Anda di halaman 1dari 18

DISINTEGRASI TIMOR LESTE

Oleh: Efnal Paliko (02011281924204)

Referensi:
1. Kopri Provinsi Timor Leste. 20 Tahun Timor Leste Membangun. (Dili: CV Rimbo,
1996). 299 Halaman. Diakses online dari https://books.google.co.id/books?
id=s9PsAAAAMAAJ&printsec=frontcover&dq=Timor+timur&hl=id&sa=X&ved=2ahU
KEwjA-
Oim0dDsAhXSX3wKHRNBBGIQ6AEwBXoECAYQAg#v=onepage&q&f=false
2. Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. 2007. Disintegrasi Pasca Orde Baru. Jakarta:
Cires FISIP UI. 272 Halaman. Diakses dari https://books.google.co.id/books?
id=LrzqhrdIqJYC&printsec=frontcover&dq=disintegrasi+pasca+orde+baru&hl=id&sa=
X&ved=2ahUKEwj8pt_Zz_3sAhV07HMBHVamBKoQ6AEwAHoECAUQAg#v=onepa
ge&q&f=false
3. Jerwin, M. Rasyid Ridha, Ahmadin (2018). Eksodus dari Bumi Hangus: Peristiwa
Keluarnya Penduduk Dari Timor Leste Pasca Jajak Pendapat 1999. Jurnal
Pattingalloang, Vol. 5, 24-38. 14 Halaman. Diakses dari
https://ojs.unm.ac.id/pattingalloang/article/view/7076/pdf_15

Rangkuman:

BAGIAN I

SEJARAH SINGKAT PROSES INTEGRASI TIMOR LESTE

I.1. Pendahuluan

Provinsi tingkat satu Timor Leste yang sebelumnya dikuasai oleh Portugis selama
lebih dari 450 tahun dibentuk tanggal 17 Juli 1976 dengan Undang-undang Nomor 7
Tahun 1976 yang disahkan oleh Presiden Republik Indonesia.1

1
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 17.
I.2. Perlawanan Viqueque

Perlawanan ini bermula dari keadaan setelah selesai Perang Dunia II, di mana
bangsa Indonesia yang berada dibawah penindasan kolonial Belanda menyatakan
kemerdekaannya melalui Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. Pada tahun 1953
beberapa tokoh Timor Portugis mendengar kemerdekaan yang telah didapat oleh saudara-
saudaranya di Timor Barat. Beberapa tokoh Timor Portugis tersebut juga telah
mendengar bahwa Pemerintah Indonesia telah mengadakan konfrensi bangsa-bangsa
asia-afrika di Bandung tahun 1955.2 Pada tahun 1955 juga sebenarnya pemuda-pemuda di
Dili telah merencanakan pemberoktakan yang kemudian menyebarkan rencananya itu ke
kabupaten-kabupaten. Pada tahun 1959, semangat untuk melepaskan diri dari kolonial
makin kuat di Viqueque. Ini terlihat dari berkembangnya rencana untuk melakukan
perjuangan pada akhir tahun 1959. 3

Untuk mematangkan rencana itu, diadakan pertemuan yang hasilnya memutuskan


bahwa pelaksanaan perjuangan akan jatuh pada tanggal 31 Desember 1959 yang
bertepatan dengan malam tahun baru. Karena berdasarkan analisi para pemuda pada saat
itu, Portugis selalu berpesta sehingga penjagaannya tidak ketat dan serangan dapat
dilakukan. Walaupun rencana tersebut dilakukan secara rahasia dan tertutup, tetapi masih
dapat tercium oleh mata-mata colonial Portugis dan mereka segera melakukan
penangkapan dan yang tertangkap di buang ke daerah jajahan colonial Portugis di
Angola, Afrika. Akibat paling buruk dari pemberontakan itu adalah pembunuhan masal
terhadap ratusan rakyat yang dituduh memiliki hubungan dengan pemberontakan itu.4

I.3. Revolusi Bunga

Tidak disangka akan terjadi perubahan di Timor Leste jika tidak terjadi kudeta
militer di Portugal tanggal 25 April 1974. Kudeta tersebut tidak hanya mempengaruhi
Portugal, tetapi juga mempengaruhi daerah jajahannya di Timur Jauh. Kudeta yang

2
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 17.
3
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 18.
4
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 18.
dijuluki “Revolusi Bunga” ini memberi angin segar kepada Timor Leste untuk
membentuk organisasi-organisasi kemasyarakatan dan partai-partai politik.5

Hubungan dingin yang terjalin antara Indonesia dan Portugis akhirnya terbuka
setelah kunjungan Gubernur Nusa Tenggara Timur El Tari ke Dili, Timor Leste dari
tanggal 28 Februari sampai 2 Maret 1974 yang di sambut baik oleh Gubernur Timor
Portugis Fernando Alves Aldelia. Setelah menyadari dampak dari Revolusi Bunga di
Portugal sampai ke Timor Leste, Gubernur Timor Portugis Fernando Alves Aldelia
mengutus Kepala Staf Angkatan Darat Portugis Mayor Arnao Moitello untuk menemui
Gubernur Nusa Tenggara Timur El Tari di Kupang untuk menjelaskan kebijakan koloni-
koloni Portugis yang secara garis besar akan melakukan dekolonisasi.6

I.4. Partai-Partai Politik

Sesudah perubahan politik di Portugal, partai-partai politik di Timor Leste


semakin nyata mengumumkan keberadaan mereka kepada masyarakat umum, seperti
UDT pada tanggal 11 Mei 1974. Setelahnya lahirlah partai kedua yaitu Amisiacao Social
Democratica Timorense atau ASDT yang kemudian berubah nama menjadi Frente
Revolucionaria de Timor-Leste Independente atau Fretilin pada tanggal 20 Mei 1974. 7
Partai ketiga yang lahir adalah Associacao Popolar Democraticade Timor atau Apodeti
pada tanggal 27 Mei 1974. Dan masih ada partai lain seperti KliburOan Timor Aswain
KOTA. Selama bulan-bulan pertama kelahirannya, partai-partai politik ini sibuk
mengadakan konsolidasi. Tiga Partai diantaranya antara lain UDT, Fretilin, dan Apodeti
mengirimkan utusan-utusan nya kenegara-negara terdekat seperti Indonesia dan
Australia. Beberapa kali partai-partai politik ini mengadakan perundingan dengan
Portugis, tetapi sejauh itu ternyata tidak membuahkan hasil.8

I.5. Perang Saudara


5
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 18.
6
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 19.
7
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 19.
8
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 20.
Memasuki bulan September 1975 Fretilin sudah menguasai Timor Leste. Pasukan
UDT diberbagai tempat sudah dilumpuhkan. Demikian pula tindakan balas dendam
semakin menjadi-jadi, tidak hanya kepada UDT, tetapi juga kepada Apodeti. 9
Perkembangan selanjutnya tercermin dari pernyataan para pemimpin UDT tanggal 11
September 1975 di Batugade. Hari itu tokoh UDT Lopes da Cruz, Ir.Mario Carrasealao.
Joao Carrascalao dan Nacimento memaklumkan bahwa partai-partai UDT, Apodeti,
Kota, dan Trahalhisia sudah membuat sebuah petisi dan deklarasi penggabungan Timor
Leste dengan Indonesia.10

I.6. Proklamasi Balibo

Pada 31 Mei 1976 Dewan Perwakilan Rakyat Timor Leste mengeluarkan petisi
yang isinya mendesak Pemerintah Indonesia agar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
menerima dan mengesahkan bersatunya rakyat serta wilayah Timor Leste ke dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seminggu kemudian yaitu tanggal 7 Juni 1976 para
pemimpin PSTT dan DPR Timor Leste menyerahkan petisi rakyat Timor Leste tersebut
pada Presiden Republik Indonesia di Jakarta.11

Melalui pembahasan dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia tanggal 29 Juni


1976. kemudian, pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Penyatuan
Timor Leste ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia kepada dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia. Pada sidang Pleno DPR-RI tanggal 15 Juli 1976 secara
aklamasi pimpinan dan anggota Dewan menyetujui dan kemudian mengesahkannya
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976 tanggal 17 Juli 1976. Dalam Undang-
Undang itu dimuat tentang penyatuan Timor Leste ke dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan sekaligus pembentukan Timor Leste sebagai propinsi ke-27.12

Secara simbolis Presiden kemudian menyerahkan duplikat bendera pusaka kepada


F.X. Lopes da Cruz, Amaldo dos Reis Araujo. dan salinan teks Proklamasi Republik
Indonesia kepada Lopes da Cruz. Sebagai tindak lanjut dari proses integrasi itu,
9
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 21.
10
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 22.
11
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 23.
12
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 24.
dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 1976 yang mengatur siatus Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat I Timor Leste. Sejak diletapkan sebagai propinsi ke-27, Timor
Leste telah dipimpin oleh empat orang gubernur, yaitu: (1). Amaldo dos Reis Araujo
(1976 1978); (2). Guilherme Maria Goncalves (1978 -1982); (3). Ir. Mario Viegas
Carrascalao (1982 -1990); (4). Abilio Jose Osorio Soares (1992).13

Gambar 1.1 Teks Proklamasi Bahasa Indonesia (REF: books.google.co.id)

13
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 24.
Gambar 1.2 Teks Proklamasi Bahasa Inggris (REF: books.google.co.id)
BAGIAN II

PROGRAM PEMBANGUNAN PADA AWAL INTEGRASI

II.1 Pendahuluan

Bendasarkan kondisi awal yang mewarnai kehidupan rakyat Timor Leste pada
waktu itu. maka Pemerintah mencoba menerapkan suatu strategi pembangunan dengan
memperlakukan Timor Leste secara khusus sebagai upaya untuk memacu tingkat
pertumbuhan seoptimal mungkin mengingat kenyataan yang ada bahwa kondisi Timor
Leste pada waktu itu belum mempunyai landasan yang kuat untuk mengejar laju
pembangunan yang sedang berjalan secara nasional.14

II.2 Tahap Rehabilitasi (1976-1977)

Tahap ini mulai berlangsung pada Oktober 1976 sampai dengan Maret 1977. Pada
tahap ini, strategi pembangunan di Timor Leste ditujukan sepenuhnya untuk
merehabilitasi antara lain pemulihan kembali sarana dan prasarana yang ada termasuk
kondisi sosial kemasyarakatannya, seperti merehabilitasi pengadaan air bersih, listrik
rumah sakit, balai pengobatan, sekolah dan sarana telekomunikasi serta perhubungan
lainnya.15

II.3 Tahap Konsolidasi (1977-1978)

Tahap pembangunan berikutnya adalah tahap konsolidasi yang berlangsung dari


bulan April 1977 sampai dengan bulan Maret 1978. Tahap ini dimaksudkan untuk
mengembalikan sekaligus menata kembali infrastruktur sosial, ekonomi, maupun politik
yang dapat mendorong partisipasi masyarakat secara terkendali. Sasaran utama tahap ini

14
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 94.
15
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 94.
adalah melanjutkan serta meningkatkan langkah-langkah pembangunan sebelumnya,
sehingga menjangkau penataan dan perbaikan yang lebih luas.16

II.4 Tahap Stabilitasi (1978-1989)

Sebagai kelanjutan dari Tahap Konsolidasi. dilaksanakan Tahap Stabilisasi yang


dimulai pada bulan April 1978 sampai dengan bulan Maret 1982. Tahap Stabilisasi ini
diarahkan bagi pemulihan kondisi keamanan yang dapat menunjang serta mendukung
perkembangan laju pembangunan di seluruh wilayah Timor Leste. Sasaran utama tahap
ini adalah pemantapan serta peningkatan kemampuan dan ketrampilan Aparatur
Pemerintah Daerah secara menyeluruh dan terpadu.17

II.5 Tahap Pembangunan Jangka Pendek (1982-1984)

Sebagai kelanjutan dari pada Tahap Konsolidasi adalah Tahap Pembangunan


Jangka Pendek yang dimulai pada April 1982 sampai dengan Maret 1984. Bersamaan
dengan pemulihan kondisi keamanan yang didahului dengan tahap rehabilitasi serta
konsolidasi. Dalam tahap Pembangunan Jangka Pendek ini dilakukan “crash program”
yang mencoha meletakkan fondasi awal bagi kelanjutan pembangunan di Timor Leste.
Sasaran utama Pembangunan Jangka Pendek ini adalah pembangunan sarana dan
prasarana yang menunjang lancarnya roda pemerintahan serta pemantapan ketrampilan
Aparatur Pemerintah Daerah. Pada tahap ini kegiatan pembangunan diarahkan pada
pembangunan fisik prasarana pemerintahan kecamatan, prasarana perhubungan darat
berupa pembangunan jalan-jalan baru dan peningkatan mutu jalan dengan mengaspalkan
jalan negara, propinsi, dan kabupaten. Demikian pula dilaksanakan pembangunan
gedung-gedung sekolah berupa pembangunan SD Inpres disertai penyediaan peralatan
dan tenaga pengajar.18

II.6 Pembangunan Lima Tahun Keempat (1984-1989)


16
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 95.
17
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 97.
18
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 101.
Untuk Propinsi Timor Leste, periode ini dinamakan periode atau tahap
pengembangan, di mana periode ini merupakam Pelita 1 untuk Timor Leste yang mulai
berlangsung dari bulan April 1984 sampai dengan bulan Maret 1989. Berbeda dengan
tahapan-tahapan sebelumnya, maka pada tahapan ini proses pembangunan semakin
terarah di mana perencanaan pembangunan telah diarahkan sesuai Permendagri Nomor 9
Tahun 1982 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan
di Daerah.19

II.6.1. Program Pembangunan Regional

Program Pembangunan Timor Leste dalam tahapan Pelita IV ini


berpedoman pada Pola Dasar Pembangunan Daerah, dengan menetapkan 5 sektor
prioritas, yaitu Pertanian, Perhubungan, Pendidikan. Kesehatan, dan Pemantapan
Aparatur Pemerintah. Karena perencanaan dari sektor-sektor tersebut telah
diadakan, maka koordinasi melalu Mata Anggaran 16 Departemen Dalam Negeri
hanya bersifat melengkapi kebutuhan daerah yang belum tertangani oleh sektor
seperti pembangunan prasarana perkantoran, sarana transportasi dan fasilitas
umum lainnya. Seperti telah dilaksanakan sebelam tahapan ini, yakni pada Tahap
Pembangunan Jangka Pendek, pelaksanaan pembangunan di Timor Leste masih
ada di bawah pengendalian khusus dengan instruksi Menteri Dalam Negeri
menyangkut masalah pendanaan yang seluruhnya masih dikoordinir melalui Mata
Anggaran 16 Departemen Dalam Negeri.20

II.6.2. Pembangunan Nasional

Selanjutnya, dalam Repelita IV (1983/1984- 1988/1989) titik berat


pembangunan pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun industri
ringan, serta perbaikan prasarana pelayanan sosial, dan pengembangan sumber
daya manusia.21

19
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 105.
20
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 105.
21
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 106.
Untuk menciptakan kerangka landasan sebagaimana diamanatkan GBHN,
diusahakan terciptanya kondisi nasional yang memberikan rangsangan serta
peluang seluas-luasnya bagi semua potensi pembangunan untuk berpartisipasi dan
berprestasi dengan mengusahakan keseimbangan dan daerah. Pemanfaatan dan
pembangunan di berbagai bidang, sektor dan keserasian pengembangan sumber
dana dan daya, pengembangan keahlian, peningkatan pendapatan berbagai
kelompok masyarakat dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan bangsa
Indonesia dapat bertumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri menuju
masyarakat adil dan makmur.22

II.6.3. Pembangunan Sektoral

Prioritas pembangunan di bidang ekonomi pada Pelita IV mencangkup


usaha meningkatkan produksi tanaman pangan, peternakan dan kehutanan. Selain
itu juga dilaksanakan perluasan prasarana dan sarana perhubungan secara merata
ke seluruh daerah untuk membuka daerah-daerah yang masih terisolasi.23

II.7 Pembangunan Lima Tahun Kelima (1989-1994)

Pembangunan Lima Tahun Kelima mulai berlangsung pada April 1989 sampai
dengan Maret 1994. Dalam Pelita V ini, program Pembangunan Timor Leste berpedoman
pada Pola Dasar Pembangunan Daerah dengan menetapkan 6 skala prioritas, yaitu:
Pertanian, Perhubungan, Pendidikan, Kesehatan, Pemantapan Aparatur Pemerintah dan
Pembangunan Daerah.24

II.7.1. Pemantapan Landasan Pembangunan Daerah

Kondisi Timor Leste sangat memerlukan perhatian yang serius dalam


penanganannya. Dengan demikian Pelita V diharapkan akan dapat lebih
memantapkan pembangunan daerah melalui penanggulangan terhadap berbagai
kendala yang ada sekaligus mempertajam prioritas pembangunan daerah.25
22
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 106.
23
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 108.
24
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 166.
25
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 166.
II.7.2. Hasil Pembangunan Lima Tahun Pelita V

Kendatipun secara kualitatif hasil-hasil pembangunan di Timor Leste


belum dapat menjamin suatu kepuasan yang optimal karena pada hakekatnya
pembangunan itu merupakan suatu proses yang berkesinambungan, namun upaya
rakyat Timor Leste merasa Pemerintah selama 20 tahun terakhir ini telah
menghantarkan rakyat Timor Leste menuju suatu kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya.26

II.8 Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima (1994-1999)

Rencana Pembangunan Lima Tahun ke-VI dimulai pada April 1994 sampai
dengan Maret 1999. Dalam Repelita VI ini, program Pembangunan Timor Leste
berpedoman pada Pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi Tingkat 1 Timor Leste,
dengan menetapkan tiga skala prioritas, yaitu: Pengurangan tingkat kemiskinan,
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, dan Memantapkan Iklim sosial politik yang
mantap dan dinamis.27

Pembangunan Timor Leste tidak terlepas dari konstelasi pembangunan nasional


Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dilaksanakan secara murni
dan konsekuen. Dengan demikian, dalam kedudukannya sebagai sub-sistem dalam satu
kesatuan sistem pembangunan nasional, tujuan pembangunan daerah Timor Leste
termasuk permasalahannya serta strategi yang digunakan adalah sejalan dengan tujuan
dan strategi nasional yang disesudikan dengan situasi, kondisi, potensi, dan kendala yang
dihadapi di Timor Leste.28

26
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 168.
27
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 234.
28
Kopri Provinsi Timor Leste. Halaman 234.
BAGIAN III

DISINTEGRASI TIMOR LESTE

III.1. Pendahuluan

Kasus disintegrasi Timor Leste di tahun 1999 adalah test case pertama bagi
keutuhan dan integritas negara Indonesia di era reformasi. Pertikaian sengketa yang
terjadi antara pihak militer Indonesia dengan kelompok pro-kemerdekaan Timor Leste
dan tidak jarang menyeret pihak sipil menjadi korban. Ketika reformasi bergulir tahun
1998, perjuangan kelompok pro-kemerdekaan Timor Leste mendapatkan momentum
terbaiknya. Lemahnya stabilitas dan koordinasi politik nasional seiring kejatuhan
Soeharto dan naiknya sang pengganti (Habibie) yang pada kala itu sudah cukup
direpotkan dengan persoalan kolapsnya perekonomian nasional karena didera krisis
moneter semenjak tahun 1997.29

Pada awal tahun 1999 keluarlah opsi kedua dari PBB bagi Timor Leste untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi, opsi kedua tersebut adalah Indonesia melepaskan
status kedaulatannya atas Timor Leste. Jajak pendapat yang dilakukan masyarakat Timor
Leste memenangkan kelompok pro-kemerdekaan dengan presentase mutlak 78,5%. Maka
dengan demikian lahirlah negara termuda di dunia pada penghujung abad ke-20 yaitu
Republik Demokrasi Timor Leste.30

III.2. Latar Belakang Historis Lepasnya Timor Leste

Sebelum berintegrasi dengan Indonesia pada tahun 1976, Timor Leste merupakan
jajahan Portugal selama empat abad. “Revolusi Anyelir” atau “Revolusi Bunga” di
Portugal menyebabkan tergulingnya rezim Caetano pada tanggal 25 April 1974. 31
Revolusi ini digerakan oleh Movemanto Forcas Armadas atau MFA yang didirikan oleh

29
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 184.
30
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 185.
31
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 187.
sekitar 200 letnan dan kapten muda yang pernah berperang didaerah jajahan Portugal di
Afrika.32

Undang-undang yang disahkan pada bulan Juli 1975 menentukan pembentukan


pemerintahan transisi di Timor Leste. Setelahnya Timor Leste direncanakan akan
dimerdekakan sebelum Oktober 1978. Fretilin yang merupakan partai pro-kemerdekaan,
memproklamasikan kemerdekaan Timor Leste pada tanggal 28 November 1977.33 Atas
perubahan politik Indonesia dan desakan internasional, pemerintahan Habibie mengambil
terobosan untuk melakukan jajak pendapat yang akan menentukan masa depan Timor
Leste. Jajak pendapat yang menawarkan dua opsi tersebut diselenggarakan pada tanggal
30 Agustus 1999. Pada tanggal 4 September 1999 hasil jajak pendapat diumumkan.
Misili pro-integrasi yang kecewa dengan hasil jajak pendapat melakukan penyerangan
terhadap kelompok pro-kemerdekaan yang mengakibatkan ibukota Timor Leste yaitu Dili
rusak berat.34

III.3. Keterlibatan Aktor Eksternal dalam Lepasnya Timor Leste

III.3.1. Australia: Persahabatan yang Bersyarat Ekonomi

Sejarah mencatat, awalnya pemerintah Australia mendukung masuknya


Indonesia ke wilayah Timor Leste dengan syarat integrasi Indonesia tersebut
harus mendapatkan dukungan internasional.35 Pada tahun 1978 Australia
menjadi negara barat pertama yang memberi pengakuan secara de jure terhadap
penguasaan Indonesia atas Timor Leste. Minat Australia terhadap sumber daya
minyak dan gas bumi di Timor Leste dianggap sebagai salah satu alasan
mengapa Australia tetap “setia” dan gigih mendukung Indonesia. Sikap
Australia kepada Indonesia dalam isu Timor Leste Nampak fluktuatif
dikarenakan meskipun Autralia sangat mendukung masuknya Timor Leste ke
Indonesia tetapi sikap tersebut sangat kontradiktif dalam Majelis Umum PBB.36
32
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 188.
33
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 188.
34
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 191.
35
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 194.
36
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 195.
III.3.2. Amerika Serikat: Persahabatan yang Didasari Kepentingan Ideologi

Invansi Indonesia ke Timor Leste terjadi pada masa perang dingin yang
dimana Amerika Serikat dan Uni Soviet sedang gencar menyebarkan pengaruh
keseluruh penjuru dunia.37 Selama kunjungannya pada bulan Maret 1999,
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Madeleine Albright memberitahukan
kepada pejabat-pejabat Indonesia bahwa militer dan polisi memiliki tugas
untuk menjaga stabilitas tanpa melanggar HAM. Dalam keterangannya pada
tanggal 26 September, Albright mengutarakan keprihatinannya mengenai
laporan terpercaya bahwa rakyat Timor Leste dipaksa pindah ke tempat-tempat
lain di Indonesia. Menurut Albright, hubungan Indonesia dengan Amerika
Serikat tidak dapat “kembali normal” sebelum masalah di Timor Leste
teratasi.38

III.3.3. Portugal: Menebus Dosa Masa Lalu?

Portugal cukup aktif membela daerah bekas jajahanya. Setelah invasi


Indonesia ke Timor Leste, Libason langsung memutuskan hubungan
diplomatiknya dengan Jakarta. Dalam forum majelis PBB, Portugal selalu
menyelipkan agenda mengenai Timor Leste. Banyak pihak yang menaggapi
sinis “rengekan” Portugal yang seakan-akan berusaha menjadi pahlawan bagi
mantan wilayah jajahannya tersebut.39

Pada tanggal 30 September 1974, pemerintahan Spinola di Portugal


amruk dan digantikan oleh pemerintahan garis keras MFA dibawah
kepemimpinan Costa Gomes yang menginginkan proses dekolonialisasi
dilakukan sesegera mungkin. Setelah berbagai konflik yang terjadi di Portugal,
dikarenakan posisi Timor Leste dan Portugal yang berjauhan, hal ini
dimanfaatkan militer Indonesia untuk masuk kewilayah Timor Leste yang
sebenarnya dianggap menyalahi aturan Internasional dikarenakan wilayah
tersebut belum diakui sebagai bagian dari wilayah Indonesia.40 Masuknya

37
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 199.
38
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 203.
39
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 206.
40
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 208.
Indoensia ke Timor Leste ditanggapi Portugal dengan pemutusan hubungan
diplomatic sehari setelah Operasi Sejora dilaksanakan pada tanggal 7 Desember
1975.41

III.3.4. PBB: Bidan Kelahiran Timor Leste

Pada tanggal 22 Desember 1975, PBB meminta Indonesia untuk menarik


mundur pasukannya dari Timor Leste.42Pada tanggal 19 November 1976 Majelis
Umum PBB mengecam Indonesia untuk memberikan kebebasan masyarakat
Timor Leste untuk menentukan nasibnya sendiri. Pada sidang-sidang majelis
umum PBB, Indonesia gagal memenangkan dukungan internasional walaupun
jumlah suara yang mendukung Indonesia hampir menyamai jumlah suara yang
mengecam.43 Baru setelah naiknya Habibie yang menggantikan Soeharto,
perkembangan penyelesaian kasus Timor Leste mulai nampak dan akhirnya
Timor Leste berhasil mendapatkan kemerdekaanya dari Indonesia.44

41
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 211.
42
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 212.
43
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 213.
44
Syamsul Hadi, Andi Widjayanto, dkk. Halaman 215.
BAGIAN IV

PERISTIWA KELUARNYA PENDUDUK DARI TIMOR LESTE PASCA


JAJAK PENDAPAT 1999

IV.1. Pendahuluan

Timor Leste pada tahun 1999 genap berusia 23 tahun sebagai bagian dari
Indonesia. Terhitung sejak ditanda tanganinya UU No. 7 tahun 1976. Selama menjadi
bagian dari NKRI, daerah ini telah menarik masuknya banyak pendatang dari berbagai
daerah di Indonesia. Termasuk diantaranya adalah Kabupaten Pangkep. Namun setelah
diadakannya jajak Pendapat yang berakhir dengan kerusuhan, menyebabkan para
pendatang tak terkecuali orang-orang Pangkep memilih untuk kembali ke kampung
halamannya.45

IV.2. Keberangkatan dari Timor Leste

Lepasnya Timor Leste melalui pemungutan suara yang dimenangkan oleh mereka
yang menginginkan kemerdekaan ternyata diikuti oleh sebuah kerusuhan berdarah yang
besar disertai mengalirnya penduduk untuk menyelamatkan diri ke Timor Barat.
Mungkin inilah peristiwa migrasi terpaksa (Forced Migration) yang pernah terjadi secara
besar-besaran di Indonesia.46 Forced Migration rupanya menjadi sebuah gejala baru
akibat terjadinya konflik berdarah di berbagai tempat di Indonesia: di Kalimantan Barat,
Maluku, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Aceh, Papua, dan tentu saja Timor
Leste.47

Migrasi Terpaksa (Forced Migration) adalah kepindahan penduduk secara


terpaksa karena mereka tidak mempunyai pilihan yang lebih baik selain mencari tempat
baru untuk melangsungkan kehidupan. Eksodus pertama yang terdiri dari para pendatang

45
Jerwin, M. Rasyid Ridha, Ahmadin. Halaman 30.
46
Jerwin, M. Rasyid Ridha, Ahmadin. Halaman 30.
47
Jerwin, M. Rasyid Ridha, Ahmadin. Halaman 31.
pada umumnya memilih untuk kembali ke kampung halaman mereka pada saat atau
pasca terjadinya kerusuhan setelah pengumuman hasil Jajak Pendapat tahun 1999.
Eksodus kategori kedua adalah mereka para penduduk asli Timor Leste yang secara
terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya untuk mengungsi ke wilayah Indonesia karena
pertimbangan keamanan. Eksodus Timor Leste dari penduduk asli yang pro-kemerdekaan
telah kembali ke tanah air mereka yang saat ini bernama Timor Leste. Sementara mereka
yang masih setia kepada Indonesia (pro-integrasi) tetap bertahan di beberapa wilayah
Indonesia, terutama di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Eksodus dari kategori dua yang
berada di luar provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya disebabkan karena mereka
mengikuti daerah asal suami atau istri mereka. Proses kepulangan dari Timor Leste
menuju ke Kabupaten Pangkep pada umumnya menggunakan kapal laut. Baik dengan
biaya sendiri maupun yang mendapatkan bantuan dari pemerintah.48

IV.3. “Warisan” untuk Timor Leste

Perhatian pemerintah pusat yang begitu tinggi pada Timor Leste telah menarik
bagi para pendatang yang mengharapkan taraf perekonomian yang lebih baik. Sehingga
tidak mengherankan jika para pendatang di Timor Leste pada umumnya berorientasi
ekonomi. Orang Pangkep yang datang di Timor Leste memilih untuk bekerja sebagai
pedagang di pasar, mulai dari pedagang kecil-kecilan hingga bisa menjadi distributor.
Distributor barang di pasar-pasar tradisional Timor Leste memperoleh barang dari luar,
salah satu diantaranya adalah Kota Surabaya. Selain sebagai pedagang juga terdapat
pendatang dari Pangkep yang berprofesi sebagai PNS sambil membuka usaha lain, seperti
membuat rumah kontrakan dan membuka toko campuran. Target pasar para pemilik
rumah kontrakan adalah mereka para pendatang yang baru tiba di Timor Leste ataupun
pendatang lama yang belum memiliki tanah dan rumah sendiri. Para narasumber jajak
pendapat di Timor Leste sebenarnya berharap pasca dilaksanakannya jajak pendapat
tersebut, Timor Timor dapat kembaki kondusif.49

48
Jerwin, M. Rasyid Ridha, Ahmadin. Halaman 33.
49
Jerwin, M. Rasyid Ridha, Ahmadin. Halaman 35.
Permasalahan turunan yang kemudian muncul setelah terjadinya peristiwa
Eksodus besar-besaran pada tahun 1999 adalah perihal klaim kepemilikan aset milik
penduduk sipil, perusahaan swasta dan BUMN Indonesia yang dahulu pernah eksis di
Timor Leste. Total aset Indonesia yang berada di Timor Leste diperkirakan mencapai
ratusan miliar rupiah yang terdiri dari aset bergerak dan tidak bergerak. Aset tidak
bergerak yang ditinggalkan seperti gedung pemerintah, jalan dan jembatan, tanah, dan
infrastruktur lainnya. Sedangkan aset bergerak terdiri dari hewan dan kendaraan.
Registrasi aset-aset tersebut sampai saat ini masih terus dilakukan oleh Departemen
Dalam Negeri. Sedangkan untuk aset-aset BUMN didaftar oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas). Data yang tersaji pada sumber diatas, menunjukkan
secara umum aset-aset Indonesia yang saat ini telah “diwariskan” untuk Timor Leste.
Hingga saat ini proses negosiasi dengan pemerintah Timor Leste masih terus diupayakan
untuk mendapatkan ganti rugi terhadap aset-aset tersebut.50

50
Jerwin, M. Rasyid Ridha, Ahmadin. Halaman 36.

Anda mungkin juga menyukai