Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Historiografi secara semantik merupakan gabungan dari dua kata, yaitu histori yang
berarti sejarah dan grafi yang berarti deskripsi/penulisan.1 Kata historia sendiri berasal
dari bahasa Yunani yang berarti ilmu. Akan tetapi dalam perkembangan berikutnya, kata
“historia” diperuntukan untuk pemaparan mengenai tindakan-tindakan manusia yang
bersifat kronologis dimana yang terjadi di masa lampau2.
Badri Yatim menyatakan bahwa historiografi sebagai penulisan sejarah, yang
didahului oleh penelitian (analisis) terhadap peristiwa-peristiwa di masa silam. Penelitian
dan penulisan sejarah itu berkaitan pula dengan latar belakang teoritis, latar belakang
wawasan, latar belakang metodologis penulisan sejarah; latar belakang sejarawan/penulis
sumber sejarah; aliran penulisan sejarah; dan lain sebagainya.3
Penulisan sejarah mengalami perkembangan yang berbeda yang dipengaruhi oleh
zaman, lingkungan kebudayaan, dan tempat dimana historiografi dihasilkan. Pada masa
lampau, seorang sejarawan mempunyai fungsi untuk menafsirkan tradisi bangsanya 4.
Jadi disinilah peran sejarawan sebagai informan untuk menyampaikan informasi seputar
peristiwa sejarah dimasa lampau. Yang mana semua peristiwa yang ia tulis adalah karya
sejarah yang memuat kekhasan zamannya. Penulisan sejarah itulah yang pada akhirnya
memberikan informasi kepada kita yang dikenal dengan historiografi.
Namun dalam perkembangannya, historiografi pun mengalami dinamisasi, salam
satunya adalah historiografi Barat. Dimana tidak semua karya historiografi sejarawan tiap
zamannya itu sama. Mempunyai kekhasan tersendiri dan jiwa zamannya sendiri. Maka
dari itu munculah periodisasi atau pembabakan historiografi Barat. Dimana periodisasi
dalam historiografi Barat diawali pada masa Peradaban Yunani Kuno telah memunculkan
sejarawan seperti Herodotus atau Tucydides. Romawi diwakili oleh Julius Caesar, livius
tacitus. Pada masa selanjutnya historiografi berkembang dengan berbagai varian yang
khas. Namun dalam perkembangannya, historiografi Barat mengalami perkembangan

1
Yatim,Badri.Historiografi Islam, Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1997,hlm.1.
2
Lubis, Nina Herlina.Historiografi Barat, Bandung:Satya Historika,2000,hlm.11.
3
Op.Cit Badri Yatim, hlm.6.
4
Op.cit, Nina Herlina Lubis, hlm.11.

1
yang sangat pesat. Dimana ditemukan metode baru dalam penulisan yang sudah lebih
modern. Dimana tokoh Leopold Von Ranke telah memberikan kontribusi yang besar
karena dia di juluki sebagai “Bapak historiografi modern” atau dengan kata lain sebagai
pengasas era baru pensejarahan modern di dunia Barat. 5 Yang mana akan dijelaskan lebih
lanjut dalam pembahasan berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari pemaparan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah berikut ini:
a. Seperti apakah biografi dari Leopold Von Ranke?
b. Seperti apakah karya, konsep pemikiran dan kontribusi Leopold Von Ranke
terhadap Historiografi Barat?
c. Seperti apakah studi kritis karya Leopold Von Ranke?

BAB II

5
M. Ibrahim Yusuf, Sejarah Dan Pensejarahan Ketokohan Dan Karya (Malaysia: Dewan Bahasa dan pustaka
Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, 1988), hlm. 276

2
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Leopold Von Ranke


Leopold von Ranke lahir pada 21 Desember 1795, di daerah Wiche, Saxon yaitu
wilayah yang terletak di Jerman Timur.6 Dia adalah keturunan dari para pendeta
Lutheren dan ahli hukum. Setelah selesai studi sekolah menengah Schulforta, ia masuk
ke Universitas Leipzig, mengambil bidang Teologi dan ilmu-ilmu dari dunia klasik
(Yunani-Romawi) dengan mengambil konsentrasi ilmu bahasa (Filologi),
penterjemahan dan penguraian teks-teks lama. Kemudian, setelah selesai kuliah, ia
bekerja sebagai guru di Gymnasium Friedrichs di Frankfurt an der Oder, selama tujuh
tahun yaitu dari tahun 1818-1825 M.7
Minat keilmuan Ranke pada awalnya bukanlah dalam bidang sejarah, melainkan
dalam bidang yang menjadi jurusannya ketika masih kuliah yaitu ilmu bahasa,
penterjemahan dan penguraian teks-teks lama. Akan tetapi, bidang-bidang tersebut telah
memberinya landasan serta dorongan yang kuat untuk terjun dalam bidang sejarah.
Minatnya dalam bidang sejarah, itu semakin mendalam, setelah ia menjadi guru di
Frankfurt. Sebenarnya pada masa itulah, ia membuat keputusan untuk menumpukkan
usaha pengkajian sejarah dan meninggalkan bidang-bidang yang telah dipelajarinya di
Universitas dulu. Keputusannya bukanlah semata-mata karena minatnya saja, tetapi juga
karena pengaruh dari penulis Sejarawan lain, terutama Niebuhr, Walter Scott dan
Herder. Selain itu juga, dipengaruhi oleh unsur-unsur keagamaan.8
Dengan perubahan minat itu, ia menghasilkan karya sejarahnya yang pertama
dalam bahasa Jerman dengan judul Histories of teh Latin and Tentonic Nations 1494-
1514 (Geschichte de romanischen und germanischen Volker 1494 bis 1514). Dimana
dalam karyanya ini, Ranke menerapkan metode filologi kritis yang telah diterbitkan
pada tahun 1824.9
Dengan penerbitan ini, ia dikukuhkan menjadi Professor Ekstraordinarius di
Universitas Berlin dalam bidang Sejarah. Pada waktu berusia 82 tahun, Ranke mulai
menulis apa saja yang dianggap sebagai “Sejarah Dunia”, yaitu menceritakan sejarah
perkembangan peradaban Eropa dari zaman Yunani-Romawi kuno sampai akhir zaman
6
Ibid, hlm.276.
7
www.age-of-the-sage.org/history/historian
8
Op.cit. M. Ibrahim Yusuf, Sejarah dan Pensejarahan, hlm. 277.
9
The Encyclopedia Americana, 1982:253.

3
pertengahan. Pada hakekatnya “ Sejarah Dunia” yang di maksud itu merupakan sejarah
Eropa dalam jangka waktu yang telah di ungkapkan sebelumnya oleh sejarawan yang
lain, namun demikian penulisannya yang berjumlah 9 jilid itu, telah memenuhi cita-
citanya sejak muda, yaitu untuk menuliskan sejarah dunia. Ranke sendiri menganggap
bahwa karyanya yang terakhir ini merupakan karyanya yang terbesar. Leopold von
Ranke meninggal di Berlin pada tanggal 23 Mei 1886 dalam usia 91 tahun.10

2.2 Karya, Konsep Pemikiran, dan Kontribusi Leopold Von Ranke dalam
Historiografi Barat
A. Karya Leopold von Ranke
Seorang sejarawan dikatakan sejarawan sejati manakala dia banyak menulis
karya dalam bidang sejarah untuk dijadikan bahan referensi dan transfer ilmu
pengetahuan melalui membaca karyanya. Begitu juga dengan Leopold von Ranke,
ia telah menghasikan banyak karya tulisan yang seakan-akan tidak ada putusnya
hingga akhir hayatnya.
Diperkirakan, ia telah menghasilkan karya sebanyak 63 jilid dalam
penulisan sejarah. Salah satu karyanya yang terpenting ialah tulisan pertamanya
yang berjudul Histories of the Latin and Tentonic Nations 1494-1514 yang
berhasil ditulis di Frankfurt dan diterbitkan pada tahun 1824. Kemudian di ikuti
dengan karya-karya lainya, diantara pada pertengahan tahun 1830-1840 an, ia
telah menghasilkan dua penulisan dalam beberapa jilid yang dianggapnya sebagai
karya-karya terbaik.
Adapun karya-karya Leopold von Ranke diantaranya sebagai berikut:
1. The Histories of the Latin and Teutonic Nations (1824)
2. The Serbian Revolution (1929),
3. The History of the Popes (vol. I, 1834, Vol. 2 dan 3, 1836),
4. German History in the Age of Reformation (6 vol., 1839-1847),
5. French History, Especially in the Sixteenth and Seventeenth Centuries (5
vol., 1852-1861)
6. History of England, Principally in the Seventeenth Century (6 vol., 1859-
1868)

10
Lubis, Nina Herlina.Historiografi Barat, Bandung:Satya Historika,2000,hlm.94.

4
7. Nine Books of Prussian History (1847-1848), yang lima tahun kemudian
dikembangkan menjadi Twelve Books on Prussian History, sebuah sejarah
dunia yang belum sempat ia selesaikan Weltgeschichte (9 vol., 1881-
1889).11
Dari hal-hal menarik yang ia pelajari, ia menyimpulkan bahwa studi sejarah
tentang asal-usul orang-orang atau institusi-institusi menghasilkan pengetahuan
yang lebih cemerlang dan lebih lengkap dari pada studi yang lain. Oleh karena itu
Ranke lebih menekankan sejarah politik dalam setiap karyanya. Oleh karena itu,
kebanyakan karya-karya Ranke, lebih menekankan bidang sejarah politik dan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan diplomatik. Ini bukan
berarti bahwa peristiwa-peristiwa lain yang “bukan politik”, bukan bagian dari
peristiwa sejarah. Semua peristiwa tersebut adalah peristiwa sejarah tetapi bagian
dari politik dan kegiatan berpolitik yang lebig bersejarah. Penekanan dalam
bidang sejarah politik juga berimbas pada minat serta anutan politiknya. Pada
dasarnya Ranke adalah seorang yang bersikap konservatif dari pada segi politik,
serta berkeyakinan bahwa negaralah yang memegang tampuk kekuasaan dan
bukanlah rakyat. Baginya kekuasaan negara haruslah berada dalam tangan
beberapa pemimpin yang mempunyai kemampuan memimpin serta mempunyai
akhlak yang mulia. Namun demikian, perlu diingat bahwa Ranke bukanlah ahli
politik maupun diplomat professional. Ia adalah ahli akademik yang kritis dan
melihat perkembangan politik yang berlaku di Eropa sebagai fenomena yang
mengancam kestabilan serta tradisi masyarakat Eropa itu sendiri.12

B. Konsep Pemikiran dan Kontribusi Leopold von Ranke dalam Historiografi


Barat
Abad 19 merupakan abad berkembangnya filsafat rasional. Pada periode ini
sangan mengagungkan peranan berpikir sebagai sumber falsafah ilmiah dengan
mementingkan rasio atau akal-budi. Hal tersebut sama seperti pada zaman
Descartes, Spinoza, Leibuiz, Paul. dan Ranke pun mencoba untuk menyusun

11
J. M. Romein (diterjemahkan oleh: Nur Toegiman). Aera Eropa Peradaban Eropa Sebagai Suatu
Penyimpangan dari Pola Umum. Bandung: Ganacu, 1956.
12
M. Ibrahim Yusuf, Sejarah dan Pensejarahan, hlm. 281-284.

5
suatu sistem filsafat dengan manusia yang sedang berpikir, dalam pusatnya atau
dalam filsafat sejarah disebut aliran sejarah ilmiah. 13 Leopold Von Ranke dikenal
sebagai bapak ilmu sejarah modern. Ia merupakan pelopor madzhab sejarah
ilmiah.14
Dari pandangan tersebutlah maka menjadi titik awal pola pokir Ranke
dalam penulisan sejarah. Pada awalnya, Ranke melihat penulisan sejarah pada
abad 17 dan 18 mengalami subjektivitas yang menonjol dalam penulisan sejarah.
Selain masalah subjektivitas, juga berkembangnya penulisan sejarah yang
menekankan nilai estetika. Maka dari itu Ranke tidak sependapat dengan hal
tersebut karena menurutnya sejarah bukanlah seni karena penulisan seni dengan
sejarah itu berbeda khusunya dengan karya sastra. Selain itu juga, penulisan
sejarah itu harus melalui penyellidikan secara kritis terhadap sumber-sumber yang
akan di gunakan untuk mewujudkan kebenaran sejarah. Disamping menekankan
kepentingan dokumen sebagai sumber sejarah, ia juga menekankan perlunya
sejarawan bersikap kritis terhadap jenis-jenis dokumen yang digunakan dalam
penyelidikan. Konsep sejarahnya yang seperti itu, telah menyebabkan berlakunya
pembentukan konsep sejarah yang dikenal sebagai sejarah yang saintifik. Sejarah
yang saintifik sama artinya dengan sejarah itu seratus persen objektif, bahwa
kebenaran boleh dibuktikan secara saintifik dan objektif.15
Oleh karena itu, dari sikapnya yang kritis terhadap penulisan sejarah
tersebut, ia dikenal sebagai Bapak Sejarah Kritis Modern. 16 Karena bagi Ranke,
tujuan yang paling utama mengkaji sejarah adalah untuk mewujudkan suatu
peristiwa yang dikaji itu seperti fakta aslinya, atau sejarah yang ditulis itu
haruslah sebagaimana peristiwa itu terjadi didasarkan pada sumber-sumber yang
ada, seperti sebenarnya yang telah berlaku (wei es eigentlich gewe sen), dan
bukan demi tujuan-tujuan yang tinggi seperti untuk mengadili masa lalu atau
kepentingan zaman-zaman yang akan datang. Ungkapan wei es eigentlich gewe
sen tersebut, dianggap sebagai tonggak pensejarahan Ranke.

13
Tamburaka, Rustam.e,Pengantar Sejarah, Teori Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Flsafat dan Iptek, Jakarta:
Rineka Cipta,1999.h.153
14
Tamburaka, hal.153
15
Ibid,hlm.286-290.
16
Agus Supriyono, Diktat Historiografi Eropa Barat Kuno, Abad Tengah dan Modern (Jurusan Sejarah, fakultas
Sastra Universitas Diponegoro Semarang).

6
Cara pandang dalam mengembangkan historiografi modern tersebut tidak
terlepas dari pendahulunya seperti, Jean Mabilon. Dimana Mabilon membuat
formulasi kritik eksternal (yaitu sumber untuk menentukan otentitas sebuah
sumber) yang mana hal tersebut mampu dikembangkan lebih lanjut oleh Ranke
menjadi kritik eksternal dan kritik internal yang berguna untuk menguji
kredibilitas sebuah sumber.17Dengan kedua langkah kritik tersebut seorang
sejarawan akan mempelajari sumber-sumber sejarah serta mampu
mengujinya18 agar bisa menentukan keaslian ataupun keshahihan suatu sumber
sejarah.19 Hal tersebutlah yang menjadi sumbangan terbesar Leopold von Ranke
untuk perkembangan ilmu sejarah.20
Konsep pemikirannya yang kritis tersebut terlihat dari karya pertamanya
yaitu Histories of the Latin and Tentonic. Karena kekritisannya itulah maka ia
dikenal sebagai Bapak Historisisme. Yang mana memberikan pandangan bahwa
sejarah bukan hanya sebagai deret kejadian yang statis, melainkan sebagai
perubahan-perubahan (dinamisasi) yang ada sangkut-pautnya antara peristiwa
yang satu dengan peristiwa yang lain.21

Konstribusi lainnya dari Ranke ialah memperkenalkan Seminar dan


Quelllinkritik (kajian yang kritis terhadap sumber-sumber sejarah), sebagai kaidah
dalam penelitian sejarah. Seminar dan Quellinkritik, ini merupakan bagian dari
pada proses penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan karya sejarah yang

17
Nina Herliana Lubis, Historiografi Barat,(bandung:Satya Historika,2008), hlm.92.
18
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah ( Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2007), hlm. 68.
19
Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah ( Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana Depag, 1986 ), hlm.78.
20
Op.cit, Nina Herliana Lubis,hlm.92.
21
Romein J.M. Aera Eropa peradaban Eropa sebagai penyimpangan dari pola umum (diterjemahkan oleh:
NoerToegiman), (Bandung: Ganacu, 1956), hlm. 116

7
mengandung peristiwa-peristiwa Wei Es Eigentlich Gewesen (seperti sebenarnya
berlaku).22

2.3 Studi Kritis Karya Leopold von Ranke


Meskipun pandangan Leopold von Ranke tersebut sangat bagus dan menarik
semua kalangan, namun tetap sebuah karya atau pun pemikirin seorang manusia tidak
lepas dari sebuah kekurangan dan ketidaksempurnamaan. Maka dari itu, dalam
perkembangan selanjutnya pemikiran historiografi dari Leopold von Ranke ini menuai
kritik karena mempunyai kelemahan-kelemahan tersendiri.
Oleh karena itu, menjelanng tahun 1930-an pengaruh pemikirannya sudah mulai
luntur. Beberapa sejarawan menyatakan kesangsian mereka terhadap penulisan sejarah
yang tepat yang muncul dari konsep seperti apa yang diberlakukan oleh Ranke. Sejarah
yang tepat/objektiv yang terhindar dari subjektivitas itu mustahil untuk dicapai, oleh
karenanya Ranke gagal untuk memahami hakikat tersebut. Sebenarnya kaidah
penyelidikannya sangat mengagumkan, terutama jika di tinjau dari segi amalan-amalan
penyelidikan sejarah yang dilakukan pada abad ke 19 dan waktu-waktu sebelumnya di
Eropa. Tetapi tehnik penulisannya, ataupun eksplanasinya seperti cara menulis catatan
kaki, penulisan bibliografi, dan sebagainya masih belum begitu teratue seperti yang ada
pada saat ini. Meskipun kaidah kritisnya masih dipakai sampai sekarang, namun aliran
pensejarahannya yang tertumpu kepada politik dan diplomasi itu telah dianggap sebagai
sesuatu yang tidak relevan lagi.
Dengan pandangannya itu, maka H.E Barnes, kemudian merumuskan empat
kelemahan atau kekurangan Ranke yaitu sebagai berikut:
1. Kegagalan menggunakan keseluruhan sumber-sumber yang boleh didapati
bagi sesuatu kajiannya.
2. Terlalu menekankan aspek politik dan peran dari seorang tokoh besar.
3. Ketaatan keagamaan yang menyebabkan ia memihak kepada teori
sejarahnya yang berbentuk ketuhanan.

22
M. Ibrahim Yusuf, Sejarah Dan Pensejarahan Ketokohan Dan Karya (Malaysia: Dewan Bahasa dan pustaka
Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, 1988), hlm. 287.

8
4. Terlalu gairahnya untuk menuliskan sejarah Luther, keluarga Hohenzollern
dari Prussia.23

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

23
Ibid, hlm.293-296.

9
Leopold von Ranke adalah sejarawan beradarah Jerman. Lahir 21 Desember 1795
di Wiche Jerman. Dia adalah keturunan para pembesar pendeta dan ahli hukum. Meski
pada awalnya ia melanjutkan pendidikan dalam studi Filologi naskah-naskah klasik,
namun hal tersebut mengantarkannya dalam ketertarikannya dalam ilmu sejarah.
Pada perkembangan selanjutnya, Leopold van Ranke dikenal sebagai Bapak
Historisisme, atau Bapak sejarah Kritis. Karena pemikirannya yang sangat kritis dalam
masalah penulisan sejarah. Menurutnya, seorang sejarawan itu dalam menulis sejarah
harus memilih dan memilah sumber yang akan dijadikan sebagai referensi harus sesuai
keaslian dan keontetikannya. Maka dari itu dari pandangannya itulah ia melahirkan
formulasi baru dalam ilmu sejarah yaitu munculnya gagasan tentang keharusan
sejarawan melakukan kritik eksterenal dan kritik internal dalam menyeleksi sumber
sejarah.
Hal itulah yang menjadi kontribusi yang sangat besar dari Leopold von Ranke
dalam perkembangan ilmu sejarah. Meski dalam perkembangan selanjutnya, pemikiran
dan cara pandangnya tersebuuta banyak menuai kritik dari berbagai kalangan.

DAFTAR PUSTAKA

10
Abdurrahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Lubis, Nina Herlina. 2000. Historiografi Barat, Bandung:Satya Historika.
Romein, J. M. 1956. (diterjemahkan oleh: Nur Toegiman). Aera Eropa Peradaban Eropa
Sebagai Suatu Penyimpangan dari Pola Umum. Bandung: Ganacu.
Rustam.e, Tamburaka, 1999. Pengantar Sejarah, Teori Teori Filsafat Sejarah, Sejarah
Flsafat dan Iptek, Jakarta: Rineka Cipta.
Supriyono, Agus. Diktat Historiografi Eropa Barat Kuno, Abad Tengah dan Modern
(Jurusan Sejarah, fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang).
The Encyclopedia Americana, 1982, Connecticut: Glolier Incorporated.
Usman, Hasan. 1986. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Proyek Pembinaan Prasaran
DEPAG.
www.age-of-the-sage.org/history/historian
Yatim,Badri. 1997. Historiografi Islam, Jakarta:Logos Wacana Ilmu.
Yusuf, M. Ibrahim, 1988. Sejarah Dan Pensejarahan Ketokohan Dan Karya, Malaysia:
Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur.

11

Anda mungkin juga menyukai