B. Pengaruh historiografi Kuno dan Historiografi Masa Revolusi terhadap Historiografi Modern
Historiografi modern yang tumbuh dari Eropa, baru dapat berkembang di Asia Tenggara pada
paruh kedua abad ke-19, setelah ilmu pengetahuan dan kebudayaan barat secara sadar diajarkan
dan dipelajari di beberapa tempat di Asia Tenggara.[14] Pada abad ke-16 sampai abad ke-19
tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh orang-orang Indonesia tidak dipengaruhi oleh tulisan-tulisan
yang dihasilkan orang Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris.
Pada abad ke-18 penelitian sejarah masih bersifat terbatas yaitu dengan pembentukan
Bataviaach Genootschap voor kunsten en Wetenshappen (Perhimpunan Batavia untuk Seni dan
Ilmu Pengetahuan) di Jakarta tahun 1778. Buku yang diterbitkan pada tahun 1783 yaitu Hystory
of Sumatra yang ditulis oleh William Marsden dan buku Hystory of Java (1817) juga masih
belum terlalu menarik orang untuk meneliti sejarah. Kemudian baru pada akhir abad ke-19,
dengan dihidupkannya kembali Perhimpunan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan serta
dibentuknya Straits Branch of Royal Asiatic pada tahun 1878 kegiatan ilmiah yang sungguh-
sungguh mulai terjadi. Pada abad ke-19 tradisi penulisan babad dan sejarah juga masih tetap
hidup.[15]
Pada abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20, terdapat tiga bidang historiografi Asia
Tenggara yang berbeda-beda.[16] Tiga bidang historiografi tersebut yaitu:
1. sejarah kuno, yang tidak dikenal atau kurang dikenal oleh penduduk asli, diungkapkan oleh para
fiolog, epigraf, dan para arkeolog. Misalnya N.J. Krom mengenai sejarah kuno Indonesia.
2. sejarah kolonial, yang mencakup-perdagangan, perang, perjanjian-perjanjian dan adinistrasi
orang Eropa, adalah perhatian khusus dari orang-orang Eropa sendiri, dan kurang sekali menarik
perhatian khusus dari orang-orang Eropa sendiri, dan kurang sekali menarik perhatian-perhatian
sarjana-sarjana setempat.
3. Periode Tengah yang berkisar antara empat sampai sepuluh abad sebelum abad ke-19, adalah
zaman penulisan sejarah penduduk asli, metode-metode modern bisa digunakan untuk mengatur,
menentukan tanggal-tanggal secara tepat, dan malah mengintepretasikan kembali tulisan dari
periode-periode itu.
Sejak merdeka bangsa Indonesia mulai mengambil langkah-langkah baru dalam historiografi
yaitu:
1. Diterbitkannya karya D.G.E. Hall, A Hystory of Southeast Asia, tahun 1955, telah berhasil
memantapkan pandangan bahwa seluruh perkembangan sejarah dari jamankuno sampai modern
bagi Asia Tenggara adalah suatu unit sejarah yang jelas.[17]
2. Hasil penelitian J.C.van Leur tentang pel`ayaran niaga di Asia pada masa kuno, telah
menimbulkan perdebatan-perdebatan mengenai sifat dan karya-karya orang Eropa mengenai
Asia Tenggara. Sebagian kecil dari artikel dan disertasinya telah diterjemahkan oleh W.F.
Wertheim, Indonesia Trade and Society: Essay in Asian and Social Economic History, terbit
tahun 1960.[18] Sebagai akibatnya Asia Tenggara diberikan tempat khusus dalam konferensi
penulisan sejarah Asia di London pada tahun 1956. Hal ini merangsang timbulnya sejumlah
karangan mengenai historiografi Indonesia yang dicetuskan dalam Kongres Sejarah Nasional di
Yogyakarta tahun 1957.[19]
3. Suatu usaha bersama melahirkan pertemuan International Association of Historians of Asia
(Perhimpunan International dari Sejarawan Asia) yang berkongres sekali dalam tiga atau empat
tahun, dan rupanya akan menjadi wadah bagi sejarawan Asia.[20]
[1] Danar Widiyanta, 2002, Diktat Perkembangan Historiografi Tinjauan Diberbagai Wilayah Dunia,
Yogyakarta: UNY, hal. 6.
[2] Danar Widiyanta, 2010, Diktat Perkembangan Historiografi Modern Indonesia, Yogyakarta: UNY,
hal. 34.
[3] Bambang purwanto, dkk. 2008. Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia.