Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar...i Pendahuluan...ii A. Proses Peralihan Kekuasaan Pasca G 30 S/PKI.1


1. Kondisi Nasional Pasca G 30 S/PKI.1 2. Proses Peralihan Kekuasaan Politik.2

B. Kebijakan Pemerintah Orde baru...2


1. Lahirnya Orde baru.2 2. Ciri-ciri Pokok Kebijakan Pemerintahan Orde Baru..3 a. Kebijakan Bidang Politik Dalam Negeri..3 b. Kebijakan Bidang Politik Luar Negeri.3 c. Kebijakan Bidang Ekonomi...4 d. Kebijakan Bidang Pertanian..4 e. Kebijakan Bidang Industri.5 f. Kebijakan Bidang Sosial Budaya dan Kemasyarakatan..5

C. Dampak Menguatnya Peran Negara Selama Orde Baru..5


1. Dampak menguatnya Peran Negara terhadap Kehidupan Masyarakat.6 2. Dampak Mengatnya Peran Negara terhadap kehidupan Politik.6 3. Dampak Menguatnya Peran Negara terhadap Kehidupan Media Pers.7

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah, kami sebagai penulis dapat menyusun sekaligus membuat makalah ini. Makalah ini kami buat untuk menyelesaikan tugas sekolah. Makalah ini bertujuan untuk mempermudah kita dalam memberikan pedoman dan arahan kepada siswa-siswi atau teman-teman dalam belajar sejarah secara mudah, lengkap, jelas, dan kronologis. Dengan adanya makalah ini diharapkan sebagai salah satu sumber/media pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam, meningkatkan seumber daya manusia khususnya anak-anak didik. Penulis menyadari anyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

Sekian dan terima kasih. Sungailiat, 29 Juli 2011

Penulis Makalah

PENDAHULUAN

Kali ini kami sebagai penulis akan membahas tentang perkembangan pemerintahan masa orde baru yang meliputi proses peralihan kekuasaan pasca G 30 S/PKI 1965, kebijakan pemerintahan Orde Baru. Disini kami ingin menceritakan tentang tragedy politik G 30 S/PKI 1965 yang merupakan lembaran hitam dalam sejarah bangsa kita. Hingga jinni peristiwa itu malah menjadi misteri dan kontroversi. Maka dengan itu semua, marilah lebih jelasnya kita mempelajari atau membaca makalah ini secara rinci dan akurat, agar mengetahui secara pasti.

A. Proses Peralihan Kekuasaan Pasca G 30 S/PKI

1. Kondisi Nasional Pasca G 30 S/PKI Pasca peristiwa G 30 S/PKI Presiden Soekarno dihadapkan pada situasi dan kondisi yang teramat sulit. Aksi mahasiswa meluas menyikap pembunuhan para jenderal TNI AD. Penggeraknya adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI). Mereka kemudian membentuk Front Pancasila. Presiden Soekarno dituntut membubarkan PKI, membersihkan cabinet dari unsure PKI, dan menurunkan harga. Tuntutan ini kemudian dikenal dengan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura).

Presiden akhirnya mengabulkan tuntutan untuk melakukan pembersihan Kabinet Dwikora yang kemudian dinamakan Kabinet Dwikora yang disempurnakan. Cabinet ini beranggotakan seratus Menteri

Pada tanggal 11 maret 1966 Mayjen Basuki Rachmat, Brigjn M. Yusuf, dan Brigjen Amir Mahmud menghadap Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto untuk menyampaikan laporan jalannya siding cabine. Selanjutnya, ketiga jenderal ini menghadap Presiden Soekarno di istana Bogor.

Ketiga jenderal inilah yang membawa surat perintah Presiden Soekarno yang ditujukan kepada Letjen Soeharto. Surat perintah ini kemudian lebih dikenal dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Isinya antara lain pemberian wewenang dari Soekarno kepada Soeharto untuk mengatasi persoalan KAMTIBMAS pasca G 30 S/PKI.

Berbekal Supersemar ini, Soeharto bertindak cepat untuk mengatasi keadaan. Beliau antara lain membubarkan PKI (12 Maret 1966), menangkap lima belas anggota Kabinet Dwikora yang diduga terlibat G 30 S/PKI (18 Maret 1966), gerakan pembersihan tokoh PKI dalam MPRS dan DPR-GR, dan mengatasi/meredakan demonstran mahasiswa.

2. Proses Peralihan Kekuasaan Politik a. Meminta Pertanggungjawaban Presiden Soekarno b. Memorandum DPR-GR c. Transfer Kekuasaan Pemerintahan d. Pembentukan Kabinet Ampera e. Pencabutan Kekuasaan Negara Tab MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 merupakan kunci dari proses peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Prsiden Soeharto. Ketetapan tersebut tidak dapat dipisahkan sama sekali dari Supersemar. Soeharto selaku pengembang Supersemar menjadi Pejabat Presiden. B. Kebijakan Pemerintah Orde Baru Proses peralihan kekuasaan pasca G 30 S/PKI menempatkan Jenderal Soeharto tokoh utama. Ketua MPRS Jenderal A.H. Nasution melantiknya sebagai PEJABAT Presiden RI tanggal 12 maret 1968. Kekuasaan Negara berada di tangan Jenderal Soeharto dan Orde Baru pun lahir.

1. Lahirnya Orde Baru Orde Baru merupakan sebuah istilah atau system yang digunakan sebagai pembatas untuk memisahkan antara periode kekuasaan Presiden Ir. Soekarno (Orde Lama) dengan periode kekuasaan Presiden Soeharto. Orde Baru lahir sebagai upaya untuk hal-hal berikut. a. Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. b. Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan Negara Indonesia.

c. Melaksanakan Pancasil dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. d. Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa.

2. Cirri-ciri Pokok Kebijakan Pemerintahan Orde Baru a. Kebijakan Bidang Politik Dalam Negeri 1. Membuat consensus nasional untuk melaksanakan Pancasila dan UUd 1945 secara murni dan konsekuen 2. Penyederhanaan partai politik 3. Keikutsertaan TNI/Polri dalam keanggotaan MPR/DPR 4. Pemasyarakatan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancsila (P4) 5. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat dengan disaksikan oleh Wakil PBB pada tanggal 2 Agustus 1969 6. Timor Timur secara resmi menjadi bagian Indonesia pada bulan Juli 1976 dan dijadikan provinsi ke-27

b. Kebijakan Bidang Politik Luar Negeri 1) Kembali menjadi anggota PBB. Indonesia secara resmi akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966. 2) Pemerintahan Indonesia menyampaikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 juni 1966 yang disampaikan kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. 3) Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11 agustus 1966 4) Indonesia menjadi pemrakarsa didirikannya organisasi ASEAN pada tanggal 8 agustus 1967

c. Kebijakan Bidang Ekonomi Kondisi ekonomi Indonesia ketika Pak Harto pertama memerintah adalah keadaan ekonomi dengan inflasi sangat tinggi (650% setahun) Langkah-langkah yang ditempuh antara lain sebgai berikut : 1. Menerapkan cara militer dalam menangani masalah ekonomi dengan meceanangkan sasaran yang tegas. 2. Memperoleh pinjaman dari Negara-negara Barat dan Lembaga keuangan sepert IGGI, IMF, dan Bank Dunia 3. Liberalisasi perdagangan dan investasi kemudian dibuka selebar-lebarnya 4. Untuk menggerakan pembangunan sejak tahun 1970-an Indonesia juga menggenjot penambangan minyak dan pertambangan. 5. Keberhasilan Pak Harto membenahi bidang ekonomi menyebabkan Indonesia mampu berswasembada pangan Pada tahun 1980-an.

d. Kebijakan Bidang pertanian Modernisasi pertanian pada masa Orde Baru dikenal dengan nama revolusi Hijau, revolusi ini mengubah cara bercocok tanam dari tradisional ke modern.

1) Intensifikasi yang dikenal dengan nama Pancausaha Tani, meliputi pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pemupukan, irigasi, dan pemberantasan hama. 2) Ekstensifikasi yaitu memperluas lahan tanah yang dapat ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru. 3) Diversifikasi atau usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian melalui system tumpang sari 4) Rehabilitas merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis

e. Kebijakan Bidang Industri 1) Mengembangkan jaringan informasi, komunikasi, dan transportasi untuk memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara. Misalnya program satelit Palapa. 2) Mengembangkan industry pertanian 3) Mengambangkan industry minyak dan gas 4) Perkembangan industry galangan kapal di Surabaya yang dikelola oleh PT PAL Indonesia 5) Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kemudian berubah menjadi PT Dirgantara Indonesia 6) Pembangunan Kawasan Industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya, Medan, dan Batam 7) Sejak tahun 1985 pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi di bidang industry dan investasi

f. Kebijakan Bidang Sosial Budaya dan Kemasyarakatan 1. Pada zaman Orde Baru ada Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau LKMD 2. Pemerintah mengontrol pelajaran sejarah untuk anak sekolah melalui buku dan film 3. Pemerintah mendukung Kirab Remaja Nasional 4. Pemerintah menempatkan Departemen Penerangan dalam posisi yang sangat penting 5. Untuk mengendalikan derakan mahasiswa maka diberlakukan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Kemahasiswaan (BKK) pada tahun 1987

C. Dampak Menguatnya Peran Negara Selama Orde Baru Orde baru berlangsung pada tahun 1968-1998

1. Dampak Menguatnya Peran Negara terhadap Kehidupan Masyarakat a. Dampak positif 1. Harga Sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) dan BBM yang murah 2. Pendidikan yang murah untuk semua jenjang pendidikan 3. Terbukanya kesempatan kerja 4. Rakyat pernah mengalami swasembada pangan 5. Berkembangnya pertanian rakyat 6. Rendahnya angka kemiskinan yang diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat 7. Penurunan angka kematian bayi sebagai dampak keberhasilan keluarga berencana 8. Angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin meningkat sebagai dampak keberhasilan bebas tiga buta (B3B)

b. Dampak Negatif Pemerintahan Orde Baru yang bersifat sentralistik telah memasung kebebasan rakyat

2. Dampak Menguatnya peran Negara terhadap Kehidupan Politik a. Dampak positif dari kebijakan politik pemerintah Orde Baru 1) Pemerintah mampu membangun fondasi yang kuat bagi kekuasaan lembaga kepresidenan yang menyebabkan semakin kuatnya peran Negara dalam masyarakat 2) Situasi keamanan pada masa Orde Baru relative aman dan terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan sikap yang dianggap bertentangan dengan Pancasila 3) Dilakukan peleburan partai agar pemerintah dapat mengontrol parpol

b. Dampak negative kebijakan politik pemerintah Orde Baru 1) Terbentuk pemerintahan yang bersifat ototriter, dominative, dan sentralistis 2) Otoriarisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat 3) Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia 4) System perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan presiden melalui MPR, Soeharto selalu terlpilih 5) Demokrasi yang terbentuk didasarkan pada korupsi, kolusi, dan Nepotisme (KKN) sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya

3. Dampak Menguatnya Peran Negara terhadap Kehidupan Media Massa Pers merupakan salah satu tiang penyangga demokrasi a. Jargon Pers Pancasila yang bebas dan bertanggung jawab Pemerintahan Orde Baru-lah yang memutuskan tanggal 9 Februari sebagai hari Pers Nasional. Hal itu didasarkan pada keputusan Presiden No. 5 Tahun 1985 tanggal 23 Januari 1885

b. Pemberedelan Pers Selama Orde Baru Pada masa awal merintahan Soeharto, sehubungan antara pers dan pemerintah cukup baik. Namun, hubungan baik antara pers dan pemerintah hanya berlangsung lebih kurang delapan tahun. Pemerintah Orde Baru mulai represif setelah meletus peristiwa kerusuhan 15 Januari 1974 (Peristiwa Malaria Mahasiswa merasa tidak puas atas kondisi perekonomian nasional yang terkesan dimonopoli dan didikte oleh pihak Jepang peristiwa tersebut mendapat sorotan tajam pers di Jakarta diberangus untuk beberapa waktu. Izin terbit baru akan dikeluarkan menanatangani surat pembayaran maaf kepada pemerintah.

10

Anda mungkin juga menyukai