Anda di halaman 1dari 16

Makalah Historiografi Yunani-Romawi

Di susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Metodelogi & Historiografi

Dosen Pengampu:

Rahayu Hardita Dwi Widyanti S.Pd., M.Hum.

Disusun Oleh:

Raihan Hidayat (202015500236)

Ahmad Zaedan (202015500332)

Hafizhah Nur Ulasari (202015500351)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Historiografi Yunani-Romawi”. Kami menyadari bahwa didalam pembuatan
makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini kami menghanturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rahayu Hardita Dwi
Widyanti S.Pd., M.Hum. selaku dosen mata kuliah Metodelogi & Historiografi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni ini.

Kami menyadari bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan
oleh karenanya, kami dengan sangat rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Jakarta, 15 Maret 2023

Penyusun Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 2
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 3
A. Pengertian Historiografi.............................................................................................. 3
B. Objek Kajian Historiografi ......................................................................................... 5
C. Periodesasi Historiografi............................................................................................. 6
D. Historiografi Yunani ................................................................................................... 7
E. Historiografi Romawi ................................................................................................. 9
BAB III ............................................................................................................................... 12
PENUTUP .......................................................................................................................... 12
A. Kesimpilan ............................................................................................................... 12
B. Saran ........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam penulisan sejarah, Historiografi memiliki kedudukan yang sangat
penting. Hal itu karena bagian paripurna dalam penelitian sejarah itu sendiri adalah
Historiografi. Historiografi atau penulisan sejarah merupakan kegiatan intelektual dan
membutuhkan daya analisis yang tinggi (Sjamsuddin, 2007).
Secara etimologis, istilah historiografi berasal dari bahasa Yunani: “historia”
yang berarti “penyelidikan tentang gejala alam fisik”: dan “grafient” yang berarti
“gambaran”, “lukisan”. Atau “uraian’. Istilah historia sudah dikenal sejak beberapa
abad sebelum masehi.
Historiografi Yunani dan Romawi adalah studi tentang cara orang Yunani dan
Romawi merekam dan memahami sejarah mereka. Yunani dan Romawi adalah dua
kebudayaan kuno yang sangat penting dalam sejarah dunia, dan karya-karya sejarah
mereka menjadi sumber penting informasi bagi kita tentang kehidupan mereka dan
peradaban mereka.
Historiografi Yunani dimana sejarawan Herodotus, yang sering dijuluki
sebagai "bapak sejarah" karena ia menulis salah satu karya sejarah tertua yang masih
bertahan sampai hari ini, yang dikenal sebagai "Riwayat Perang Persia". Sejarawan
Yunani lainnya seperti Thucydides, Xenophon, dan Polybius juga menulis karya-
karya sejarah yang penting.
Sementara itu, historiografi Romawi di mana sejarawan Romawi awal seperti
Livy dan Polybius menulis tentang sejarah Republik Romawi dan Kekaisaran
Romawi. Livy adalah salah satu sejarawan Romawi terkenal yang menulis sejarah
Romawi dari pendirian kota hingga akhir Republik Romawi.
Karya-karya sejarah dari Yunani dan Romawi tidak hanya memberikan
gambaran tentang peristiwa penting di masa lalu, tetapi juga memberikan wawasan
tentang cara orang Yunani dan Romawi memahami dunia mereka dan memikirkan
tentang kehidupan dan masyarakat mereka. Karya-karya ini mempengaruhi cara
pandang dunia Barat dan memberikan dasar untuk sejarah dan disiplin ilmu sosial
modern.

1
B. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah beberapa rumusan masalah yang dapat dibahas terkait
dengan historiografi Yunani dan Romawi:
1. Apa itu Historigrafi, Objek Kajian Historiografi, Periodesasi Historiografi?
2. Apa itu Historigrafi Yunani?
3. Apa itu Historigrafi Romawi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah historiografi Yunani dan Romawi
antara lain:
1. Tujuan dari makalah historiografi Yunani dan Romawi ini adalah untuk mengulas
historiografi pada zaman Yunani dan Romawi.
2. Untuk meningkatkan wawasan pembaca khususnya di seputar historiografi pada
zaman Yunani dan Romawi.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah historiografi Yunani dan Romawi
antara lain:
1. Membantu, pembaca, mengetahui apa itu historiografi yunani dan romawi
2. Membantu, pembaca, memahami, tafsir historiografi yunani dan romawi
3. Memberikan inspirasi serta motivasi untuk penelitian lebih lanjut

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Historiografi
Secara etimologis, kata sejarah berasal dari bahasa Yunani: "historia" berarti
"penyelidikan tentang gejala alam fisik", dan "grafient" berarti "gambaran", "lukisan".
atau "uraian". Kata historia sudah dikenal sejak berabad-abad SM. Misalnya,
Hecataesus (lahir sekitar 550 SM) menggunakan istilah tersebut untuk menyambut
baik hasil penelitiannya tentang fenomena alam yang ditemukan di pemukiman
manusia di Yunani. Istilah ini kemudian digunakan oleh Herodotus (bapak sejarah
dunia) untuk mendeskripsikan latar geografis dalam tulisannya tentang Perang Persia.
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah historia sering digunakan untuk merujuk
pada kajian kronologis perilaku manusia masa lampau. Dalam bahasa Inggris, istilah
historiografi dikenal luas dan biasanya diartikan sebagai “a history of historical
writing” sejarah tentang penulisan sejarah.
Referensi lain menyebutkan bahwa historiografi berasal dari bahasa Latin:
history, historia, artinya sejarah, bukti, kebijaksana, dan grauf. Secara harfiah, kata
historiografi berarti menulis sejarah. Akan tetapi, sebagai ilmu, historiografi
merupakan bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari hasil tulisan sejarah atau
tulisan yang diwariskan secara turun-temurun dan dari masa ke masa. Dikatakan juga
bahwa historiografi adalah sejarah dari sejarah. Kajian sejarah membahas tentang
konsekuensi penulisan sejarah, mulai dari saat manusia menghasilkan karya sejarah,
sesederhana apapun bentuk sejarah, seperti cerita rakyat, legenda, mitos, dan lain-lain,
hingga karya sejarah modern?
Menurut James Harvey Robinson, dalam pengertian obyektif, sejarah berarti
semua yang kita ketahui tentang apa yang dikerjakan, dipikirkan, diharapkan atau
dirasakan manusia pada masa lalu. Secara subyektif- psikologis, sejarah dianggap
sebagai rekaman tentang semua yang telah terjadi, yang berada dalam kerajaan
kesadaran manusia. Pengertian yang terakhir inilah yang disebutkan kisah sejarah atau
tulisan sejarah atau historiografi. Masih menurut James Harvey Robinson, penulisan
sejarah mengalami tingkat perkembangan yang berbeda-beda menurut zaman,
lingkungan kebudayaan dan tempat di mana historiografi itu dihasilkan. Pada masa

3
lampau, seorang sejarawan berfungsi menafsirkan dan meneruskan tradisi bangsanya.
Maka, sangatlah penting untuk mempelajari pandangan seorang sejarawan tentang
fakta sejarah atau perspektif sejarah seorang sejarawan. Dengan kata lain, studi
historiografi itu dilakukan untuk mempelajari cara para sejarawan menafsirkan dan
menuliskan kembali fakta sejarah. Definisi ini sejalan dengan pemikiran E.H. Carr
yang menyatakan bahwa sejarah adalah dialog antara masa sekarang dan masa
lampau.
Perkembangan historiografi Barat dapat kita amati bahwa penulis sejarah tidak
hanya berasal dari sejarawan profesional, tetapi juga para politikus, jenderal, dan
pendeta. Sepanjang perkembangannya, telah terjadi ledakan yang menunjang
kemajuan historiografi Barat berdasarkan beberapa fakta berikut.
Pertama, ketika Jean Mabillion memperkenalkan cara atau metode kritik teks
melalui bukunya yang berjudul “On Diplomatics” (1675). Metode ini dapat
menentukan otensitas sumber sejarah. Metode ini muncul tidak lain sebagai reaksi
atas penulisan sejarah konvensional yang tidak memperhatikan otensitas sumber yang
digunakan dalam penulisan sejarah, terutama untuk sejarah abad pertengahan yang
mengandalkan otoritas sumber-sumber gereja.
Kedua, ketika muncul gagasan Leopold von Ranke tentang keharusan menulis
sejarah sebagaimana sebuah peristiwa terjadi. Gagasan ini memunculkan loncatan
besar karena unsur-unsur mistis dan irasional harus dihapus dari historiografi ilmiah.
Dalam hal ini, Ranke ingin menunjukan bahwa sejarah adalah juga sebuah ilmu,
selain sebagai seni (sastra). Ranke-lah yang menggagas metode kritik internal, selain
kritik eksternal, yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Mabilion dengan
metode inkredibilitasnya. Dengan metode ini, sebuah sumber dapat di tentukan asal-
usulnya.
Ketiga, munculnya socio-scientific approach. Pendekatan ini muncul pada
abad ke-20 yang melibatkan ilmu-ilmu sosial ke dalam penelitian sejarah. Dalam hal
ini, peranan Mazhab Annales dari Prancis, dengan tokohnya Marc Bloch dan Lucien
Febvre, dapat disebut sebagai pionir dalam penelitian sejarah yang bersifat
multidimensi. Seiring dengan keadaan sejarawan Prancis tersebut, peranan sejarawan
Jerman, Karl Lamprecht, menghendaki agar studi sejarah diperluas bukan hanya
masalah politik, tetapi juga menyangkut masalah ekonomi dan budaya. Bagi penulis,
kehendak ini tidak dapat diabaikan begitu saja.

4
Munculnya postmodernist yang menganggap bahwa sejarah merupakan bagian
penting dari fisik, dan tidak memiliki kriteria kebenaran, tampaknya, merupakan
tantangan tersendiri bagi para sejarawan abad ke-21 ini. Bila saja para sejarawan tidak
menjawab tantangan ini, fungsi dan peran ilmu sejarah menjadi tidak berguna lagi.

B. Objek Kajian Historiografi


Menurut keterangan yang penulis dapatkan, sejarah sebagai ilmu terjadi ketika
nilai (value) yang terkandung dalam peristiwa sejarah itu bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah berdasarkan fakta primer yang ada. Keaslian sumber sejarah dalam
realitas keilmuwan atau keotentikannya, bersifat urgen atau sangat penting. Hal ini
menyangkut produk sejarah itu sendiri, yakni tulisan. Dalam hal ini, historiografi,
sebagai kajian penulisan sejarah, dituntut untuk memegang peran yang sangat penting
dalam kualitas produk sejarah ini.
Berdasarkan periodesasinya, kita mengenal istilah historiografi Barat. Jenis
ini, dalam konsep sejarah sebagai ilmu, ditentukan oleh hackground sang sejarawan.
Barat, dalam entitas geo-politik, mencakup wilayah Eropa dan sekitarnya. Sejarah
merupakan bagian internal yang tak bisa dilepaskan dari segala aspek kehidupan
manusia. Internalisasi kesadaran akan sejarah mendorong umat manusia untuk
melakukan proses pendefinisian sejarahnya masing-masing. Dalam kajian ilmu
pengetahuan, sejarah merupakan bagian penting dari ilmu kemanusiaan atau
humaniora. Manusia, sudah tentu, seharusnya haus akan kajian ilmu sejarah. Jika
tidak, manusia tidak akan pernah bisa berkembang. Pengkajian ilmu sejarah akan
menghantarkan kita pada aspek di mana tuntutan produk sejarah, yakni informasi dan
berita, bisa dihasilkan dengan penuh tanggungjawab. Proses produksi sejarah inilah
yang selanjutnya kita kenal dengan istilah historiografi.
Dalam Poespoprodjo (1987:1) disebutkan bahwa historiografi merupakan titik
puncak dari seluruh kegiatan penelitian sejarah yang dilakukan oleh seorang atau
lebih sejarawan. Dalam metodologi sejarah, historiografi merupakan bagian terakhir,
bagian pamungkas, atau bagian penentu dari bagus-tidaknya suatu nilai dari peristiwa
sejarah masa lampau tersebut. Munculnya ide penulisan sejarah, sebenarnya, sudah
ada sejak zaman ketika manusia belum memasuki babak atau periode sejarah itu
sendiri.
Pada masa dua pertiga bagian pertama abad ke-19, penulisan sejarah mulai
memasuki bentuk modern, dan tokoh sejarah yang menjadi pionir pada masa ini

5
adalah Leopold von Ranke. Von Ranke mulai mencoba untuk “mengilmiahkan”
penulisan sejarah dengan bertitik tolak dari perolehan data yang sangat
mengutamakan penggunaan data arsip konvensional. Model penulisan sejarah seperti
ini biasa disebut sebagai model penulisan sejarah methodique. Penulisan sejarah
dengan model penulisan methodique hanya fokus pada kejadian politik (perang) dan
orang-orang terkenal, dan karena itu, ia bersifat kronologis. Akibatnya. Sejarah sosial,
ekonomi, dan budaya (sejarah non-politik) seperti tidak mendapat tempat atau tersisih
dari disiplin ilmiah baru dan, secara perlahan-lahan, mulai tersingkirkan. Aliran
methodique mengatakan bahwa sejarah hanya menyangkut orang ternama dan
peristiwa-peristiwa besar yang terjadi karena perbuatan mereka.

C. Periodesasi Historiografi
Dalam sebuah tatanan keilmuwan, semua aspek yang dikaji secara ilmiah akan
memiliki model perkembangan ke arah yang lebih up to date. Seiring dengan
kebutuhan intelektual manusia, perkembangan ilmu akan sejalan dengan
perkembangan zaman dan tuntutan zaman. Sebab, akal yang telah diberikan oleh Sang
Pencipta, yang dimiliki oleh umat manusia, telah memberikan sebuah konsep terbaik
untuk mendinamiskan kehidupan dunia.
Dalam tulisannya, Prof. Drs. H. Rustam. R. Tamburaka menyebutkan bahwa
perkembangan sejarah pemikiran filsafat Barat sangat dipengaruhi atau diwarnai oleh
peradaban dan kebudayaan Barat. Peradaban dan kebudayaan Barat yang tampak pada
pemindahan ilmu, teknologi, manajemen, dan informasi dalam media komunikasi
juga sangat dirasakan pengaruhnya dalam masyarakat Indonesia. Upaya mempelajari
dan memahami perkembangan peradaban dan kebudayaan Barat itu sama saja dengan
mempelajari dan memahami peradaban dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat
Barat. Upaya ini dilakukan dengan tujuan menangkal dan mengurangi akibat negatif
dari penetrasi peradaban dan kebudayaan.
Historiografi, sebagai salah satu aspek kajian dalam ilmu sejarah (humaniora),
telah mengalami beberapa perkembangan struktur dan konsep. Secara geohistoris,
historiografi Barat mengalami periodisasi perkembangannya sendiri, yakni
historiografi Yunani Kuno; historiografi Romawi; historiografi Abad Pertengahan;
historiografi Zaman Renaissance, dan historiografi Modern. Kelima periode tersebut
merupakan bagian penting dari perjalanan sejarah penulisan sejarah bangsa Barat.

6
D. Historiografi Yunani (Abad ke-6 SM-Abad 6 M)
Dapat dikatakan bahwa penulisan tentang masa lalu manusia dimulai di
Yunani sekitar tahun 500 SM. Di Yunani dimulai tradisi menulis dalam bentuk puisi,
seperti Homer yaitu Iliad-Odyssey, yang menceritakan kehancuran Kekaisaran Troya
pada 1200 SM. Walaupun karya ini bertolak dari suatu kenyataan masa lampau,
namun budaya masa pada masa itu membuat karya ini lebih seperti karya mitologi
ketimbang karya sejarah. Banyak aspek supernatural yang digunakan sebagai dasar
penjelasannya tentang peristiwa tersebut. Seperti disebutkan sebelumnya, penulisan
sejarah yang lebih rasional muncul sekitar abad ke-5 SM, dengan diterbitkannya
Herodotus, diikuti oleh Thucydides.
Penulisan sejarah atau historiografi pada masa itu masih merupakan perpaduan
ilmu kedokteran dan hukum. Misalnya dipengaruhi oleh ilmu kedokteran,
historiografi Yunani dipengaruhi untuk menemukan penyebab kondisi atau kasus.
Dalam menjelaskan alasannya, dilakukan melalui argumentasi (retorika) yang biasa
dilontarkan oleh ilmu hukum, seperti argumentasi yang dibuat oleh jaksa untuk
membuktikan kesalahan terdakwa, dan argumentasi yang dicoba oleh pengacara untuk
membuktikan kesalahan terdakwa. Tidak bersalah. Retorika semacam itu tidak hanya
untuk membuktikan kebenaran, tetapi juga untuk menciptakan makna kebenaran.
Sejarawan Yunani pertama yang membuat bukti ini adalah Herodotus (c. 484-
425 SM) dalam karyanya tentang "Perang Yunani-Persia" tahun 478 SM,
digambarkan sebagai Perang Peradaban Yunani antara Peradaban Hellenic dan
Peradaban Persia (Oriental). Dalam menulis karyanya, ia berusaha bertindak objektif
(dalam arti netral sehingga dianggap kurang patriotik) dengan menggunakan sumber
dari kedua belah pihak. Oleh karena itu, ia disebut bapak sejarah. Meskipun demikian,
karyanya masih memiliki dua kelemahan, yaitu penyajian data yang tidak akurat, dan
yang lainnya masih terikat oleh kerangka pemikiran budaya, yaitu alasan supranatural.
Artinya perang terjadi karena kehendak para dewa.
Meskipun Herodotus dan Thucydides telah mulai menulis sejarah dari sumber,
sejarawan Yunani pada saat itu membuktikan dengan cara yang sebagian besar tanpa
bukti seperti dokumen yang menggunakan standar metode sejarah saat ini. Dokumen
dalam pengertian naskah-naskah kebanyakan dipelajari oleh ahli naskah atau ahli
filologi yang membandingkan dua atau lebih dokumen untuk menentukan mana yang
nyata (asli) dan mana yang tidak (cara kerja yang disebut "kritik eksternal"). Seperti
sejarawan Yunani, tradisi sejarawan berlanjut hingga sekitar abad kedelapan belas.

7
Pada 1776, buku Edward Gibbon (Edward Gibbon, 1737-1794) "The History of the
Decline and Fall of the Roman Empire" diterbitkan. Dalam karyanya, Gibbon tidak
lagi mengandalkan retorika yang meyakinkan untuk membuktikan “kebenaran
sejarah” tetapi pada dokumen (bukti tertulis).
Dalam lingkup zaman Yunani, penulisan sejarah hanya sebatas mitos dan
legenda. Unsur-unsur objektif sejarah tidak terinternalisasi sebagai peristiwa yang
benar-benar terjadi. Sejarawan Yunani umumnya mendasarkan catatan mereka
tentang sejarah kuno berdasarkan cerita rakyat dan dongeng yang diwariskan dari
generasi ke generasi, atau dari karya penulis sebelumnya yang sebenarnya merupakan
keturunan dari penulis yang telah mendahului mereka. Namun, sejauh yang diketahui
saat ini, tradisi penulisan sejarah paling awal di Yunani kuno terjadi pada era
tradisional Homerus, diikuti oleh munculnya , disusul kemudian dengan munculnya
para logograaf, dan yang terakhir zaman keemasan historiografi Yunani Kuno.
Sejarah Yunani merupakan kebudayaan yang taraf perkembangannya masih
primitif. mempelajarinya secara intensif dari pikiran-pikiran yang jarak waktunya
sudah kira-kira 25 abad lalu dari zaman kini. Artinya, alam pikiran Yunani
sebenarnya tidak asing lagi. Karena, jika memandang pada sejarah Yunani. tidak bisa
meninjau reruntuhan yang sudah lama ditinggalkan.
Filsafat Yunani Kuno, pada awal kelahirannya, menunjukkan perhatiannya
terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik. Tindakan ini diusahakan sebagai
ikhtiar untuk menemukan sesuatu tentang asal mula (arche) yang menjadi unsur awal
terjadinya segala gejala.
1. Thales (640-550 SM) menyimpulkan bahwa air merupakan arche (asal mula) dari
segala sesuatu. Pendapatnya ini didukung oleh kenyataan bahwa air meresapi
seluruh benda-benda di jagad raya ini.
2. Anaximander (611-545 SM) meyakini bahwa asal mula dari segala sesuatu adalah
apeiron, yaitu sesuatu yang tak terbatas.
3. Anaximenes (588-524 SM) mengatakan bahwa asal mula segala sesuatu itu adalah
udara, keyakinan ini didukung oleh kenyataan bahwa udara merupakan unsur-
unsur vital kehidupan.
Dalam tulisannya, Prof. Drs. H. Rustam. R. Tamburaka menyimpulkan bahwa
filsafat Yunani berhasil mematahkan berbagai mitos tentang kejadian dan asal-usul
alam semesta. Itu berarti, tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam semesta
sudah dimulai. Pada zaman Yunani, filosof yang mengembangkan filsafat yang

8
kemudian banyak diperbincangkan adalah Socrates. Sayangnya, Socrates (470 SM-
399 SM) tidak memberikan ajaran yang sistematis. la langsung menerapkan metode
filsafat langsung dalam kehidupan sehari-hari, yaitu metode "dialektika" yang berarti
bercakap-cakap. Disebut "dialektika" karena dialog atau wawancara mempunyai
peranan hakiki dalam filsafat Socrates.
Tidak ketinggalan, yaitu Plato (428 SM-348 SM), salah seorang murid
Socrates, dikenal sebagai filosof dualisme. Artinya, ia mengakui adanya dua
kenyataan yang terpisah dan berdiri sendiri, yaitu dunia ide dan dunia bayangan
(indrawi). Menurut Plato, dunia ide adalah dunia yang tetap dan abadi. Di dalamnya
tidak ada perubahan. Sebaliknya, dunia bayangan (dunia inderawi) adalah, dunia yang
selalu berubah. Dunia bayangan mencakup benda-benda jasmani yang disajikan
kepada indera. Pemikiran filsafat Yunani mencapai puncaknya pada murid Plato yang
bernama Aristoteles (184 SM-322 SM). Dalam hal ini, Aristoteles mengatakan bahwa
tugas utama ilmu dan pengetahuan ialah mencari penyebab-penyebab objek.

E. Historiografi Romawi
Periode historiografi Romawi ini tidak jauh berbeda dengan periode Yunani
(abad ke-6 SM hingga abad 6 M). Kebanyakan para sejarawan memiliki orientasi
yang lebih kuat terhadap kesusastraan. Sayangnya, banyak sejarawan yang
menceritakan sejarah hanya sebatas pengalaman. perasaan, mitos, legenda, ketimbang
peristiwa sejarah itu sendiri, yang sesungguhnya lebih besar dan lebih utama.
Mungkin, kecenderungan itu terjadi karena, pada dua zaman ini, para sejarawan
merangkap juga sebagai pegawai pemerintahan, guru, atau pedagang. Karena itu,
mereka menceritakan sejarah (historiografi lisan) hanya sebatas ruang lingkup retoris.
Kebiasaan ini juga bisa dijumpai pada para penulis sejarah zaman Romawi
bahwa publikasi sejarah harus didahului atau diawali dengan pembacaan naskah
secara terbuka untuk umum. Hal ini juga terjadi pada Zaman Herodotus, dan masih
tetap terjadi selama 8 abad kemudian, tepatnya hingga era sejarawan Ammianus
Maecellinus. Historiografi pada zaman Romawi itu sejalan dengan kejayaan Kerajaan
Romawi itu sendiri. Karena itu, historiografi Romawi lebih banyak menghasilkan
karya-karya sejarah yang bersifat Rome-Oriented.
Dalam sebuah buku disebutkan bahwa orang-orang Yunani- Romawi memiliki
kelemahan tersendiri. Kelemahan yang dimaksud Terjadi karena kekurangan
pengertian dari sudut akhlak atau psikologis Dasar pernyataan di atas adalah adanya

9
anggapan bahwa, pada dasarnya, Manusia itu hewan rasional. Inilah doktrin yang
menganggap bahwa setiap manusia itu hewan yang mampu berfikir.
Berbeda dengan generasi pertama para sejarawan Yunani, yang tertarik pada
hal yang bersifat kosmopolitan atau kekota-kotaan, sejarawan Romawi biasanya
hanya mengenal satu kajian, yaitu Roma. Namun, jika dibandingkan dengan Yunani
yang secara politik terbagi menjadi wilayah- wilayah (polis) yang kecil, sejak perang
Punisia, Romawi telah berkembang lebih luas dan relatif sudah mendunia. Dalam
ikhtisar Sejarah Romawi disebutkan bahwa Romawi berawal dari “absolute”
pendirian kota Roma. Tetapi, seiring dengan perhatian yang besar untuk masa
Romawi yang terbaru, ditemukan bentuk-bentuk annalistic yang lebih luas, sedangkan
bentuk kronik relatif jarang ditemukan. Ikhtisar itu biasanya berakhir pada zaman
penulis sendiri. Sejarah umum yang universal, yang tidak hanya dalam kerangka
sejarah Romawi, hanya bisa ditemukan pada karya Trogus. Untuk masa-masa Sejarah
Romawi yang terbaru banyak ditemukan studi monografi, semisal memoires (tulisan
peringatan, kenangan) dan historien (cerita yang lebih detil mengenai kejadian-
kejadian masa kini), atau kadang disebut pula dengan istilah annalen.
 Tokoh-tokoh Historiografi romawi :
1. Tradisi Yunani itu kemudian dijadikan model oleh para sejarawan
Romawi, Antara lain oleh Polybius (orang Yunani yang dibesarkan di
Roma). Ia banyak menulis Tentang masa akhir Yunani sampai awal
berdirinya Romawi. Penulis Romawi sendiri Antara lain: Julius Caesar
(100-44 SM), Gaius Sallustius Crispus (ca. 86-34 SM), Titus Livius (59
SM-17 M), dan Pablius Cornelius Tacitus (ca. 55-120 M).

2. Julius Caesar adalah seorang jenderal yang kemudian menjadi kaisar,


menulis Commentaries on Gallic War, yang merupakan memoir tentang
suku Gallia, dan civil War yang merupakan penjelasan mengenai sebab-
musabab terjadinya perang Gallia, Sekaligus tentang adat-istiadat suku
tersebut.

3. Sallustius terkenal dengan monografi dan biografinya. Bentuk karya yang


disebut Terakhir sekaligus menjadi salah satu 14irri bagi penulisan sejarah
era Romawi. Ia Menulis history of Rome, Conspiracy of Catiline,
Jugurtbine War. Analisanya dinilai Cukup netral, namun saying dia

10
ceroboh dalam masalah kronologi dan geografi sehingga Mengurangi nilai
karyanya itu.

4. Livius merupakan salah satu contoh penulis yang hampir sepenuhnya


Menggunakan model Yunani. Dalam pembuktiannya ia lebih banyak
mengemukakan Retorika sehingga mengorbankan kebenaran sejarah.
Karyanya tentang berdirinya kota Roma merupakan campuran antara data
factual dan fantasi.Tacitus menulis Annals, Histories, dan Germania.
Karyanya itu merupakan Paduan antara karya Livius yang cenderung pada
retorika dan Polybius yang cenderung Pada sejarah. Ia tercatat sebagai
orang pertama yang melukiskan sebab moral runtuhnya Kekaisaran
Romawi.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai historiografi Yunani dan Romawi, dapat
disimpulkan bahwa kedua periode sejarah ini memiliki sumbangan besar dalam
pengembangan ilmu sejarah. Para sejarawan pada masa itu menciptakan metode dan
teknik baru untuk menulis sejarah, serta memperkenalkan konsep penting seperti
objektivitas dan kritik terhadap sumber.
Secara umum, historiografi Yunani lebih menekankan pada narasi dan analisis
sejarah yang lebih filosofis, sedangkan historiografi Romawi lebih fokus pada
dokumentasi sejarah yang lebih terperinci dan faktual. Namun, keduanya memiliki
kesamaan dalam hal fokus pada pengembangan sistem hukum, politik, dan sosial.
Karya-karya sejarah dari Yunani dan Romawi tidak hanya memberikan
gambaran tentang peristiwa penting di masa lalu, tetapi juga memberikan wawasan
tentang cara orang Yunani dan Romawi memahami dunia mereka dan memikirkan
tentang kehidupan dan masyarakat mereka. Karya-karya ini mempengaruhi cara
pandang dunia Barat dan memberikan dasar untuk sejarah dan disiplin ilmu sosial
modern.

B. Saran
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik
dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan Abdurrachman Surjomihardjo (penyunting). 1985. Ilmu Sejarah


dan Historiografi, Arah dan Perspektif. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah, Pengantar Metode Sejarah (terjemahan


Nugroho Notosusanto). Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Indonesia, M. I. S., & Pengajaran, H. M. DEPOK 2008.

Iryana, W. (2014). Historiografi Barat. Humaniora.

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak

13

Anda mungkin juga menyukai