Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga istana),
maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris.
2.
3.
Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
4.
5.
Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan
nama raja, serta wibawa raja supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap dijunjung tinggi.
Oleh karena itu, banyak mitos bahwa raja sangat sakti, raja sebagai penjelmaan/titisan dewa, apa
yang dikatakan raja serba benar sehingga ada ungkapan "sadba pandita ratu datan kena wowawali"
(apa yang diucapkan raja tidak boleh berubah, sebab raja segalanya). Dalam konsep kepercayaan
Hindu, raja adalah "mandataris dewa" sehingga segala ucapan dan tindakannya adalah benar.
6.
7.
Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma (bertuah, sakti).
b. Historiografi Kolonial
Berbeda dengan historiografi tradisional, historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang
membahas masalah penjajahan Belanda atas Bangsa Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orangorang Belanda dan banyak di antara penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia. Sumber-sumber yang
dipergunakan berasal dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta (Batavia); pada umumnya tidak
menggunakan atau mengabaikan sumber-sumber Indonesia. Sesuai dengan namanya, yaitu historiografi
kolonial, maka sebenarnya kuranglah tepat bila disebut penulisan sejarah Indonesia. Lebih tepat disebut
sejarah Bangsa Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Mengapa demikian? Hal ini tidaklah
mengherankan, sebab fokus pembicaraan adalah Bangsa Belanda, bukanlah kehidupan rakyat atau kiprah
Bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda. Itulah sebabnya, sifat pokok dari historiografi kolonial ialah
Eropa sentris atau Belanda sentris. Yang diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas
Bangsa Belanda, pemerintahan kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orang-orang kulit putih), seluk
beluk kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan tugasnya di tanah jajahan, yakni Indonesia.
Aktivitas rakyat tanah jajahan (rakyat Indonesia) diabaikan sama sekali.
2.
3.
c. Historiografi Nasional
Sesudah Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945, maka sejak saat itu ada kegiatan
untuk mengubah penulisan sejarah Indonesia sentris. Artinya, Bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia
menjadi fokus perhatian, sasaran yang harus diungkap, sesuai dengan kondisi yang ada, sebab yang
dimaksud dengan sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan rakyat
Indonesia dalam segala aktivitasnya, baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Dengan demikian, maka
muncul historiografi nasional yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri sebagai berikut.
1.
2.
Indonesia sentris.
3.
4.
Disusun oleh orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri, mereka yang memahami dan
menjiwai, dengan tidak meninggalkan syarat-syarat ilmiah.
2.
Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono Kartodirdjo.
3.
Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali.
4.
Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI, karya A.H. Nasution.
Pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah dikaitkan dengan ketidakpuasan para sejarawan sendiri
dengan bentuk-bentuk historiografi lama yang ruang lingkupnya terbatas. Historiografi baru membuka
ruang cakupan yang lebih luas. Untuk itu, diperlukan penyempurnaan metodologi, yaitu penggunaan
konsep-konsep ilmu sosial dalam analisis-analisisnya. Sehubungan dengan ini, maka lebih jelas dibedakan
antara sejarah lama (the old history) dan sejarah baru (the new history), seperti di bawah ini.
a. Sejarah Lama (The Old History):
1.
2.
Mono dimensional.
3.
Pemaparan deskriptif-naratif.
4.
5.
6.
Para pelaku sejarah terbatas pada raja-raja, orang-orang besar, pahlawan atau jenderal.
7.
Disebut sejarah baru, sejarah ilmiah (scientific history atau social scientific history); sejarah total
(total history).
2.
Multi dimensional.
3.
Para pelaku sejarah luas dan beragam, segala lapisan masyarakat (vertikal ataupun horisontal; top
down atau bottom up).
4.
Ruang cakup luas; segala aspek pengalaman dan kehidupan manusia masa lampau.
5.
Tema luas dan beragam, sejarah politik baru, sejarah ekonomi baru, sejarah sosial, sejarah agraria
(sejarah petani, sejarah pedesaan), sejarah kebudayaan, sejarah pendidikan, sejarah intelektual,
sejarah mentalitas, sejarah psikologi, sejarah lokal, sejarah etnis.
6.
Pemaparan analitis-kritis.
7.
HISTORIOGRAFI KOLONIAL
Karya sejarah yang ditulis pada masa pemerintahan kolonial berkuasa di Nusantara
Indonesia, yaitu sejak zaman VOC (1600) sampai masa Pemeritahan Hindia Belanda yang
berakhir ketika tentara pendudukan Jepang datang di Indonesia (1942). Historiografi kolonial
adalah karya tulis sejarah yang ditulis oleh para sejarawan kolonial ketika pemerintahan
kolonial berkuasa di Nusantara Indonesia.
Karakteristik :
Belanda Sentrisme artinya sejarah Indonesia di tulis dari sudut pandang kepentingan
orang-orang Belanda yang sedang berkuasa di Nusantara Indonesia saat itu.
Eropasentrisme, artinya ditulis dari sudut pandang kepentingan orang Belanda, dan
kepentingan bangsa Eropa pada umumnya.
Mitologisasi artinya banyak kejadian yang tidak didasarkan pada kejadian yang
sebenarnya. Interpretasi dari jaman kolonial cenderung untuk membuat mitologisasi
dari dominasinya, dengan menyebut perang-perang kolonial sebagai usaha pasifikasi
daerah-daerah, yang sesungguhnya mengadakan perlawanan untuk pertahanan
masyarakat serta kebudayaannya.
HISTORIOGRAFI MODERN
Historiografi modern muncul akibat tuntutan ketepatan teknik dalam mendapatkan fakta
sejarah. Fakta sejarah didapatkan melalui penetapan metode penelitian, memakai ilmu-ilmu
bantu, adanya teknik pengarsipan dan rekonstruksi melalui sejarah lisan. Suatu periode baru
dalam perkembangan historiografi Indonesia dimulai dengan timbulnya studi sejarah kritis.
Dalam penulisan tentang sejarah kritis dipergunakan prinsip-prinsip metode sejarah. Studi
sejarah kritis juga memerlukan bantuan dari ilmu lain untuk mempertajam analisanya.
KARAKTERISTIK :
Bersifat Indonesia sentrisme, penulisan sejarah di Indonesia diinterpretasikan sebagai
sejarah nasional dan ditulis dari sudut kepentingan rakyat Indonesia. Tugas dari
historiografi nasional adalahmembongkar dan merevisi historiografi kolonial yang
gaya penulisannya diselewengkan oleh para sejarawan kolonial yang sangat merugikan
proses pembangunan, khususnya pembangunan sikap mental bangsa
(terutama
generasi muda) Indonesia dewasa ini.
Bersifat metodologis, artinya penulisan sejarah Indonesia menggunakan pendekatan
ilmiah berdasarkan teknik penulisan ilmiah untuk ilmu sosial.
Bersifat kritis historis, yang berarti substansi penulisan sejarah Indonesia secara ilmiah
dapat dipertanggungjawabkan.