Anda di halaman 1dari 5

REALISME SOSIAL DALAM NOVEL STUDENT HIDJO KARYA MAS MARCO

KARTODIKROMO

Pitriani Anggi Rasid


180110170020
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Dalam kehadirannya di tengah masyarakat, seorang sastrawan melahirkan sebuah karya


sastra bukan hanya untuk menghibur dan mengundang gelak tawa terhadap pembaca, namun
juga seorang sastrawan melahirkan sebuah karya sastra yang mengandung nilai dan norma
atau sejenis kitab yang bisa menyadarkan manusia. Lewat karyanya, sastrawan membangun
kesadaran terhadap penindasan yang menimpa masyarakat, juga berupaya untuk mengajak
masyarakat yang tertindas untuk melawan terhadap sistem borjuis tersebut. Dalam novel
Student Hidjo misalnya: tidak semua masyarakat Hindia Belanda (Indonesia) yang
mengalami nasib yang buruk atas perlakuan penjajah (Belanda), dengan bebasnya para tokoh
hidup bergelimangan harta tanpa ada tekanan seperti yang diarasakan kelas bawah. Realisme-
sosial berpandangan bahwa karya sastra adalah hasil jiplakan dari masyarakat pada
zamannya, berupaya mengemukakan kebenaran yang bukan hanya sekadar fakta, kebenaran
yang tidak akan ditulis oleh sejarawan. Selain itu, juga memapaparkan realitas kehidupan
priayi Jawa. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Objek
penelitian ini adalah novel Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo. Dalam hal ini
peneliti akan menganalisis novel Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo,
menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang berkaitan dengan karya sastra sebagai
cerminan masyarakat atau realitas, metode yang digunakan penelitian deskriptif kualitatif.
Sumber data dalam penelitian ini berupa paragraf atau kutipan yang terdapat dalam novel
tersebut. Teknik pengumpulan data dengan teknik baca dan teknik catat. Tujuan dari
penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana kasta, pendidikan, dan ilmu pengetahuan
sebagai pembebas, bagaimana menginterpretasikan penekanan pesan moral yang ada dalam
novel tersebut, serta bagaimana sejarah adalah fakta, sastra adalah kebenaran, serta
bagaimana revolusi Karl Marx perihal strata sosial dalam novel Student Hidjo tersebut. Hasil
dari penelitian ini adalah adanya realisme sosial dalam novel Student Hidjo yang
menyebabkan revolusi.

Kata Kunci: Pesan Moral, Realisme Sosial, Revolusi, Sistem Borjuis, Sosiologi Sastra.

1. LATAR BELAKANG

Karya sastra merupakan salah satu hasil dari cipta, rasa dan karsa dari buah benih
pikiran manusia. Untaian kata-kata terangkai dalam jajaran kalimat membentuk suatu
penggambaran akan sebuah estetika, seni dan keindahan imajinasi jiwa manusia. Karya sastra
merupakan refleksi sastrawan atas sebuah realitas kehidupan manusia. Realitas tersebut dapat
mewakili motif dan pergumulan perasaan sang penulis, keadaan umum masyarakat, serta
menyampaikan keburukan sisi lain suatu peradaban. Sastra bukanlah sebuah entitas yang
memiliki kegunaan teknis macam ilmu nujum, ilmu pertukangan dan ilmu terapan lainnya.
Namun, sastra dapat memberikan pengaruh perubahan pada keadaan sosial dan sastra
memiliki kapasitas tertentu, yakni membentuk homo yang human : manusia yang berjiwa
halus dan berbudaya. Setidaknya, itulah ulasan singkat untuk menghantarkan pikiran kita
terhadap maksud dari tulisan ini kepada pembaca. Ungkapan paragraf diatas bukanlah hanya
semata kata bualan dan layak mendapat isapan jempol belaka. Paragraf diatas merefleksikan
bahwa karya sastra baik yang berupa bentuk naskah maupun karya lain mampu membuat
perubahan setidaknya dalam ranah individu untuk berbuat sesuatu dalam menanggapi
paparan fenomena yang tertuang dalam sebuah goresan. Melihat uraian karya sastra tidak
jarang dijadikan sebagai media atau alat perjuangan kaum tertindas terhadap sebuah
kelaliman. Sejarah merupakan cerita yang sangat berharga, sehingga perlunya sebuah
cerminan sejarah dengan sebuah cerita, dan dalam perkembangan sastra pada zaman
penjajahan Mas Marco Kartodikromo melakukan hal itu. Yang menarik dari buku ini adalah
bagaimana proses terbentuknya sebuah novel yang berjudul Student Hidjo ini. Pada awalnya
kisah Student Hidjo ini adalah sebuah cerita bersambung di Harian Sinar Hindia, untuk
selanjutnya dibukukan pada tahun 1919. Dalam novel yang berjudul Student Hidjo karya Mas
Marco Kartodikromo menarik untuk dibahas karena menceritakan bagaimana keadaan pada
zaman pergerakan kemerdekaan terutama berkembang dan terpengaruhnya budaya Indonesia
dalam kehidupan masyarakat khususnya para priyayi. Indonesia yang merasakan pedihnya
masa kolonial selama 3,5 abad pada akhirnya memunculkan pergerakan perlawanan dari
kalangan pribumi, mulai dari mereka yang menempuh “jalan pedang” hingga “jalan pena”.
Mereka yang memilih “Jalan Pena” sebagai media perjuangan dan perlawanan tidaklah
banyak, namun mereka dapat membuat gatal hati para kaum penjajah. Pada masa pergerakan,
terdapat sederet nama seperti Tan Malaka, Chairil Anwar, bahkan Sang Proklamator kita
sendiri Soekarno dan Hatta tak jarang menggunakan mata pena sebagai sarana perlawanan.
Salah satu tokoh perjuangan bangsa yang memilih “jalan pena” tersebut adalah Mas Marco
Kartodikromo, lewat tulisan yang terangkai apik dalam Student Hidjo. Student Hidjo adalah
salah satu karya perlawanan anak bangsa yang berbahaya dan memiliki pengaruh terhadap
pergerakan kaum intelektual Indonesia kala itu.
Berangkat dari hal itu dapat kita simak kembali sinopsis yang ada dalam novel, semua
diawali dari keinginan ayah Hidjo, Raden Potronojo yang berencana menyekolahkan Hidjo
ke negeri Belanda. Ayah Hidjo berharap dengan menyekolahkan Hidjo ke Belanda akan
dapat mengangkat derajat dan martabat keluarga, yang pada dasarnya adalah keluarga dari
golongan pedagang dan bukan dari bangsawan keturunan. Walaupun hanya saudagar, namun
kehidupan keluarga Hidjo dapat menyamai kehidupan para priyayi murni dari garis keturunan
pada waktu itu, namun tidak lantas dapat dipandang setara dengan kaum priyayi asli,
khusunya kaum priyayi yang dekat dengan guovernement (Bupati). Namun berbeda dengan
ibu Hidjo, Raden Nganten Potronojo yang tidak merelakan Hidjo bersekolah ke Negeri
Belanda. Ibu Hidjo khawatir nantinya Hidjo akan terbawa budayanya hidup yang bebas
”pergaulan bebas”. Namun akhirnya Hidjo pun tetap pergi dan meninggalkan keluarga dan
kekasihnya Raden Ajeng Biroe beberapa tahun untuk menjadi seorang ingenieur (insinyur).
Ketika Hidjo sudah berada di Belanda, mata Hidjo terbuka melihat kenyataan yang tidak
sesuai dengan apa yang dibayangkan selama berada di Hindia Belanda. Setelah beberapa
tahun lamanya ia pergi ke negeri Belanda, akhirnya ia kembali dengan predikat seorang
insinyur seperti yang didambakan, dan beberapa tahun kemudian menikah dengan R. A
Woengoe setelah melalui proses yang panjang dalam kehidupan asmaranya selama di Hindia
Belanda.
2. METODE DAN TEORI

