Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“HISTORIOGRAFI EROPA KUNO, ABAD PERTENGAHAN DAN MODERN”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah: Historiografi
Dosen Pengampu: Ilham Pamungkas, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Wulandari 2108104078
Hashlan Hasbie Yusuf 2108104106
Yunita Anjani 2108104103
Alfiah Rahmadhani 2108104081

TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL C/6


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentu kami tidak bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW, yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat kelak.
Kami panjatkan puji dan syukur atas karunia Allah Swt yang telah memberikan nikmat sehat
rohani dan jasmani, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Historiografi yang berjudul
“HISTORIOGRAFI EROPA KUNO, ABAD PERTENGAHAN DAN MODERN”.
Tentunya kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembahasan makalah ini agar kedepannya lebih baik lagi dari sebelumnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami, dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya.

Cirebon, 1 Maret 2024

Penyusun

Historiografi | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Historiografi Eropa Kuno .......................................................................................................... 5
2. Historiografi Abad Pertengahan ............................................................................................. 11
3. Historiografi Modern .............................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 16
3.2 Saran......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 17

Historiografi | ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Historiografi Eropa adalah cabang ilmu sejarah yang mempelajari perkembangan dan
pengarangan sejarah Eropa. Eropa klasik, Eropa pertengahan, dan Eropa modern merupakan
periode yang penting dalam pendahuluan historiografi Eropa. Eropa pertengahan merupakan
periode sejarah Eropa antara akhir abad pertengahan sampai awal revolusi industri, atau sekitar
akhir abad ke-18.
Dalam historiografi Eropa pertengahan, kita bisa menyimpulkan bahwa peradaban
Eropa ditandai dengan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan pengecilan wewenang mutlak
dari Gereja Katolik Roma, dan berkurangnya pengaruh semua agama pada pemerintah nasional.
Pada masa ini, historiografi Eropa mulai berkembang dengan pengarangan sejarah yang lebih
sistematis dan kritis, serta diteruskan oleh para tokoh-tokoh aliran Rasionalisme, seperti Jean
Bodin, Edward Gibbon, dan Leopold von Ranke.
Eropa Modern adalah periode sejarah Eropa yang ditandai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, perkembangan teknologi, dan perubahan politik. Ini merupakan periode dimana
historiografi Eropa mulai berkembang lebih pesat, dengan pengarangan sejarah yang lebih
modern dan terstruktur, serta diteruskan oleh para tokoh-tokoh historiografi modern, seperti
Voltaire, Montesquieu, dan Gibbon.
Pada masa ini, historiografi Eropa masa modern juga ditandai dengan munculnya
metode sejarah yang lebih sistematis, seperti historiografi kritis, historiografi kuantitatif, dan
historiografi kultur. Hal ini memungkinkan para sejarawan untuk memahami perkembangan
sejarah Eropa dengan lebih baik, serta membantu menggambarkan perkembangan dunia
modern.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang historiografi Eropa pertengahan dan
modern, serta menganalisis pemikiran, tokoh, dan karya historiografi Eropa tersebut. Kami juga
akan menjelaskan bagaimana historiografi Eropa berkembang dari abad pertengahan ke abad
modern, serta bagaimana historiografi Eropa mempengaruhi pemahaman kita tentang
perkembangan sejarah Eropa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Historiografi Eropa Kuno?
2. Bagaimana perkembangan Historiografi Zaman Yunani Kuno?
3. Bagaimana Karakteristik Historiografi Eropa Kuno?
4. Apa Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Eropa Kuno?
5. Bagaimana Historiografi Pada Abad Pertengahan?
6. Apa yang di Maksud dengan Historiografi Modern?

Historiografi | 3
7. Bagaimana ciri-ciri dari Historiografi Modern?
8. Apa saja contoh dari Historiografi Modern?
9. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan dari Historiografi Modern?

1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian Historiografi Eropa Kuno
2. Untuk mengetahui perkembangan Historiografi Zaman Yunani Kuno
3. Untuk mengetahui Karakteristik Historiografi Eropa Kuno
4. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Eropa Kuno
5. Untuk memahami Historiografi Pada Abad Pertengahan
6. Untuk memahami Maksud dari Historiografi Modern
7. Untuk memahami ciri-ciri dari Historiografi Modern
8. Untuk mengetahui contoh dari Historiografi Modern
9. Untuk memahami Kelebihan dan Kekurangan dari Historiografi Modern

Historiografi | 4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Historiografi Eropa Kuno
1.1 Pengertian Historiografi Eropa Kuno
Historiografi Eropa merupakan studi yang sangat kompleks. Mengingat jumlah negara
yang termasuk didalamnya begitu banyak, serta periode waktu yang amat luas adalah
wujud kekomplekskannya. Historiografi Yunani dan Romawi merupakan dasar dari
historiografi Eropa. Sejarah historiografi Eropa akan dilihat sebagai gejala yang terikat
oleh waktu (time bound) dan terikat oleh kebudayaan (culture bound) zamannya.
Historiografi Eropa Kuno dipelopori oleh Herodotus dalam bentuk logographoi yang
kemudian dikenal dalam bentuk prosa. Perubahan bentuk dari puisi ke prosa ini membuat
Herodotus menjadi Bapak Sejarah. Bentuk penulisan logographoi dapat mengubah tradisi
yang ada yaitu dari mistis menjadi bentuk rasional.
1.2 Perkembangan Historiografi Zaman Yunani Kuno
Penulisan sejarah muncul di Yunani awalnya berbentuk sebuah puisi yang merupakan
karya Homer. Karya tersebut dituliskan berdasarkan cerita-cerita lama yang mengandung
informasi mengenai kebudayaan dan masyarakat pada zamannya. Pada abad ke-6 SM
penulisan sejarah berbentuk prosa baru muncul di Lonia. Hal ini dikarenakan
masyarakatnya pada waktu itu memungkinkan perorangan untuk berekspresi. Adanya
kebebasan untuk berfikir dan berfilsafat kritis.
Para Sejarawan Yunani pada umumnya berasal dari golongan keluarga yang berada
dalam lingkup kekaisaran. Mereka disamping menjadi seorang sejarawan, diantaranya
juga sudah ada yang menjalani profesi sebagai guru, dokter, militer, politikus, atau
pegawai. Profesi ini tetap mereka jalani baik itu dari sebelum mereka menjadi sejarawan
ataupun saat mereka masih menjadi seorang sejarawan. Para Sejarawan pada zaman
Yunani ini menulis tentang sejarah lama, kontemporer, ataupun sejarah zamannya sendiri.
Lingkup geografinya mencakup Yunani dan sejarah lokal khususnya sejarah Attica.
Sejarawan Yunani umumnya menulis atau mengisahkan tentang sejarah masa lampau
berdasarkan pada cerita rakyat, kisah-kisah yang disampaikan secara turun-temurun oleh
para penulis terdahulu. Pada awalnya tradisi penulisan sejarah pada zaman Yunani kuno
adalah apa yang disebut dengan tradisi Homerus.
1.3 Perkembangan Historiografi Zaman Romawi Kuno
Pada masa Romawi Kuno para sejarawan selain menjadi seorang penulis, pekerjaan
utama mereka juga ada yang bekerja sebagai perwira tentara, pegawai pemerintahan, dan
profesi lainnya. Mereka akan menulis jika sudah berhenti bekerja dan memperoleh
kebebasan untuk menulis tanpa adanya hambatan. Para Sejarawan itu menulis sesuai
dengan apa yang menjadi pengalaman atau apa yang mereka kerjakan.

Historiografi | 5
Pada zaman Romawi, Sejarawan sangat mengkhayati dan menyukai kesustraan.
Mereka merupakan sastrawan dan pencerita yang baik sehingga dapat menghasilkan
sejarah yang retoris, dramatis, dan psikologis. Penulis sejarah zaman Romawi memiliki
kebiasaan untuk membaca naskah secara terbuka untuk umum terlebih dahulu sebelum
melakukan publikasi sejarah. Para Sejarawan Yunani kebanyakan tertarik pada hal-hal
yang bersifat kosmopolitan berbeda dengan penulis zaman Romawi yang hanya mengenal
satu tema yakni Roma. Jadi, secara umum perkembangan historiografi zaman Romawi
berjalan sesuai dengan sejarah perkembangan kekaisarannya. Karya-karya yang dihasilkan
pada zaman ini banyak terkait dengan sejarah Romawi sejak kemunculan sampai kepada
keruntuhannya.
Generasi awal dari para sejarawan Romawi adalah Pictor, dan Cato. Sayangnya tentang
siapa mereka sedikit sekali diketahui orang. Julius Caesar, salah seorang negarawan dan
Panglima perang Romawi yang benar-benar sukses, dan sekaligus pula penulis sejarah
yang masyhur. Pada masa Julius Caesar (100-44 SM) penulisan sejarahnya mulai berbeda
pada segi bahasa. Bahsa Romawi mulai digunakan. Memang mula-mula, bahasa Yunani
masih digunakan dan model tulisan sejarahnya-pun masih menerapkan sistem Yunani.
Dalam Commentaries on the Gallic Wears, Julius Caesar berhasil mengetengahkan
topik yang disajikannya secara jelas, obyektif serta cermat, sekalipun kdang-kadang dia
menyebutkan reputasi yang telah dicapainya. Sayangnya nasib tragis terjadi pada akhir
hayatnya, dia dibunuh pada 44 SM. Pembunuhan politik ini telah melahirkan perang
saudara di Romawi yang baru berakhir setelah berlangsung selama 10 tahun.
1.4 Sejarawan Masa Eropa Kuno
1) Homer (850 SM)
Homer merupakan sastrawan masyhur Yunani yang terkenal dengan karya
klasiknya Illiad dan Odyssey. Dia telah dianggap sebagai pelopor sejarawan Yunani.
Sebenarnya buku Illiad dan Odyssey yang bertemakan epik, sulit untuk dimasukkan
dalam konteks buku sejarah yang baik. Mungkin anggapan tersebut karena Homer
telah memberikan keterangan mengenai sejarah zamannya atau setidaknya
seseorang setelah membaca tulisan tersebut akan bangkit keinginannya untuk
mengetahui sejarah Yunani selanjutnya.
2) Herodotus (490 SM - 430 SM)
Herodotus terlahir dalam keluarga aristokratik Halicarnassus, di barat daya
Asia Kecil. Ia hidup pada jaman keemasan kebudayaan Yunani khususnya Athena,
yaitu suatu periode atau masa damai antara perang-perang Persia dan Perang
Peloposesia. Masa itu adalah masa puncak perkembangan Yunani, yang akhirnya
juga dikenal sebagai kebudayaan klasik, dan berkembang ke seluruh Eropa dan

Historiografi | 6
dunia. Semua sejarah kebudayaan barat seperti sastra, hukum, sosial, ekonomi dan
sebagainya bisa dianggap adobsi dari Yunani dan Romawi.
Herodotus adalah pelopor perubahan bentuk penulisan dalam bentuk syair atau
puisi menjadi prosa (logographoi). Selain itu, ia berusaha menghilangkan kesan
mitos pada penulisan sejarahnya. Sehingga beliau mendapat gelar bapak sejarah.
Selain tulisannya merupakan karya sejarah, ia juga menulis tentang antropologi dan
sosiologi. Karya klasik Herodotus, "History of the Persian Wars", menceritakan
tentang perang Yunani dan Persia pada 478 SM yang dimenangkan oleh Yunani.
Dalam buku tersebut Herodotus berhasil menyakinkan pembaca perlunya dianalisa
secara mendalam masing-masing budaya.
Kelemahan dari penulisan Herodotus yakni kurang daya kritisnya terhadap
suatu permasalahan, dapat dilihat dari tidak adanya seleksi yang dilakukannya
dalam penerimaan hal-hal yang berkaitan dengan dewa-dewa, mitos dan legenda
yang ada dalam tulisannya. Dia juga dianggap tidak patriotis, karena dia tidak hanya
memuji Yunani namun juga Persia. Namun demikian, Herodotus berhasil menulis
kisah nyata, sebagian besar sumbernya didapat dari penyelidikan langsung dan hasil
catatan-catatan perjalanannya dalam mengikuti perang Yunani tersebut serta dapat
dipercaya. Berbeda dengan pendahulu dan teman-teman sejamannya yang banyak
menulis cerita-cerita mitos dan kepahlawanan, Herodotus lebih tertarik pada sejarah
manusia, dalam karyanya dia bisa dianggap sebagai awal atau perintisan penulisan
sejarah ilmiah.
3) Thucydides (456 SM - 404 SM)
Selain Herodotus ada sejarawan Yunani lain yang terkenal yaitu Thucydides.
Thucydides menonjol dalam hal metode penelitiannya maupu kualitas hasil dari
karyanya. Kelebihan Thucydides dibandingkan Herodotus adalah dalam karyanya
yang telah mengembangkan studi mengenai arkeologi (ilmu purbakala). Disamping
itu Thucydides juga melakukan penelitian mengenai perilaku dari para politis dan
orang-orang militer dalam krisis militer. Dengan mengutamakan aspek-aspek
politik dan militer tersebur Thucydides telah berusaha memperoleh fakta-fakta
secara yang lebih kritis dengan menjauhi semua hal-hal yang berbau mitos. Dia
dianggap sebagai sejarawan yang menggunakan metode kritis pertama di dunia. Ia
juga sering disebut bapak sejarah politik karena tulisannya yang kental dengan
aroma militer dan politik, dan wajar saja karena karirnya selain sebagai sejarawan,
dia juga sebagai jendral dan politisi.
Salah satu karya Thucydides yaitu karyanya tentang perang Athena-Sparta
sebagai representasi Demokrasi vs Tirani. Menurut laporannya, perang tersebut
dimenangkan oleh Sparta. Selain itu, ia menulis Peloponesian War (431-404 SM)

Historiografi | 7
dapat dianggap sebagai laporan perang oleh saksi mata yang tidak memihak.
Sekalipun sejarah yang ditulisnya terbatas pada politik, diplomasi, dan perang, tetapi
tetap akurat dan menghindari penjelasan supernatural. Karya Thucydides
memberikan sumbangan besar dalam ilmu sejarah. Thucydides telah berusaha untuk
menggunakan kritik sumber dan metode sejarah dalam penulisannya. Thucydides
beranggapan bahwa kekuatan dalam penulisan sejarah tergantung pada data yang
akurat dan relevansi dengan menyeleksi berbagai sumber, sehingga diharapkan
tulisannya nanti akan menjadi sebuah karya sejarah kritis.
4) Polybius (198 SM - 125 SM)
Polybius adalah sejarawan yang banyak terpengaruh oleh Thucydides. Ia
adalah sejarawan masa peralihan. Ia adalah orang Yunani yang banyak dibesarkan
di Roma karena pada masa-masa itu terjadi perpindahan kekuasaan dari Yunani ke
tangan Roma. Polybius berjasa dalam mengembangkan metode kritis dalam
penulisan sejarah. Jika Herodotus kebanyakan menulis tentang periode awal Yunani,
maka Polybius banyak menulis tentang perpindahan kekuasaan dari Yunani ke
Romawi. Sama halnya dengan Thucydides, ia juga melihat sejarah itu pragmatis,
sejarah adalah filsafat yang mengajar melalui contoh. Ia banyak menulis sejarah
kontemporer pada waktu itu. Teori besarnya pada sejarah politik adalah siklus
pemerintahan yaitu, monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, demokrasi, anarki.
Polybius membedakan analisis dalam tiga unsur, yaitu awal (archai), dalih
(Prophaseis) dan sebab (aitiai).
5) Julius Caesar (101 SM - 44 SM)
Julius Caesar adalah Jendral Romawi yang mengalahkan Gaul. Ia adalah
seorang jendral yang mendapatkan pendidikan dalam bidang sejarah, filsafat,
retorika dan militer. Masa Julius Caesar, penulisan sejarahnya mulai berbeda pada
segi bahasa. Bahasa Romawi mulai digunakan dalam penulisan sejarah. Meskipun
pada awalnya bahasa Yunani masih digunakan dan model tulisan sejarahnya-pun
masih menerapkan sistem Yunani. Julius Caesar merupakan penulis "Commentaries
on Gallic" Wars yaitu memoir yang melukiskan suku Gallia, dan Civil War adalah
pembelaannya mengapa perang itu dilakukan. Lukisannya tentang Gallia menjadi
sumber yang amat penting tentang adat istiadat bangsa itu. Maka, tulisannya seperti
salah satu laporan antropologis. Komentar-komentarnya berdasar pada keakuratan,
tidak berat sebelah, dan lebih dari sebuah narasi kemenangan pribadinya. Karenanya,
ia menjadi seorang tokoh sejarah dan penulis sejarah.

6) Titus Livius (59 SM - 17 M)

Historiografi | 8
Titus Livius lahir di Padua, tahun 59 SM. Livius merupakan sejarawan
Romawi, sehingga karya-karya yang dihasilkan berkisar pada imperium Romawi.
Karyanya yang terkenal adalah “History of Rome”. Livius merupakan orang
pertama yang menggunakan imajinasi dalam karya-karyanya. Dalam penulisannya,
Livius mengorbankan kebenaran sejarah demi sebuah retorika, hal ini dikarenakan
dia telah menulis sejarah Romawi sebagai sebuah dunia dengan segala semangat
patriotismenya. Kisah tentang berdirinya kota Roma menjadi campuran antara
fantasi dan fakta.
7) Publius Cornelius Tacitus (56 M - 117 M)
Tacitus adalah sejarawan Romawi. Ia menulis Annals Histories dan Germania.
Tulisannya berada di tengah-tengah antara Livius yang penuh retorika dan Polybius
yang cenderung pada sejarah kritis. Dia berusaha mengemukakan “sebab moral”
keruntuhan Romawi. Tacitus berusaha melihat ke belakang bukan ke depan untuk
melihat akar-akar persoalan politik yang terjadi di tahun-tahun awal Imperium
Romawi. Selain itu, dia juga menulis tentang bangsa Jerman dan menjadi satu-
satunya literatur tentang Jerman pada waktu itu. Banyak sejarawan mengakui bahwa
tulisan Tacitus memiliki kualitas tulisan sastra yang cukup tinggi. Dia sangat rajin
dalam menginvestigasi dokumen dan sumber lainnya, dan akurat dalam
penilaiannya pada tokoh-tokoh yang terlibat dan kejadiannya. Dia mengisahkan
secara detail mengenai sebuah kerajaan yang tengah bergerak menghancurkan
dirinya sendiri. Banyak orang mengatakan bahwa Tacitus merupakan “suara otentik
Roma kuno dan pelukis besar zaman kuno”. Setiap halaman dari tulisannya
menunjukkan kemampuan retorik. Tacitus memakai orasi langsung dan orasi buatan
untuk melukiskan karakter, meringkaskan pemikiran kelompok-kelompok,
menyampaikan rumor masyarakat, memperkuat penegasan dan posisi moral politik.
1.5 Karakteristik Historiografi Eropa Kuno
Historiografi Eropa Kuno sebagai awal perkembangan penulisan sejarah di eropa
mempunyai ciri khas yang unik. Penulisan sejarah pada masa Eropa kuno ini bersifat
perkembangan. Sejarawan yang pada setiap periode waktunya mengungkapkan pada
penulisan sejarahnya dengan orientasi yang berbeda. Secara perkembangan, Eropa kuno
yang ditandai dengan era Yunani dan Romawi telah menunjukkan pemikiran yang brilian
pada perkembangan literatur, khususnya literature sejarah.
Pada orientasinya, peradaban Eropa kuno memang berkaitan pada mitos-mitos
dewanya dan kekuatan supernatural pada cerita-cerita yang dibawakan, namun hal tersebut
tidak mempengaruhi penulisan sejarah pada masa itu. Usaha memberikan sentuhan
realistis terus dilakukan terutama pada masa Thucydides yang setegak-tegaknya
menggunakan metode sejarah kritis, kecuali pada masa awal kemunculan penulisan sejarah

