SEJARAH
INTEGRASI TIMOR TIMUR
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4:
BONADEA VISAKHA
DIAN NURUL FADILA
HENNY SAPUTRI
IWAN SETIAWAN
LINA
PUTRI THALIA MARIA
TIFANNY
VENUXANDER CAYADI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Bu Yayuk
Kurniawati selaku guru Sejarah Indonesia serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal kelengkapan serta pengkonsolidasian kepada guru serta teman-
teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar
harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah-makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini bisa bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini (Proses Integrasi Timor timur) sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUPAN
A. Kesimpulan ......................................................................... 10
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir
Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah
Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang
terjadi perang saudara, maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara
Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau
Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro. Setelah itu FRETILIN menurunkan
bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik
Timor Leste pada tanggal 28 November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari
PBB, selama berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di
Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan
pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya wanita dan
anak2 karena para suami mereka adalah pendukung faksi integrasi dengan
Indonesia). Berdasarkan itulah, kelompok pro-integrasi kemudian mendeklarasikan
integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta
dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN
yang berhaluan Komunis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Integrasi wilayah Timor Timur ke Indonesia tidak serta merta terjadi begitu
saja. Proses yang cukup lama dilalui rakyat Timor Timur yang memiliki
kehendak tinggi untuk bersatu dengan Indonesia. Pun hal yang sama
dirasakan pemerintah Indonesia dalam rangka membantu tercapainya
kehendak rakyat Timor Timur tersebut. Proses penyatuan atau integrasi ini
penulis uraikan sebagai berikut :
Proses Pra-Integrasi
1. Titik awal proses penyatuan integrasi bermula saat Portugis yang
menduduki wilayah Timor Timur menerapkan kebijakan dekolonisasi
Portugis tahun 1974 pada wilayah koloninya. Sejak saat itu, rakyat Timor
Timur mulai mendirikan partai-partai guna merancang kemerdekaannya.
2. Timor Timur yang mulai banyak mendirikan partai ini kemudian ‘terjebak’
dalam perang saudara karena perbedaan pendapat yang sangat
mencolok dan tidak kunjung menemui titik terang. Perbedaan pendapat ini
terjadi diantara 3 partai terbesar, yakni Fretilin, UDT, dan Apodeti.
3. Perang saudara yang melibatkan 3 partai terbesar pada pertengahan
1975 tersebut memunculkan 2 aliansi, Fretilin dengan UDT melawan
Apodeti. Akan tetapi, koalisi antara Fretilin dengan UDT ini tidak
berlangsung lama, karena pada 27 Mei 1975 UDT mengumumkan keluar
dari koalisi.
4. Alasan UDT keluar dari koalisinya dengan Fretilin disebabkan karena
perbedaan paham. Selanjutnya, UDT bergabung dengan Apodeti dan
3
berjuang untuk kemerdekaan Timor Timur dan juga hubungan dengan
Indonesia.
5. Ketakutan akan menyebarnya paham komunis di Timor Timur tidak hanya
dicemaskan oleh UDT dan Apodeti, tapi juga Indonesia. Setelah
pertemuan beberapa wakil UDT ke Jakarta dengan Letjen Ali Murtopo,
diketahui bahwa Fretilin adalah partai komunis. Mengetahui fakta tersebut,
Ali Murtopo mewanti-wanti wakil-wakil dari UDT tersebut untuk terus
waspada dengan pergerakan Fretilin.
6. Kemudian, pada tanggal 11 Agustus 1975 UDT melakukan kudeta dan
berhasil menguasai titik-titik penting pemerintahan dan memukul mundur
Fretilin ke pedalaman. UDT juga melakukan serangkaian demonstrasi
anti-komunis. Di lain pihak, setelah dipukul mundur oleh UDT, Fretilin
meminta bantuan militer dari Portugal yang juga merupakan anggota
NATO. Praktis di kemudiaannya, Fretilin lebih unggul.
7. Melihat kekuatan Fretilin disokong oleh Portugal, pada 20-27 Agustus
1975, UDT akhirnya bergabung dengan Apodeti untuk melawan serangan
Fretilin.
8. Serangan demi serangan yang dilancarkan Fretilin memaksa para
pemimpin dari UDT dan Apodeti untuk mengadakan keputusan demi
rakyat Timor Timur yang semakin menderita akibat perang saudara
tersebut.
9. Setelah berunding, akhirnya pada 7 Desember 1975, UDT dan Apodeti
mengumumkan proklamasi kemerdekaan di Balibo yang menyatakan
bahwa Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia.
Proses Integrasi
1. Setelah UDT dan Apodeti, —yang merupakan suara mayoritas rakyat
Timor Timur— menyatakan bergabung dengan Indonesia, dibentuklah
suatu pemerintahan sementara pada 18 Desember 1975 diatas kapal
perang di pelabuhan Dili. Tujuan didirikannya PSTT adalah untuk
menjamin terselenggaranya tertib pemerintahan, tertib administrasi, tertib
hukum, dan keamanan. PSTT didirikan atas dasar kebulatan tekad rakyat
Timor-Timur. (Juli Suroso : hal 71)
2. Kemudian, Secara serentak proklamasi pembentukan PSTT diumumkan
di New York dan di Dili. Teks proklamasi tersebut antara lain disampaikan
kepada Presiden RI, Sekretaris Jendral PBB, Dewan Keamanan PBB, dan
perwakilan Negara-negara sahabat. Dengan keputusan no. 2/PS/TT/1975,
tertanggal 18 September 1975, telah disahkan personalia PSTT, yaitu :
Gubernur : Arnaldo dos Reis Araujo (Apodeti)
Wakil Gubernur : Lopez da Cruz (UDT)
Kepala Dewan Pertimbangan : G. Gomsaves (Apodeti)
Kepala Staf Ahli : Ir. Carrascalao (UDT)
Kepala Sekretariat : Jeka (Apodeti)
3. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh PSTT adalah membentuk
majelis rakyat yang mengesahkan petisi gabungan dengan RI. Para
pemimpin PSTT menganggap bahwa penyelesaian dekolonisasi akan
lebih efektif melalui majelis rakyat daripada referendum. Referendum
4
dengan satu orang satu suara akan banyak menghadapi kesulitan karena
kecerdasan rakyat yang rendah, dan komunikasi yang tidak lancar.
Sebagai hasil kerja PSTT dan dewan musyawarah Timor Timur adalah
lahirnya undang-undang no. 1/AD. 1976 tentang pembentukan dewan-
dewan perwakilan rakyat daerah dan dewan perwakilan rakyat wilayah
(regional) yang berlaku sejak tanggal 2 April 1976. DPRD akan dibentuk di
13 daerah administrative, sedangkan DPR wilayah (regional) adalah hasil
penyempurnaan dari dewan musyawarah. Dalam UU tersebut disebutkan
bahwa badan-badan perwakilan tersebut harus selesai pada awal Mei
1976. Setiap DPRD untuk masing-masing daerah administrative terdiri dari
15-20 orang anggota, seimbang dengan jumlah penduduk setempat.
Nasib dan masa depan rakyat Timor Timur ada di tangan mereka dan
dilaksanakan sesuai prinsip demokrasi.
Proses Pasca-Integrasi
Akhirnya, RUU tersebut disahkan oleh DPR tanggal 17 Juli 1976. RUU
tersebut pun berubah menjadi UU no. 7 tahun 1976. MPR juga
menetapkan Timor Timur sebagai propinsi ke-27 RI dengan
dikeluarkannya TAP MPR no. VI/MPR/1978. Setelah itu, tanggal 3
Agustus 1976 Menteri Dalam Negeri Amir Machmud, di gedung DPRD
tingkat 1 Timor Timur melantik gubernur dan wakil gubernur Timor Timur
masing-masing Arnaldo dos Reis Araujo dan Fransisco Lopez da Cruz,
dan juga pelantikan ketua dan wakil ketua DPRD tingkat 1 Timor Timur
masing-masing Guilherme Gom Salvez dan Gaspar Correa da Silva
Nunes.
5
Indonesia sudah menjalin hubungan dari sejak zaman pra-sejarah dengan
Australia. Hal ini disebabkan karena letak geografis kedua Negara yang
berdekatan. Hubungan politik luar negeri yang telah terjalin sejak lama ini
juga terus berlanjut sampai sekarang, walaupun memang pada kenyataannya
sering terjadi pasang-surut.
1. Pada masa kudeta tanggal 20-27 Agustus 1975, program dekolonisasi Timor
Timur berantakan karena sejumlah anggota penting dari masing-masing
kelompok melarikan diri ke Australia.
2. Operasi militer pada bulan Oktober 1975 di daerah Balibo menewaskan 5
orang wartawan asing dari Australia. Hal ini menyebabkan kemarahan dari
pihak pemerintah Australia, sebab diduga wartawan-wartawan asing tersebut
sengaja dibunuh untuk ‘menghilangkan jejak’ operasi militer tersebut agar
tidak sampai ke pihak internasional.
