Anda di halaman 1dari 7

LKPD

NAMA/KELAS :

KOMPETENSI DASAR : Menganalisis ciri-ciri dari historiografi tradisional,


kolonial, dan modern.

1 Jelaskan ciri historiografi masa Hindu dan Buddha beserta contohnya!

a. Ciri – ciri Historiografi Tradisional Masa Hindhu-Buddha


 Mengenalkan masyarakat Indonesia pada tradisi tulis yang ditandai dengan perkembangan karya-karya
historiorafi tradisional.

Secara umum, Historiografi tradisional pada masa Hindu-Buddha memiliki ciri :


1) Karya yang dihasilkan berupa terjemahan naskah-naskah dari India.
2) Historiografi tradisional bersifat religiomagis. Religiomagis berarti kepercayaan yang meyakini adanya
kekuatan di atas manusia dan kekuatan gaib yang menguasai alam sekitar.
Contoh : Aji Saka dan Bubuksah.

3) Isi karya Historiografi tradisional ada masa Hindu-Buddha berida istanasentris. Pada umumnya karya
Historiograi tradisional pada masa Hindhu-Buddha berusaha melegitiasi kekuasaan Raja dan keinginan
mewariskan pengalaman kepada generasi penerusnya. Contoh : Hikayat Aceh, Babad Demak.

b. Contoh karya Historiografi Tradisional Masa Hindu-Buddha


1) Mahabarata dan Ramayana
 Merupakan dua wiracrita yang terkenal di India, ditulis sekitar pertengahan abad IX masehi atau masa
Kerajaan Mataram Kuno. Ditulis menggunakan Bahasa Sansekerta dalam bentuk parwa (karya prosa epos
Jawa Kuno). Kedua kakawin tersebut mengangkat tema cerita yang sama yaitu kepahlawanan.

2) Pararaton
 Kitab Pararaton disebut juga dengan kitab pustaka raja. Ditulis pada 153 Saka atau 1613 Masehi. Kitab
Pararaton memaparkan kisah hidup Ken Arok dalam upaya membangun kerajaan Singasari. Dalam kitab ini
Ken Arok disebut sebagai keturunan Ken Endok dan Dewa Brahma. Cerita tersebut menunjukkan bahwa
konsep dewa-raja dalam karya ini sangat kuat.

3) Negarakertagama
 Ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1287 Saka atau 1365 Masehi. Dalam kitab ini, dijelaskan peran Raja
Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada dalam membangun kejayaan Kerajaan Majapahit. Dalam kitab
ini juga disebutkan mengenai sumpah Amukti Palapa yang diikrarkan Mahapatih Gajah Mada.

4) Babad Arya Tabanan


 Babad yang ditemukan pada tulisan-tulisan lontar kuno yang dimiliki beberapa puri (keraton) di Tabanan,
Bali. Babad ini menceritakan awal ekspedisi Kerajaan Majapahit ke pulau Bali yang dipimpin oleh
Mahapatih Gajah Mada dan Arya Damar.
2 Jelaskan ciri historiografi masa Islam beserta contohnya!
a. Ciri – ciri Historiografi Tradisional Masa Islam
 Secara umum, ciri historiografi tradisional pada masa Islam sebagai berikut :
1) Karya historiografi tradisional pada masa Islam masih mengandung unsur mitos. Sebagian besar karya
historiografi menceritakan seseorang yang mendapat wahyu sehingga menjadikannya sebagai orang terpilih.
Kisah tersebut kemudian digunakan untuk meligitimasi kekuasaan Raja.

2) Karya historiografi tradisional pada masa Islam sudah mengenal unsur kronologi. Unsur kronologi dapat
dilihat dari cerita asal usul raja atau latar belakang berdirinya sebuah kerajaan. Contoh ;
I. Hikayat Raja-Raja Pasal (menceritakan sejarah Kerajaan Samudera Pasai)
II. Idharul Haqq fi Mamlakat Perlak (menceritakan sejarah Kerajaan Perlak)
III. Izhar al-Haqq fi Silsilat Raja Perlak (menceritakan silsilah Raja Perlak)

3) Historiografi tradisional pada masa Islam bersifat etnosentris karena menceritakan lingkungan etnik
tertentu. Contoh : Babad Tanah Jawi, Hikayat Aceh, Kronik Wadjo, Serat Siti Jenar, Piatur Syeks Bari

b. Contoh Karya Historiografi Tradisional Masa Islam


 Tradisi Tulis menulis mengalami perkembangan pesat pada masa Islam
1) Hikayat Raja-Raja Pasai
 Menceritakan tentang sejarah berdirinya Kerajaan Samudera Pasai. Sesuai namanya, Hikayat Raja-Raja
Pasai memuat silsilah raja-raja Kerajaan Samudera Pasai dan Sultan Malik as-Saleh hingga Sultan Mahmud
Malik az-Zahir.

2) Hikayat Aceh
 Mengisahkan sejarah Kerajaan Aceh. Memuat silsilah raja-raja kerajaan Aceh, termasuk raja termahsyur di
Kerajaan Aceh, yaitu Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

3) Babad Demak
 Menceritakan proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa. Memuat cerita sejarah
mengenai berdirinya kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Demak. Mengisahkan peran
Raden Patah atau Penambahan Jimbun sebagai pendiri Kerajaan Demak secara kronologis.

4) Babad Tanah Jawi


 Merupakan karya sastra sejarah dalam bentuk tembang Jawa yang ditulis pada masa pemerintahan Paku
Buwono III. Menjadi karya historiografi terbesar yang dihasilkan Kerajaan Mataram Islam. Buku ini
memuat silsilah raja-raja dan cikal bakal Kerajaan Mataram Islam. Keunikan karya ini adalah penjelasan
tentang raja-raja Hindu dan Islam di tanah Jawa sebagai keturunan langsung dari Nabi Adam.

5) Babad Giyanti
 Berbentuk tambang macapat. Ditulis oleh Yasadipura I, pujangga besar Kesunanan Surakarta. Masa
penulisan Babad Giyanti tdak diketahui secara pasti. Akan tetapi, diperkirakan karya sastra ini digubah.

3 Buatlah perbandingan dalam tabel kekuatan dan kelemahan historiografi tradisional


No
Kekuatan Kelemahan
.
Membicarakan peristiwa tertentu yang Bersifat istana sentris karena lebih sering membahas
1
dianggap penting. kehidupan raja dan bangsawan.

Hanya membahas aspek tertentu. Pembahasan terpusat


pada kehidupan kaum bangsawan yang bersifat feodal
2 Menunjukan legitimasi raja.
dan tidak membahas kehidupan sosial ekonomi
rakyatnya.

Memiliki subjektvitas tinggi karena penulisan hanya


3 Menekankan struktur, bukan proses. mencatat peristiwa penting di kerajaan atas permintaan
sang raja

Penulisan tidak dilandasi dengan teori atau dikatakan


Menampilkan gencalogi (silsilah) secara tidak terdapat metodologi yang jelas. Data yang
4
runtut dan kronologis. digunakan mengandung unsur mitos dan realitas yang
bercampur.

Sumber- sumber data sulit ditelusuri kembali, bahkan


5 Menampilkan budaya masyarakat setempat.
terkadang sulit dibuktikan.

4 Jelaskan ciri historiografi kolonial!

 Ciri-ciri historiografi kolonial sebagai berikut :


a. Neerlandosentris dan Eropasentris
 Artinya sejarah Indonesia dtulis bedasarkan sudut pandang dan kepentingan orang-orang Belanda (Eropa).
Oleh karena itu, fokus utama kajian historiografi kolonial di Indonesia adalah bangsa Belanda dan bangsa-
bangsa Eropa lainnya. Sementara itu, kehidupan bangsa Indonesia pada masa kolonial hanya menjadi fokus
sekunder.

b. Mitologis
 Unsur mitos juga mewarnai historiografi kolonial. Sejarawan Belanda menggunakan unsur mitos dalam
tulisannya sehingga banyak kejadian pada tulisan yang tidak sesuai kejadian sebenarnya. Selain itu, mitos
digunakan untuk menonjolkan superioritas bangsa Belanda. Salah satu contoh mitos dalam historiografi
kolonial adalah adanya kesan bahwa kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia sudah dimulai sejak 1596,
ketika bangsa Belanda datang di Indonesia. Faktanya, kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia baru mulai
pada 1808, yaitu pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Daendels.

c. Bersifat Subjektif
 Historiografi kolonial hanya menyoroti aktivitas orang Belanda di tanah jajahan sebagai fokus kajian,
menyebabkan historiografi colonial bersifat subjektif.
Contoh buku : Sejarah Hindia Belanda yang ditulis F.W. Stapel. Buku Sejarah Hindia Belanda terdiri atas
beberapa bab, yaitu :
1) Sejarah zaman purbakala dan Hindu, 25 halaman
2) Penyebaran agama Islam dan bangsa Portugis di Indonesia, 8 halaman
3) VOC kongsi dagang Belanda, 152 halaman
4) Pemerintah Belanda, 150 halaman
Dapat disimpulkan, jumlah halaman untuk bangsa Belanda lebih banyak daripada bangsa Indonesia

d. Mengabaikan Sumber Lokal


Penulisan historiografi kolonial menggunakan sumber berupa arsip dan dokumen pemerintah kolonial
Belanda. Sementara itu, sumber lokal dari Indonesia, seperti babad, hikayat, kronik, dan sumber lisan sering
diabaikan.

e. Berisi tentang sejarah Orang-Orang Besar


Dalam historiografi kolonial fakta-fakta kesejahteraan yang terkait bangsa Indonesia diputarbalikkan untuk
menyudutkan posisi masyarakat pribumi. Selanjutnyam pihak Belanda mengambil keuntungan psikologis,
ekonomis, dan politis. Dalam historiografi kolonial, tokoh-tokoh seperti Imam Bonjol, Pangeran
Diponegoro, Soekarno, Moh.Hatta, dll dan sejumlah tokoh bangsa ditigmakan dengan kesan negative

5 Jelaskan kekuatan dan kelemahan historiografi kolonial!

 Kekuatan
1) Bedasarkan Fakta
Sejarawan kolonial menitikberatkan kejadian yang berkaitan dengan orang-orang Belanda dalam tulisannya
sehingga menimbulkan subjektivitas tinggi terhadap Belanda. Meskipun demikian, historiografi kolonial
tetap dapat digunakan sebagai sumber sejarah karena di dalamnya terdapat fakta-fakta sejarah.

2) Sumber Kolonial yang Disimpan di Belanda Sangat Banyak


Sumber kolonial lebih banyak disimpan di negeri Belanda daripada di Indonesia. Dengan demikian,
sejarawan Belanda lebih mudah menulis tentang sejarah bangsanya. Adapun sejarawan Indonesia hanya
bisa menggunakan sumber kolonial secara terbatas. Akan tetapi, degan digitilasi arsip yang dilakukan
lembaga KITLV, sejarawan Indonesia dapat mengakses arsip-arsip tersebut tanpa perlu pergi ke Belanda.

3) Penggunaan Teknologi Penerbitan


Seiring perkembangan zaman, kara historiografi kolonial mengguanakan teks hasil cetakan mesin yang
harganya cenderung lebih murah dan dapat mencetak dalam jumlah lebih banyak. Perubahan ini mendorong
meluasnya pembuatan kara historiografi kolonial.

 Kelemahan
1) Subjektivitas Tinggi
Karya historiografi pada masa colonial memiliki subjektvitas tinggi karena berorientasi pada kejadian-
kejadian yang menyangkut kepentingan orang-orang Belanda. Misalnya, dalam sejarah VOC banyak
penjelasan yang menekankan ciri neerlandosentris dan eropasentris.
2) Kurangnya Data Kualitatif dan Sumber Lokal
Pada umumnya buku tentang sejarah kolonial menuliskan hal-hal yang kaku dan dibuat-buat. Sejarawan
kolonial juga tidak berusaha meneliti sumer lokal seperti syair, hikayat, babad, dan sejarah karena tulisan
pribumi tersebut dinilai terlalu rendah.

3) Sumber Terbuka Masih Terbatas


Secara kuantitas, sumber kolonial di negeri Belanda sanga banyak. Meskipun demikian, sumber kolonial
berupa arsip yang terbuka masih dalam jumlah terbatas. Padahal jika sumber kolonial tersebut dapat diakses
secara keseluruhan, para sejarawan Indonesia dapat mengungkapkan fakta-fakta baru mengenai kehidupan
bangsa Indonesia pada masa kolonial.

6 Jelaskan ciri historiografi modern beserta contohnya!

1. Ciri-ciri historiografi modern :


a. Bersifat Indonesiasentris
Artinya, penulisan sejarah di Indonesia iinterpretasikan dari sudut pandang dan kepentingan bangsa
Indonesia. Biasa juga disebut sebagai historiografi nasional.

b. Bersifat Metodologis
Yaitu menggunakan teknik penulisan ilmiah dalam ilmu sejarah. Dengan demikian, isi karya istoriografi
modern dapat dipertanggunjawabkan secara ilmiah.

c. Bersifat Kritik Historis


Yaitu menggunakan pendekatan multimensional. Dengan pendekatan ini, sebuah peristiwa dapat dipandag
dari sudut pandang politik, sosial, ekonomi, dan budaya.

d. Para Pelaku Luas dan Beragam


Historiografi modern memperluas objek penelitian dengan cara tidak hanya terpaku pada sejarah orang
besar tetapi juga mengkaji peran dan kondisi sosial ekonomi “orang kecil”.

e. Menggunakan Sumber Kolonian dan Lokal


Dalam proses penyusunan historiografi modern, sejarawan Indonesia tidak hanya menggunakan sumber
kolonial berupa arsip atau dokumen, tetapi juga sumber lokal. Sejarawan melakukan perbandingan antara
sumber colonial dan lokal untuk mendapatkan fakta yang kredibel. Sumber lokal yang digunakan tidak
hanya habad, tetapi juga hikayat, berita Tiongkok, dan sumber-sumber arkeologi.

7 Jelaskan kekuatan dan kelemahan historiografi modern!


Kekuatan Kelemahan
Mengubah pandangan etnosentris (kedaerahan) dalam Masih membahas secara politis sehingga pembahasan
historiografi tradisional menjadi nationsentris masa lalu Indonesia belum optimal
(kebangsaan)
Mengubah sudut pandang eropasentris menjadi Kurangnya pembahasan dalam kaitannya dengan
indonesiasentris sejarah perempuan dan rakyat

Menggunakan metode sejarah kritis yang obyektif. Terkadang indonesia sentrisnya berlebihan tanpa
Langkah ini dilakukan agar penulis tidak terjebak adanya penelitian mendalam, sebab biaya penelitain
subjektivitas tertentu tinggi (Sanusi Pane, Muh Yamin dan Soekanto)

Pendekatan multidimensional dengan dukungan teori


ilmu sosial untuk menjelaskan kejadian sejarah

Mengungkapkan dinamika masyarakat Indonesia dari


berbagai aspek kehidupan

Mengubah pandangan religiomagis serta kosmologis


dalam historiografi tradisional menjadi pandangan
bersifat ilmiah

8 Jelaskan mengenai peran penting historiografi modern dalam kaitannya mengembangkan pemahaman
indonesiasentris yang dapat mengembangkan nasionalisme!

Historiografi Indonesia di Tangan Sejarawan Milenial


infografik napak tilas sejarah nasional
Peluncuran Jurnal Sejarah Volume 1 nomor 1 tahun 2017 di ruang baca Perpustakaan (Gedung A) Kementerian
Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Jumat sore (8/9/2017). tirto.id/ Petrik Matanasi
Peluncuran Jurnal Sejarah Volume 1 nomor 1 tahun 2017 di ruang baca Perpustakaan (Gedung A) Kementerian
Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Jumat sore (8/9/2017). tirto.id/ Petrik Matanasi
Oleh: Ivan Aulia Ahsan - 11 September 2017
Dibaca Normal 2 menit
Ulang tahun Masyarakat Sejarawan Indonesia ke-47 dirayakan dengan peluncuran jurnal dan kebangkitan
sejarawan milenial.
tirto.id - Sejarawan Taufik Abdullah (81) masih ingat bagaimana ia dan kawan-kawannya dulu membangun
Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) dengan susah payah. “Kami saat itu hanya sedikit orang dan profesi
sejarawan belum sekuat sekarang,” katanya.
Taufik Abdullah adalah salah satu dari sedikit saksi hidup yang melihat sekaligus terlibat dalam perkembangan
historiografi Indonesia dari zaman ke zaman. Pada 1970-an, ia adalah wonderkid dalam dunia ilmu sejarah di
Indonesia. Gelar doktor baru saja diraihnya dari Cornell University, salah satu kampus ternama di Amerika yang
memiliki jurusan Kajian Indonesia. Ia meraih gelar Doktor di bawah bimbingan langsung George McTurnan
Kahin, mahaguru para indonesianis.
Kariernya cemerlang di dunia akademik dan di kemudian hari dikenal sebagai sejarawan yang tajam mengulas
peristiwa masa lalu. Sebagai sejarawan senior saat ini, ia dengan rendah hati meyakini bahwa anak-anak muda
yang akan memegang peranan penting dalam penulisan sejarah Indonesia.
“Saya kaget ketika tadi ditunjukkan sebuah buku yang ditulis oleh anak muda. Topiknya tentang penyakit sifilis
di zaman kolonial. Itu sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh generasi saya. Bagus sekali,” puji Taufik.
Baca juga: Penyakit Kelamin di Kalangan Serdadu
Anak muda yang dimaksud Taufik adalah Gani Ahmad Jaelani (34), pengajar jurusan Sejarah Universitas
Padjadjaran. Buku yang disinggung Taufik berasal dari tesis yang ia pertahankan di Perancis tentang penyakit
kelamin di Jawa masa kolonial. Sekarang dia menyandang gelar Doktor dari EHESS, Paris, dengan disertasi
soal higienitas di Hindia Belanda.
Bagi sejarawan senior macam Taufik, tema yang ditekuni Gani memang terdengar unik. Di zamannya, tema-
tema penulisan sejarah cenderung berkutat pada soal-soal “serius”: perang, pemberontakan petani, revolusi,
perubahan sosial, atau pergerakan nasional. Di tangan para sejarawan muda saat ini, tema, pendekatan, dan
metodologi penulisan sejarah kian beragam.
Baca juga: Kala Sejarah(wan) Bersertifikasi
Sementara itu, Hilmar Farid (49), Ketua Umum MSI yang juga Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, mengungkapkan optimismenya soal masa depan historiografi Indonesia di tangan
sejarawan muda. “Saya yakin anak-anak muda ini akan membawa sesuatu yang baru bagi historiografi kita,”
katanya.
Sore itu, Jumat (8/9), Hilmar dan Taufik berpidato dalam acara perayaan ulang tahun MSI ke-47. Dua sejarawan
beda generasi ini dipertemukan oleh sebuah momen ketika keprihatinan terhadap miskinnya terobosan baru
dalam historiografi Indonesia semakin meningkat.
Keduanya pun ditautkan sebuah persamaan yang barangkali tak disadari oleh mereka sendiri: sama-sama
menjadi pelopor historiografi baru di generasinya masing-masing.
Taufik, sejak dekade 1970-an, banyak menulis sejarah dengan pendekatan ilmu sosial yang mendalam dan ia
sangat mumpuni di bidang itu. Sementara Hilmar memberi corak baru bagi sejarah pergerakan nasional
(skripsinya tentang politik bahasa Balai Pustaka di awal abad 20) dan gerakan kiri Indonesia ketika penulisan
sejarah kental dengan dominasi pendekatan militeristik ala Orba.
Baca juga: Masyarakat Sejarawan Indonesia Luncurkan Jurnal Terbaru
Acara ulang tahun MSI tersebut sekaligus juga menjadi ajang peluncuran Jurnal Sejarah yang sempat mati suri
selama beberapa edisi. Kali ini, Jurnal Sejarah diterbitkan dalam dua versi: cetak dan online.
Jurnal ini juga menandai kebangkitan historiografi Indonesia di tangan anak-anak muda. Hampir semua penulis
jurnal adalah mereka yang lahir pada 1980-an dan 1990-an. Sebuah perkembangan bagus di tengah makin
jarangnya karya akademik dari sejarawan-sejarawan Indonesia.
Jurnal Sejarah adalah produk utama MSI sebagai organisasi profesi sejarawan. Jika disetarakan melalui
perindeksan Scopus, idealnya jurnal ini memiliki rating tertinggi dibanding jurnal-jurnal serupa karena
dikeluarkan oleh organisasi profesi. Itu juga yang akan dikejar oleh para redaktur jurnal.
Baca juga: Kondisi Dunia Penelitian di Indonesia
“Kami berusaha agar jurnal ini menjadi avant garde dalam mengembangkan historiografi Indonesia
kontemporer,” kata Andi Achdian (50), Doktor ilmu sejarah Universitas Indonesia yang menjadi Editor-in-Chief
jurnal, saat diwawancarai Tirto.
Dalam dunia serba digital, mau tak mau sebuah jurnal akademik juga masuk ke ranah itu. Jurnal Sejarah, karena
itu, memilih menjadi jurnal terbuka yang bisa diakses siapa saja secara pro bono. “Jurnal Sejarah bisa diunduh
secara gratis. Termasuk edisi-edisi sebelumnya juga akan kami usahakan versi digitalnya,” lanjut Andi.
Seperti Taufik dan Hilmar, Andi juga sepakat bahwa di tangan anak mudalah historiografi Indonesia saat ini
bertumpu. Katanya: “Prioritas kami adalah menerima naskah anak-anak muda. Kami memberi tempat seluas-
luasnya bagi mereka. Mereka harapan perubahan dan kemajuan.”
Jika dilihat dari sudut pandang kesenjangan antargenerasi, memang hanya generasi sekarang yang paling
memahami zeitgeist (jiwa zaman) seluruh gejolak dan keresahan yang terjadi saat ini. Secara usia, mereka
kebanyakan masuk dalam kategori generasi milenial.
Baca juga: Generasi Milenial Bukan Generasi Pemalas
Maka dengan perkembangan ilmu sosial-humaniora di Indonesia yang begitu pesat dalam dua dasawarsa
terakhir, ada secercah harapan bagi masa depan historiografi Indonesia di tangan para sejarawan milenial.
Ditambah lagi makin banyaknya sejarawan muda yang terdidik dalam tradisi akademik Eropa dan Amerika. Hal
itu memungkinkan pendekatan, metodologi dan tema bisa sangat beragam.
Situasi itu diharapkan membuat historiografi Indonesia bisa semakin mandiri dan tidak lagi bergantung kepada
“mazhab-mazhab” tertentu dalam ilmu sejarah.
Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan menarik lainnya Ivan Aulia Ahsan
(tirto.id - Sosial Budaya)
Reporter: Ivan Aulia Ahsan
Penulis: Ivan Aulia Ahsan
Editor: Zen RS
Subscribe Now
Di tangan para sejarawan muda, historiografi bisa sangat beragam: dari tema, pendekatan, hingga metodologi.
Buatlah analisis secara mendalam mengenai bacaan diatas!

Anda mungkin juga menyukai