Anda di halaman 1dari 7

Perkembangan

Historiografi
Sejarah peminatan

ZANUARIO ZULKHOMSAH DINO LATHIFA & ULYA SUCI


HAYATI
Historia

Historiografi berasal dari bahasa Yunani


yakni historia yang artinya “penyelidikan
tentang gejala alam fisik” dan grafein yang
bermakna “gambaran, tulisan, atau uraian”
Penulisan sejarah atau historiografi pada
setiap zaman tentunya memiliki
perbedaan.
Hal ini disebabkan adanya
kultuurgebundenheit (ikatan kebudayaan)
dan zetgeist (ikatan waktu atau jiwa
zaman)
Perkembangan Historiografi
Historiografi berarti karya sejarah dari masa lampau sampai masa sekarang (dikenal dengan
nama sejarah kontemporer). Di dalamnya tercakup pula pendekatan yang dipakai sejarawan
yang menulisnya.

Menurut Kuntowijoyo, perkembangan historiografi Indonesia bergerak dalam tiga


Dalam gelombang. Gelombang pertama terjadi tatkala dilakukan dikolonisasi
perkembangannnya pengetahuan sejarah dari Neerlando-sentris menuju Indonesai-sentris yang
historiografi di aspirasinya bertapak pada acara Seminar Sejarah Nasional I, Yogyakarta, 1957,
indonesia dibedakan meski aprisiasi itu telah dirintis oleh segelintir kajian-kajian sebelumnya.
dalam beberapa Gelombang kedua adalah ketika digunakannya social scientific approach dalam
kategori, yakni
penulisan sejarah, hasil dari pertemuan Seminar Sejarah Nasional II, Yogyakarta,
historiografi
1970. pendekatan ini menekan pada problem oriented. Gelombang ketiga
kolonial dan
menempatkan sejarah sebagai kritik sosial. Ia kritis dalam prosedur keilmuan,
historiografi modern
namun sekali gus fungsional dalam masyarakat sebagai kritik nasional
Penulisan sejarah Indonesia sejak zaman kerajaan sampai pascakolonial
umumnya ditandai dua hal :
 Bersifat politis dan ideologis, kurang ilmiah
 Menunjukan unsur kejayaan dan kebesaran dari struksut kekuasaan yang
dominan.
1. Historiografi Tradisional
Penulisan sejarah yang bercorak historiografi tradisional ini sudah dimulai pada zaman kerajaan-
kerajaan Hindu-Budha.
Menurut Taufik Abdullah, pada fase ini penulisan sejarah yang dilakukan merupakan ekspresi budaya
dan pantulan keprihatinan sosial masyarakat atau kelompok sosial yang menghasilkan daripada
usaha untuk merekam peristiwa masa lalu.

Ciri-ciri historiografi tradisional :


1. Istana-sentris karena berpusat pada keinginan dan kepentingan raja
Babad memiliki
2. Feodal-aristrokratis karena berfokus pada kehidupan kaum bangsawan feodal, bukan kehidupan kedudukan penting
rakyat jelata dalam penulisan
3. Subjektivitas tinggi karena penulis hanya mencatat peristiwa penting dikerajaan dan atas sejarah karena
Prasasti termasuk
permintaan sang raja memuat tentang
sejarah tradisional karena
peristiwa-peristiwa
menjadi sumber utama 4. Tujuannya melegitimasi dan melanggengkan kekuasaan serta kedudukan raja
mengetahui tentang 5. Banyak mengandung anakronisme dalam penyusunannya
kerajaan Hindu-Budha
masa awal 6. Umumnya, penulisan tidak disusun secara ilmiah, serta banyak data yang bercampur baur antara
unsur mitos dan realitas. Berbagai mitos dan legenda diarahkan untuk mengukuhkan
kepercayaan bahwa raja tidak sama dengan orang biasa
7. Sumber datanya sulit untuk ditelusuri, bahkan kadang mustahil untuk dibuktikan. Dengan kata lain,
fakta sejarahnya sulit untuk dibuktikan
8. Regio-sentris, artinya banyak dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat tempat naskah
tersebut ditulis. Hikayat memiliki
dua penulisan,
Penulisan sejarah indonesia pada masa kerajaan Hindu-Budha bersifat politis dan ideologis, yaitu yaitu syair dan
pantun
melanggengkan status quo. Jenis karya yang dapat dikategorokan dalam historiografi tradisional
adalah prasasti (pada masa hindu-budha),babad dan hikayat.
Contoh historiografi kolonial
2. Historiografi kolonial

