Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR KERJA MAHASISWA

UNIVERSITAS JEMBER KODE


FAKULTAS ILMU BUDAYA DOKUMEN
PRODI S1 ILMU SEJARAH
FORM PP-05
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Dosen Pengampu Mata kuliah : Dr. Sri Ana Handayani, M.Si.
Pokok Bahasan : Perkembangan Penulisan Sejarah Di Indonesia
Model Pembelajaran : Chase Methode

IDENTITAS MAHASISWA
Nama/NIM/Kelas DAVIT RIZAL FIRMANSYAHI/170110301093/B
Nama Anggota
kelompok
Pertemuan Ke 9
Hari/Tanggal 29 April 2022

BAHAN DISKUSI
Bagaimana perkembangan penulisan sejarah di Indonesia?
Silahkan didiskusikan, lembaran kerja diuplod secara personal.
Uraian pembahasan, pergunakan Bahasa yang mudah untuk dipahami.
Pergunakan paling sedikit 5 referensi.
Selamat bekerja.
HASIL DISKUSI
Tuliskan hasil diskusi di bagian ini!

Pendahuluan:
Penulisan sejarah atau disebut Historiografi merupakan bagian terakhir dari prosedur
metode sejarah yang diartikan sebagai rekonstruksi imajinatif tentang masa lampau
berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses menguji, dan menganalisis secara
kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Jadi historiografi diartikan sebagai
tulisan/laporan suatu penelitian sejarah. Penulisan sejarah pertama yang ditulis dalam bentuk
cerita dan dibuat secara objektif, ialah karya Herodotus berjudul The History of Herodotus.
Karya itu berisi mengenai peristiwa perang antara Yunani dan Persia yang terjadi pada tahun
478 SM. Pada perjalanan selanjutnya, historiografi terus berkembang di peradaban Eropa
hingga sampai ke Indonesia.
Di Indonesia, historiografi dimulai dengan prasasti-prasasti yang dibuat oleh penguasa
pada awal abad ke-5 M. Sejak saat itu historiografi di Indonesia berkembang dalam berbagai
bentuknya. Akan tetapi penulisan sejarah (di luar prasasti) baru dimulai oleh Mpu Prapanca
yang pada tahun 1365 menulis Kitab Negarakertagama atau Dasawarnana. Sejak itu
historiografi Indonesia, berkembang terus dalam hal bentuk, isi, ruang lingkup mapun
pendekatannya, sehingga dikenal kategori-kategori Historiografi Tradisional, Historiografi
Kolonial, Historiografi Nasional dan Historiografi Modern. Dalam penulisan sejarah yang
menghasilkan karya-karya itu mencoba untuk melihat sejarah dengan kecenderungan yang
dominan pada masing-masing zaman. Ada sejarah lokal, sejarah desa, sejarah politik, dan lain
sebagainya. Hal ini membentuk historiografi Indonesia seperti yang dikenal sekarang.
Dominasi kecenderungan tertentu dalam historiografi Indonesia ini membuat setiap angkatan
perlu menerjemahkan sendiri konsep-konsep sejarah dan caranya melihat masa lalu. Hal ini
juga membuat historiografi Indonesia selalu mempunyai alternatif dan sanggup berkembang
menyesuaikan perkembangan zaman. Di era keterbukaan informasi dan komunikasi, tuntutan
zaman membawa ilmu sejarah ke perdebatan mengenai konsep-konsep yang bersifat global.

Pembahasan
Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah yang dibuat secara tradisional. Setiap
kebudayaan di dunia selalu melewati fase tradisional ini. Menurut bentuknya, historiografi
tradisional dapat dikategorikan dalam berbagai bentuk. Historiografi tradisional berbentuk
mitos yang berusaha menggambarkan kenyataan yang ditangkap berdasarkan emosi dan cerita
turunan. Bentuk genealogis, yaitu tulisan sejarah yang menggambarkan hubungan antara satu
generasi dengan generasi berikutnya atau pendahulunya, disebut juga silsilah. Bentuk kronik
yang artinya urutan waktu merupakan gambaran sejarah, dengan ciri menempatkan peristiwa
dalam dimensi waktu tertentu. Bentuk annals, merupakan cabang dari bentuk kronik yang
merupakan gambaran sejarah yang menempatkan peristiwa dalam urutan waktu yang jelas.
Historiografi tradisional di Indonesia hingga kini di tempat-tempat tertentu masih ditulis orang
secara terbatas, misalnya di kraton. Di berbagai daerah Indonesia historiografi tradisional
memiliki nama yang berbeda-beda. Keturunan raja-raja dari nenek moyang yang mitis
legendaris sudah kita jumpai pula dalam perkawinan dengan seekor binatang banyak pula
contoh-contohnya diantara tradisi Indonesia. Ketika orang-orang Belanda atau Inggris datang
sebagai penjajah, historiografi tradisional tetap berjalan di samping historiografi kolonial.
Kehadiran bangsa Belanda dalam historiografi tradisional diterangkan dengan cara
dimitologisasikan.
Setelah kedatangan orang-orang Belanda di Indonesia tahun 1596, penulisan sejarah
Indonesia lebih merupakan sejarah kolonial yang umumnya ditulis di Nederland bagi
kepentingan bangsa Belanda. Sejarah kolonial terutama membicarakan pimpinan dan pegawai-
pegawai VOC pada masa awal penjajahan yang menggantikan tempat elite politik tradisional
pribumi di dalam susunan masyarakat sehingga VOC menjadi semacam dinasti yang
mempunyai riwayat sendiri. Sejarah kompeni merupakan awal dari historiografi kolonial. Pada
awalnya VOC bukan bermaksud menuliskan sejarah, melainkan hanya mengeluarkan
dokumen-dokumen untuk keperluan dagang, yang akhirnya bisa kita pergunakan sebagai
sumber sejarah kolonial. Historiografi kolonial itu ditulis di Belanda oleh penulis-penulis yang
tidak mengenal dunia timur dan tentu pandangannya menjadi berat sebelah, sejarah yang
ditulisnya menjadi sempit dan tidak lengkap. Kadang-kadang sejarah kolonial disebut pula
sebagai sejarah Indonesia dilihat dari geladak kapal. Suatu loncatan dalam historiografi
kolonial yang membuang visi Neerlando-sentrisme yaitu dengan ditulisnya History of Java
oleh Thomas Stamford Raffles, Letnan Gubernur Inggris di Nusantara (1811-1816). Sebagai
orang yang romantis, yang menghargai orang pribumi, Raffles menggunakan sumber-sumber
pribumi seperti babad untuk bahan penulisannya. Historiografi kolonial yang menekankan
pada sejarah Indonesia dalam lingkungan yang lebih luas ditulis oleh J.C. Van Leur dalam
disertasi yang berjudul Enige Beschou wingen Over de Oude Aziatische Handel pada tahun
1933 yang merupakan tinjauan sejarah Indonesia dalam hubungannya dengan Asia Timur dan
Asia Selatan di lihat dari kacamata sosiologis-ekonomis dan isinya tetap saja berisi tentang
berdirinya VOC, tokoh-tokoh pelopornya, peperangannya, intervensinya di mana-mana serta
perkembangannya di luar Indonesia. Historiografi kolonial hingga saat ini masih diteruskan
dalam berbagai bentuk, antara lain berupa suatu mata pelajaran. Visi dan Interpretasi telah
berubah, tetapi pokok perhatian tetap difokuskan kepada peranan bangsa Belanda di tanah
seberang.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tahun 1945, timbul kesadaran
tentang perlunya dekolonisasi sejarah sebagai upaya pembinaan rasa nasionalisme masyarakat.
Hal ini terjadi pada tahun 50-an ketika timbul kebutuhan mendesak untuk membina bangsa.
Muhamad Yamin yang merupakan seorang ahli hukum, ahli politik, pujangga, dan sejarawan
amatir pernah menjadi Menteri Pendidikan yang melontarkan tentang perlunya sejarah yang
bervisi Indonesiasentris. Kemudian tahun 1957 diselenggarakan Seminar Sejarah Nasional I
yang membicarakan tentang filsafat sejarah nasional, periodisasi sejarah Indonesia, buku-buku
teks sejarah nasional, dan pengajaran sejarah. Studi sejarah Indonesia mengalami
defilologisasi, artinya tidak lagi memerlukan banyak analisis tekstual dengan filologi tetapi
memperbaiki alat-alat analitis dan metodologis. Studi ini dimulai oleh Sartono Kartodirdjo
dengan disertasinya yang berjudul Pemberontakan Petani Banten 1888 pada tahun 1966. Pada
tahun 1975, dibentuk sebuah tim yang terdiri dari para sejarawan di Indoensia untuk menulis
sebuah buku Sejarah Nasional Indonesia. Tim penulis buku yang terdiri atas enam jilid ini
dipimpin oleh Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo. Setiap jilid disunting oleh editor khusus. Buku ini
telah dicetak ulang, yaitu pada tahun 1977, 1983, dan 1993. Pengaruh kekuasaan terhadap
buku ini sangat kuat dan terbukti pada jilid 6 yang berisi sejarah periode Republik Indonesia
hingga masa Orde Baru. Bagian-bagian dalam tulisan buku ini sangat diwarnai kepentingan
pemerintah Orde Baru, misalnya mengenai lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, soal pergantian
Orde Lama oleh Orde Baru, Peristiwa G-30-S, dll.

Permasalahan
Permasalahan penulisan sejarah di Indonesia bukan hanya sekadar miskinnya
perspektif dalam historiografi Indonesia, tetapi di Belanda sendiri tema mengenai dekolonisasi
belum lama digeluti. Tema ini baru dianggap penting oleh publik Belanda pada tahun 1980-an
seiring dengan kebutuhan untuk mengintegrasikan para imigran ke dalam masyarakat Belanda.
Dalam proses itu, tema dekolonisasi muncul bersamaan dengan rekonstruksi terhadap ingatan
kelompok imigran poskolonial. Poskolonialitas dan poskolonialisme sebagai suatu disiplin
akademis adalah kata-kata kunci dalam perdebatan dekolonisasi lebih lanjut. Akan tetapi,
seperti akan kita bahas di bawah, poskolonialisme adalah perspektif yang kurang berkembang
di lingkungan akademis Belanda. Hal ini menyebabkan tema dekolonisasi terlambat
dibicarakan, termasuk pokok permasalahan. Selama ini banyak orang menganggap
dekolonisasi adalah persoalan bekas negeri jajahan semata. Ia dianggap hanya sebagai proses
yang dilakukan oleh bekas bangsa terjajah untuk keluar dari warisan struktural dan kultural
yang ditinggalkan oleh bekas bangsa penjajahnya. Dalam proses itu, penilaian moral yang
dualistik sering mengemuka. Bangsa penjajah adalah jahat, sementara bangsa terjajah adalah
baik. Ia membalik begitu saja posisi- posisi sebelumnya yang dibangun oleh narasi kolonial.
Historiografi Indonesiasentris yang berusaha dibangun sejak Seminar Sejarah Nasional I 1957
berkembang dalam kesadaran seperti ini.

Solusi
Berhentinya perdebatan tentang dekolonisasi yang sering direduksi hanya menjadi
perkara penyerahan kedaulatan politik dari negara bekas penjajah ke negara baru merdeka
semata. Pengertian dekolonisasi seperti itu akan sulit menangkap kompleksitas yang inheren
dalam realitas sejarah dekolonisasi itu sendiri. Perdebatan soal kelamnya kolonialisasi
mengakibatkan proses pemikiran kritis akan mereduksi kegagalan sebelumnya. Mengkaji
berbagai perspektif dalam perkembangan bangsa merupakan cara untuk tetap kritis dan factual
dalam setiap karya yang tertuang. Penulisan sejarah membutuhkan kritik terhadap ideologi
atau paham yang terdahulu sebagai bahan kajian strategis.

Kesimpulan
Pada dasarnya setiap sumber sejarah harus diuji terlebih dalu secara kritis sebelum
dipergunakan. Sumber primer sekalipun harus diuji kredibilitasnya. Dalam khazanah penulisan
sejarah kita memiliki banyak perspektif dan nalar untuk merekonstruksi kejadian masa
lampau. Naskah-naskah yang tergolong sumber primer dan memberikan informasi yang sangat
berharga tentang sejarah perlu untuk dijaga dan dicari keberadaannya sebagai data perjalanan
suatu bangsa. Bentuk dukungan pemerintah juga diharapkan dalam usaha-usaha penelitian
yang berkaitan dengan sejarah Bangsa ini, untuk menjaga keutuhan Indonesia.

Daftar Pustaka:
Bambang Purwanto. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris. Yogyakarta: Penerbit
Ombak

Emas Imalia. 2006. Historiografi Indonesia: Sejak Masa Awal sampai Masa Kontemporer:
Jakarta. UIN Jakarta Press

Kuntowijoyo. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka

Mohammad Ali. 1995. “Beberapa Masalah tentang Historiografi Indonesia” dalam


Soedjatmoko dkk, Historiografi Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia

S. Priyadi. 2015. Historiografi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak


RUBRIK PENILAIAN STUDI KASUS (PBL)

Nama Matakuliah/Kode :
Kelompok :
Nama Mahasiswa/NIM :

N Aspek Skor dan Kriteria Nila


o Penilaian 1 2 3 4 5 i
1 Merumuskan Rumusan Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian
Masalah masalah tidak rumusan rumusan rumusan rumusan
tepat masalah masalah masalah masalah
dengan dengan kasus dengan kasus dengan kasus
kasus secara secara tepat secara tepat secara tepat
tepat (sesuai (sesuai kisi – (sesuai kisi – (sesuai kisi–
kisi – kisi), kisi), kisi), kisi),
tetapi tidak spesifik, dan spesifik, spesifik,
spesifik, kalimat terdapat terdapat
kalimat baku, tetapi kebaruan, kebaruan,
tidak baku, tidak tetapi dan struktur
dan tidak terdapat kalimat tidak kalimat baku
terdapat kebaruan. baku.
kebaruan.
2 Pembahasan Tidak Pembahasan Pembahasan Pembahasan Pembahasan
rumusan terdapat dan rumusan dan rumusan dan rumusan dan rumusan
masalah relevansi masalah masalah masalah masalah
antara relevan relevan relevan relevan
permasalahan meliputi meliputi meliputi meliputi
dan ketepatan ketepatan ketepatan ketepatan
pembahasan analisis teori analisis teori analisis teori analisis teori
tetapi tidak yang yang yang
terdapat digunakan, digunakan, digunakan,
rujukan inti terdapat terdapat terdapat
& rujukan inti rujukan inti rujukan inti
pendukung & & &
pendukung, pendukung, pendukung,
pembahasan kedalaman & kedalaman &
mendalam kebaruan kebaruan
tetapi tidak pembahasan, pembahasan,
terdapat tetapi dan struktur
kebaruan struktur kalimat baku
pembahasan, kalimat
tetapi tidak baku
struktur
kalimat
tidak baku
3 Solusi Solusi tidak Memenuhi 1 Memenuhi 2 Memenuhi 3 Memenuhi
(efektif, relevan komponen komponen komponen seluruh
dapat komponen
diaplikasikan
, minim
risiko, dan
logis)
4 Kesimpulan Tidak Menjawab Menjawab Menjawab Menjawab
menjawab rumusan rumusan rumusan rumusan
rumusan masalah masalah masalah masalah
masalah dengan tidak dengan dengan dengan
benar benar, tidak benar, benar,
singkat, dan singkat, dan singkat, dan
tidak jelas tidak jelas jelas
5 Partisipasi Tidak Hanya satu Hanya dua Hanya 3 Memenuhi
dalam memenuhi kriteria kriteria kriteria semua
kelompok semua terpenuhi terpenuhi kriteria kriteria
(aktif, kriteria terpenuhi
disiplin,
tanggung
jawab,
kerjasama)
Skor
Nilai = (skor/ skor max) x 100

Anda mungkin juga menyukai