Historiografi | 9
pada masa Homer yang penceritaannya berupa syair dan puisi. Namun, hal tersebut
memang kurang bisa terhindarkan pada masa setelah Homer, penulisan sejarah masa itu
berusaha menghindarkan cerita mitos dan supernatural. Orientasi lain muncul ketika pada
penulisan sejarahnya banyak mengandung unsur-unsur kepahlawanan karena sejarah yang
ditulis berdasar pada orientasi militer-politik yang kental dengan retorika perang atau
gagasan politik.
Tema yang dominan dalam historiografi eropa kuno adalah cerita kepahlawanan.
Orientasi tulisan tersebut dipengaruhi karena pada masa itu merupakan sekitaran perang
dan juga perjuangan imperium besar yang ada pada masa-masa munculnya peradaban-
peradaban kuno di dunia. Sejarawan yang menulis kisah-kisah perjuangan tersebut
kebanyakan menjadi orang yang terlibat dalam perang, seperti Thucidides dan Julius
Caesar, atau hanya sekedar pengamat suatu peristiwa.
Berdasarkan penyajiannya penulisan awal historiografi eropa kuno dalam bentuk puisi
atau syair seperti seperti dalam tulisan Homer. Namun dalam perkembangannya tulisan
tersebut lambat laun berubah menjadi bentuk prosa. Herodotus mengubah model bentuk
syair atau puisi tersebut pada bentuk prosa. Kemudian pada masa Thucidides berkembang
lebih kompleks dengan pengolahan data dengan kritik sumber sehingga menjadi sejarah
kritis yang pertama kali. Tulisan tersebut kemudian dianggap sebagai dokumen.
Seiring berjalannya waktu, tradisi penulisan di kawasan Yunani juga ikut mengalami
perkembangan. Mulai dari tradisi penulisan menurut Homer yang berkutat pada mitologi
dan epos, kemudian muncul Lolograf. Logograaf pada zaman Yunani biasanya digunakan
untuk sebutan para penulis prosa, para penulis pidato, ataupun untuk para penulis sejarah
yang kebenaran faktanya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Para penulis sejarah yang
pertama adalah mereka yang mengumpulkan semua hal yang ingin mereka ketahui tanpa
melakukan suatu kritik sumber, berbagai hal yang khas dan menarik perhatian seperti
dongeng, sejarah pendirian kota-kota, kejadian-kejadian yang aneh, cerita mengenai
keadaan geografis atau etnografi dari negara-negara asing. Para Logograaf itu diantaranya
Cadmus, Dionysius, Charon, Acusilaus, namun dari semua penulis sejarah tersebut yang
paling terkenal Hecatacus dan Hellanicus dari Mytilene (Lesbos). Beberapa karya
Hellanicus diantaranya berbentuk mitografi mengenai awal adanya manusia dan mengenai
sejarah kota Troya.
1.6 Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Eropa Kuno
Karya pada masa apapun dan siapa yang membuat sudah pasti akan menampakkan
kekurangan maupun kelebihannya masing-masing. Hal ini juga tercermin pada masa
historiografi eropa kuno. Masa-masa peradaban Yunani dan Romawi memiliki kriteria
tertentu yang dianggap sebagai ide-ide yang sekarang digunakan kebanyakan orang. Ide-
ide tersebut berasal dari berbagai pemikiran yang muncul pada masa itu. Hal itu pula yang

Historiografi | 10
mencerminkan sifat-sifat yang kini dianggap paling mutakhir pada perkembangan zaman
ini oleh kebanyakan orang. Salah satunya yaitu tentang nasionalisme. Rasionalistis dan
demokrasi dicoba dipakai sebagai pendidikan bangsa Yunani dan Romawi pada
perkembangnnya. Jika dilihat dari segi penulisannya, historiografi eropa kuno
menampakkan usaha interpetasi pada penggalian sumber seperti yang dilakukan
Herodotus. Ia mencoba menampakkan sejarah yang tidak berat sebelah. Pada masa
Thucydides dan Polybius, metode sejarah kritis berusaha diterapkan. Hal tersebut yang
menjadi cikal bakal penulisan sejarah hingga kini. Hal tersebut juga yang menampakkan
kemajuan perkembangan historiografi pada umumnya.
Beberapa kekurangan yang ada dalam historiografi eropa kuno bisa dilihat dari usaha
untuk menghilangkan sifat berat sebelah, namun karya-karya pada masa itu tetap ada unsur
keterpihakkan juga. Penulis sejarah yang mengajukkan nilai-nilai patriotisme dan
nasionalisme justru malah menampakkan mengagungkan bangsa yang sedang ditulisnya.
Pasalnya, hal ini terlihat pada posisi sejarawan yang menulis cerita tersebut. Telah
disinggung bahwa kebanyakan penulisnya adalah orang yang terlibat dalam perang.
Perang tersebut adalah peristiwa yang mereka tulis, sehingga kesan bangga akan perang
yang dimenangkan pada peristiwa tersebut jelas tampak pada penulisan sejarah Eropa kuno.
Lain lagi pada kasus Livius yang banyak mengorbankan kebenaran demi sebuah retorika
penulisan yang luar biasa berlebihan.

2. Historiografi Abad Pertengahan


Abad Pertengahan dalam sejarah Eropa berlangsung dari abad ke-5 sampai abad ke-15
Masehi. Abad Pertengahan bermula sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat dan masih
berlanjut manakala Eropa mulai memasuki Abad Pembaharuan dan Abad Penjelajahan. Sejarah
Dunia Barat secara tradisional dibagi menjadi tiga kurun waktu, yakni Abad Kuno, Abad
Pertengahan, dan Zaman Modern. Dengan kata lain, Abad Pertengahan adalah kurun waktu
peralihan dari Abad Kuno ke Zaman Modern. Abad Pertengahan masih terbagi lagi menjadi
tiga kurun waktu, yakni Awal Abad Pertengahan, Puncak Abad Pertengahan, dan Akhir Abad
Pertengahan.
Penurunan jumlah penduduk, kontraurbanisasi, invasi, dan perpindahan suku-suku
bangsa, yang berlangsung sejak Akhir Abad Kuno, masih berlanjut pada Awal Abad
Pertengahan. Perpindahan-perpindahan penduduk berskala besar pada Zaman Migrasi juga
mencakup perpindahan suku-suku bangsa Jermanik yang mendirikan kerajaan-kerajaan baru di
bekas wilayah Kekaisaran Romawi Barat. Pada abad ke-7, Afrika Utara dan Timur Tengah—
bekas wilayah Kekaisaran Bizantin—dikuasai oleh Khilafah Bani Umayyah, sebuah kekaisaran
Islam, setelah ditaklukkan oleh para pengganti Muhammad. Meskipun pada Awal Abad
Pertengahan telah terjadi perubahan-perubahan mendasar pada tatanan kemasyarakatan dan

Historiografi | 11
politik, pengaruh Abad Kuno belum benar-benar hilang. Kekaisaran Bizantin yang masih cukup
besar tetap sintas di kawasan timur Eropa. Kitab undang-undang Kekaisaran Bizantin, Corpus
Iuris Civilis atau "Kitab Undang-Undang Yustinianus", ditemukan kembali di Italia Utara pada
1070, dan di kemudian hari mengundang decak kagum dari berbagai kalangan sepanjang Abad
Pertengahan. Sebagian besar dari kerajaan-kerajaan yang berdiri di kawasan barat Eropa
melembagakan segelintir pranata Romawi yang tersisa. Biara-biara didirikan seiring gencarnya
usaha mengkristenkan kaum penganut kepercayaan leluhur di Eropa. Orang Franka di bawah
pimpinan raja-raja wangsa Karoling, mendirikan Kekaisaran Karoling pada penghujung abad
ke-8 dan permulaan abad ke-9. Meskipun berjaya menguasai sebagian besar daratan Eropa
Barat, Kekaisaran Karoling pada akhirnya terpuruk akibat perang-perang saudara di dalam
negeri dan invasi-invasi dari luar negeri, yakni serangan orang Viking dari arah utara, serangan
orang Magyar dari arah timur, dan serangan orang Sarasen dari arah selatan.
Pada Puncak Abad Pertengahan, yang bermula sesudah tahun 1000 Masehi, populasi
Eropa meningkat pesat berkat munculnya inovasi-inovasi di bidang teknologi dan pertanian
yang memungkinkan berkembangnya perniagaan. Lonjakan populasi Eropa juga disebabkan
oleh perubahan iklim selama periode Suhu Hangat Abad Pertengahan yang memungkinkan
peningkatan hasil panen. Ada dua tatanan kemasyarakatan yang diterapkan pada Puncak Abad
Pertengahan, yakni Manorialisme dan Feodalisme. Manorialisme adalah penertiban rakyat
jelata menjadi pemukim di desa-desa, dengan kewajiban membayar sewa lahan dan bekerja
bakti bagi kaum ningrat; sementara feodalisme adalah struktur politik yang mewajibkan para
kesatria dan kaum ningrat kelas bawah untuk maju berperang membela junjungan mereka
sebagai ganti anugerah hak sewa atas lahan dan tanah perdikan. Perang Salib, yang mula-mula
diserukan pada 1095, adalah upaya militer umat Kristen Eropa Barat untuk merebut kembali
kekuasaan atas Tanah Suci dari umat Islam. Raja-raja menjadi kepala dari negara-negara
bangsa yang tersentralisasi. Sistem kepemimpinan semacam ini mengurangi angka kejahatan
dan kekerasan, namun membuat cita-cita untuk menciptakan suatu Dunia Kristen yang bersatu
semakin sukar diwujudkan. Kehidupan intelektual ditandai oleh skolastisisme, filsafat yang
mengutamakan keselarasan antara iman dan akal budi, dan ditandai pula oleh pendirian
universitas-universitas. Teologi Thomas Aquinas, lukisan-lukisan Giotto, puisi-puisi Dante dan
Chaucer, perjalanan-perjalanan Marco Polo, dan katedral-katedral berlanggam Gothik semisal
Katedral Chartres, adalah segelintir dari capaian-capaian menakjubkan pada penghujung kurun
waktu Puncak Abad Pertengahan dan permulaan kurun waktu Akhir Abad Pertengahan.
Akhir Abad Pertengahan ditandai oleh berbagai musibah dan malapetaka yang meliputi
bencana kelaparan, wabah penyakit, dan perang, yang secara signifikan menyusutkan jumlah
penduduk Eropa; antara 1347 sampai 1350, wabah Maut Hitam menewaskan sekitar sepertiga
dari penduduk Eropa. Kontroversi, bidah, dan Skisma Barat yang menimpa Gereja Katolik,
terjadi bersamaan dengan konflik antarnegara, pertikaian dalam masyarakat, dan

