Anda di halaman 1dari 8

RIVIEW ARTIKEL JURNAL ILMIAH DINAMIKA SASTRA

Mata Kuliah Sejarah Sastra Indonesia


Dosen Pengampu : Drs. Albertus Prasojo,M.Sn.

Disusun Oleh :
Meyvia Kiara Mahirsah (B0223049)

SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023
RIVIEW ARTIKEL ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RINDU
YANG MEMBAWAMU PULANG KARYA ARIO SASONGKO

Pada artikel tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan fakta kemanusiaan,


subjek kolektif, dan pandangan dunia yang terdapat pada novel Rindu yang
Membawamu Pulang. Novel ini menceritakan kisah Gun dan Ling ditengah
diskriminasi yang dialami oleh kaum Tionghoa dengan berlatar belakang sekitar
tahun 1920-an.

1.1 Latar Belakang


Penelitian ini merupakan penelitian sosiologi sastra dengan menggunakan teori
strukturalisme genetik Lucien Goldmann. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Rindu yang Membawamu Pulang
karya Ario Sasongko. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
baca dan teknik catat. Teknik analisis data menggunakan teknik dialektik yang
merupakan bagian dala m strukturalisme genetik. Hasil dari penelitian ini adalah
fakta kemanusiaan yang menunjukkan adanya kondisi sosial dan politik yang
terjadi sekitar tahun 1920-an serta adanya fakta sosial yang memiliki peranan dan
berhubungan dengan sejarah.

1.2 Pendahuluan
Karya sastra adalah hasil ekspresi sikap hidup pengarangnya Sastra ditulis sebagai
bentuk imajinasi pengarangnya yang berusaha mengungkap kehidupan.Subjek
kolektif digambarkan melalui kondisi sosial, ekonomi, maupun pendidikan.
Subjek kolektif dalam novel Rindu yang Membawamu Pulang terjadi pada kaum
Tionghoa ya ng digambarkan melalui tokoh Ling.
Pandangan dunia tersebut disajikan sebagai bagian dari diskriminasi terhadap
orang Tiongkok dan promosi terhadap rakyat Tiongkok melalui upaya Ling.
Biasanya karya sastra sendiri menggambarkan kondisi sosial, politik,
perekonomian dan hal-hal sepele sehari-hari. Bentuknya dapat berupa puisi,
karangan bebas seperti cerpen atau novel, atau naskah yang disajikan dalam
teater. Artikel ini fokus pada karya sastra berupa fiksi. Novel dapat
mengemukakan sesuatu secara lebih jelas dan lebih banyak dengan melibatkan
berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Sama halnya dengan novel Rindu
yang Membawamu Pulang karya Ario Sasongko. Novel ini menggambarkan kisah
Gun, seorang Bumiputra yang menyukai seorang ga dis Tionghoa bernama Ling.
Keduanya terlibat kisah asmara yang tak direstui oleh kedua orangtua mereka.

Namun, ditengah suasana Indonesia yang belum merdeka, keduanya memiliki


tujuan yang sama yaitu memerdekakan kaumnya dari penjajahan Belanda.
Ditengah maraknya penindasan dan perlakuan yang tidak adil terhadap kelompok
minoritas, novel ini terbit layaknya pengingat bahwa kita sudah seharusnya
memperlakukan sesama manusia dengan baik.

1.3 Kajian Artikel


Artikel ini menganalisis novel berlatar belakang sejarah Indonesia ini karena
diskrim inasi sudah terjadi sejak saat Indon esia belum merdeka hingga sekarang.
Novel ini menggambarkan permasalahan sosial dan diskriminasi yang terjadi pada
bangsa Tionghoa. Ditengah usaha bangsa Tionghoa meny ejajarkan kedudukan
bangsa mereka, mereka mengalami diskriminasi yang dilakukan oleh Gubermen
Belanda. Selain diskriminasi, novel ini juga berkisah tentang cinta antar ras.
Landasan teori artikel ini adalah penelitian dalam Goldmann tentang
strukturalisme genetik. Dalam artikel yang menjelaskan tentang dinamika
transformasi sebuah karya sastra menjadi produk sejarah, Goldmann mulai
menjelaskan tiga kategori yang statusnya mempunyai makna sejarah, yakni 1
fakta kemanusiaan, 2 subjek kolektif, dan 3 pandangan dunia. Novel Kerinduan
Yang Membawa Pulang adalah fiksi sejarah. Fiksi sejarah adalah sebuah karya
sastra yang berlatar belakang masa lampau, berisi adat istiadat, keadaan sosial dan
penjelasan lainnya dari periode yang disebutkan. Penelitian sosiologi sastra
bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh tentang
hubungan timbal balik antara sastrawan, karya sastra, dan masyarakat pembaca.
Damono 2009 4 mengemukakan bahwa Wellek dan Warren membuat klasifikasi
secara singkat sebagai berikut: pertama, sosiologi pengarang, yang
mempertanyakan status sosial, ideologi sosial, dan sebagainya, yang menyangkut
pengarang sebagai produser karya sastra, kedua, sosiologi. karya sastra, yang
mempertanyakan sastra itu sendiri, merupakan kajian dasar tentang apa yang
menjadi tujuannya, dan yang ketiga, sosiologi sastra, yang mempertanyakan
pembaca dan dampak sosial dari karya sastra. Strukturalisme Genetik Secara
definitif, Ratna 2009 123 menjelaskan bahwa strukturalisme genetik adalah
analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul teks sastra.
Baik struktur dalam maupun struktur luar karya sastra. Goldmann Rokhman Syah
2014 74 berpendapat bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Artinya
tidak sendirian, namun banyak hal yang mendukung terbentuknya sebagai
bangunan otonom tunggal. Namun Goldmann tidak secara langsung
menghubungkan teks sastra dengan struktur sosial yang memproduksinya,
melainkan menghubungkannya terlebih dahulu dengan kelas sosial penguasa.
Karena struktur bukanlah sesuatu yang statis, melainkan produk sejarah yang
berkesinambungan. Strukturalisme genetik berupaya menghubungkan teks sastra,
pengarang, pembaca dalam konteks komunikasi sastra dan struktur sosial. Untuk
menghasilkan sebuah totalitas, Goldmann menawarkan metode dialektik yang
pada prinsipnya pengetahuan mengenai fakta-fakta kemanusiaan akan tetap
abstrak apabila tidak mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan.
Tindakan subjek kolektif dari novel ini untuk merespons dunianya dengan cara
memodifikasi dan berupaya menemukan keseimbangan sosial adalah fakta
kemanusiaan yang mempun yai peran secara historis. Segala tindakan seseorang,
baik yang bersifat politis, ekonomis, kultural, seni hingga sastra, jika dilakukan
dalam kapasitas diri sebagai subjek kolektif dan untuk memodifikasi dunia dan
menemukan keseimbangan sosial adalah sebuah fakta kemanusiaan yang bersifat
sosial dan memiliki peranan penting dalam sejarah. Dalam hal ini subjek fakta
kemanusiaan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu subjek individual dan
subjek kolektif. Subjek individual merupakan subjek fakta individual libidinal,
sedangkan subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial historis.

1.4 Simpulan
Artikel ini merupakan penelitian sosiologi sastra dengan menggunakan teori
strukturalisme genetik Lucien Goldmann. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Sumber data
dalam penelitian ini adalah novel Rindu yang Membawamu Pulang karya Ario
Sasongko. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan teknik
catat. Teknik analisis data menggunakan teknik dialektik yang merupakan bagian dala
m strukturalisme genetik. Hasil dari penelitian ini adalah fakta kemanusiaan yang
menunjukkan adanya kondisi sosial dan politik yang terjadi sekitar tahun 1920-an
serta adanya fakta sosial yang memiliki peranan dan berhubungan dengan sejarah.
Subjek kolektif digambarkan melalui kondisi sosial, ekonomi, maupun pendidikan.
Dalam novel Rindu Yang Membawamu Pulang, tema kolektif hadir di kalangan
masyarakat Tionghoa yang dihadirkan melalui tokoh Ling. Pandangan dunia
digambarkan melalui diskriminasi terhadap orang Tionghoa dan upaya Ling untuk
mempromosikan orang Tionghoa. Lazimnya karya sastra itu sendiri menggambarkan
keadaan sosial, politik, ekonomi, maupun hal-hal kecil yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Artikel ini fokus pada karya sastra berupa fiksi. Novel dapat
mengemukakan sesuatu secara lebih jelas dan lebih banyak dengan melibatkan
berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Sama halnya dengan novel Rindu yang
Membawamu Pulang karya Ario Sasongko. Novel ini menggambarkan kisah Gun,
seorang Bumiputra yang menyukai seorang ga dis Tionghoa bernama Ling. Ditengah
maraknya penindasan dan perlakuan yang tidak adil terhadap kelompok minoritas,
novel ini terbit layaknya peng ingat bahwa kita sudah seharusnya memperlakukan
sesama manusia dengan baik. Artikel ini menganalisis novel berlatar belakang sejarah
Indonesia ini karena diskrim inasi sudah terjadi sejak saat Indon esia belum merdeka
hingga sekarang. Novel ini menggambarkan permasalahan sosial dan diskriminasi
yang terjadi pada bangsa Tionghoa. Ditengah usaha bangsa Tionghoa meny ejajarkan
kedudukan bangsa mereka, mereka mengalami diskriminasi yang dilakukan oleh
Gubermen Belanda.

RIVIEW ARTIKEL SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA


DARI NOVEL CHAIRIL ANWAR.
Pada artikel ini menjelaskan perjuangan pergerakan nasional melalui novel
karya Chairil Anwar yang menjadikan beberapa sastrawan mendapatkan gelar
pahlawan. Untuk lebih lanjut pembahasannya sebagai berikut.

1.1 Sejarah Karya Chairil Anwar


Karya sastra dipengaruhi oleh bahasa, Chairil Anwar kerap menyampaikan tema
kerinduan dan cinta dengan pengaruh keagamaan yang mendalam. Sejó menjadi
pembaharu zaman, lebih modern dan bebas dalam penggunaan tema sastra dan gaya
penulisan. Chairil Anwar adalah salah satu penulis Angkatan 45 yang paling menarik
untuk dibicarakan. Puisinya, seperti dikutip dalam Aku Anjing karya Djoko Damono
de Sapardi, mengatakan bahwa ia tidak datang dari masa lalu, melainkan dari masa
depan. Puisi Chairil Anwar adalah yang paling banyak dikutip di antara kelompok
mana pun. Seperti “Aku pelacur” atau “Aku ingin hidup seribu tahun lagi” dalam
puisinya “Aku” merasuk ke dalam jiwa semua orang. Kelas 45 pionir Chairil Anwar
ini sepenuhnya diinisiasi dalam buku Chairil Anwar Derai-derai Cemara yang
diterbitkan majalah Horison bersama putri kandung Chairil, Evawani Alissa, dalam
rangka merayakan ulang tahun penyair yang ke-50 pada tahun 1999.
1.2 Chairil Anwar Sebuah Pertemuan.
Di dalam catatan-catatan lama, penulis artikel ini menemukan ulasan tentang
Chairil Anwar yang ditulis H. Anwar bahwa bukan hanya sebagai sosok
penentang semangat sastra yang melatarbelakanginya, namun lebih sebagai
bentuk gerakan pemuda yang mendorong kesadaran dan pembangunan massa.
berusaha memperbaiki paradigma kehidupan saat itu. Genre puisi yang
memiliki nilai filosofis lebih universal lahir dari permasalahan dunia luas,
seperti generasi Chairil Anwar. Menceritakan bagaimana puisi Chairil Anwar
tumbuh dalam kehidupan sastra dakwah. Dalam segala hal, niat baik Jepang
terhadap kawasan Asia yang didudukinya harus diutamakan. Tidak banyak
perhatian yang diberikan pada nilai sastra sebagai keindahan, namun yang
penting adalah bagaimana sebuah karya sastra menjadi alat propaganda.
Untuk yang terakhir, bentuk tulisan yang dikembangkan sebelumnya
merupakan metode pengucapan yang cukup memuaskan.
Suatu sumber sejarah dianggap asli apabila merupakan hasil karya seseorang
yang diyakini sebagai pemilik sebenarnya atau dimaksudkan oleh penulisnya.
Pertama, penilaian substantif harus dilakukan apakah narasumber mempunyai
kualifikasi, keahlian, dan kedekatan yang memadai dengan narasumber atau
saksi. Terakhir, kolaborasi adalah pencarian sumber lain yang tidak berkaitan
dengan sumber utama. Chairil Anwar merupakan salah satu tokoh pembaharu
sastra dari kelompok Pujangga Baru pimpinan Amir Hamzah yang pertama
kali mendapat gelar pahlawan. Puisi monumental Chairil Anwar dan puisi
religi.
1.3 Simpulan
Artikel ini selain memuat perjuangan pergerakan nasional,juga memuat
biografi Chairil Anwar. Yang sudah dijelaskan bahwa Chairil Anwar
merupakan pelopor yang melakukan perlawanan terhadap pemilahan budaya
yang dilakukan penjajah Jwpang dengan membentuk pusat Kebudayaan.
Melalui karya-karya nya yang monumental dan puisinya yang religius,sampai
saat ini Chairil Anwar masih terus dikenang. Bahkan karya-karya nya masih
di abadikan.

Anda mungkin juga menyukai