3. Akan tetapi, setelah mengetahui maksud sebenarnya, Australia berbalik
kembali mendukung tindakan Indonesia untuk melakukan gerakan infiltrasi di
Timor Timur.
4. Pasca integrasi, tepatnya tahun 1979, pihak Australia mengakui kedaulatan
Indonesia atas Timor Timur secara de jure.
5. Selain itu, pada masa rehabilitasi Timor Timur pasca integrasi, Indonesia
mengadakan kerjasama dengan Timor Timur, kerjasama tersebut tertuang
dalam Perjanjian Celah Timor yang ditandatangani tahin 1989. Isi perjanjian
yakni tentang pemanfaatan bersama minyak/gas alam di Laut Timor pada
perbatasan Timor Timur dan Australia.
6
terakhir di Lospalos 1978, Fretilin mengalami kekalahan telak dan 3.000
pasukannya menyerah setelah dikepung oleh TNI berhari-hari. Operasi Seroja
berakhir sepenuhnya pada tahun 1978 dengan hasil kekalahan Fretilin dan
pengintegrasian Timor Timur ke dalam wilayah NKRI. Selama operasi ini
berlangsung, arus pengungsian warga Timor Timur ke wilayah Indonesia
mencapai angka 100.000 orang. Korban berjatuhan dari pihak militer dan sipil.
Warga sipil banyak digunakan sebagai tameng hidup oleh Fretilin sehingga
korban yang berjatuhan dari sipil pun cukup banyak. Pihak Indonesia juga
dituding sering melakukan pembantaian pada anggota Fretilin yang tertangkap
selama Operasi Seroja berlangsung.
Hanya sekitar tujuh jam, Minggu 7 Desember 1975, Kota Dili dikuasai lewat
operasi lintas udara (Linud) terbesar dalam sejarah ABRI. Grup-1 Kopassandha
dan Brigade-18/Linud Kostrad yang sebagian besar dari Batalion-502/Raiders
Jawa Timur itu, diterjunkan dari sembilan pesawat angkut C-130B Hercules TNI
AU.
7
Sebelum perebutan Dili, Fretilin sudah terlibat baku tembak dengan pasukan ABRI
dalam perebutan Benteng Batugade (7 Oktober). Alasan berikutnya, meningkatnya
pelanggaran perbatasan diselingi perampokkan ternak oleh Fretilin di Kabupaten
Belu, Nusa Tenggara Timur. Pelanggaran yang meningkat sejak Juni 1975 itu,
sering tertangkap basah oleh ABRI hingga menimbulkan tembak-menembak.
Korban mulai berjatuhan.
Lebih seru lagi, sejak 1 Oktober, Komando Tugas Gabungan (Kogasgab) Operasi
Seroja mendeteksi keberadaan dua kapal perang kelas frigat AL Portugal di sekitar
Timor. Celakanya, 7 Desember pagi, kedua kapal tersebut justru merapat di lepas
pantai Dili. “Mereka buang jangkar lebih dekat ke pulau Atauro, karena di sana
bercokol pemerintahan pelarian Portugal dari Timor,” kata Hendro Subroto,
wartawan TVRI yang meliput saat itu. Entah kebetulan, di selat yang memisahkan
pulau Atauro dan pulau Alor ini, tiga formasi arrow Hercules satu formasi tiga
pesawat akan membuat manuver abeam (posisi pesawat 90 derajat terhadap suatu
check point di sisi kiri atau kanan pesawat).
Pentingnya BTU sangat disadari Amerika ketika di palagan Vietnam. Tidak heran
kemudian, Jenderal USAF John P McConnel mengusulkan modifikasi C-47 menjadi
gunship untuk mendukung bantuan tembakan udara. Dakota itu kemudian populer
8
dengan sebutan Gooney Bird. Sebutannya pun diganti menjadi AC-47 mulanya FC-
47. Pesawat yang dilengkapi tiga senapan mesin kaliber 7,62 mm di sisi, selama
perang Vietnam digunakan USAF sebanyak 20 pesawat di samping AC-130 Spectre
Gunship.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
https://risdata.wordpress.com/2014/08/15/integrasi-timor-timur-ke-indonesia-dan-
.....hubungannya-dengan-australia-tugas-kelompok-mata-kuliah-sejarah-
australia-.....oceania-copyright-by-8th-group/
http://adisanjaya5.blogspot.co.id/2012/06/makalah-inegrasi-timur-timor-ke.html
11