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan


proses penelitian yang bertujuan mengumpulkan dan menganalis data deskriptif yang berupa
tulisan, ungkapan-ungkapan dan perilaku yang dapat diamati. Istilah penelitian kualitatif
menurut Krik & Miller (dalam Nasution, 1988: 23), pada mulanya bersumber pada
pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Lalu mereka
mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kebiasaannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya. Selain itu, menurut Strauss dan Corbin dalam Cresswell, J. (1998: 24), yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistik atau cara-cara lain dari kualifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum
dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah tingkah laku,
fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan
pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti di mana metode ini dapat digunakan
untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadang kala
merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan, seperti halnya dalam
penelitian novel Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo tersebut, sudah pasti dalam
menganalisisnya perlu metode deskriptif kualitatif, karena pada dasarnya ada beberapa hal
dan bahkan secara keseluruhan dalam penjabarannya perlu sebuah pendeskripsian atau
menarasikannya sesuai penelitian kualitatif tersebut. Selanjutnya, sumber data dalam
penelitian ini berupa paragraf atau kutipan yang terdapat dalam novel tersebut. Teknik
pengumpulan data dengan teknik baca dan teknik catat.
Selain dari metode yang digunakan dalam penelitian ini ada hal lain yang sangat
mendukung dalam pembahasan atau hasil yakni sebuh teori. Adapun teori yang sangat
berkaitan dengan objek penelitian yakni pendekatan sosiologi sastra. Penulis tertarik
mengangkat Novel Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo untuk dianalisis dengan
menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang berkaitan dengan realitas yaitu mengenai
karya sastranya itu sendiri yang merupakan cerminan dari masyarakat atau dari realitas yang
ada. Dalam hal itu berarti perlu ditekankan kembali, penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.
Penelitian ini biasa dilakukan oleh peneliti yang melihat sastra sebagai refleksi dari
kehidupan masyarakat (Endraswara, 2004: 77). Sedangkan, menurut Damono (dalam Faruk,
1994: 4) mengemukakan beberapa pendekatan sosiologi sastra, antara lain: (1) Konteks sosial
pengarang dalam masyarakat. Bagaimana pengarang mendapatkan mata pencahariannya,
sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai profesi, dan masyarakat seperti
apa yang dituju oleh pengarang; (2) Sastra sebagai cermin masyarakat. Sejauh mana sastra
menjadi cermin masyarakat saat karya sastra itu ditulis, sejauh mana pribadi pengarang
mempengaruhi gambaran masyarakat yang disampaikannya, dan sejauh mana karya sastra
mampu mewakili masyarakat; (3) Fungsi sosial sastra. Sejauh mana sastra berfungsi sebagai
perombak masyarakatnya, sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai penghibur saja, dan
sejauh mana dapat terjadi perpaduan antara keduanya. Berdasarkan ketiga pendekatan
tersebut, penelitian ini lebih condong terhadap pendekatan yang kedua, yaitu sastra sebagai
cermin masyarakat. Sejauh mana sastra menjadi cermin masyarakat saat karya sastra itu
ditulis, sejauh mana pribadi pengarang mempengaruhi gambaran masyarakat yang
disampaikannya, dan sejauh mana karya sastra mampu mewakili masyarakat, karena aspek-
aspek sosial dalam novel yang digunakan dalam penelitian memang diambil pengarang dari
kehidupan nyata, dan benar-benar mewakili masyarakat di dalamnya.
Kemudian, menurut Ratna (2004: 339-340) mengatakan dengan pertimbangan bahwa
sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, dan model
analisis yang dapat dilakukan meliputi tiga macam antara lain: (1) Menganalisis masalah-
masalah sosial dalam karya sastra, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang
pernah terjadi; (2) Sama dengan nomor pertama, tetapi dengan cara menemukan hubungan
antarstruktur, bukan hanya aspek-aspek tertentu; (3) Menganalisis karya sastra dengan tujuan
memperoleh informasi tertentu. Selain itu, Hall (dalam Faruk, 1994: 5) menyebutkan bahwa
teori sosial Marx menempati posisi yang dominan dalam segala diskusi mengenai sosiologi
sastra. Hal itu dikarenakan oleh tiga faktor. Pertama, Marx merupakan seorang sastrawan
sehingga teorinya selain memberikan perhatian khusus terhadap kesusastraan, juga
dipengaruhi oleh pandangan dunia romantik dalam kesusastraan. Kedua, teori sosial Marx
mengandung ideologi yang pencapaiannya terus menerus dilakukan oleh penganutnya dan,
ketiga, di dalam teori sosial Marx terkandung totalitas kehidupan sosial secara integral dan
sistematik. Dalam hal itu berarti dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif kualitatif dan
pendekatan sosiologi sastra sebagai cerminan masyarakat atau sebuah refleksi realitas dalam
karya sastra sangat mendukung sekali dalam penelitian novel Student Hidjo karya Mas Marco
Kartodikromo tersebut sesuai dengan topik atau isu yang diangkat yaitu mengenai “Realisme
Sosial Dalam Novel Student Hidjo Karya Mas Marco Kartodikromo”.

Anda mungkin juga menyukai