Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH
INTEGRASI TIMOR TIMUR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4:
BONADEA VISAKHA
DIAN NURUL FADILA
HENNY SAPUTRI
IWAN SETIAWAN
LINA
PUTRI THALIA MARIA
TIFANNY
VENUXANDER CAYADI

PAKET KEAHLIAN AKUNTANSI

PROGRAM KEAHLIAN KEUANGAN

BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) KARTINI BATAM

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih  lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
      Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada  Bu Yayuk
Kurniawati selaku guru Sejarah Indonesia  serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan  dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal kelengkapan serta pengkonsolidasian  kepada guru serta teman-
teman sekalian, yang kadangkala hanya  menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar
harapan kami jika ada kritik dan saran  yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah-makalah kami dilain waktu.   
 Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini bisa bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini (Proses Integrasi Timor timur) sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.

Batam, 05 Januari 2017

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………............................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Integrasi Timor timur................................................. 2

B Proses Integrasi Timor timur ................................................................3

C. Hubungan Indo-Australia Masa Integrasi Timor Timur........................6

........D. Upaya dalam integrasi timor timur.......................................................6

BAB 3 PENUTUPAN

A. Kesimpulan ......................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 11

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

Timor Timur merupakan sebuah wilayah bekas koloni portugis yang dianeksasi oleh


militer Indonesia menjadi sebuah provinsi yang pernah menjadi
bagian Indonesia antara 17 Juli 1976 sampai 19 Oktober 1999. Kala itu provinsi ini
merupakan provinsi Indonesia yang ke-27. Timor Timur berintegrasi dengan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah dijajah selama 450 tahun oleh
Portugal. Wilayah provinsi ini meliputi bagian timur pulau Timor, pulau Kambing atau
Atauro, pulau Jaco dan sebuah eksklave diTimor Barat yang dikelilingi oleh
provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir
Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah
Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang
terjadi perang saudara, maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara
Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau
Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro. Setelah itu FRETILIN menurunkan
bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik
Timor Leste pada tanggal 28 November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari
PBB, selama berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di
Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan
pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya wanita dan
anak2 karena para suami mereka adalah pendukung faksi integrasi dengan
Indonesia). Berdasarkan itulah, kelompok pro-integrasi kemudian mendeklarasikan
integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta
dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN
yang berhaluan Komunis.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Integrasi Timor Timur Ke Indonesia

Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal


dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak
mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan
bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi perang saudara, maka
Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang sedang
bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau Kambing atau dikenal
dengan Pulau Atauro. Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal
dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste
pada tanggal 28 November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari PBB,
selama berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di
Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin
melakukan pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian
besarnya adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia). Dalam sebuah
wawancara pada tanggal 5 April 1977 dengan Sydney Morning Herald,
Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik mengatakan bahwa "jumlah
korban tewas berjumlah 50.000 orang atau mungkin 80.000". Tak lama
kemudian, kelompok pro-integrasi mendeklarasikan integrasi dengan
Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan
Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang
berhaluan Komunis.

Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember


1975,FRETILIN didampingi dengan ribuan rakyat mengungsi ke daerah
pegunungan untuk untuk melawan tentara Indonesia. Lebih dari 200.000
orang dari penduduk ini kemudian mati di hutan karena pemboman dari udara
oleh militer Indonesia serta ada yang mati karena penyakit dan kelaparan.
Banyak juga yang mati di kota setelah menyerahkan diri ke tentara Indonesia,
namun Tim Palang Merah International yang menangani orang-orang ini tidak
mampu menyelamatkan semuanya.Selain terjadinya korban penduduk sipil di
hutan, terjadi juga pembantaian oleh kelompok radikal FRETILIN di hutan
terhadap kelompok yang lebih moderat. Sehingga banyak juga tokoh-tokoh
FRETILIN yang dibunuh oleh sesama FRETILIN selama di Hutan. Semua
cerita ini dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti Francisco Xavier do
Amaral, Presiden Pertama Timor Lesta yang mendeklarasikan kemerdekaan
Timor Leste pada tahun 1975. Seandainya Jenderal Wiranto (pada waktu itu
Letnan) tidak menyelamatkan Xavier di lubang tempat dia dipenjarakan oleh
FRETILIN di hutan, maka mungkin Xavier tidak bisa lagi jadi Ketua
Partai ASDT di Timor Leste Sekarang.
2
Selain Xavier, ada juga komandan sektor FRETILIN bernama Aquiles yang
dinyatakan hilang di hutan (kemungkinan besar dibunuh oleh kelompok
radikal FRETILIN). Istri komandan Aquilis sekarang ada di Baucau dan masih
terus menanyakan kepada para komandan FRETILIN lain yang memegang
kendali di sektor Timur pada waktu itu tentang keberadaan suaminya.Selama
perang saudara di Timor Leste dalam kurun waktu 3 bulan (September-
November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama 24 tahun (1975-
1999), lebih dari 200.000 orang dinyatakan meninggal (60.000 orang secara
resmi mati di tangan FRETILN menurut laporan resmi PBB). Selebihnya mati
ditangan Indonesia saat dan sesudah invasi dan adapula yang mati kelaparan
atau penyakit. Hasil CAVRmenyatakan 183.000 mati di tangan tentara
Indonesia karena keracunan bahan kimia dari bom-bom napalm, serta mortir-
mortir.Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia tahun1976 sebagai provinsi
ke-27 setelah gubernur jendral Timor Portugis terakhir Mario Lemos Pires
melarikan diri dari Dili setelah tidak mampu menguasai keadaan pada saat
terjadi perang saudara. Portugal juga gagal dalam proses dekolonisasi di
Timor Portugis dan selalu mengklaim Timor Portugis sebagai wilayahnya
walaupun meninggalkannya dan tidak pernah diurus dengan baik.

B. Proses Integrasi Timor Timur ke Indonesia.

Integrasi wilayah Timor Timur ke Indonesia tidak serta merta terjadi begitu
saja. Proses yang cukup lama dilalui rakyat Timor Timur yang memiliki
kehendak tinggi untuk bersatu dengan Indonesia. Pun hal yang sama
dirasakan pemerintah Indonesia dalam rangka membantu tercapainya
kehendak rakyat Timor Timur tersebut. Proses penyatuan atau integrasi ini
penulis uraikan sebagai berikut :

 Proses Pra-Integrasi
1. Titik awal proses penyatuan integrasi bermula saat Portugis yang
menduduki wilayah Timor Timur menerapkan kebijakan dekolonisasi
Portugis tahun 1974 pada wilayah koloninya. Sejak saat itu, rakyat Timor
Timur mulai mendirikan partai-partai guna merancang kemerdekaannya.
2. Timor Timur yang mulai banyak mendirikan partai ini kemudian ‘terjebak’
dalam perang saudara karena perbedaan pendapat yang sangat
mencolok dan tidak kunjung menemui titik terang. Perbedaan pendapat ini
terjadi diantara 3 partai terbesar, yakni Fretilin, UDT, dan Apodeti.
3. Perang saudara yang melibatkan 3 partai terbesar pada pertengahan
1975 tersebut memunculkan 2 aliansi, Fretilin dengan UDT melawan
Apodeti. Akan tetapi, koalisi antara Fretilin dengan UDT ini tidak
berlangsung lama, karena pada 27 Mei 1975 UDT mengumumkan keluar
dari koalisi.
4. Alasan UDT keluar dari koalisinya dengan Fretilin disebabkan karena
perbedaan paham. Selanjutnya, UDT bergabung dengan Apodeti dan

3
berjuang untuk kemerdekaan Timor Timur dan juga hubungan dengan
Indonesia.
5. Ketakutan akan menyebarnya paham komunis di Timor Timur tidak hanya
dicemaskan oleh UDT dan Apodeti, tapi juga Indonesia. Setelah
pertemuan beberapa wakil UDT ke Jakarta dengan Letjen Ali Murtopo,
diketahui bahwa Fretilin adalah partai komunis. Mengetahui fakta tersebut,
Ali Murtopo mewanti-wanti wakil-wakil dari UDT tersebut untuk terus
waspada dengan pergerakan Fretilin.
6. Kemudian, pada tanggal 11 Agustus 1975 UDT melakukan kudeta dan
berhasil menguasai titik-titik penting pemerintahan dan memukul mundur
Fretilin ke pedalaman. UDT juga melakukan serangkaian demonstrasi
anti-komunis. Di lain pihak, setelah dipukul mundur oleh UDT, Fretilin
meminta bantuan militer dari Portugal yang juga merupakan anggota
NATO. Praktis di kemudiaannya, Fretilin lebih unggul.
7. Melihat kekuatan Fretilin disokong oleh Portugal, pada 20-27 Agustus
1975, UDT akhirnya bergabung dengan Apodeti untuk melawan serangan
Fretilin.
8. Serangan demi serangan yang dilancarkan Fretilin memaksa para
pemimpin dari UDT dan Apodeti untuk mengadakan keputusan demi
rakyat Timor Timur yang semakin menderita akibat perang saudara
tersebut.
9. Setelah berunding, akhirnya pada 7 Desember 1975, UDT dan Apodeti
mengumumkan proklamasi kemerdekaan di Balibo yang menyatakan
bahwa Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia.

 Proses Integrasi
1. Setelah UDT dan Apodeti, —yang merupakan suara mayoritas rakyat
Timor Timur— menyatakan bergabung dengan Indonesia, dibentuklah
suatu pemerintahan sementara pada 18 Desember 1975 diatas kapal
perang di pelabuhan Dili. Tujuan didirikannya PSTT adalah untuk
menjamin terselenggaranya tertib pemerintahan, tertib administrasi, tertib
hukum, dan keamanan. PSTT didirikan atas dasar kebulatan tekad rakyat
Timor-Timur. (Juli Suroso : hal 71)
2. Kemudian, Secara serentak proklamasi pembentukan PSTT diumumkan
di New York dan di Dili. Teks proklamasi tersebut antara lain disampaikan
kepada Presiden RI, Sekretaris Jendral PBB, Dewan Keamanan PBB, dan
perwakilan Negara-negara sahabat. Dengan keputusan no. 2/PS/TT/1975,
tertanggal 18 September 1975, telah disahkan personalia PSTT, yaitu :
 Gubernur                         : Arnaldo dos Reis Araujo (Apodeti)
 Wakil Gubernur                 : Lopez da Cruz (UDT)
 Kepala Dewan Pertimbangan : G. Gomsaves (Apodeti)
 Kepala Staf Ahli : Ir. Carrascalao (UDT)
 Kepala Sekretariat : Jeka (Apodeti)
3. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh PSTT adalah membentuk
majelis rakyat yang mengesahkan petisi gabungan dengan RI. Para
pemimpin PSTT menganggap bahwa penyelesaian dekolonisasi akan
lebih efektif melalui majelis rakyat daripada referendum. Referendum

4
dengan satu orang satu suara akan banyak menghadapi kesulitan karena
kecerdasan rakyat yang rendah, dan komunikasi yang tidak lancar.
Sebagai hasil kerja PSTT dan dewan musyawarah Timor Timur adalah
lahirnya undang-undang no. 1/AD. 1976 tentang pembentukan dewan-
dewan perwakilan rakyat daerah dan dewan perwakilan rakyat wilayah
(regional) yang berlaku sejak tanggal 2 April 1976. DPRD akan dibentuk di
13 daerah administrative, sedangkan DPR wilayah (regional) adalah hasil
penyempurnaan dari dewan musyawarah. Dalam UU tersebut disebutkan
bahwa badan-badan perwakilan tersebut harus selesai pada awal Mei
1976. Setiap DPRD untuk masing-masing daerah administrative terdiri dari
15-20 orang anggota, seimbang dengan jumlah penduduk setempat.
Nasib dan masa depan rakyat Timor Timur ada di tangan mereka dan
dilaksanakan sesuai prinsip demokrasi.

 Proses Pasca-Integrasi

Pasca integrasi, bisa dikatakan pemerintahan Timor Timur cukup stabil.


Pembentukan PSTT dan DPR Timor Timur memberikan ruang yang luas
bagi rakyat Timor Timur untuk menentukan nasib mereka.

Kemudian, 13 daerah administrative dalam DPR tersebut mengadakan


rapat besar di Dili. Rapat besar ini diselenggarakan untuk memahami apa
yang sebenarnya dikehendaki oleh rakyat Timor Timur. Adapun hasil dari
rapat tersebut adalah dikeluarkannya petisi yang ditujukan pada
pemerintah Indonesia, tentang keinginan rakyat Timor Timur untuk
bergabung dengan Indonesia. Petisi tersebut disampaikan pada
pemerintah Indonesia tanggal 16 Juli 1976.

Sebagai tindak lanjut dari petisi tersebut, dibentuklah delegasi untuk


mengetahui secara langsung keinginan rakyat Timor Timur. Berdasarkan
laporan ketua delegasi pada sidang cabinet paripurna RI tanggal 29 Juni
1976, telah diketahui bahwa rakyat Timor Timur memang menginginkan
untuk bergabung dengan Indonesia. Pemerintah RI kemudian melakukan
tindakan untuk mengajukan RUU kepada DPR RI tentang integrasi Timor
Timur menjadi propinsi ke-27 Indonesia.

Akhirnya, RUU tersebut disahkan oleh DPR tanggal 17 Juli 1976. RUU
tersebut pun berubah menjadi UU no. 7 tahun 1976. MPR juga
menetapkan Timor Timur sebagai propinsi ke-27 RI dengan
dikeluarkannya TAP MPR no. VI/MPR/1978. Setelah itu, tanggal 3
Agustus 1976 Menteri Dalam Negeri Amir Machmud, di gedung DPRD
tingkat 1 Timor Timur melantik gubernur dan wakil gubernur Timor Timur
masing-masing Arnaldo dos Reis Araujo dan Fransisco Lopez da Cruz,
dan juga pelantikan ketua dan wakil ketua DPRD tingkat 1 Timor Timur
masing-masing Guilherme Gom Salvez dan Gaspar Correa da Silva
Nunes.

C. Hubungan Indonesia-Australia Pada Masa Integrasi Timor Timur

5
Indonesia sudah menjalin hubungan dari sejak zaman pra-sejarah dengan
Australia. Hal ini disebabkan karena letak geografis kedua Negara yang
berdekatan. Hubungan politik luar negeri yang telah terjalin sejak lama ini
juga terus berlanjut sampai sekarang, walaupun memang pada kenyataannya
sering terjadi pasang-surut.

Pada masa integrasi Timor Timur, hubungan Indonesia-Australia juga tidak


bisa dibilang selalu berjalan mulus. Berikut akan penulis uraikan bentuk
hubungan politik Indonesia dengan Australia pada masa tersebut, antara lain :

1. Pada masa kudeta tanggal 20-27 Agustus 1975, program dekolonisasi Timor
Timur berantakan karena sejumlah anggota penting dari masing-masing
kelompok melarikan diri ke Australia.
2. Operasi militer pada bulan Oktober 1975 di daerah Balibo menewaskan 5
orang wartawan asing dari Australia. Hal ini menyebabkan kemarahan dari
pihak pemerintah Australia, sebab diduga wartawan-wartawan asing tersebut
sengaja dibunuh untuk ‘menghilangkan jejak’ operasi militer tersebut agar
tidak sampai ke pihak internasional.
3. Akan tetapi, setelah mengetahui maksud sebenarnya, Australia berbalik
kembali mendukung tindakan Indonesia untuk melakukan gerakan infiltrasi di
Timor Timur.
4. Pasca integrasi, tepatnya tahun 1979, pihak Australia mengakui kedaulatan
Indonesia atas Timor Timur secara de jure.
5. Selain itu, pada masa rehabilitasi Timor Timur pasca integrasi, Indonesia
mengadakan kerjasama dengan Timor Timur, kerjasama tersebut tertuang
dalam Perjanjian Celah Timor yang ditandatangani tahin 1989. Isi perjanjian
yakni tentang pemanfaatan bersama minyak/gas alam di Laut Timor pada
perbatasan Timor Timur dan Australia.

D. Upaya yang di lakukan indonesia dalam integrasi timor timur

Operasi Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai


pada tanggal 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur karena
adanya desakan Amerika Serikatdan Australia yang menginginkan
agar Fretilin yang berpaham komunisme tidak berkuasa di Timor Timur. Selain
itu, serbuan Indonesia ke Timor Timur juga karena adanya kehendak dari
sebagian rakyat Timor Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan
etnik dan sejarah.

Angkatan Darat Indonesia mulai menyebrangi perbatasandekat Atambua tanggal


17 Desember 1975 yang menandai awal Operasi Seroja. Sebelumnya, pesawat-
pesawat Angkatan Udara RI sudah kerap menyatroni wilayah Timor Timur dan
artileri Indonesia sudah sering menyapu wilayah Timor Timur. Kontak langsung
pasukan Infantri dengan Fretilin pertama kali terjadi di Suai, 27 Desember 1975.
Pertempuran terdahsyat terjadi di Baucau pada 18-29 September 1976.
Walaupun TNI telah berhasil memasuki Dili pada awal Februari 1976, namun
banyak pertempuran-pertempuran kecil maupun besar yang terjadi di seluruh
pelosok Timor Timur antara Fretilin melawan pasukan TNI. Dalam pertempuran

6
terakhir di Lospalos 1978, Fretilin mengalami kekalahan telak dan 3.000
pasukannya menyerah setelah dikepung oleh TNI berhari-hari. Operasi Seroja
berakhir sepenuhnya pada tahun 1978 dengan hasil kekalahan Fretilin dan
pengintegrasian Timor Timur ke dalam wilayah NKRI. Selama operasi ini
berlangsung, arus pengungsian warga Timor Timur ke wilayah Indonesia
mencapai angka 100.000 orang. Korban berjatuhan dari pihak militer dan sipil.
Warga sipil banyak digunakan sebagai tameng hidup oleh Fretilin sehingga
korban yang berjatuhan dari sipil pun cukup banyak. Pihak Indonesia juga
dituding sering melakukan pembantaian pada anggota Fretilin yang tertangkap
selama Operasi Seroja berlangsung.

Hanya sekitar tujuh jam, Minggu 7 Desember 1975, Kota Dili dikuasai lewat
operasi lintas udara (Linud) terbesar dalam sejarah ABRI. Grup-1 Kopassandha
dan Brigade-18/Linud Kostrad yang sebagian besar dari Batalion-502/Raiders
Jawa Timur itu, diterjunkan dari sembilan pesawat angkut C-130B Hercules TNI
AU.

Menjelang jam 05.00 WITA, BTP-5 (Batalion Tim Pendarat)/Infanteri Marinir,


mengendap-endap di pantai Kampung Alor. Dengan dukungan tembakan kanon
kapal perang TNI AL, BTP-5 mengawali rencana besar operasi perebutan Kota
Dili, 7 Desember 1975. Operasi ini merupakan kelanjutan “Operasi Komodo”
yang digelar Bakin awal 1975, untuk mengantisipasi makin keruhnya peta politik
di Timor Loro Sae (Timor Negeri Matahari Terbit).

Euphoria politik yang berkepanjangan ini, memaksa Indonesia meningkatkan


operasi menjadi operasi Sandhi Yudha (combat inteligence) terbatas dengan
sandi “Operasi Flamboyan”. Operasi yang dipimpin Kolonel Dading Kalbuadi
dengan inti pasukan pemukul operasi Grup-1 Para Komando/Kopassandha yang
menempatkan Detasemen Tempur-2 (Denpur) di perbatasan sejak Oktober 1975
inilah, yang kemudian berubah ujud menjadi “Operasi Seroja”.

Perebutan Dili yang didahului operasi ampibi ini, diputuskan Menhankam/Pangab


Jenderal TNI M Panggabean, 4 Desember di Kupang. Operasinya sendiri
dilakukan melalui pertimbangan dan analisa lapangan setelah melihat
pergerakan pasukan Fretilin. Bukan sepihak, ketegasan sikap Indonesia juga
didasari keinginan rakyat Timor Portugal berintegrasi dengan Indonesia. Sikap
yang diwakili empat partai Apodeti (Associacao Popular Democratica de Timor),
UDT (Uniao Democratica de Timorense), KOTA (Klibur Oan Timor Aswain), dan
Trabalista itu dikenal dengan Deklarasi Balibo, 30 Nopember 1975. Sikap yang
sekaligus menandingi deklarasi berdirinya Republik Demokrasi Timor Timur
secara sepihak oleh partai Fretilin (Fronte Revolucionaria de Timor Leste
Independente), dua hari sebelumnya.

7
Sebelum perebutan Dili, Fretilin sudah terlibat baku tembak dengan pasukan ABRI
dalam perebutan Benteng Batugade (7 Oktober). Alasan berikutnya, meningkatnya
pelanggaran perbatasan diselingi perampokkan ternak oleh Fretilin di Kabupaten
Belu, Nusa Tenggara Timur. Pelanggaran yang meningkat sejak Juni 1975 itu,
sering tertangkap basah oleh ABRI hingga menimbulkan tembak-menembak.
Korban mulai berjatuhan.

Lebih seru lagi, sejak 1 Oktober, Komando Tugas Gabungan (Kogasgab) Operasi
Seroja mendeteksi keberadaan dua kapal perang kelas frigat AL Portugal di sekitar
Timor. Celakanya, 7 Desember pagi, kedua kapal tersebut justru merapat di lepas
pantai Dili. “Mereka buang jangkar lebih dekat ke pulau Atauro, karena di sana
bercokol pemerintahan pelarian Portugal dari Timor,” kata Hendro Subroto,
wartawan TVRI yang meliput saat itu. Entah kebetulan, di selat yang memisahkan
pulau Atauro dan pulau Alor ini, tiga formasi arrow Hercules satu formasi tiga
pesawat akan membuat manuver abeam (posisi pesawat 90 derajat terhadap suatu
check point di sisi kiri atau kanan pesawat).

Menjelang berakhirnya tanggal 6 Desember 1975, di Lanud Iswahyudi, Madiun,


Jawa Timur, di luar kebiasaan, ratusan pasukan berperalatan lengkap berseliweran.
Sebagian menyandang parasut T-10 buatan Amerika, separuh lagi senapan serbu
AK-47 buatan Soviet. Di apron, sembilan pesawat angkut berat C-130B Hercules
Skadron 31, siap terbang. Beberapa air crew menyempatkan melakukan
pemeriksaan akhir sebelum mengudara.

Untuk mempertahankan pendadakan, tentu tidak sekadar mengandalkan


pemahaman topografi. Serangan udara juga berperan. Perebutan Irian Barat
memperoleh keunggulan di udara, karena didukung pesawat tempur. Sebaliknya,
untuk Dili, bantuan tembakan udara (BTU) justru masalah. Ini disebabkan seluruh
pesawat P-51 Mustang Skadron 3/Tempur Taktis dinyatakan grounded, setelah
kecelakaan beruntun menewaskan, diantaranya, Mayor Pnb Sriyono. Sedangkan
pesawat latih lanjut T-33 T-Bird (versi militernya Shooting Star) dan F-86 Sabre
bantuan Australia, belum dipersenjatai. Dari tujuh bomber B-26 Invader Skadron
2/Pembom Taktis, hanya dua yang serviceable. Penerbang pesawat peninggalan
PD II inipun, hanya dua orang yang masih berkualifikasi. Yaitu Letkol Pnb Danendra
(Danlanud Penfui) dan Mayor Pnb Soemarsono, yang ditarik kembali dari Pelita Air
Service.

Pentingnya BTU sangat disadari Amerika ketika di palagan Vietnam. Tidak heran
kemudian, Jenderal USAF John P McConnel mengusulkan modifikasi C-47 menjadi
gunship untuk mendukung bantuan tembakan udara. Dakota itu kemudian populer

8
dengan sebutan Gooney Bird. Sebutannya pun diganti menjadi AC-47 mulanya FC-
47. Pesawat yang dilengkapi tiga senapan mesin kaliber 7,62 mm di sisi, selama
perang Vietnam digunakan USAF sebanyak 20 pesawat di samping AC-130 Spectre
Gunship.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor


Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di
Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang
terjadi perang saudara, maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik
tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi
ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro. Setelah
itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor
Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November
1975. Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil
(sebagian besarnya adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia).

Indonesia menggunakan satu operasi yang di kenal dengan Operasi


Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai pada
tanggal 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur karena
adanya desakan Amerika Serikat dan Australia yang menginginkan
agar Fretilin yang berpaham komunisme tidak berkuasa di Timor Timur.
Selain itu, serbuan Indonesia ke Timor Timur juga karena adanya kehendak
dari sebagian rakyat Timor Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia atas
alasan etnik dan sejarah.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://risdata.wordpress.com/2014/08/15/integrasi-timor-timur-ke-indonesia-dan-
.....hubungannya-dengan-australia-tugas-kelompok-mata-kuliah-sejarah-
australia-.....oceania-copyright-by-8th-group/

http://adisanjaya5.blogspot.co.id/2012/06/makalah-inegrasi-timur-timor-ke.html

11

Anda mungkin juga menyukai