Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ESRA SATRIA H LUMBAN GAOL

NIM : 3171121008

KELAS : B REGULER 2017

MATKUL : HISTORIOGRAFI

PEMIKIRAN SARTONO KARTODIRDJO TENTANG HISTORIOGRAFI


INDONESIASENTRIS

Sebelum kemerdekaan Indonesia, penulisan sejarah nasional ditulis


berdasarkan sudut pandang pihak belanda atau yang disebut dengan eropa-sentris.
Ibarat kata di dalam Historiografi pendekatan eropa-sentris, kaum bangsawan
ataupun pihak belanda adalah pemeran utama terhadap jalan nya proses sejarah di
Indonesia, sedangkan rakyat indonesia bisa dikatakan hanya sebagai pemeran
pendamping yang sering dianggap negatif dikalangan bangsawan saat itu. Namun,
sekitar tahun 1930-an ada seorang sejarawan belanda yang bernama Van Leur, Ia
menulis catatan sejarah yang memuat rakyat pribumi sebagai pemeran utama
terhadap jalan nya proses sejarah yang ada di Hindia Belanda saat itu.
Permasalahan Historiografi yang muncul ini menjadi suatu keluhan yang
mendasari perlu nya kesadaran Nasional terutama pasca kemerdekaan. Para
sejarawan indonesia saat itu menggangap kebutuhan ini suatu hal yang harus
segera di selesaikan karena sejarah nasional selama ini sangat di pengaruhi oleh
sejarah konvensional (sejarah kolonial/eropa-sentris). hal inilah yang
memunculkan proses Dekolonialisasi Sejarah.

Beberapa tahun setelah keluhan dan permasalahan yang di hadapi


mengenai perlu adanya Historiografi Indonesia-sentris, Melalui Kongres Sejarah
Nasional yang pertama di laksanakan di Yogyakarta pada tahun 1957, tujuan dari
kongres tersebut adalah mendorong terbitnya buku pelajaran sejarah yang
berdasarkan pendekatan Indonesia-sentris. Pada saat itu muncul suatu ide dan
gagasan yang progresif dari seorang Sejarawan dan Guru Besar Universitas
Gadjah Mada yaitu Sartono Kartodirdjo yang menilai arti pentingnya
Historiografi Indonesia-sentris yang di perdalam lagi dengan melegitimasikan
pandangan Indonesia Sentris dalam penulisan Sejarah nasional yang mampu
menumbangkan pendekatan Konvensional yang bercorak eropa sentris yang
dalam penerapannya kalau dulu Belanda menjadi pelaku utama dan elite lokal
menjadi pemberontak, lalu pendekatannya dibalik. Penonjolan diberikan kepada
warga lokal. Kongres ini berlanjut hingga pada tahun 1970 yang akhirnya di
terbitkan buku sejarah nasional hingga enam jilid.

Pemikiran serta gagasan Sartono kartodirdjo mengenai penulisan Sejarah


Nasional, memberikan pandangan baru terhadap Historiografi Indonesia dengan
pendekatan multidimensional dan metode interdisipliner yang bercorak Indonesia-
sentris, namun pada prinsipnya Sartono kartodirdjo tetap berpegang pada
pengaruh ilmiah historiografi modern.

