Anda di halaman 1dari 25

HISTORIOGRAFI TRADISIONAL,

KOLONIAL, DAN MODERN

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Historiografi
Tradisional, Kolonial, dan Modern ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan
makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah Historiografi Tradisional,
Kolonial, dan Modern ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha
Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.
Semoga makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Historiografi 3
1. Pengertian Historiografi 3
2. Perkembangan Historiografi 4
3. Penyusunan Historiografi 8
4. Sumber Naskah Historiografi 8
5. Syarat Penulisan Historiografi 9
B. Historiografi Tradisional 10
1. Pengertian Historiografi Tradisional 10
2. Ciri-ciri Historiografi Tradisional 11
3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Tradisional 12
C. Historiografi Kolonial 12
1. Pengertian Historiografi Kolonial 12
2. Ciri-ciri Historiografi Kolonial 13
3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Kolonial 13
4. Contoh Karya Historiografi Kolonial 14
D. Historiografi Modern 15
1. Pengertian Historiografi Modern 15
2. Ciri-ciri Historiografi Modern 15
3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Modern 16
4. Karya Historiografi Modern 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 18

ii
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Historiografi adalah kajian mengenai metode sejarawan dalam
pengembangan sejarah sebagai disiplin ilmiah. Bentuknya berupa
setiap karya sejarah mengenai topik tertentu. Historiografi tentang
topik khusus melingkupi cara kerja sejarawan dalam mengkaji topik
tersebut dengan menggunakan sumber, teknik, dan pendekatan
teoretis tertentu. Para sarjana telah mendiskusikan historiografi
dengan topik seperti "historiografi Indonesia", "Historiografi Islam awal",
"Historiografi Tiongkok" serta berbagai pendekatan dan aliran, seperti
sejarah politik dan sejarah sosial. Sejak abad ke-19, dengan bangkitnya
sejarah akademis, mulai berkembang bentuk literatur historiografi.
Sejauh mana sejarawan dipengaruhi oleh kelompok dan loyalitas
mereka sendiri seperti kepada negara bangsanya menjadi
permasalahan yang diperdebatkan.
Historiografi disampaikan sebagai hasil penyusunan imajinasi
tentang masa lampau sesuai dengan jejak-jejak atau fakta yang ada.
Penulisan historiografi memerlukan kemahiran dalam seni menulis.
Kebebasan menulis dibatasi oleh sejumlah ketentuan akademis yang
berlaku dan sikap kehati-hatian untuk menghindari penyampaian yang
melebihi fakta. Sumber penulisan naskah di dalam historiografi dibagi
menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
merupakan sumber informasi yang diciptakan pada waktu kejadian
berlangsung, sedangkan sumber sekunder merupakan karya historis
yang dibuat berdasarkan sumber-sumber primer.
Ketertarikan penelitian sejarawan berubah sepanjang waktu, dan
telah ada pergeseran jauh dari diplomasi, ekonomi, dan politik
tradisional menuju pendekatan yang lebih baru, khususnya sosial dan
sejarah budaya. Sejak 1975 sampai 1995, proporsi profesor sejarah di

1
2

universitas Amerika yang diidentifikasi dengan sejarah sosial naik dari


31 ke 41 persen, sedangkan proporsi sejarawan politik menurun dari 40
ke 30 persen. Pada 2007, dari 5.723 fakultas di departemen sejarah di
universitas Britania, 1.644 (29%) mengidentifikasi dirinya dengan
sejarah sosial dan 1.425 (25%) mengidentifikasi dirinya dengan sejarah
politik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas di dalam makalah tentang Ciri-ciri Historiografi
Tradisional, Kolonial, dan Modern ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian historiografi?
2. Apa saja ciri-ciri historiografi tradisional?
3. Apa saja ciri-ciri historiografi kolonial?
4. Apa saja ciri-ciri historiografi modern?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Ciri-ciri
Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian historiografi.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi tradisional.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi kolonial.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi modern.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Historiografi
1. Pengertian Historiografi
a. Pengertian Historiografi Menurut Etimologi (Bahasa)
Dalam bahasa Sanskerta, historiografi merupakan
gabungan dua kata yaitu history yang berarti sejarah dan grafi
yang berarti deskripsi atau penulisan. Jadi historiografi berarti
deskripsi (penulisan) sejarah. Dalam bahasa Yunani,
historiografi terdiri atas historia yang artinya penyelidikan
tentang gejala alam fisik, dan grafein yang bermakna sebuah
gambaran, tulisan atau uraian.
b. Pengertian Historiografi Menurut Terminologi (Istilah)
Beberapa ahli yang memberikan pendapatnya tentang
pengertian historiografi antara lain adalah:
1) Louis Gottschalk: historiografi merupakan suatu bentuk
publikasi, baik itu dalam bentuk lisan maupun juga tulisan
mengenai peristiwa kejadian atau kombinasi peristiwa-
peristiwa di masa lampau.
2) Kuntowijoyo: historiografi adalah tahap menuliskan kembali
suatu peristiwa sejarah sebagai sebuah bentuk catatan
sejarah.
3) Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Historiografi berarti pelukisan
sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi
pada masa lalu yang disebut sejarah.
4) Soejatmoko: Historiografi atau penulisan sejarah dalam ilmu
sejarah merupakan titik puncak dari kegiatan penelitian oleh
sejarawan. Dalam metodologi sejarah, historiografi
merupakan bagian terakhirnya. Langkah terakhir, tetapi
langkah tersebut adalah langkah terberat.