● Historiografi Kolonial adalah karya (tulisan) sejarah dengan ciri khas Eropa-
sentris atau Belanda-sentris. Umumnya ditulis pada saat pemerinyahan colonial,
yaitu sejak zaman VOC sampai pemerintahan Hindia Belanda berakhir (1942).
Penulisnya umumnya orang-orang Belanda ataupun Eropa.
● Fokus utama historiografi adalah Kehiduoan warga Belanda di Indonesia, di
Hindia Belanda. Contohnya aktiitas warga Belanda, pemerintahan colonial,
pegawai kompeni, dan kegiatan gubernur jendral. Kondisi Indonesia tidak
mendapat perhatian.
● Karena fokusnya adalah kepentingan Belanda, penulisan tentang perlawanan
rakyat Indonesia terhadap Belanda berlawanan dengan kenyataan yang
sebenarnya. Contoh; Dari sudut penulisan sejarah nasional Belanda, Pangeran
Diponegoro dianggap sebagai pemberontak namun dari sudut penulisan
sejarah Indonesia, ia adalah pahlawan.
● Dalam mengisahkan sejarah perang Kolonial, para sejarawan Belanda
menguraikan secara terperinci operasi militer Belanda, sedangkan Indonesia
hanya disebut sebagai objek dari aksi militer itu. Semua dilakukan demi tujuan
politis-ideologis, memberi pembenaran, melegitimasi penjajahan, dan
melanggengkan eksistensi Belanda di Indonesia. Penulisan sejarah ini tidak
dilakukan demi mencari kebenaran yang obyektif, melainkan demi kepentingan
politik status quo.
3. Historiografi
Modern

● Penulisan sejarah dengan bangsa Indonesia sebagai actor utamanya mulai marak setelah
Indonesia merdeka. Penulisan sejarah kemudian diarahkan pada kepentingan nasional bangsa
Indonesia. Tahun 1957, diadakan Seminar Nasional Sejarah I di Yogtakarta yg membicarakan
pencarian identitas nasional bangsa Indonesia melalui rekontruksi penulisan sejarah nasional.
Sejarah nasional juga diharapkan dapat menjadi alat pemersatu dengan memberikan
penjelasan tentang keberadaan bangsa Indonesia melalui jejak sekarahnya.
● Mohammad Yamin berpendapat, penelitian ilmiaj seharusnya mengaruh oada interpretasi
nasionalis yang dapat berguna untuk mempekuat kesadaran nasional.
● Penulisan sejarah Indonesia banyak yang bersifat Indonesia-sentris ,artinya, sejarah Indonesia
ditulis berdasarkan pengalaman dan sudut pandang orang Indonesia sendiri.
● Sartono Kartodidjo mengemukakan bahwa visi dasar historiografi nasional adalah
menempatkan rakyat Indonesia sebagai pemeran utama dari sejarahnya sendiri.
● Historiografi Indonesia kemudian diramaikan oleh penulisan sejarah Indonesia yang tidak
mengabaikan unsur kritis demi rasa nasionalisme. Karena sifatnya menggunakan kaidak-kaidah
ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, historiografi jenis ini disebut historiogtafi modern.
● Djajadiningrat dianggap sebagai pelopor historiografi modern karena dalam karyanya, ia
menggali fakta sejarah secara objektif, lepas dari kepentingann, nilai. Ideology, ataupun
seleranya sendiri. Ia dianggap berhasil memisahkan aspek-aspek historis dari aspek
nonhistoris dari peristiwa itu.
● Historiografi modern menuntut ketepatan metodologi dalam usaha mendapatkan fakta sejarah
secermat mungkin, mengadakan rekontruksi sebaik mungkin, menerangkannya secepat
mungkin sesuai kaidah ilmiah, dan memunculkan suatu terobosan baru.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai