimandikan oleh Semar dan Dalam hal keterlibatan masyarakat misalnya, sebab-
Togog.19 Dalam ajaran Islam, jasad manusia harus sebab yang menjadikan individu-individu suatu
segera dimandikan sebelum dimakamkan kemudian. kelompok terlibat dalam perilaku kolektif sangat
menarik untuk dijelaskan. Masyarakat yang memiliki
C. Dampak Kerusuhan Dermodjojo
corak-corak tradisional pada khususnya, tercatat lebih
Kekalahan Darmodjojo berdampak besar sering memiliki keterlibatan dalam berbagai aktivitas
pula terhadap para pengikut serta orang-orang yang perilaku kolektif, hingga pergerakan menuju revolusi
percaya terhadap ajarannya. Seperti lazimnya atau cita-cita sakral tertentu.
kepemimpinan tradisional setiap kali pemimpinnya Gerakan Dermodjojo kendatipun berlangsung
tertangkap atau meninggal, maka dengan sendirinya singkat, telah menunjukkan eksistensi sistem nilai dan
para pengikutnya pun akan kehilangan pegangan serta kepercayaan masyarakat. Sistem nilai tradisional
mengalami kebingungan. Hal tersebut disebabkan masyarakat Berbek didasarkan kepada mistisme Jawa
tidak ada tokoh yang dapat menggantikannya. Seperti dan ajaran Islam. Faktor tersumbatnya dominasi
dalam kepemimpinan tradisional hilangnya seoarang kelompok Islam Jawa atas pendudukan Belanda,
pemimpin kharismatik dalam suatu kelompok akan menjadi pondasi paling awal kemunculan benih-benih
sangat sulit untuk mencari penggantinya saat itu, sebab konflik. Penerapan sistem yang berat sebelah, seperti
kepercayaan serta loyalitas para pengikutnya sangat pemberian jabatan yang dikhususkan untuk orang
tergantung kepada sosok tersebut. Sehingga untuk Belanda dan bangsawan, tidak adanya akses
menggantikan pemimpin tersebut dibutuhkan waktu pendidikan bagi rakyat miskin, ditambah dengan
yang lama untuk meyakinkannya. penerapan pajak hasil bumi yang menyengsarakan,
Sekalipun gerakan tersebut mengalami menyentuh sisi-sisi emosional masyarakat.
kegagalan, pemerintah kolonial Belanda kemudian Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
melakukan antisipasi munculnya gerakan serupa yang serba tidak menguntungkan membuat beberapa orang,
berbahaya bagi pemerintahannya di masa yang akan termasuk pelayan serta pengikut Dermodjojo
datang. Antisipasi tersebut dilakukan dengan cara menggantungkan perekonomian dengan bekerja pada
memerintahkan pejabat di lingkup Jawa dan Madura Dermodjojo. Tetapi lebih penting daripada faktor
untuk memantau setiap aktivitas-aktivitas tersebut adalah mengenai aspek pendidikan yang
mencurigakan, maupun perkumpulan-perkumpulan didapat oleh sebagian pribumi non bangsawan.
tertentu yang berpotensi membahayakan pemerintah Pribumi kelas bawah tersebut tidak dapat menikmati

19 “Opstootje Baron” dalam Nadere Bijzonderheden; Bataviasch Nieuwsblaad 1907 No. 49


AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 8, No. 1 Tahun 2020

fasilitas pendidikan sehingga kemampuan untuk Press (diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia
berpikir selektif dan rasional yang semestinya menjadi oleh; Serambi Ilmu Semesta)
tameng untuk menangkal isu-isu palsu, justru tidak Hariwijaya, M. (2006). Islam Kejawen. Yogyakarta:
dimiliki. Gelombang Pasang
Keterlibatan para pengikut serta murid Kartodirdjo, Sartono. (1984). Pemberontakan Petani
Dermodjojo dalam kerusuhan terjadi sebab mereka Banten 1888. Jakarta: Pustaka Jaya
tidak mampu mengkomparasi isu yang disampaikan Kartodirdjo, Sartono. (1973). Ikhtisar Keadaan Politik
Dermodjojo dengan logika dan rasio. Posisi Hindia-Belanda 1839-1848. Jakarta: Arsip
pendidikan dianggap pentig, sebab pengetahuan Nasional Republik Indonesia
modern yang mendasarkan pada cara berfikir yang Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu
positivis dan tidak mempercayai takhayul, sangat Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
berguna menepis klaim-klaim semu yang beredar di Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto,
tengah masyarakat. Nugroho. (2009). Sejarah Nasional Indonesia
Sekalipun gerakan tersebut mengalami Jilid III. Jakarta: Balai Pustaka
kegagalan, pemerintah kolonial Belanda kemudian Ricklefs, M. C. (2005). Sejarah Indonesia Modern
melakukan antisipasi munculnya gerakan serupa yang 1200-2004. Yogyakarta: Serambi Ilmu Semesta
berbahaya bagi pemerintahannya di masa yang akan Smelser, Neil J. (2011). Theory of Collective Behavior.
datang. Antisipasi tersebut dilakukan dengan cara Quid Pro, LLC Publishing: New York
memerintahkan pejabat di lingkup Jawa dan Madura Soebachman, Agustina. (2013). Misteri Ratu Adil.
untuk memantau setiap aktivitas-aktivitas Yogyakarta: Syura Media Utama
mencurigakan, maupun perkumpulan-perkumpulan Sosrodiharjo, Soedjoto. (1968). Perubahan Struktur
tertentu yang berpotensi membahayakan pemerintah Masyarakat Jawa: Suatu Analisa. Yogyakarta:
Belanda. Penerbit Karya
Steenbrink, Karel A. (1984). Beberapa Aspek Tentang
DAFTAR PUSTAKA Islam di Indonesia Abad ke 19. Jakarta: Bulan
Bintang
Buku:
Sukmana, Oman. (2016). Konsep dan Teori Gerakan
Aman. (2007). “Sejarah Indonesia abad ke-19
Sosial. Malang: Intrans Publishing
Penarapan dan Dampak Sistem Tanam Paksa
Susatyo, Rachmat. (2006). Penguasaan Tanah dan
1870”. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan
Ketenagakerjaan Di Karesidenan Semarang
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
pada Masa Kolonial. Semarang: Koperasi Ilmu
UNY
Pengetahuan Sosial
Anam, Saeful. (2017). “Karakteristik dan Sistem
Turner, Bryan S. (1974). Sosiologi Islam: Suatu
Pendidikan Islam: Mengenal Sejarah Pesantren,
Telaah Analitis atas Sosiologi Weber. terj. G.A.
Surau dan Meunasah di Indonesia” dalam
Ticoalu. Jakarta: CV. Rajawali
Journal of Applied Linguistics and Islamic
Wasino. (2008). “Berjuang Menjadi Wirausahawan:
Education. Vol. 1, No. 1
Sejarah Kehidupan Kapitalis Bumi Putra
ANRI. (1981). Laporan- Laporan tentang Gerakan
Indonesia”. Semarang: UNNES PRESS Van
Protes di Jawa pada Abad -XX. Jakarta: ANRI
Niel, Robert. (2003). Sistem Tanam Paksa di
Bakri, Syamsul. (2014). “Kebudayaan Islam Bercorak
Jawa. Jakarta; LP3S
Jawa: Adaptasi Islam dalam Kebudayaan Jawa”
Wignjosoebroto, Soetandyo. (2005). Desentralisasi
dalam Jurnal Dinika. Vol. 12, No. 2
dalam Pemerintahan Kolonial Hindia-
Burger, D. H. (1962). Sejarah Ekonomi Sosiologis
Belanda: Kebijakan dan Upaya Sepanjang
Indonesia jilid l. Jakarta: Pradnjaparamita
Babak Akhir Kekuasaan Kolonial di Indonesia.
Burke, Peter. (2011). Sejarah dan Teori Sosial.
Malang: Bayumedia
Jakarta; Yayasan Obor Indonesia
Wojowasito, S. (1996). Kamus Umum Bahasa
Carey, Peter. (1996). Orang Jawa dan Masyarakat
Belanda-Indonesia. Jakarta; Perkasa Lestari
Cina 1755-1825. Jakarta: Pustaka Azet
Gouda, Frances. (1995). Dutch Culture Overseas:
Artikel Ilmiah:
Colonial Practice in the Netherland Indies
1900-1942. Netherland: Amsterdam University
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 8, No. 1 Tahun 2020

Achidsti, Safya Auliya. (2014). “Eksistensi Kiai dalam Ricklefs, MC. (1974). “Dipanegara’s Early
Masyarakat” dalam Jurnal Kebudayaan Islam, Inspirational Experience” dalam Journal of
Vol. 12, No. 2 Southeast Asian Studies. Deel. 30
Fernando, Radin. (1995). “The Troumpet Shall Sound Sudrajat, Ajat. (1991). “Mesianisme dalam Protes
for Rich Peasant: Kasan Mukmin’s Uprising in Sosial (Kasus Perjuangan Petani di Jawa Abad
Gedangan, East Java 1904” dalam Journal of XIX dan XX)” dalam Jurnal Cakrawala
Southeast Asian Studies Vol. 26, Issue 2 Pendidikan No 2, Tahun X
Fernando, Radin. (1999). “In the Eyes of Beholde: Sururin. (2007). “Tinjauan Pustaka: Islam In Java;
Discourses of Peasant Riot in Java” dalam Normative Piety and Mysticsm in the Sultanate
Journal of Sotheast Asian Studies Vol 30, Issue of Yogyakarta” dalam Jurnal Al-Maktabah
2 pp 263-285 Vol. 9, No. 1
Fadiyah, Dina. (2014). “Analisis Framing Pemberitaan Sukmana, Oman. (2013). “Konvergensi antara
Ahok vs Lulung dalam Konflik Penertiban PKL Resource Mobilization Theory dan Identity
di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat dalam Oriented dalam Gerakan Sosial Baru” dalam
Media Online Detik.com” dalam Jurnal AL Sosiologi Reflektif. Vol. 8, No.__
AHZAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL,
Vol. 2, No. 3
Hart. L. A. (1967). “Social Solidarity and the
Enforcement of Morality” dalam Jounal of
Southeast Asian Studies. Vol. 35, No. 1
Hasan, Nur. (2012). “Corak Budaya Birokrasi pada
Masa Kerajaan, Kolonial Belanda Hingga di
Era Desentralisasi dalam Pelayanan Publik”
dalam Jurnal Hukum Unissula. Vol, 28, No.2
Herniti, E. (2014). “Sapaan dalam Ranah Keagamaan
Islam: Analisi Sosiosemantik” dalam Jurnal
Thaqafiyyat: Jurnal Bahasa, Peradaban, dan
Informasi Islam. Vol. 15, No. 1Wibawa,
Sutrisna.
Huda, Noor. (2015). “Perkembangan Institusi Sosial-
Politik Islam Indonesia sampai Awal Abad
XX” dalam Jurnal Addin. Vol. 9, No. 2
Mulder, N. (1983). Abangan Javanese religious
thought and practice in: Bijdragen tot de Taal-,
Land- en Volkenkunde 139, no: 2/3, Leiden,
260-267
Nijhoff, Martinus. (1919). Encyclopaedie van
Nederlandsch-Indie; Benthos Berbek
Ngangi, Charles R. (2011). “Konstruksi Sosial dalam
Realitas Sosial” dalam Jurnal ASE (Agri-Sosio
Ekonomi) Vol. 7, No. 2
Pichardo & A. Nelson. (1988). “Resource
Mobilization: An Analysis of Conflicting
Theoretical Variations” dalam Jurnal The
Sociological Quarterly. Vol. 29, No. 1
Putra, Adistia Catur. (2015). “Politisasi Surat Ijo
Surabaya: Pemanfaatan Gerakan Pejuang
Hapus Surat Ijo (GPHSI) untuk Kepentingan
Politik” dalam Jurnal Politik Muda Universitas
Airlangga. Vol. 4, No. 1

Anda mungkin juga menyukai