Menurut Sartono Kartodirdjo dalam buku nya yang berjudul “Pemikiran


dan Perkembangan Historiografi Indonesia”. Memang ia tidak menguraikan
langsung secara gamblang mengenai pendekatan Multidimensional dan metode
interdisipliner yang merupakan arah baru dari Historiografi Indonesia-sentris.
namun ia menguraikan penjelasan melalui bab I hingga bab V buku ini. Menurut
Sartono bahwa pendekatan multidimensional terhadap realitas di masa silam dan
metode interdisipliner yang dapat menyingkap fakta sejarah secara lebih
mendalam, bervariasi dan bernuansa bila dipergunakan dengan dimensi sosial,
ekonomi dan budaya. Menurut Prof.Sugeng Priyadi, ide atau gagasan Sartono
Kartodirdjo mengenai Historiografi Indonesia-sentris melalui pendekatan
Multidimensional dan Interdisipliner sebenarnya adalah bagian dari sintesis
indonesia-sentris dan eropa-sentris yang bertolak belakang dengan anti Tesis yang
di kumandangkan oleh Sejarawan Moh.Ali dan Pramoedya Ananta Toer.
Pandangan Sartono Kartodirdjo lebih menekankan bahwa dalam penulisan sejarah
nasional haruslah didampingi dan bersanding dengan ilmu sosial dan ilmu
lainnya. Terbukti dengan adanya penulisan sejarah nasional berlandaskan
pendekatan multidimensional dan interdisipliner. Sartono juga mengatakan dalam
buku nya mengenai Historiografi Indonesia, Apabila ilmu/dan penulisan sejarah
ingin tetap berfungsi sebagai disiplin dari pengungkapan atau penemuan manusia
maka perlu mengikuti perkembangan ilmu-ilmu sosial yang telah berhasil
menambah perbendaharaan pengetahuan tentang manusia. Sehingga dapat di
pastikan bahwa penulisan sejarah nasional indonesia (indonesia-sentris) menurut
sartono tidak dapat di pisahkan dari sejarah konvensional, karena sejarah
berkembang berdasarkan zamannya. Hal ini didukung juga pernyataan Asvi
Warman Adam bahwa Sartono Kartodirdjo lebih dari itu. Ia bukan saja menulis
buku dan makalah. Ia berteori tentang pendekatan sejarah dari dalam dan dari
bawah, tentang sejarah desa bukan hanya kota, tentang sejarah rakyat bukan saja
elite. Tetapi, dalam penerapannya kemudian hari ia juga tergelincir kepada
pendekatan yang dikritiknya.

Dalam rangka penggalian dan penyusunan sejarah Indonesia dengan


pandangan Indonesiasentris, pendekatan multidimensional dapat membantu
mengisi kekurangan-kekurangan dan menghilangkan kepincangan-kepincangan,
seprti corak kesatu-pihakan, gambaran sejarah yang terlalu”datar”, sifat statis dari
sejarah yang dikuasai oleh pendekatan legal-institusional, unsur-unsur biografis
yang mengambil tempat banyak dalam sejarah indonesia. Ciri-ciri tersebut di
warisi dari historiografi Kolonial yang sudah barang tentunya banyak-sedikitnya
terpengaruh oleh raya penulisan sejarah lama.(Kartodirdjo, 2020:95-96).
Pernyataan ini juga di dukung oleh Prof Sugeng Priyadi, ia mengatakan bahwa
pendekatan ataupun metode multidimendional dan interdisipliner dalam kajian
Indonesia sentris yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirdjo merupakan
pembentuk dari Sejarah bangsa Indonesia yang sesuai dengan identitas nasional
karena dibentuk dari sejarah lokal dan daerah (Regiosentrisme), Eropa-sentris dan
sejarah lainnya. Ia juga berpandangan bahwa Historiografi Indonesia-sentris yang
konvensional harus ditinggalkan dan berusaha keras melahirkan historiografi
indonesia yang lebih menantang. Kemudian hasil dari penelitian sejarah lokal
sebagai micro-unit akan dapat mengisi banyak kekosongan pada tubuh Sejarah
Nasional Indonesia sebagai Macro-Unit.
DAFTAR REFERENSI
Buku :

Kartodirdjo, S. (2020). Pemikiran Dan Perkembangan Historiografi


Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Priyadi, S. (2019). Historiografi Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Jurnal :

Purwanto, B. (2001). Historisisme Baru Dan Kesadaran Dekonstruktif :


Kajian Kritis Terhadap Historiografi IndonesiaSentris. Humaniora , 29-44.

Website :
Adam, A. W. (2006, November 14). Mempertemukan Sartono
Kartodirdjo dengan Pram. Dipetik Maret 24, 2020, dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia: http://lipi.go.id/berita/mempertemukan-sartono-
kartodirdjo-dengan-pram/974

Anda mungkin juga menyukai