Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya reformasi adalah kesulitan
warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga-harga sembilan bahan pokok
(sembako), seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah, gula, susu, telur, ikan kering,
dan garam mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga masyarakat harus antri untuk
membeli sembako itu.
Sementara situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak menentu dan tidak
terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi semakin jauh dari
kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak percaya
terhadap pemerintahan Orde Baru.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil
dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Oleh
karena itu, tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi. Pemerintahan
Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan
konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun 1966,
Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Tanggal 10 Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR Soeharto terpilih kembalih sebagai
presiden RI untuk masa jabatan lima tahun (1998-2003) yang ketujuh kali dengan
menggandeng B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden.
Tanggal 4 Mei harga BBM naik 71%, yang menimbulkan aksi demontrasi di berbagai
kota, seperti 3 hari kerusuhan di Medan dengan korban 6 meninggal.
Tanggal 8 Mei Peristiwa Gejayan, 1 mahasiswa Yogyakarta tewas.
Tanggal 9 Mei Presiden Soeharto berangkat ke luar negeri dalam rangka kunjungan
kenegaraan selama satu minggu ke Mesir.
Tanggal 12 Mei Tragedi Trisakti, 4 Mahasiswa Trisakti terbunuh, yaitu Elang Mulia
Lesmana, Hendriawan Lesmana, Heri Hertanto, dan Hafidin Royan. Sedangkan para
mahasiswa yang menderita luka ringan dan luka parah pun tidak sedidkit jumlah,
setelah bentrok dengan aparat keamanan yang berusaha membubarkan para
demontrans.
Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi dikota solo. Presiden
Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan-pertemuan negara berkembang G-15 di
Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Di Kairo, Presiden Soeharto
menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
Tanggal 14 Mei demontrasi terus
bertambah besar hampir seluruh kota-
kota di indonesia,demontrans
mengepung dan menduduki gedung-
gedung DPRD di daerah.
18 Mei Ketua MPR yang juga ketua
Partai Golkar, Harmoko meminta
Soeharto untuk turun dari jabatannya
sebagai presiden.
Jendral Wiranto mengatakan bahwa
pernyataan Harmoko tidak
mempunyai dasar hukum wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi"
Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ, Forum Kota, UI dan HMI MPO
memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR.
Tanggal 19 Mei Soeharto berbicara di TV, menyatakan dia tidak akan turun dari
jabatannya, tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan secepatnya.
Tanggal 21 Mei Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9:00 WIB
Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru indonesia.
Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang
memakai simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih
bertahan di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap
bagian dari rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung
DPR/MPR ke Universitas Atma Jaya.
Salah satu penyebab semakin memburuknya situasi dalam negeri Indonesia adalah
terjadinya bentrokan dan aksi demonstrasi menuntut reformasi Indonesia. Diantara tragedi
bentrokan dan aksi demonstrasi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Puncak kebencian mereka pada zaman orde baru telah meradang dalam gelombang
unjuk rasa mahasiswa yang menimbulkan Tragedi Trisakti pada tanggal 12-20 Mei 1998.
Saat itu, Soeharto Hingga akhirnya, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri
dari jabatan presiden, dan pada akhirnya posisi Soeharto digantikan oleh Baharuddin Jusuf
Habibie yang sebelumnya adalah wakil presiden terakhir pada zaman orde baru. Gerakan
mahasiswa Indonesia 1998 memang begitu monumental, karena telah berhasil menurunkan
Soeharto dari jabatannya.
Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya Soeharto
telah tercapai, namun banyak yang menilai agenda reformasi belum tercapai atau malah
gagal. Sepanjang aksi unjuk rasa itu, ada empat orang yang tertembak aparat kepolisian.
Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (1978 - 1998), Heri Hertanto (1977 - 1998), Hafidin
Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998). Mereka tewas tertembak di dalam
kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.
Mereka telah ditemukan tewas di bekas bangunan mal yang terbakar.
Tragedi Semanggi terjadi pada tanggal 11-13 November 1998, dan terjadi kembali
pada tanggal 24 September 1999, ketika zaman Kabinet Reformasi Pembangunan Baharuddin
Jusuf Habibie telah berakhir, walaupun tanpa wakil presiden. Mahasiswa juga menganggap
bahwa rejim Baharuddin Jusuf Habibie masih sama dengan rejim Soeharto. Kesamaan yang
mudah mereka lihat yaitu Dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa
itu, masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-
jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian
sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh sekolah dan
universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk
mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat
perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah
tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa.
Keadaan di Gedung Nusantara boleh dikatakan aman terkendali. Tidak ada satupun
mahasiswa yang mengacaukan keamanan berani masuk. Tidak mungkin mereka mampu
menerobos pintu gerbang karena telah digembok dan di-las oleh penjaga yang begitu
ketatnya.
Penjagaan keamanan begitu diperketat sampai ke kawasan Semanggi. Semua
kendaraan pribadi dan umum dikosongkan. Namun, ketika mahasiswa bentrok dengan
penjaga keamanan yang begitu ketatnya, semua mahasiswa berhasil dibubarkan. Namun, ada
sebagian kecil dari mahasiswa yang dibubarkan, mereka meninggal di tempat karena
ditembak aparat. Hal tersebutlah yang membuat peristiwa itu dinamakan sebagai "Tragedi
Trisakti".
Tragedi Semanggi berlanjut pada tanggal 24 September 1999. Sama seperti Tragedi
Trisakti, tragedi ini mampu menurunkan tahta kepresidenan Baharuddin Jusuf Habibie yang
cuma bertahan 1 tahun. Ketika itu, pada awal September 1999, sasaran unjuk rasa yang
mereka tuju adalah rumah dinas BJ Habibie, yang dituding mendapatkan harta kekayaannnya
dari korupsi. Namun, pada 24 September 1999, Baharuddin Jusuf Habibie akhirnya
dilengserkan dari jabatannya. Akhirnya, pada bulan Oktober 1999, MPR menunjuk
Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri untuk menjadi Presiden RI 1999-2004,
walaupun Kabinet Persatuan Indonesia Abdurrahman Wahid cuma bertahan 2 tahun.
a. Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan
politik pemerintahan Orde Baru.Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan
Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila.Namun
yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto
dan kroni-kroninya.Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan
demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa.
Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari penguasa, oleh penguasa, dan untuk
penguasa. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan
yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis. Ciri-
ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:
b. Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang
politik.Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi.Artinya, kekuasaan
peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk
melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat
pembenaran para penguasa.Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasal 24 UUD 1945
yang menyatakan bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari
kekuasaan pemerintah (eksekutif)’.
c. Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia.Ternyata, ekonomi Indonesia tidak
mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.Krisis ekonomi Indonesia diawali
dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.Pada tanggal 1
Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar
Amerika Serikat.
Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun
menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus
melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti:
1. Hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya
krisis ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi
sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis
ekonomi.
2. Industrialisasi, pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI sebagai
negara industri. Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat
Indonesia.Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agraris dengan
tingkat pendidikan yang sangat rendah (rata-rata).
3. Pemerintahan Sentralistik, pemerintahan Orde Baru sangat sentralistik
sifatnya sehingga semua kebijakan ditentukan dari Jakarta. Oleh karena itu,
peranan pemerintah pusat sangat menentukan dan pemerintah daerah hanya
sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat.
d. Krisis Sosial
e. Krisis Kepercayaan
Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan hanya
menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut adanya reformasi
baik didalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan Indonesia. Di dalam kehidupan
politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah pada pihak oposisi sangat besar,
terutama terlihat pada perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok yang menentang
atau memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh
pemerintah. Selain itu, masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang pembatasan masa
jabatan Presiden.
Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah memicu
munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik yang berbeda. Menjelang
akhir kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus kerusuhan di Banjarmasin yang
banyak memakan korban jiwa.
Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak.
Golkar yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan kembali
Soeharto sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun 1998 – 2003. Sedangkan di
kalangan masyarakat yang dimotori oleh para mahasiswa berkembang arus yang sangat kuat
untuk menolak kembali pencalonan Soeharto sebagai Presiden.
Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden
Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekanan pada
kepemimpinan Presiden Soeharto yang datang dari para mahasiswa dan kalangan intelektual.
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak
ketidakadilan. Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan mahasiswa,
masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya
reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada
kedudukan atau posisi yang sebenarnya.
Krisis moneter yang melanda negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996,
juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia ternyata
belum mampu untuk menghadapi krisi global tersebut. Krisi ekonomi Indonesia berawal dari
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ketika nilai tukar rupiah
semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada
iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami
keterpurukan yaitu dengan dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Sementara
itu untuk membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan pemerintah ini tidak dapat
memberikan hasil, karena pinjaman bank-bank bermasalah tersebut semakin bertambah besar
dan tidak dapat di kembalikan begitu saja. Krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan
keuangan Negara, tetapi juga telah menghancurkan keuangan nasional.
Memasuki tahun anggaran 1998 / 1999, krisis moneter telah mempengaruhi aktivitas
ekonomi yang lainnya. Kondisi perekonomian semakin memburuk, karena pada akhir tahun
1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini
menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali. Kelaparan dan kekurangan makanan
mulai melanda masyarakat. Untuk mengatasi kesulitan moneter, pemerintah meminta bantuan
IMF. Namun, kucuran dana dari IMF yang sangat di harapkan oleh pemerintah belum
terelisasi, walaupun pada 15 januari 1998 Indonesia telah menandatangani 50 butir
kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan IMF.
Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak terlepas
dari masalah utang luar negeri. Utang Luar Negeri Indonesia Utang luar negeri Indonesia
menjadi salah satu faktor penyebab munculnya krisis ekonomi. Namun, utang luar negeri
Indonesia tidak sepenuhnya merupakan utang Negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang
swasta. Utang yang menjadi tanggungan Negara hingga 6 februari 1998 mencapai 63,462
miliar dollar Amerika Serikat, utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dollar Amerika
Serikat.
Akibat dari utang-utang tersebut maka kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia
semakin menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh keadaan perbankan di Indonesia
yang di anggap tidak sehat karena adanya kolusi dan korupsi serta tingginya kredit macet.
Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 Pemerintah Orde Baru mempunyai tujuan menjadikan
Negara Republik Indonesia sebagai Negara industri, namun tidak mempertimbangkan kondisi
riil di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agrasis dan tingkat
pendidikan yang masih rendah.
Sementara itu, pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah
jauh menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum
bahwa dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah
pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Sebaliknya, sistem ekonomi yang
berkembang pada masa pemerintahan Orde Baru adalah sistem ekonomi kapitalis yang
dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai
dengan korupsi dan kolusi.
Pelaksanaan politik sentralisasi yang sangat menyolok terlihat pada bidang ekonomi.
Ini terlihat dari sebagian besar kekayaan dari daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal ini
menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat.
Politik sentralisasi ini juga dapat dilihat dari pola pemberitaan pers yang bersifat Jakarta-
sentris, karena pemberitaan yang berasala dari Jakarta selalu menjadi berita utama. Namun
peristiwa yang terjadi di daerah yang kurang kaitannya dengan kepentingan pusat biasanya
kalah bersaing dengan berita-barita yang terjadi di Jakarta dalam merebut ruang, halaman,
walaupun yang memberitakan itu pers daerah.
Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa dan gerakan
rakyat pro-demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an. Gerakan ini menjadi monumental
karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan Presiden Republik
Indonesia pada tangal 21 Mei 1998, setelah 32 tahun menjadi Presiden Republik Indonesia
sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tanggal 11 Maret 1966
hingga tahun 1998. Pada April 1998, Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden Republik
Indonesia untuk ketujuh kalinya (tanpa wakil presiden), setelah didampingi Try Soetrisno
(1993-1997) dan Baharuddin Jusuf Habibie (Oktober 1997-Maret 1998). Namun, mereka
tidak mengakui Soeharto dan melaksanakan pemilu kembali. Pada saat itu, hingga 1999, dan
selama 29 tahun, Partai Golkar merupakan partai yang menguasai Indonesia selama hampir
30 tahun, melebihi rejim PNI yang menguasai Indonesia selama 25 tahun. Namun, terpliihnya
Soeharto untuk terakhir kalinya ini ternyata mendapatkan kecaman dari mahasiswa karena
krisis ekonomi yang membuat hampir setengah dari seluruh penduduk Indonesia mengalami
kemiskinan.
Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus dan
masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak demokratis dan
tidak merakyat. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup
beberapa tuntutan, seperti:
Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
Laksanakan amandemen UUD 1945,
Hapuskan Dwi Fungsi ABRI,
Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya,
Tegakkan supremasi hukum,
Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima
paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di
antaranya :
Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya sang
Presiden tercapai, namun banyak yang menilai agenda reformasi belum tercapai atau malah
gagal. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga mencuatkan tragedi Trisakti yang
menewaskan empat orang Pahlawan Reformasi. Pasca Soeharto mundur, nyatanya masih
terjadi kekerasan terhadap rakyat dan mahasiswa, yang antara lain mengakibatkan tragedi
Semanggi yang berlangsung hingga dua kali. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga
memulai babak baru dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu era Reformasi.
Sampai saat ini, masih ada unjuk rasa untuk menuntut keadilan akibat pelanggaran
HAM berupa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh aparat terhadap keempat orang
mahasiswa.
E. Kronologis Peristiwa Reformasi
Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan
atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan sosial:
Saran
B. Untuk Mahasiwa
Dari sini kita bisa mengatakan bahwa masih banyak sekali peran mahasiswa yang bisa dipenuhi
daripada sekedar terjebak pada apatisme dan banalitas. Masalah pendidikan politik kepada
warga negara yang lain sebenarnya bukan murni tugas dari partai politik, pemerintah maupun
media saja. Mahasiswa harus berperan serta dalam pendidikan tersebut. Dalam perjuangan
nilai yang diembannya, mahasiswa tidak bisa hanya terpaku pada satu cara saja. Keluwesan-
keluwesan berupa ktreatifitas, imajinasi serta melihat lebih dalam akan kondisi masyarakat pun
diperlukan di sini. Selain itu, mahasiswa pun diharapkan bisa mendorong perjuangan baik di tingkat
komunal maupun inter-komunal. Jadi tidak hanya menyatukan banyak organisasi dalam satu
komando, melainkan malah mendorong agar lebih banyak terbentuk alat-alat perjuangan
yanglebih sesuai dengan kondisi sosio-kultural masing-masing elemen sosial. Dan yang terakhir melalui
jalan dialog, suatu strategi untukmengupayakan menggagas suatu platform bersama, suatu
cita-cita bersama untuk menyatukan gagasan dan perjuangan dari berbagai macam elemen kekuatan
sosial yang ada.
SUMBER :
https://www.gurusejarah.com/2017/08/sejarah-lengkap-orde-baru-dan-orde.html
http://www.solusipendidikan.com/2016/02/faktor-faktor-penyebab-runtuhnya.html
https://www.katapengertian.com/2015/12/pengertian-dan-tujuan-gerakan-reformasi.html
https://semanggipeduli.com/sejarah/tragedi-semanggi/
https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/tribunnewswiki-tragedi-trisakti-12-mei-1998/ar-
AABf4Ag
https://news.detik.com/berita/d-4545947/trisakti-gelar-peringatan-tragedi-12-mei-1998
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/12/10504581/20-tahun-tragedi-trisakti-apa-yang-
terjadi-pada-12-mei-1998
https://nasional.kompas.com/read/2016/05/21/10100021/Cerita.di.Balik.Mundurnya.Soeharto-itu
https://nasional.kompas.com/read/2008/01/27/16234932/Kronologi.Kelengseran.Soeharto..Mei.19
98
https://www.freedomsiana.com/2017/06/isi-tritura-tri-tuntutan-rakyat-dan.html