Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki peradaban yang tinggi. Hal itu
dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan masa lampau yang sangat menakjubkan.
Nenek moyang bangsa Indonesia telah mewarisi peradaban yang luhur untuk dipelajari
sebagai ilmu pengetahuan. Beberapa warisan tersebut dapat dilihat hingga kini seperti
Candi Borobudur yang dibangun pada masa Mataram Kuno, Situs Trowulan yang
diperkirakan berasal pada masa Majapahit abad ke-14 hingga beberapa prasasti dan teks-
teks kuno. Melihat peninggalan masa lampau yang begitu banyak, sangat diperlukan
suatu ilmu yang dapat merekonstruksi peristiwa masa lampau. Ilmu tersebut ialah ilmu
sejarah.1
Ilmu sejarah bertujuan untuk mempelajari peristiwa masa lampau. Tapi, bukan
berarti, sejarah hanya berpijak pada masa lampau saja. Sejarah juga berpijak pada masa
depan. Sebagai ilmu, sejarah pun memiliki perkembangan, terutama dari segi penulisan.
Penulisan sejarah atau historiografi ternyata berkembang dari masa ke masa. Historiografi
bahkan justru berkembang sejak jaman kemerdekaan. Menurut Sartono Kartodirdjo,
penulisan sejarah Indonesia berkembang dari berbagai cakrawala, antara lain, dari religio-
kosmoginis ke sejarah kritis, dari ethnocentrism ke natiocentris, dari kolonial elitis ke
sejarah Indonesia secara keseluruhan.2
Perkembangan historiografi di Indonesia secara umum dibagi menjadi tiga bagian:
historiografi tradisional/ klasik, historiografi kolonial, dan historiografi modern. Dalam
makalah ini, kami akan membahas mengenai historiografi Indonesia klasik pengaruh
Hindu-Budha yang di dalamnya berisi penjelasan mengenai karya-karya sejarah pada
masa klasik seperti babad, serat, kronik, dan tambo. Dalam bagian awalnya, akan dibahas
terlebih dahulu mengenai pengertian dan ruang lingkup historiografi Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Historiografi Indonesia?
2. Apa saja ruang lingkup Historiografi Indonesia?

1
Wahyu Iryana, Historiografi Barat, (Bandung: Humaniora, 2014), hlm. 241.
2
Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
1982), hlm. 3 yang dikutip oleh Wahyu Iryana, Historiografi Barat, hlm. 241.

1|Page
3. Bagaimana penjelasan mengenai Historiografi Indonesia Klasik pengaruh Hindu-
Budha?
4. Apa saja karya-karya sejarah pada masa Indonesia Klasik pengaruh Hindu-
Budha?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Historiografi Indonesia.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari Historiografi Indonesia.
3. Untuk mengetahui Historiografi Indonesia Klasik pengaruh Hindu-Budha.
4. Untuk mengetahui karya-karya sejarah pada masa Indonesia Klasik pengaruh
Hindu-Budha.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Historiografi Indonesia
Secara etimologis, istilah historiografi berasal dari bahasa Yunani: “historia” yang
berarti “penyelidikan tentang gejala alam fisik”; dan “grafient” yang berarti “gambaran”,
“lukisan”, atau “uraian”. Dalam bahasa Inggris, dikenallah istilah historiography yang
didefinisikan secara umum sebagai “a history of historical writing” artinya sejarah
tentang penulisan sejarah.3 Historiografi barat adalah menjelaskan mengenai sejarah
tentang penulisan sejarah barat, sedangkan Historiografi Islam adalah berbicara mengenai
Penulisan sejarah Islam. Maka Hitoriografi Indonesia adalah mengungkapkan sejarah
tentang Penulisan sejarah Indonesia.
Dalam perkembangannya historiografi juga mengalami perubahan karena
perkembangannya, historiografi juga mengalami perubahan karena sejarawan mengacu
pada pada pengertian historia. Historiografi merupakan tingkatan kemampuan seni yang
menekanka pentingnya keterampilan, tradisi akademis, ingatan subjektif (imajinasi) dan
pandangan arah yang semuanya memberikan warna pada hasil penulisannya. Dengan
demikian historiografi merupakan hasil karya sejarawan yang menulis tulisan sejarah.
Historiografi adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara krono-logis/diakronis
dan sistematis menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.4
Perkembangan historiografi di Indonesia secara umum dibagi menjadi tiga bagian
yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern. Menurut
Kuntowijoyo perkembangan historiografi bergerak dalam tiga gelombang, pertama
terjadi tatkala dilakukan dekolonisasi pengetahuan sejarah dari Neerlando sentris menuju
Indonesia sentris yang aspirasinya bertapak pada acara seminar Sejarah Nasional 1,
Yogyakarta, 1957, meski aspirasi itu telah dirintis oleh segelintir kajian-kajian
sebelumnya. Gelombang kedua ketiga digunakannya social scientific approach dalam
penulisan sejarah, hasil dari pertemuan seminar sejarah Nasional II, Yogyakarta 1970.
Pendekatan ini menekankan pada problem oriented. Gelombang ketiga menempatkan

3
Nina H. Lubis, Historiografi Barat, (Bandung: Satia Historika, 2008), hlm. 10-11 yang dikutip oleh
Wahyu Iryana, Historiografi Barat, hlm. 1.
4
Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm 147.

3|Page
sejarah sebagai kritik social. Ia kritis dalam prosedur keilmuan, namun sekaligus
fungsional dalam masyarakat sebagai kritik sosial .5
B. Ruang Lingkup Historiografi Indonesia
Awal perkembangan penulisan sejarah Indonesia dimulai dengan adanya penulisan
sejarah dalam bentuk naskah. Beberapa sebutan untuk naskah-naskah yaitu babad,
hikayat, kronik, tambo, dan lain-lain. Berawal dari kesadaran sejarah melalui tradisi lisan.
Yang semula ditulis melalui naskah-naskah, naskah ini pun termasuk kedalam kategori
historiografi tradisional. Perkembangan historiografi di Indonesia bermula dari
historiografi tradisional, kemudian historiografi kolonial, lalu dilanjut dengan
historiografi nasional atau modern.6
Adapun mengenai ruang lingkup pembahasan historiografi Indonesia adalah
berbicara mengenai historiografi masa klasik (pengaruh Hindu-Budha), historiografi
masa klasik (pengaruh Islam), historiografi masa kolonial, historiografi masa kolonial
modern, historiografi masa kebangkitan nasional, historiografi masa kemerdekaan,
historiografi masa orde lama, historiografi masa orde baru, dan lain-lain.
Berbicara mengenai penulisan sejarah di Indonesia. Menurut Sartono Kartodirjo
bahwa usaha penulisan kembali sejarah Indonesia perlu disebarkan dengan (berbagai latar
belakang) cakrawala, antara lain:
1. Cakrawala religio-magis (keagamaan) serta kosmoganis, seperti tercermin dalam
Babad atau sejarah/hikayat telah ditinggalan dan diganti dengan Cakrawala
empiris-ilmiah. Sejarah kritis telah menyediakan alat-alat metodologis yang
secara ilmiah akan mengungkapkan fakta-fakta dari sumber-sumber sejarah.
2. Cakrawala natiocentris (kebangsaan) yang menggantikan ethnocentrisme, maka
sejarah Indonesia merupakan kesatuan yang berbataskan kesatuan politik-
geografi wilayah Indonesia.
3. Cakrawala kolonial-elitis yang digantikan dengan sejarah bangsa Indonesia
secara keseluruhan dengan mencakup berbagai lapisan sosialnya. Tercakup
dalma pandangan baru ini adalah dialihkannya pemusatan perhatian pada peranan

5
Wahyu Iryana, Historiografi Barat, hlm. 242.
6
Agus Mulyana dkk, Historiografi di Indonesia: Dari Magis-Religius Hingga Strukturis, (Bandung: PT
Rafika Aditama, 2009), yang dikutip oleh Wahyu Iryana, Historiografi Barat, hlm. 246.

4|Page
raja-raja serta mentri dan hulubalangnya, juga dari peranan para penguasa
kolonial.7

Dalam penyusunan historiografi Indonesia generasi sejarawan dewasa ini


dihadapkan dengan perubahan sosial baik yang evolusioner maupun yang revolusioner.
Perubahan-perubahan yang bergerak dengan langkah yang semakin cepat membuka
pandangan-pandangan baru bagi sejarawan. Pada satu pihak kesadaran akan historitas
benda-benda mengutarakan soal kapan, dimana serta apa yang terjadi. Diperhatikan
uniqueness dari kejadian, tindakan serta personae. Di sini sejarawan tak berhenti pada
semboyannya Ranke: we es eisgentlich gewesen ist. Kesadaran sejarah masa kini tidak
terlepas dari proses perubahan yang berlangsung di sekitarnya.8

Historiogfari Indonesia dengan maksud apapun juga berkisar pada soal penafsiran
istilah “Indonesia”. Konsep, ruang lingkup, dan kedalaman penulisan sejarah tersebut
menentukan bentuk dan sifat cerita sejarah Indonesia. Pada umumnya digunakan istilah
rekontruksi dengan arti memperbaiki kontruksi yang sudah ada: rekontruksi sejarah
Indonesia, kadang-kadang dipakai istilah “penulisan kembali” yang menunjukan bahwa
tulisan-tulisan yang ada sudah using dan harus diperbaharui. Yang perlu dipersoalkan
kemudian adalah apakah objek cerita itu tetap sama sepanjang masa, sehingga cerita itu
tidak perlu diperbaiki, atau apakah objek cerita berubah sepanjang masa sehingga cerita
itu perlu dikoreksi. Karena itu penting untuk menegaskan arti penting objek cerita sejarah
Indonesia. Agar istilah “penulisan” dapat ditempatka pada persfektif yang sebenarnya.
apabila yang dimaksud dengan sejarah Indonesia adalah sejarah orang Indonesia yang
tinggal di Republik Indonesia.9

Dengan demikian, masalah pokok historiografi Indonesia adalah menemukan titik


temu antara berbagai sejarah local dari bangsa Indonesia dengan sejarah colonial, dan
menentukan bagaimana cara mempersatukannya.10 Syarat pokok historiografi Indonesia
ialah adanya suatu pandangan yang bercorak Indonesia dan tersedianya fakta-fakta hasil
penyelidikan ilmiah. Dapat dikatakan pula bahwa fakta-fakta ini cenderung menghalangi
orang untuk menulis sejarah atau untuk mengungkapka pandangannya tentang sejarah.

7
Sartono Kartodirdjo, Historiografi Indonesia, hlm. 3.
8
Sartono Kartodirdjo, Historiografi Indonesia, hlm. 4.
9
Wahyu Iryana, Historiografi Barat, hlm. 253.
10
Wahyu Iryana, Hisrtoriografi Barat, hlm. 253.

5|Page
Historiografi Indonesia pada prinsipnya tidak dapat dipandang sebagai sekadar suatu
penyuntingan ulang terhadap cerita lama. Untuk menjadi disiplin ilmu, historiografi harus
berkembang dari batang tubuh perikehidupan masyarakat yang hidup. Dengan demikian
historiografi Indonesia tidak dapat dipisahkan dari usaha untuk memiliki kebudayaan
baru yang sesuai dengan perikehidupan dunia modern. Sejarah yang akan ditulis ialah
sejarah yang hendak melukiskan perikehidupan bangsa menurut norma-norma kebenaran
ilmiah.11

Pengungkapan mengenai historiografi Indonesia sangat penting sekali bagi seluruh


masyarakat Indonesia. Karena, dengan mengetahui sejarah bangsa Indonesia dari mulai
masa klasik/ tradisional hingga Indonesia merdeka bisa menumbuhkan rasa kecintaan kita
terhadap tanah air kita yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak dapat
dipungkiri, dari setiap penulisan karya sejarah pastilah ada makna yang bisa di ambil
untuk dijadikan cerminan di masa yang akan datang.

C. Historiografi Indonesia Klasik pengaruh Hindu-Budha


Historiografi tradisonal atau klasik merupakan gambaran dari pikiran masyarakat
yang religio-magis. Artinya, penulisan sejarahnya itu berisi naskah-naskah lama yang
sangat dipengaruhi oleh uraian unsur-unsur kepercayaan masyarakat setempat di mana
naskah itu dibuat. Lalu, historiografi berkembang seiring perkembangan alam pikiran
manusia. Begitu pula halnya dalam perkembangan historiografi di Indonesia.
Historiografi di Indonesia sudah ada jauh sebelum kedatangan penjajah.12
Bahkan historiografi masa klasik atau tradisional memiliki beberapa karakteristik, di
antaranya sebagai berikut:
1. Uraiannya dipengaruhi oleh ciri-ciri budaya masyarakat pendukungnya.
2. Cenderung mengabaikan unsur-unsur fakta karena terlalu dipengaruhi atau
dikaburkan oleh sistem kepercayaan yang dimiliki masyarakatnya.
3. Adanya kepercayaan tentang kekuatan “sekti” (sakti) yang menjadi pangkal dari
berbagai peristiwa alam, termasuk yang menyangkut kehidupan manusia.
4. Adanya kepercayaan akan klasifikasi magis yang mempengaruhi segala sesuatu
yang ada di alam ini, baik itu makhluk hidup maupun benda-benda mati, baik

11
Wahyu Iryana, Historiografi Barat, hlm. 253.
12
Agus Mulyana dkk, Historiografi Indonesia, yang dikutip oleh Wahyu Iryana, Historiografi Barat,
hlm. 246-247.

6|Page
bagi pengertian-pengertian yang dibentuk dalam akal manusia maupun bagi sifat-
sifat yang terdapat dalam materi.13
Perkembangan historiografi di Indonesia dimulai pada zaman kerajaan yang
dipelopori oleh Empu Prapanca yang menulis kitab Negarakertagama. Pada zaman ini,
penulis sejarah berasal dari kalangan pujangga. Tujuan utama penulisan sejarah adalah
untuk memuji dan mengultuskan raja sebagai pusat kosmik, dan lebih kepada konsep
Istana-sentris.14
Pada masa klasik atau tradisional ini, karya-karya tulisnya adalah sastra, maka
disebut dengan nama karya sastra sejarah. Karya sastra sejarah adalah karya sastra yang
mengisahkan sejarah suatu negeri dan raja yang memerintah negeri itu. Karya sastra yang
mengandung unsur sejarah ini disebut dengan istilah sastra sejarah. Kartodirdjo sebagai
ahli sejarah menyebut sastra sejarah dengan istilah historiografi tradisional, yaitu
penulisan sejarah menurut pandangan, kepercayaan masyarakat setempat secara turun-
tenurun.15
Tentunya kita tidak dapat memungkirinya, bahwa penulisan sejarah Indonesia pada
masa tradisional itu banyak dipengaruhi Hindu-Budha. Hal tersebut bukan saja terjadi
pada karya sejarah tetapi karya sastra pun mendapat pengaruh dari Hindu-Budha. Bahkan
ada beberapa ahli yang telah membahas sejarah kesusastraan Melayu Klasik, antara lain
Winstedt (1940), Liaw Yock Fang (1975), Iskandar (1996), dan Braginsky (1998). Ahli
yang dianggap sebagai perintis penyusunan sejarah sastra Melayu Klasik adalah R.O.
Winstedt (1940). Buku berjudul A History of Classical Malay Literature ini dicetak
berulang-ulang, yang menunjukkan bahwa karya Winstedt merupakan acuan yang cukup
berharga bagi kajian tentang sastra Melayu Tradisional.16
Secara sistematis, Winstedt menyusun pembagian sastra Melayu Klasik dengan
menunjukkan pengaruhg yang terlihat pada hasil sastranya. Ia menyusun pembagian
dengan membahas (1) perkembangan bahasa Melayu secara singkat dan menunjukkan
cerita rakyat Melayu; (2) hasil sastra yang mendapat pengaruh dari India; (3) hasil sastra
Melayu yang mendapat pengaruh dari cerita Jawa; (4) hasil sastra yang merupakan
paduan periode Hindu dan Islam; (5) hasil sastra yang mendapat pengaruh Islam (Arab

13
Agus Mulyana dkk, Historiografi Indonesia, yang dikutip oleh Wahyu Iryana, Historiografi Barat,
hlm. 247.
14
Wahyu Iryana, Historiografi Barat, hlm. 255.
15
Mukhlis PaEni, Achadiati Ikram dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia : Bahasa, Sastra, dan Aksara,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 94.
16
Mukhlis PaEni, Achadiati Ikram dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia, hlm. 80.

7|Page
dan Parsi); (6) hasil sastra berbentuk cerita berbingkai; (7) hasil sastra dari teologi Islam
dengan tokoh-tokohnya; (8) hasil sastra sejarah Melayu; (9) hasil sastra dalam bentuk
aturan atau undang-undang; (10) hasil sastra dari seorang tokoh bersejarah, yaitu
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi; dan (11) hasil sastra berbentuk puisi.17
Dengan menggunakan konsep sepertit Winstedt, Liaw Yock Fang juga
membicarakan sejarah sastra Melayu Klasik dalam Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik
(1975). Buku ini kemudian diperluas dengan informasi tambahan pada 1993 sehingga
diterbitkan dalam dua jilid. Liaw Yock Fang membagi sastra Melayu Klasik sebagai
berikut. (1) hasil sastra yang berasal dari Kesusastraan Rakyat; (2) hasil sastra bersumber
pada epos India dan cerita wayang; (3) Cerita Panji dari Jawa, (4) hasil sastra zaman
peralihan Hindu-Islam; (5) hasil sastra Islam; (6) hasil sastra dalam bentuk cerita bingkai;
(7) Sastra Kitab; (8) Sastra Sejarah; (9) Undang-Undang Melayu Lama; (10) Pantun dan
Syair.18
Iskandar (1996) dalam Kesusasteraan Klasik Melayu Sepanjang Abad mencoba
menerapkan periodesasi kesusastraan klasik Melayu dengan memecah-mecahkannya
dalam pusat-pusat kebudayaan dan kesusastraan, mengurutkannya secara kronologis, dan
menggolongkan hasil karya sastra berdasarkan genrenya.19
Braginsky dalam Yang Indah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam
Abad 7-19, membagi tiga periode utama sejarah sastra Melayu berdasarkan faktor
ideologi-ideologi, yaitu:
1. Periode Melayu Kuno, ialah periode negara-negara yang dihindukan di Sumatra
dan Semenanjung Malaka dari abad ke-7 sampai paro pertama abad ke-14.
2. Periode Awal Islam, yaitu dari paro kedua abad ke-14 sampai paro pertama abad
ke-16.
Periode Klasik, yaitu dari paro kedua abad ke-16 sampai paro pertama abad ke-19,
ketika sastra Melayu menyadari dirinya sebagai salah satu sastra dunia Islam dan ketika
sebagian besar karya-karya sastra terpenting diciptakan.20

17
Mukhlis PaEni, Achadiati Ikram dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia, hlm. 80.
18
Mukhlis PaEni, Achadiati Ikram dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia, hlm. 80.
19
Mukhlis PaEni, Achadiati Ikram dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia, hlm. 80-81.
20
V. I. Braginsky, Yang Indah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7-19. (Jakarta:
INIS, 1998), hlm. 23.

8|Page
D. Karya-Karya Sejarah pada masa Indonesia Klasik pengaruh Hindu-Budha
Karya-karya sejarah masa Indonesia Klasik adalah berupa Babad, Serat, Kronik, dan
Tambo. Babad adalah riwayat yang merupakan campuran antara sejarah, mitos, dan
kepercayaan suatu masyarakat. Istilah ini banyak digunakan di daerah Lombok, Bali,
Madura, dan Jawa. Babad umumnya berisi riwayat kehidupan raja serta leluhurnya dan
digunakan sebagai alat legitimasi kekuasaan seorang raja. Pada masyarakat
pendukungnya, babad dianggap sebagai sejarah dan diakui kebenarannya.21
Pada dasarnya babad berbentuk cerita. Sejumlah fakta sejarah dikembangkan
sehingga menjadi cerita yang imajinatif dengan menggunakan dialog, kisahan, solilokui,
dan berbagai jenis majas. Fakta sejarah dipakai sebagai materi penyusunan karyanya,
sedangkan yang berkadar rekaan dimasukkan untuk membuat kisah lebih menarik sebagai
bacaan dan lebih meyakinkan pembaca akan kebenarannya. Isinya dapat berupa cerita
mengenai tokoh yang benar-benar ada dalam sejarah, seperti Babad Diponegoro dan
Babad Trunojoyo. Selain itu, ada juga yang menceritakan tokoh yang dianggap pernah
ada, yakni Babad Ajisaka, yang pada dasarnya mengisahkan asal-usul orang Jawa. Di
dalam babad terdapat berbagai peristiwa yang imajinatif, seperti peristiwa Ki Ageng Selo
menangkap petir, Joko Tingkir bertarung dengan buaya, dan Sunan Kalijaga menetapkan
arah kiblat Masjid Demak.22
Adapun unsur-unsur yang ada dalam sebagian besar babad antara lain adalah
genealogi, mitologi, legenda, cerita orang suci, mukjizat, ramalan, mimpi, norma serta
kaidah, dan wangsit. Dalam penulisannya tidak tertutup kemungkinan masuknya
pengaruh dari luar lingkungan etnik atau dari luar tradisi penulisan sastra sejarah.
Pengaruh yang masuk antara lain hadirnya motif cerita lain atau unsur-unsur babad yang
lain. Keberadaaan pengaruh dari luar lingkungan etnik menyebabkan adanya kemiripan
antara babad dan berbagai sastra sejarah dari daerah lain. Pada hakikatnya babad ditulis
untuk mencatat segala peristiwa, kejadian, atau pengalaman yang pernah terjadi pada
masa lampau sebagai suri teladan yang baik agar dapat diambil inti manfaatnya,
memperkuat kesaktian raja, dan mengukuhkan legitimasi raja. Dengan demikian, babad
ditulis demi kepentingan penguasa dan keturunannya.23

21
Abdul Syukur, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar jilid 2, (Jakarta: Ichtiar van Hoeve, 2008), hlm. 1.
22
Abdul Syukur, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar jilid 2, hlm. 1.
23
Abdul Syukur, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar jilid 2, hlm. 1.

9|Page
Babad merupakan salah satu sumber penting dalam penulusuran sejarah, karena
isinya mengandung unsur-unsur irasonal, maka diperlukan analisis yang kritis untuk
menafsirkan isi sebuah babad. Babad Cirebon, babad banyumas, babad demak, dan babad
tanah jawi merupakan beberapa catatan sejarah yang sangat penting dalam menelusuri
jejak sejarah kerajaan-kerajaan di tanah Jawa. Terutama babad tanah jawi karena Melalui
babad ini, sejarah kerajaan-kerajaan di jawa dapat terungkap. 24
Ada juga Jenis sastra yang mirip dengan babad adalah “kronik”. Di Barat, kronik
merupakan catatan peristiwa dalam urutan sejarah. Kronik Abad Pertengahan yang
biasanya berisi bahan dari peristiwa sejarah dan dongeng disusun dalam bentuk puisi atau
prosa. Dalam khazanah kesusastraaan Indonesia, babad dapat disejajarkan dengan kronik
(sebutan yang diberikan orang Barat), seperti Kronik Banjarmasin, Kronik Wajo, dan
Kronik Kutai. Jenis lain yang juga sejajar adalah “tambo” di Minangkabau dan “hikayat”
di masyarakat Melayu. Karya sastra yang sangat terkenal di kalangan etnik Melayu adalah
Sejarah Melayu (nama aslinya Sulalatussalatin) yang pada dasarnya merupakan karya
sastra hasil olahan pengarang yang memadukan fakta dengan fiksi.25
Salah satu karya sastra sejarah yang terkenal adalah Babad Tanah Djawi. Babad
Tanah Djawi dapat disebutkan sebagai karya sastra sejarah dalam bentuk tembang
macapat. Karya ini memuat tentang cikal-bakal (nenek moyang) raja-raja Mataram Islam
yakni bermula dari nabi Adam, dewa-dewa, hingga raja-raja yang pernah berkuasa di
tanah Jawa. Raja-raja yang pernah menguasai tlatah Pajajaran, Majapahit, Demak,
Pajang, hingga Mataram Islam (Kasunanan Kartasura).26
Karya sastra sejarah Babad Tanah Djawi yang berunsur mitologi dan pengkultusan
tersebut memiliki keragaman versi. Namun menurut Hoesein Djajadiningrat, keragaman
versi tersebut disederhanakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama: Babad Tanah
Djawi yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Pakubuwono III. Kelompok ke
dua: Babad Tanah Djawi bertarikh 1722 yang diterbitkan oleh Pangeran Adilangu II. 27
Banyak orang mengakui, bahwa Babad Tanah Djawi telah menyedot banyak
perhatian dari kaum sejarawan. Karena menurut ahli sejarah HJ de Graaf, bahwa Babad
Tanah Djawi mengandung kebenaran sejarah. Terutama peristiwa-peristiwa yang ditulis

24
Abdul Syukur, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar jilid 2, hlm. 1.
25
Abdul Syukur, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar jilid 2, hlm. 1.
26
Sri Wintala Achmad, Babad Tanah Jawa (Dari Nabi Adam hingga Mataram Islam), (Yogyakarta:
Araska, 2013), hlm. 16.
27
Sri Wintala Achmad, Babad Tanah Jawa, hlm. 16.

10 | P a g e
sejak tahun 1580. Namun peristiwa-peristiwa yang ditulis sebelumtahun itu, de Graaf
tidak berani menyebut Babad Tanah Djawi sebagai data sejarah. Mengingat banyaknya
campuran unsur mitos dan dongeng.28
Karena banyaknya peminat terhadap Babad Tanah Djawi, maka Meinsma
menerbitkan karya tersebut dalam bentuk prosa. Karya gubahan Carik Braja yang
dikerjakan oleh Kertapraja tersebut diterbitkan pada tahun 1874. Tidak ketinggalan pula,
Balai Pustaka menerbitkan 31 jilid naskah Babad Tanah Djawi dalam bentuk aslinya
yakni yang ditulis dengan tembang-tembang macapat pada ambang prang dunia II (1939).
Selanjutnya, Babad Tanah Djawi terbitan Balai Pustaka ini akan menjadi sumber utama
dalam penulisan buku Babad Tanah Jawa (Dari Nabi Adam hingga Mataram Islam) ini.
Bila mengacu pada terbitan Balai Pustaka, naskah Babad Tanah Djawi yang terdiri dari
31 jilid atau 192 bab dimulai dari ‘Sejarah dari Nabi Adam hingga para Dewa’ dan
berakhir pada bab ‘Meredam pemberontakan di Kedu. Dusun Salam menjadi negara
bernama Surakarta Adiningrat.29
Karya sastra sejarah yang tak kalah penting adalah Tambo Minangkabau. Tambo
Minangkabau adalah suatu sastra sejarah, suatu karya sastra yang menceritakan sejarah
(asal-usul) suku bangsa, asal-usul negeri serta adat istiadatnya, yaitu Minangkabau. Karya
sastra sejarah ini dapat juga disebut historiografi tradisional, penulisan sejarah suatu
negeri berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat secara turun-temurun.30

28
Sri Wintala Achmad, Babad Tanah Jawa, hlm. 16.
29
Sri Wintala Achmad, Babad Tanah Jawa, hlm. 16-17.
30
Edwar Djamaris, Tambo Minangkabau: suntingan teks disertai analisis struktur, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1991), Cet. 1, hlm. 1.

11 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologis, istilah historiografi berasal dari bahasa Yunani: “historia” yang
berarti “penyelidikan tentang gejala alam fisik”; dan “grafient” yang berarti “gambaran”,
“lukisan”, atau “uraian”. Dalam bahasa Inggris, dikenallah istilah historiography yang
didefinisikan secara umum sebagai “a history of historical writing” artinya sejarah
tentang penulisan sejarah. Historiografi barat adalah menjelaskan mengenai sejarah
tentang penulisan sejarah barat, sedangkan Historiografi Islam adalah berbicara mengenai
Penulisan sejarah Islam. Maka Hitoriografi Indonesia adalah mengungkapkan sejarah
tentang Penulisan sejarah Indonesia.
Adapun mengenai ruang lingkup pembahasan historiografi Indonesia adalah
berbicara mengenai historiografi masa klasik (pengaruh Hindu-Budha), historiografi
masa klasik (pengaruh Islam), historiografi masa kolonial, historiografi masa kolonial
modern, historiografi masa kebangkitan nasional, historiografi masa kemerdekaan,
historiografi masa orde lama, historiografi masa orde baru, dan seterusnya.
Historiografi tradisonal atau klasik merupakan gambaran dari pikiran masyarakat
yang religio-magis. Artinya, penulisan sejarahnya itu berisi naskah-naskah lama yang
sangat dipengaruhi oleh uraian unsur-unsur kepercayaan masyarakat setempat di mana
naskah itu dibuat. Bahkan historiografi masa klasik atau tradisional memiliki beberapa
karakteristik, di antaranya: (1) uraiannya dipengaruhi oleh ciri-ciri budaya masyarakat
pendukungnya; (2) cenderung mengabaikan unsur-unsur fakta karena terlalu dipengaruhi
atau dikaburkan oleh sistem kepercayaan yang dimiliki masyarakatnya; (3) adanya
kepercayaan tentang kekuatan “sekti” (sakti) yang menjadi pangkal dari berbagai
peristiwa alam, termasuk yang menyangkut kehidupan manusia; dan (4) adanya
kepercayaan akan klasifikasi magis yang mempengaruhi segala sesuatu yang ada di alam
ini, baik itu makhluk hidup maupun benda-benda mati, baik bagi pengertian-pengertian
yang dibentuk dalam akal manusia maupun bagi sifat-sifat yang terdapat dalam materi.
Karya-karya sejarah masa Indonesia Klasik adalah berupa Babad, Serat, Kronik, dan
Tambo. Babad adalah riwayat yang merupakan campuran antara sejarah, mitos, dan
kepercayaan suatu masyarakat. Istilah ini banyak digunakan di daerah Lombok, Bali,
Madura, dan Jawa. Babad umumnya berisi riwayat kehidupan raja serta leluhurnya dan

12 | P a g e
digunakan sebagai alat legitimasi kekuasaan seorang raja. Pada masyarakat
pendukungnya, babad dianggap sebagai sejarah dan diakui kebenarannya. Babad
merupakan salah satu sumber penting dalam penulusuran sejarah, karena isinya
mengandung unsur-unsur irasonal, maka diperlukan analisis yang kritis untuk
menafsirkan isi sebuah babad. Babad Cirebon, babad banyumas, babad demak, dan babad
tanah jawi merupakan beberapa catatan sejarah yang sangat penting dalam menelusuri
jejak sejarah kerajaan-kerajaan di tanah Jawa. Terutama babad tanah jawi karena Melalui
babad ini, sejarah kerajaan-kerajaan di jawa dapat terungkap. Ada juga tambo yaitu
Tambo Minangkabau yang menjelaskan mengenai sejarah Minangkabau.

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Sri Wintala. (2013). Babad Tanah Jawa (Dari Nabi Adam hingga Mataram
Islam). Yogyakarta: Araska.

Braginsky, V. I. (1998). Yang Indah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu
dalam Abad 7-19. Jakarta: INIS.

Braginsky, V. I. (1998). Yang Indah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu
dalam Abad 7-19. Jakarta: INIS.

Djamaris, Edwar. (1991). Tambo Minangkabau: suntingan teks disertai analisis struktur.
Jakarta: Balai Pustaka.

Iryana, Wahyu. (2014). Historiografi Barat. Bandung: Humaniora.

Iskandar, T. (1996). Kesusastraan Klasik Melayu Sepanjang Abad. Jakarta: Penerbit


Libra.

Kartodirdjo, Sartono. (1982). Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia.


Jakarta: PT Gramedia.

Liaw Yock Fang. (1993). Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik 1 2. Jakarta: Erlangga.

Lubis, Nina H. (2008). Historiografi Barat. Bandung: Satia Historika.

Mulyana, Agus dkk. (2009). Historiografi di Indonesia: Dari Magis-Religius Hingga


Strukturis. Bandung: PT Rafika Aditama.

PaEni, Mukhlis; Ikram, Achadiati dkk. (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia : Bahasa,
Sastra, dan Aksara. Jakarta: Rajawali Pers.

Sulasman. (2014). Metodologi Penelitian Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Syukur, Abdul. (2008). Ensiklopedi Umum untuk Pelajar jilid 2. Jakarta: Ichtiar van
Hoeve.

Winstedst, Sir Richard. (1977). A History of Classical Malay Literature. Oxford: Oxford
University Press.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai