Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974): Menekankan pada pembangunan bidang pertanian
Pelita II (1 April 1974– 31 Maret 1979): Tersedianya pangan, sandang, perumahan,
sarana dan prasarana, menyejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja
Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984): Menekankan pada perwujudan Trilogi
Pembangunan di Indonesia
Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989): Menitik beratkan sektor pertanian menuju
swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri
sendiri
Pelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994): Menitikberatkan pada sektor pertanian dan
industri
Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999): Masih menitikberatkan pembangunan pada
sektor bidang ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Keberhasilan Di Era Soeharto
Pembangunan Bidang Pertanian
Pada tahun 1969 era soeharto memulai pembangunan lima tahun (Pelita) I dalam
menangani tantangan masalah jumlah penduduk dan penyedian pangan pangan. Pada
saat itu penduduk Indonesia 120 juta jiwa dengan pertumbuhan 2,3 persen per tahun
dan sebagian besar di Jawa.
Keberhasilan dalam Pelita I yaitu:
Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4% setahun.
Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil.
Perbaikan jalan raya.
Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik.
Semakin majunya sektor pendidikan.
Sektor pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, menyejahterakan
rakyat, dan memperluas kesempatan kerja
Pada tahun 1974 – 1979 (Repelita II) pertumbuhan produksi pangan melalui
kelembagaan metode produksi yang dikenal dengan revolusi hijau. Hingga menyediakan
berbagai insentif produksi bagi petani dari modal, teknologi, serta tingkat harga yang
merangsang produksi (melalui penetapan harga dasar gabah). Dalam upaya mencapai
program swasembada, program bimas mewujud dalam bentuk tekanan – tekanan keras
yang ditunjukkan bagi penduduk desa sekaligus di topang dengan organisasi produksi
yang secara ketat dikontrol oleh aparatus negara untuk menghasilkan lebih banyak
beras bagi penduduk perkotaan.
Di masa awal Orde Baru, sampai dengan pertengahan 1970 – an, strategi diwarnai oleh
“orientasi – keluar” mengintegrasikan ekonomi domestik ke dalam sistem internasional
berdasarkan prinsip “keunggulan komparatif”. Semangatnya adalah untuk melakukan
efesiensi. Kelangkaan berbagai jenis sumber daya di dalam negeri yang berpuncak pada
peristiwa malari dan tersedianya sumber daya akibat rejeki minyak pada tahun 1970-an
mendorong pemerintah untuk menerapkan “orientasi – kedalam”, yaitu pemerintah
sebagai manajer utama kegiatan investasi, produksi dan distribusi dengan
memanfaatkan sumber daya materiil dan manusia yang ada di Indonesia. Beberapa
sektor yang dianggap strategis seperti industri pesawat terbang dan kapal laut.
Keberhasilan Era Soeharto lainnya
1. Swasembada pangan
2. Dolar Seharga Rp 378
3. Sangat Aman dan Nyaman
4. Semua harga kebutuhan relatif murah
5. Lapangan Pekerjaan Sangat Mudah
6. Menjadikan Pancasila sebagai garda terdepan Pembangunan Generasi Muda dalam
pendidikan Indonesia
7. Bidang Olahraga Indonesia di Masa Keemasannya
Keberhasilan Era Soeharto lainnya
1. Swasembada pangan
2. Dolar Seharga Rp 378
3. Sangat Aman dan Nyaman
4. Semua harga kebutuhan relatif murah
5. Lapangan Pekerjaan Sangat Mudah
6. Menjadikan Pancasila sebagai garda terdepan Pembangunan
Generasi Muda dalam pendidikan Indonesia
7. Bidang Olahraga Indonesia di Masa Keemasannya
KEGAGALAN PEMERINTAHAN ORDE BARU
1. Petrus atau penembakan misterius terkait dengan aksi kriminal (1981-1984), DOM
Papua (1969-1998), kasus Talangsari (1989), peristiwa Tanjung Priok (1984),
penembakan warga dalam pembangunan Waduk Nipah Madura (1993). hingga korban
penculikan aktivis dan kerusuhan pada Mei 1998 yang merubah wajah Indonesia di
masa depan.
2. Krisis moneter menghantam rupiah
Faktor kejatuhan ekonomi Indonesia juga berperan menjadi alasan lengsernya
Soeharto. Krisis finansial yang menghantam wilayah Asia, khususnya Indonesia,
menjadi tonggak bagi rakyat untuk mengganti pemimpin mereka. Daya beli menurun,
harga barang yang melonjak, membuat masyarakat berteriak menyuarakan reformasi.
Digeruduk oleh gerakan massa yang begitu besarnya, Presiden Soeharto pun akhirnya
menyatakan diri berhenti dari jabatan sebagai kepala negara.
3. Pelanggaran sosial masyarakat
contohnya; perampasan tanah rakyat Kedung Ombo (1985- 1989),
pengambilan tanah rakyat atas nama PT Perkebunan Nusantara (PTPN), kasus
pengambil alihan tanah masyarakat adat Dongi Sulawesi Selatan untuk
perusahaan Nikel, penggusuran rumah warga Bulukumba oleh PT Lonsum,
pencemaran dan kekerasan yang dilakukan oleh Indorayon di Porsea
Sumatera Utara, peristiwa pembakaran rumah warga, dan kekerasan
seksual yang dilakukan oleh PT Kelian Equal Mining di Kalimantan Timur.
Semuanya terjadi saat Presiden Soeharto masih berkuasa.
4. Penyimpangan UUD
Menurut UUD 1945, terutama dalam pasal 33 bahwa sistem perekonomian
dijalankan dengan asas demokrasi ekonomi. Namun dalam kenyataannya yang
terjadi justru dikusai oleh sebagian orang saja yakni para konglomerat dan
terjadi monopoli ekonomi, atau dengan kata lain sistem ekonomi yang dijalankan
merupakan sistem kapitalis.
5. Pola Pemerintahan Terpusat
Sistem pemerintahan yang terpusat pada satu tempat yakni di Jakarta
sebagai pusat pemerintahan membuat segala pemerintah pusat memegang
peranan penting dalam mengatur masyarakat secara keseluruhan. Namun disisi
lain membuat pembangunan tidak merata yang akhirnya mengakibatkan
kesenjangan. Dampaknya seperti yang terjadi di Irian jaya, penduduk lokal
merasa dianak tirikan sebab sumber daya alamnya diambil secara besar-
besaran dan di bawa semua ke pemerintah pusat tanpa meninggalkan manfaat
apapun.
6. Masalah Polit
Sistem politik di Indonesia pada masa orde baru yang sarat dengan
KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Pada masa orde baru,
kekuatan politik pun dibatasi. Seperti terlihat pada penyederhanaan
partai politik yang hanya menjadi tiga partai saja yakni PPP, PDI dan
Golongan Karya. Dengan dalih untuk menciptakan stabilitas dan
keamanan bangsa dan negara yang lebih terjaga. Ini menyebabkan
banyak aspirasi rakyat yang seolah terbungkam dan secara tidak
langsung wajib menuruti kehendak penguasa tanpa boleh membantah.
Adanya dualisme fungsi ABRI yang menjadi kekuatan utama
pemerintahan orde baru. Ini sangat bertentangan dengan sejarah lahirnya
Pancasilasejarah lahirnya Pancasila yang selama ini di junjung tinggi
oleh seluruh rakyat Indonesia. Misalnya saja ada seorang yang
mengkritik kebijakan pemerintah pada masa orde baru saat itu,
konsekuensinya adalah hukuman penjara karena dianggap menciptakan
keresahan dan mengganggu stabilitas negara. Ini hanya upaya
pemerintahan untuk tetap menjaga eksistensinya pada masyarakat.
7. Tragedi Trisakti
Aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa trisakti beserta dosen dan staf
kampus yang diikuti oleh lebih dari 10.000 mahasiswa dan digelar pada 12 mei
1988 yang pada intinya meminta pemerintah melakukan reformasi disegala
bidang baik pemerintahan, ekonomi maupun politik yang menginginkan
diadakannya sidang istimewa MPR. Namun aksi damai ini dinodai dengan adanya
penembakan oleh aparat terhadap empat mahasiswa Trisakti yakni
Hendriawan Sie, Heri Hartanto, Elang Mulya Lesmana, dan Hafidin Royan.
Yang memicu aksi kekerasan meluas di berbagai penjuru wilyah saat itu. Dan
semakin membuat Indonesia jatuh terpuruk dalam krisis yang seolah tanpa
akhir, yang menjadi catatan terburuk dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
9. Sosial
Keadaan sosial masyarakat yang majemuk menghadirkan masalah yang
kompleks. Pembangunan yang tidak merata pada sebagian besar masyarakat
pun menjadi pemicu terjadinya diskriminasi. Masalah sosial ini bersumber dari
kesenjangan sosial yang ada dimasyarakat, terutama dengan adanya program
transmigrasi. Meningkatnya transmigrasi penduduk pulau jawa ke wilayah pulau
kalimantan, sulawesi dan irian jaya yang difasilitasi oleh pemerintah ternyata
memiliki dampak negatif.
Penduduk lokal merasa termajinalkan dan menjadi sebuah kecemburuan
sosial yang pada akhirnya mencetuskan konflik terbuka diantara para
transmigran asal pulau jawa dengan penduduk lokal. Dan program transmigrasi
tersebut memunculkan sentimen yang menganggap program tersebut sebagai
program jawanisasi oleh pemerintah pusat.
KESIMPULAN
TERIMA KASIH