3
4

5) Abdurahaman Hamid dan Muhammad Saleh Majid:


Historiografi adalah berbagai pernyataan mengenai masa
silam yang telah disintesiskan selanjutnya ditulis dalam
kisah sejarah.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
historiografi adalah cara untuk merekonstruksi suatu gambaran
masa lampau berdasarkan data yang telah diperoleh yang didahului
dengan penelitian. Historiografi adalah sebuah tahapan terakhir
dalam sebuah metodologi penelitian sejarah yang dilakukan oleh
seorang sejarawan. Hasil penelitiannya menghasilkan sebuah karya
sejarah dapat berupa buku, film, diorama, dan lainnya. Karya
sejarah inilah yang disebut historiografi.
2. Perkembangan Historiografi
Penulisan sejarah telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu.
Dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Dari tulisan
yang sederhana hingga yang kompleks seperti sekarang ini, dari
yang mitos hingga yang kritis. Historiografi di Indonesia diawali dari
masa aksara, yakni ketika Indonesia telah mengenal tulisan. Karya
–karya awal historiografi Indonesia berupa prasasti. Historiografi
Indonesia dalam bentuk tulisan dimulai oleh Mpu Prapanca yang
menulis kitab Negarakertagama.
Historiografi tradisional dianggap berakhir dengan hadirnya
buku yang berjudul Cristische Beschouwing Van Sadjarah Van
Banten (Sejarah Banten) yang disusun tahun 1662-1663 dalam
bentuk tembang macapat, kemudian menjadi obyek penelitian
Hoesein Djajadiningrat dan disusun sebagai disertasi doktor dalam
bidang Bahasa dan Sastra Nusantara pada Universitas Leiden tahun
1913. Buku ini dianggap telah mulai kritis dan didasari fakta yang
ada. Meski ada juga yang menganggap buku tersebut lebih
condong untuk kepentingan penjajah Belanda. Historiografi kolonial
berakhir setelah Indonesia merdeka. Waktu yang dianggap sebagai
5

titik tolak historiografi modern Indonesia adalah dimulai sekitar


tahun 1957, setelah diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional
Indonesia Pertama di Yogyakarta.
Historiografi adalah berbagai karya sejarah yang berkenaan
dengan suatu tema. Karya sejarah adalah berbagai tulisan berupa:
artikel jurnal, prosiding, dan buku yang bertemakan sejarah.
Umumnya, historiografi dimaknai sebagai dua hal; penulisan
sejarah dan sejarah dari penulisan sejarah. Sebagai contoh,
historiografi revolusi kemerdekaan mencakup semua karya sejarah
(artikel, buku, film, komik, maupun konten digital) yang membahas
peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia di tahun 1945 hingga
1949. Ketika manusia mulai mengenal tulisan, mereka juga mulai
menyadari apa yang terjadi dengan dirinya dan lingkungan
sekitarnya. Perkembangan literasi yang terjadi pada abad ke-5
sebelum Masehi di Yunani memungkinkan terwujudnya historiografi
yang kita kenal sekarang.
Sampai dengan abad ke-19, sejarah masih belum benar-
benar diakui sebagai cabang ilmu di perguruan tinggi. Sejarah
sebagai ilmu baru mulai diterima ketika sejarawan Jerman, Leopold
Von Ranke (1799-1886), menganjurkan para ahli sejarah untuk
meneliti dokumen-dokumen asli. Penelitian tersebut bertujuan agar
pengetahuan sejarah menjadi objektif. Untuk menjadikan sejarah
sebagai cabang ilmu yang memiliki metode dan metodologi, Ranke
mengharuskan “wie es eigentlich gewesen (sejarah sebagaimana
yang terjadi)”. Akan tetapi, pada saat yang sama, muncul penolakan
dari para ahli humaniora untuk menggunakan metodologi ilmu
pengetahuan alam yang saat itu sudah mapan.
Untuk memahami jiwa dan pikiran manusia, para ahli
mengajukan metode hermeneutika (dari kata hermeneus yang
artinya menafsirkan). Interpretasi atau penafsiran peristiwa melalui
jalan pikiran para pelaku sejarah adalah cara utama yang dianjurkan
6