Historiografi | 12
pemberontakan-pemberontakan rakyat jelata yang melanda kerajaan-kerajaan di Eropa.
Perkembangan budaya dan teknologi mentransformasi masyarakat Eropa, mengakhiri kurun
waktu Akhir Abad Pertengahan, dan mengawali kurun waktu Awal Zaman Modern.
3. Historiografi Modern
3.1 Pengertian Historiografi Modern
Historiografi modern dikenal juga historiografi nasional atau historiografi Indonesia
baru. Proses penulisan sejarah ini muncul setelah bangsa Indonesia memperoleh
kemerdekaan pada tahun 1945. Sejak saat itu, kegiatan menulis sejarah untuk mengubah
penulisan sejarah yang lebih Indonesia sentris. Menurut Henk Schulte Nordholt, Bambang
Purwanto, dan Ratna Saptari dari buku "Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia",
historiografi nasionalis atau historiografi modern merupakan penulisan sejarah atas reaksi
terhadap historiografi kolonial yang didasari persepsi tertentu mengenai nasion.
Hal ini dikarenakan penulisan historiografi kolonial lebih mengedepankan kepentingan
bangsa kolonial. Kemunculan historiografi modern ada untuk mengungkapkan fakta-fakta
dibalik penulisan sejarah Indonesia sebelumnya. Fakta-fakta yang didapatkan melalui
proses penelitian sejarah dan dibantu oleh bukti-bukti sejarah yang ada, seperti transkrip,
foto, dan naskah-naskah perjanjian. Penulisan sejarah pasca kemerdekaan akan membuat
sejarah Indonesia ditulis berdasarkan pengalaman dan sudut pandang orang Indonesia
sendiri, bukan lagi berdasarkan pandangan kolonial atau penguasa semata.
Dalam buku Reportase Sejarah yang disusun Kemendikbudristek disebutkan karya
historiografi yang bersifat Indonesia-sentris dan ditulis oleh orang Indonesia telah ada
sebelum kemerdekaan. Karya tersebut berupa disertasi Hoesein Djajadiningrat di
Universitas Leiden, Belanda yang berjudul Critische Beschowwing van de Sadjarah
Banten. Tokoh ini kemudian dianggap sebagai pelopor historiografi modern atau kritis
karena dalam karyanya ia menggali fakta sejarah secara objektif, lepas dari kepentingan,
nilai, dan ideologi, ataupun seleranya sendiri. Selain itu, iHoesein Djajadiningrat juga
dianggap berhasil memisahkan aspek-aspek historis dan aspek nonhistoris dari peristiwa
itu.

3.2 Ciri-ciri Historiografi Modern


1) Sudut pandang penulisan yang Indonesia sentris. Artinya, berpusat pada kehidupan
masyarakat Indonesia
2) Tulisannya bersifat kritis analitis, karena menggunakan pendekatan multidimensional
dalam penyusunan sejarahnya. Seperti memakai ilmu-ilmu bantu baru yang
bermunculan.

Historiografi | 13
3) Hasil penulisan merupakan perbandingan dari berbagai sumber baik itu sumber
kolonial maupun sumber lokal.
4) Penulisnya merupakan orang-orang dengan latar belakang akademisi/kritis dalam
bidang bahasa, kesusastraan dan kepurbakalaan.
5) Tidak hanya mengangkat sejarah orang-orang besar dan negara saja, tetapi lebih pada
kemanusiaannya, yaitu kebudayaan.
6) Historiografi ini juga memunculkan suatu terobosan baru, yaitu munculnya peranan-
peranan rakyat kecil sebagai pelaku sejarah. Penulisan sejarah selama ini boleh
dikatakan didominasi oleh para tokoh-tokoh besar, seperti para pahlawan kemerdekaan
atau tokoh politik yang berpengaruh.
7) Menggunakan cara pandang yang melihat peristiwa tidak lagi dari satu sisi melainkan
peristiwa dari berbagai sudut pandang untuk mencegah terjadinya subjektivitas selama
menuliskan.
8) Menonjolkan peran bangsa Indonesia. Mengungkapkan dinamika masyarakat dari
setiap aspek kehidupan yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk memperkaya
penulisan tentang sejarah Indonesia.
3.3 Contoh Karya Historiografi Modern
Sejarah Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme, editor
Sartono Kartodirdjo.
1) Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono Kartodirdjo.
2) Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali.
3) Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI, karya A.H.
Nasution.
4) Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono Kartodirdjo.
5) Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson.
3.4 Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Modern
Historiografi modern memiliki aspek positif dan negatif yang perlu dipahami. Di antara
hal-hal yang positif adalah variasi dalam metode dan pendekatan yang digunakan, seperti
analisis sumber primer, teori sosial, budaya, dan ekonomi, serta pemanfaatan teknologi
informasi.

Selain itu, historiografi modern menunjukkan keterbukaan terhadap sudut pandang


yang beragam, termasuk kelompok-kelompok yang sebelumnya diabaikan seperti
perempuan, minoritas, dan kelompok marginal lainnya. Historiografi ini juga berusaha
mengaitkan sejarah dengan isu-isu kontemporer untuk pemahaman yang lebih baik.
Penggunaan sumber primer yang luas menjadi kemudahan karena kemajuan teknologi,
memungkinkan sejarawan untuk melakukan penelitian dengan lebih akurat. Historiografi

Historiografi | 14
modern juga mendorong kritik terhadap narasi sejarah yang sudah ada serta
mempertimbangkan dampak kekuasaan, politik, dan ideologi dalam pembentukan sejarah.

Namun, ada juga beberapa kekurangan dalam historiografi modern. Meskipun


berusaha mengurangi bias, sejarah modern masih rentan terhadap subjektivitas dalam
interpretasi. Penelitian seringkali terbatas pada wilayah geografis atau topik tertentu,
mengabaikan aspek penting dari sejarah yang lebih luas. Keterbatasan sumber juga menjadi
tantangan, meskipun akses ke sumber-sumber sejarah semakin memudahkan dengan
kemajuan teknologi. Kompleksitas penafsiran menyebabkan terjadinya konflik interpretasi
yang sulit untuk diselesaikan. Terakhir, sulit untuk memastikan kebenaran historis secara
pasti karena keterbatasan dan keragaman sumber sejarah, serta interpretasi yang bervariasi.

Historiografi | 15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini, kami telah membahas tentang historiografi Eropa
pertengahan dan modern, serta menganalisis pemikiran, tokoh, dan karya historiografi
Eropa tersebut. Kami juga telah menjelaskan bagaimana historiografi Eropa
berkembang dari abad pertengahan ke abad modern, serta bagaimana historiografi
Eropa mempengaruhi pemahaman kita tentang perkembangan sejarah Eropa.
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa historiografi Eropa pertengahan dan
modern adalah cabang ilmu sejarah yang mempelajari perkembangan dan
pengarangan sejarah Eropa. Pada masa ini, historiografi Eropa telah mengalami
perkembangan yang signifikan, dari historiografi Yunani Kuno hingga historiografi
Modern. Pada masa Eropa Modern, historiografi Eropa mulai berkembang dengan
pengarangan sejarah yang lebih sistematis dan kritis, serta diteruskan oleh para tokoh-
tokoh aliran Rasionalisme.
Historiografi Eropa Modern memiliki beberapa aliran, termasuk historiografi
humanis, historiografi kritis, dan historiografi kuantitatif. Pada masa ini, historiografi
Eropa juga berkembang lebih pesat, dengan pengarangan sejarah yang lebih modern
dan terstruktur, serta diteruskan oleh para tokoh-tokoh historiografi modern, seperti
Voltaire, Montesquieu, dan Gibbon.
Pada akhirnya, historiografi Eropa mempengaruhi pemahaman kita tentang
perkembangan sejarah Eropa, serta membantu kita memahami bagaimana
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan politik di Eropa telah mempengaruhi
perkembangan sejarah.

3.2 Saran dan Kritik


Tentu saja, saat menyusun makalah di atas, penulis menyadari bahwa masih
banyak lagi kesalahan dan apa pun kecuali sempurna. Mengenai yang terakhir ini,
penulis akan segera melakukan perbaikan Organisasi makalah dengan bimbingan dan
kritik dari berbagai sumber membangun pembaca.

Historiografi | 16
DAFTAR PUSAKA

Noor Faizah. 2023. Pengertian Historiografi Modern dan Ciri-ciri, Kritis Sekaligus Ilmiah.
Jakarta: detikedu/detikpedia
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Brata Diangga, “Makala Historiografi”. Diakses dari
http://bratadiangga.blogspot.com/2017/03/makalah-historiografi.html, pada tanggal 1
Maret 2024 pukul 20:03 WIB
Nandia Fitri, “Perkembangan Historiografi abad 19 dan 20”. Diakses dari
http://nandiapitri.blogspot.com/2015/09/perkembangan-historiografi-abad-19-dan.html
pada tanggal 1 Maret 2024 pukul 21:03 WIB

Historiografi | 17

Anda mungkin juga menyukai