oleh para ahli humaniora. Hasil dari metode hermeneutika adalah


kisah atau narasi yang hidup dengan bertumpu pada teks. Di tahun
1960-an, para ahli sejarah mulai mempersoalkan dasar-dasar ilmu
sejarah. Ketika itu, para sejarawan mengakui bahwa ciri utama dari
sejarah dunia modern adalah perubahan sosial-ekonomi yang cepat.
Namun, metode hermeneutika yang ketika itu menjadi andalan
sebagian besar sejarawan tidak bisa lagi memberi penjelasan yang
memuaskan mengenai perubahan-perubahan ini.
Karena itu, para sejarawan pun mulai menyuarakan
pentingnya pendekatan multidisiplin dan interdisiplin. Multidisiplin
adalah seorang peneliti mendalami satu tema dengan
menggunakan berbagai disiplin ilmu, sedangkan interdisiplin adalah
kerja sama para peneliti dengan latar belakang ilmu yang berbeda
untuk membahas satu tema. Kedua pendekatan ini akhirnya
berhasil memperkaya karya sejarah sehingga mampu menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di dalam masyarakat
modern dengan lebih komprehensif.
Adanya perubahan dalam metode penelitian menyebabkan
berkembangnya penulisan sejarah. Karena perubahan ini, sejak
tahun 1960-an, historiografi sejarah mulai berkembang secara
pesat. Keperluan untuk menjelaskan berbagai perubahan yang
melanda masyarakat menyebabkan perluasan tema-tema penulisan
sejarah. Sejak itu, karya-karya sejarah membahas berbagai hal yang
terkait dengan kehidupan masyarakat modern. Kini, sejarah tidak
lagi sekedar mencatat perubahan tentang kerajaan, negara, tokoh-
tokoh penting, perang, ataupun peristiwa politik. Melainkan, sejarah
juga membahas berbagai aspek lain dalam kehidupan
bermasyarakat.
Karena modernisasi, kehidupan masyarakat juga mengalami
perubahan yang cepat di berbagai aspek. Salah satunya adalah
munculnya berbagai permasalahan masyarakat modern seperti
7

korupsi, kriminalitas, kesenjangan sosial, kemiskinan, masalah


lingkungan, pendidikan dan permasalahan lainnya. Menurut para
sejarawan, berbagai masalah masyarakat itu perlu dijelaskan dari
perspektif sejarah. Tujuannya adalah agar masyarakat tidak
mengalami disorientasi. Dalam ilmu sejarah, yang dimaksud
dengan disorientasi adalah hilangnya kemampuan untuk melihat
kaitan antara apa yang terjadi di masa lalu dengan yang ada
sekarang dan di masa yang akan datang.
Melalui penjelasan sejarah, masyarakat bisa mendapatkan
pengetahuan tentang peristiwa di sekitar yang terjamin
kebenarannya. Penjelasan sejarah terjamin valid karena didapat dari
sumber sejarah dengan metodologi yang sesuai dengan kaidah
keilmuan. Pengetahuan ini bisa menjadi landasan bagi masyarakat
untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar
mereka. Sebagai contoh adalah bencana banjir yang hampir setiap
tahun melanda kota Jakarta. Melalui penelitian sejarah dapat
diketahui bahwa masalah banjir sudah terjadi sejak abad 18, yaitu
ketika kota Jakarta masih bernama Batavia. Sumber-sumber
sejarah dari masa itu menunjukkan bahwa penggundulan hutan dan
kebiasaan untuk membuang sampah ke sungai menjadi penyebab
utama banjir.
Dalam konteks Indonesia, perkembangan dalam ilmu sejarah
ditandai dengan munculnya historiografi sejarah sosial yang
dipelopori oleh Sartono Kartodirdjo melalui karyanya tentang
pemberontakan petani Banten 1888. Karya ini kemudian disusul
oleh berbagai karya sejarah sosial lain yang ditulis oleh Taufik
Abdullah, Onghokham, Kuntowijoyo, R.Z. Leirissa, dan sebagainya.
Seiring berkembangnya historiografi sejarah sosial, mendorong
perkembangan historiografi sejarah lainnya. Perkembangan
ekonomi Indonesia pun memunculkan minat para sejarawan untuk
mengkaji masalah ekonomi dengan dipelopori oleh Thee Kian Wie,
8

Bambang Purwanto, dan Soegiyanto Padmo. Sementara itu,


perhatian terhadap perkembangan dunia maritim juga telah
menarik minat para sejarawan seperti A.B. Lapian, Susanto Zuhdi,
Singgih Tri Sulistiyono dan sebagainya untuk menghasilkan
historiografi sejarah maritim.
Selain beberapa contoh di atas, generasi baru sejarawan
Indonesia yang muncul di abad ke-21 juga menjelajahi tema-tema
sejarah baru yang semakin luas. Hasilnya, terbentuklah berbagai
historiografi baru seperti sejarah lingkungan, sejarah bencana alam,
sejarah kesehatan, sejarah perkotaan, sejarah gender, dan
sebagainya. Penulisan sejarah yang menyentuh berbagai bidang
kehidupan ini bisa terjadi karena sumber-sumber sejarah yang juga
telah berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sebelum tahun
1960-an, sumber sejarah yang tersedia utamanya adalah sumber
tertulis dan lisan. Sementara, saat ini sumber sejarah juga tersedia
dalam bentuk rekaman suara, film, dan sumber digital. Dengan ini,
historiografi pun memiliki jenis sumber dan kemungkinan penulisan
yang lebih kaya dengan tema yang lebih luas. Perkembangan
historiografi saat ini telah mencakup hampir semua aspek
kehidupan masyarakat di abad ke-21. Karena hal tersebut,
historiografi dapat semakin membantu sejarah dalam mencapai
tujuannya, yaitu menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap manusia sebagai makhluk sosial dari waktu ke waktu.
3. Penyusunan Historiografi
Historiografi merupakan penulisan hasil penelitian dari
susunan kejadian masa lampau. Penyusunan historiografi
dilakukan dengan memberikan imajinasi terhadap kejadian masa
lampau. Tiap kejadian dibentuk melalui pengolahan data yang telah
diperoleh sebelumnya. Historiografi disusun dalam bentuk
serialisasi dengan pendekatan kronologi, kausalitas dan imajinasi.
Keteraturan penulisan sejarah peristiwa-peristiwa ditentukan oleh
9

pendekatan kronologis. Dalam ilmu sejarah, urutan kronologi


sangat penting dalam menjelaskan perubahan sosial. Kajian
sejarah secara menyeluruh melibatkan kajian filosofis dan kajian
historiografi. Kajian filosofis berkaitan dengan situasi masa lalu.
Penjelasan mengenai masa lalu disampaikan melalui berbagai jenis
tulisan yang memberikan gambaran mengenai peristiwa-peristiwa
masa lalu. Sedangkan kajian historiografi berupa keterlibatan para
sejarawan dalam berbagai kajian masa lalu tersebut.
4. Sumber Naskah Historiografi
a. Sumber Primer
Sumber primer merupakan bukti-bukti dalam bentuk
tulisan tangan pertama mengenai sejarah yang dibuat pada
waktu peristiwa terjadi. Penulisan sejarah dari sumber primer
dilakukan oleh orang yang ada atau hadir pada peristiwa
tersebut. Sumber primer dapat berbentuk catatan harian,
korespondensi, dan surat kabar. Peninggalan atau naskah yang
dibuat setelah kejadian oleh orang yang ada pada peristiwa
tersebut juga termasuk dalam jenis sumber primer. Sumber
primer memiliki tingkat keabsahan yang diragukan karena
manusia memiliki sifat lupa atau memiliki keinginan untuk
menulis ulang sejarah. Sumber primer juga dapat berupa bukti-
bukti yang tak tertulis seperti temuan arkeologis.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan tulisan mengenai sejarah
yang sesuai dengan bukti-bukti dari sumber primer. Bentuk
sumber sekunder dapat berupa tulisan pada buku sejarah yang
mengacu kepada buku harian atau arsip surat kabar. Sumber
sekunder merujuk pada karya sejarah yang ditulis sesuai
sumber-sumber primer dan merujuk pula pada sumber-sumber
sekunder lainnya. Sebagian besar tulisan ilmiah yang diterbitkan
pada masa sekarang adalah sumber sekunder. Sumber
10

sekunder yang ideal memuat laporan peristiwa di masa lampau.


Peristiwa yang disampaikan telah mengalami generalisasi,
analisis, sintesis, interpretasi, dan evaluasi terlebih dahulu.
5. Syarat Penulisan Historiografi
Historiografi sebagai hasil penelitian atau sejarah ilmiah
diukur setelah sejarawan menghasilkan karya tulisan yang
beraneka ragam dari zaman ke zaman. Penulisan sejarah ilmiah
dilakukan melalui proses yang menyeluruh secara intelektual,
kritis, dan konstruktif. Pendekatan multidimensional untuk
penulisan sejarah dalam keperluan praktis diungkapkan setelah
menjelaskan teori dasar yang membangun historiografi. Penulis
sejarah harus memahami filsafat sejarah spekulatif dan filsafat
sejarah kritis sebagai perkembangan pemikiran sejarah. Filsafat
sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafat
mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Tujuan dari
filsafat sejarah spekulatif adalah menemukan struktur yang
terkandung dalam proses sejarah secara keseluruhan.
Penulisan historiografi perlu menjawab tiga persoalan mendasar
yaitu pola atau irama yang dapat diamati, penggerak sejarah dan
sasaran terakhir yang dituju oleh proses sejarah. Historiografi
menjadi bagian dari kajian ilmu sosial dan humaniora sehingga
para sejarawan juga mempertimbangkan penggunaan teori-teori
ilmu sosial dalam historiografi. Teori sosial digunakan untuk
meningkatkan mutu historiografi melalui perkembangan
metodologi sejarah.

B. Historiografi Tradisional
1. Pengertian Historiografi Tradisional
Banyak ahli yang sepakat bahwa penulisan sejarah masa
tradisional lebih merupakan ekspresi budaya daripada usaha untuk
merekam sejarah. Artinya, penulisan sejarah pada masa ini tidak
11

ditujukan untuk mendapatkan kebenaran sejarah melalui


pembuktian fakta-fakta, melainkan diperoleh melalui pengakuan
dan untuk diabadikan kepada penguasa. Oleh karena itu,
historiografi tradisional tercipta unsur-unsur sastra yang
menghasilkan karya mitologi dan imajinatif.
Penulisan Sejarah yang bercorak tradisional di Indonesia
dimulai sejak masa kerajaan Hindu-Budha sampai masa
perkembangan kerajaan- kerajaan Islam. Karya historiografi
umumnya berupa prasasti, dan naskah-naskah kuno (babad dan
hikayat) yang bertujuan supaya generasi penerus dapat mengetahui
peristiwa di masa lalu terutama di zaman kerajaan saat seorang
raja memerintah suatu kerajaan. Prasasti biasanya berkaitan
dengan ritual di suatu kerajaan, atau sebagai tanda peringatan
sebuah momen peristiwa pada suatu kerajaan. Contohnya adalah
Prasasti Yupa, Prasasti Ciareteun, Prasasti Kedukan Bukit, dll.
Babad merupakan nama yang digunakan di buku cerita
sejarah atau kronik dalam tradisi penulisan sejarah suku bangsa.
Biasanya penulis babad merupakan seorang pujangga keraton.
Babad berisi unsur irasional, cerita bercampur mitos yang kadang-
kadang dipenuhi dengan kiasan dan isyarat. Babad banyak
menceritakan tentang sejarah kerajaan-kerajaan, pahlawan-
pahlawan atau kejadian-kejadian tertentu. Babad berkembang pada
masa Hindu-Budha dan Islam. Contoh karya tulisan historiografi
masa Hindu-Budha adalah Babad Tanah Jawa, Babad Parahiangan,
Kitab Pararaton, Babad Tanah Pasundan, Babad Sriwijaya, Kitab
Negarakertagama, Babad Galuh, Kitab Ramayana, Mahabharata, dll.
Selain babad, pada masa Islam juga berkembang hikayat.
Hikayat merupakan kesusastraan Melayu yang keseluruhan
ceritanya didominasi oleh karya-karya yang bernuansa Islam.
Hikayat memiliki dua arti dalam sastra Indonesia. Hikayat berarti
cerita rekaan yang berbentuk prosa cerita yang panjang. Sedangkan
12

dalam sastra Melayu, hikayat berarti sifat dari sastra lama yang
sebagian besar mengisahkan mengenai kehebatan serta
kepahlawanan tokoh-tokoh besar.
Pada masa Islam, karya historiografi sudah mulai mengenal
kronologi, yakni menempatkan fakta peristiwa sejarah menurut
urutan waktu kejadian, meskipun belum sepenuhnya diterapkan.
Seperti halnya masa Hindu Budha, historiografi masa Islam masih
sangat terlihat unsur mitos dan menekankan pada unsur
kedaerahan. Contoh karya historiografi masa Islam adalah Hikayat
Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, Babad Demak, dan Babad Giyanti.
2. Ciri-ciri Historiografi Tradisional
a. Istana sentris, artinya karya sejarah hanya dipusatkan pada
kehidupan raja atau keluarga raja (keluarga istana), dan tidak
mengangkat kehidupan masyarakat jelata (masyarakat umum).
b. Religius magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan
hal-hal yang gaib. Seorang raja dianggap sebagai wujud
penjelmaan Dewa atau Tuhan, sehingga dianggap memiliki
kekuatan magis atau gaib. Hal ini dimaksudkan agar rakyat
menjadi patuh, takut dan taat pada segala perintah raja.
c. Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan
hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat
kerakyatannya dan tidak memuat riwayat kehidupan rakyat,
tidak membicarakan segi sosial dan ekonomi dari kehidupan
rakyat
d. Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang
nyata.
e. Bersifat regio-sentris atau kedaerahan (enocentrisme), artinya
historiografi tradisional banyak menekankan pada budaya dan
suku bangsa di kerajaan tersebut.
f. Dalam penguraiannya banyak terjadi kesalahan-kesalahan,
misalnya berkaitan waktu dan kaitannya dengan fakta sejarah,
13

penggunaan kosa kata penggunaan nama dll.


3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Tradisional
Berdasarkan ciri-cirinya, historiografi memiliki kelebihan dan
kekurangan, yakni:
a. Kelebihan Historiografi Tradisional
1) Penulisan bertujuan untuk meninggikan dan menghormati
kedudukan raja, sehingga raja tetap dihormati, dipatuhi, dan
dijunjung tinggi oleh rakyatnya.
2) Raja dianggap sebagai keturunan dewa dan penjelmaan
dewa, sehingga memunculkan anggapan bahwa setiap
perkataan raja adalah benar (sabda), sehingga segala
perintah raja ditaati dan dituruti oleh rakyat.
b. Kekurangan Historiografi Tradisional
1) Dari isi penulisannya, raja dianggap memiliki kekuatan gaib
(sakti).
2) Penulisan selalu dihubungkan dengan hal-hal gaib dan
kepercayaan.
3) Penulisan hanya membahas tentang kehidupan bangsawan,
sementara kehidupan rakyat sama sekali tidak dibahas.

C. Historiografi Kolonial
1. Pengertian Historiografi Kolonial
Historiografi kolonial adalah historiografi yang ditulis pada
saat pemerintahan kolonial Belanda, yakni sejak zaman VOC
(sampai ketika pemerintahan Hindia Belanda berakhir dan takluk
kepada Jepang di tahun 1942). Penulisnya umumnya orang-orang
Belanda atau Eropa. Fokus utama historiografi kolonial adalah
kehidupan warga Belanda di Indonesia (Hindia Belanda, sebutan
Indonesia masa penjajahan Belanda) misalnya aktivitas-aktivitas
warga Belanda, pemerintahan kolonial, pegawai kompeni dan
kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan tugasnya di
14

Hindia Belanda.
Karena fokusnya adalah kepentingan Belanda, maka tulisan
sejarah disusun menurut penafsiran dan pandangan Belanda.
Banyak penulisan tentang perlawanan rakyat Indonesia terhadap
Belanda berlawanan dengan kenyataan yang sebenarnya.
Contohnya tentang Pangeran Diponegoro, yang dalam Sejarah
Indonesia dikenal sebagai tokoh pahlawan dan perlawanannya
terhadap Belanda adalah untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran serta dilandasi rasa cinta tanah air. Tapi dalam tulisan
Belanda, Pangeran Diponegoro adalah seorang yang kejam dan
pemberontak karena menentang pemerintah Belanda.
2. Ciri-ciri Historiografi Kolonial
a. Merupakan sejarah orang Belanda di Hindia Timur (Indonesia).
b. Sumber yang digunakan yaitu sumber dari pemerintah Belanda
baik di negaranya maupun daerah jajahannya.
c. Bersifat diskriminatif (membedakan), artinya bangsa Belanda
yang serba mulia dan terhormat, orang-orang pribumi (Indonesia)
diabaikan dan hanya dianggap sebagai alat untuk kepentingan
Belanda.
d. Bersifat Eropa-sentris dan fokusnya ke Belanda-sentris, artinya
yang diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah
aktivitas bangsa Eropa (terutama orang-orang Belanda),
pemerintahan kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orang-
orang kulit putih).
e. Menganggap bahwa Hindia Timur (Indonesia) belum memiliki
sejarah sebelum kedatangan orang-orang Eropa/Belanda.
f. Bentuk tulisan yaitu berupa laporan-laporan, yakni memori
tulisan serah jabatan atau laporan khusus kepada pemerintah
pusat di Batavia mengenai kekuasaan dan peluasan wilayah
pejabat yang bersangkutan. Biasanya dilengkapi dengan data
statistik dan pemetaan gambaran suatu daerah.
15

g. Isinya berupa sejarah politik dan tokoh-tokoh besar.


3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Kolonial
a. Kelebihan Historiografi Kolonial
1) Historiografi kolonial memberikan penguatan proses
naturalisasi historiografi Indonesia.
2) Kita mendapatkan gambaran fakta dan kejadian-kejadian di
Indonesia masa Hindia Belanda, meskipun yang dominan
adalah kepentingan Belanda.
3) Indonesia diperkaya dengan literatur historiografi yang
dihasilkan kolonial Belanda.
b. Kekurangan Historiografi Kolonial
1) Hanya membahas aktivitas kolonial Belanda, sangat sedikit
membahas kaum pribumi (orang Indonesia).
2) Umumnya isi karya historiografi menyesuaikan dengan
penafsiran pihak Belanda, sehingga semua yang mereka
lakukan semasa penjajahan Belanda adalah hal benar
menurut Belanda.
3) Sangat sedikit membahas tentang proses jatuhnya
kekuasaan Belanda.
4. Contoh Karya Historiografi Kolonial
a. Reizen (Catatan Perjalanan) yang ditulis mulai tahun 1600-an
oleh Nicholaus de Graff.
b. Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia Belanda),
terdiri dari 6 jilid yang diterbitkan secara bertahap pada tahun
1938, 1939, dan 1940. Editor utama dari buku ini adalah Dr. F.W.
Stapel.
c. Schets eener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie
(Kondisi Ekonomi Hindia Belanda) karya G. Gonggrijp.
d. Geschiedenis van den Indischen Archipel (Sejarah kepulauan
Hindia) karya B.H.M. Vlekke.
e. Geschiedenis van Indonesie (Sejarah Indonesia) karya H. J. de
16

Graaf.
f. History of Java (Sejarah Jawa (1817) karya Thomas S. Raffles.

D. Historiografi Modern
1. Pengertian Historiografi Modern
Penulisan sejarah pada masa ini ditandai dengan adanya
peranan Indonesia sebagai pemeran dan pelaku utama dalam
Historiografi (Indonesia-sentris). Artinya, sejarah Indonesia ditulis
berdasarkan pengalaman dan sudut pandang orang Indonesia
sendiri, bukan lagi berdasarkan pandangan kolonial atau penguasa
semata. Seminar Nasional Sejarah I tahun 1957 di Yogyakarta
dianggap sebagai kebangkitan penulisan sejarah nasional
Indonesia. Dalam seminar itu dibahas tentang dorongan untuk
menulis sejarah yang berorientasi Indonesia.
Penulisan karya historiografi modern ditandai dengan
metode kritis serta kaidah-kaidah ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Historiografi nasional juga menggunakan
berbagai disiplin ilmu (multidimensional) serta sumber- sumber
sejarah yang lebih lengkap. Selain itu, bahan tulisan sejarah bukan
lagi hanya mengisahkan para raja dan orang besar lainnya,
melainkan juga rakyat kecil dan orang kebanyakan yang juga
berperan dalam kisah sejarah secara keseluruhan.
2. Ciri-ciri Historiografi Modern
a. Sudut pandang Indonesia sentris, yakni berpusat pada
kehidupan masyarakat Indonesia.
b. Bersifat kritis analitis dengan menggunakan pendekatan
multidimensional.
c. Hasil penulisan merupakan perbandingan dari berbagi sumber
17

baik itu sumber kolonial maupun sumber lokal.


d. Penulisnya adalah orang-orang akademisi/kritis dalam bidang
bahasa, kesusastraan dan kepurbakalaan.
e. Tidak hanya mengangkat sejarah orang-orang besar dan negara
saja, tetapi lebih pada kemanusiaannya, yaitu kebudayaan.
f. Cara pandang yang digunakan dalam melihat peristiwa tidak lagi
dari satu sisi melainkan memandang suatu peristiwa dari
berbagai sudut pandang. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya subjektifitas dalam menuliskan sejarah
g. Menonjolkan peran bangsa Indonesia.
h. Mengungkapkan dinamika masyarakat dari setiap aspek
kehidupan yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk
memperkaya penulisan tentang sejarah Indonesia.
3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Modern
Berdasarkan ciri-ciri di atas, maka kelebihan dan kekurangan
historiografi modern antara lain:
a. Kelebihan Historiografi Modern
1) Mengubah pandangan religio-magis dan kosmologis
(kepercayaan pada hal-hal yang berkaitan mistis/gaib)
menjadi pandangan yang bersifat ilmiah.
2) Memakai penulisan sejarah kritis.
3) Memakai pendekatan multidimensi.
4) Memakai dinamika masyarakat Indonesia dan seluruh aspek
kehidupan.
b. Kekurangan Historiografi Modern
1) Belum bisa menjelaskan sejarah dengan maksimal.
2) Cenderung kurang fleksibel karena terlalu berpedoman
terhadap metode ilmiah.
3) Belum tentu bertujuan untuk peningkatan rasa nasionalisme,
kadang- kadang hanya berfokus untuk tujuan akademis.
4. Karya Historiografi Modern
18

Karya yang dihasilkan pada masa historiografi modern


sangat banyak dan lebih beragam. Beberapa di antaranya adalah:
a. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI,
karya A.H. Nasution.
b. Sejarah Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme dan
Imperialisme (editor: Sartono Kartodirdjo).
c. Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI (editor:
Sartono Kartodirdjo).
d. Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya
R. Moh. Ali.
e. Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono Kartodirdjo.
f. Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Historiografi adalah deskripsi /penulisan atau karya sejarah
yang telah melalui tahapan penelitian sejarah. Perkembangan
historiografi Indonesia dimulai sejak masa Hindu Budha (historiografi
tradisional), kemudian berkembang ke masa kolonial Belanda
(historiografi kolonial), dan setelah Indonesia merdeka beralih ke
historiografi nasional (modern). Historiografi tradisional memiliki ciri-
ciri antara lain; istana sentris, religius magis, feodalisme dan regio
sentris.
Historiografi kolonial adalah karya historiografi yang ditulis pada
masa VOC hingga masa pemerintahan Belanda berakhir di Indonesia.
Fokus utama historiografi kolonial adalah aktivitas kehidupan orang-
orang dan pemerintahan Belanda di Indonesia (masa Hindia Belanda).
Historiografi kolonial bercirikan antara lain Eropa-Belanda-sentris dan
diskriminatif. Kelebihan Historiografi kolonial bahwa dalam
penyusunannya berorientasi fakta-fakta dan kejadian-kejadian.
Kelemahan Historiografi kolonial adalah hanya menulis seputar
pemerintahan Hindia Belanda, tanpa menulis tentang orang-orang
pribumi. Karya historiografi kolonial antara lain Reizen (Catatan
Perjalanan), Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia
Belanda), dan Schets eener Economische Geschiedenis van
Nederlands-Indie (Kondisi Ekonomi Hindia Belanda).
Ciri-ciri historiografi modern antara lain Indonesia sentris, kritis
analitis, multidisiplin ilmu. Contoh karya historiografi modern adalah
Sejarah Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme dan
imperialisme (editor: Sartono Kartodirdjo). Kelebihan historiografi
modern adalah lebih ilmiah dan kritis. Kekurangan historiografi modern
antara lain kadang terlalu kaku dan terlalu berpedoman terhadap

19
20

metode ilmiah.

B. Saran
Dalam dua dasawarsa terakhir, perkembangan ilmu sosial di
Indonesia sangat pesat, termasuk di dalamnya ilmu sejarah. Dari sudut
pandang kesenjangan 23 antar generasi, generasi sekarang sangat
memahami Zeitgeist (jiwa zaman) seluruh gejolak dan keresahan yang
terjadi saat ini. Untuk itu, keunggulan para sejarawan generasi ini
adalah sejarawan sekaligus generasi milenial. Masa depan
historiografi Indonesia berada di tangan para sejarawan milenial.
Banyak di antara para sejarawan muda tersebut dididik dalam tradisi
akademik Eropa dan Amerika. Hal ini memungkinkan pendekatan,
metodologi dan tema yang sangat beragam. Situasi inilah yang
diharapkan mendorong historiografi Indonesia semakin mandiri dan
tidak bergantung kepada “mazhab-mazhab” tertentu dalam ilmu
sejarah. Tentu saja, sikap kritis tetap harus diberi tempat dalam
perkembangan disiplin ilmu sejarah.
DAFTAR PUSTAKA

Adil M. & Ratna Hapsari. 2017. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X . Jakarta:
Erlangga.

Farid, Samsul dan Taufan Harimurti. 2016. Sejarah untuk SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial . Bandung: Yrama Widya.

Gottschalk, Louis. 2007. Mengerti Sejarah . Terjemahan Nugroho


Notosusanto. Jakarta: UI Press.

Hapsari, Ratna. 2014. Sejarah Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial Kelas


X . Jakarta: Erlangga.

Hermawan dkk. 2016. Sejarah 1 Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA Kelas X .


Jakarta: Yudistira.

Kuntowijoyo. 2009.Pengantar Ilmu Sejarah . Yogyakarta: Bentang.

Kuntowijoyo. 2003.Metodologi Sejarah . Yogyakarta: Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai