Anda di halaman 1dari 15

NASIB TIMOR LESTE PASCA LEPAS DARI NEGARA KESATUAN

REPUBLIK INDONESIA (1999)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teori dan Metodologi
Sejarah yang Diampu Oleh Prof. Dr. Drs. Ajat Sudrajat, M. Ag.

Disusun Oleh:
Sayitul Munawaroh (21407141040)

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 1945, negara-negara dunia lebih banyak mengalami konflik
internal dibandingkan dengan konflik antar negara atau internasional. Konflik
internal ini sama halnya yang terjadi dengan negara Indonesia tempo dulu
yang membawa kemerdekaan terhadap negeri bekas provinsi ke-27 Indonesia
yakni Timor Timur. Sebelum bergabung dengan Indonesia, Timor Timur telah
terpecah belah karena politik devide at impera. Sebelum Perang Dunia II
pecah, pada tahun 1910 misalnya telah terjadi pemberontakan yang
dilancarkan oleh rakyat Timor Timur yang kemudian pemberontakan ini
dikenal dengan Perang Manufahi (1910-1912). Pada 25 April 1974, terjadi
Revolusi Bunga di Portugal. Kudeta militer yang terjadi di negara yang telah
menduduki Timor Timur selama kurang lebih 300 tahun ini, memberikan
kesempatan kepada rakyat Timor Timur untuk merebut hak-hak
kemerdekaannya. Kekacauan yang terjadi di Portugal, mewajibkan negara ini
untuk segera menentukan nasib wilayah jajahannya. Menyikapi hal ini,
Portugal kemudian memutuskan komitmennya dengan mengeluarkan
kebijakan dekolonisasi terhadap negara jajahannya yakni Timor Timur pada
27 Juli 1974 melalui UU No. 7/1974. Pada akhirnya Portugal meninggalkan
Timor Timur.
Setelah Portugal meninggalkan Timor Timor, Timor Timur mengalami
masa vacuum of power atau berada dalam kekosongan kekuasaan. Pada
kondisi ini, di Timor Timur terjadi persengketaan yang terjadi antara dua
kelompok partai politik yakni Fretilin (Frente Revolucionaria Timor Leste
Independente), UDT (Uniao Democratica Timorense), Apodeti (Associacao
Popular Democratica de Timor), Trabalhista mengenai masa depan Timor
Timur. Partai Uni Demokrat Timor atau UDT menghendaki untuk tetap
menginduk dengan Portugal. Partai ini ingin menjadikan Timor Timur
menjadi negara federasi Portugal. Fretilin yang berhaluan politik merdeka,
mengendaki untuk kemerdekaan penuh atas Timor Timur. Kemudian Apodeti
menghendaki supaya Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia.1 Partai
Apodeti inilah yang menjadi “pintu” untuk Indonesia terlibat dalam
permasalahan Timor Timur ini. Kemudian terdapat partai Trabalhista dari
kaum buruh yang menginginkan kemerdekaan Timor Timur dan menjadikan
Timor Timur sebagai anggota dari Commonwealth atau negara persemakuran
Inggirs. Sejak partai-partai dengan tujuan yang berbeda-beda ini berdiri,
terlebih partai UDT, Fretilin, dan Aprodeti berusaha menunjukan keberadaan.
Partai-partai ini saling bersaing untuk mendapatkan dukungan massa. Partai
Tarbhalista tidak terlalu mengambil bagian dalam persaingan ini. Sementara
partai yang lainnya yakni dua partai UDT dan Fretilin pada akhirnya
mengarah kepada kekerasan fisik.
Disamping mengeluarkan kebijakan dekolonisasi dan memberikan
kemerdekaan untuk Timor Timur, Portugal juga mengeluarkan pernyataan
berbeda. Melalui Menteri Koordinator Antar Wilayah pada 3 Agustus 1974
menawarkan federasi kepada Timor Timur. Ia menyatakan bahwasanya negara
Timor Timur yang merdeka dan berdiri sendiri tidaklah realistis sebab
kemerdekaan politik harus pula disokong oleh kekuatan ekonomi. Sementara,
Timor Timur sebagai negara yang baru saja keluar dari belenggu penjajahan
sama sekali tidak memiliki kekuatan ekonomi yang menunjang. Karena
kehampaan inilah, ditakutkan akan mengundang negara lain untuk menjadi
penguasa baru setelah Portugal. Penawaran dari Portugal inilah yang
menyebabkan gejolak di dalam negara Timor Timur. Hal ini diperparah
dengan persinggungan pandangan antara partai-partai politik dalam
menghadapi kondisi vacuum of power Timor Timur yang berujung pada
konfrontasi senjata.
Pasca dilaksanakannya pertemuan Macau pada 26-28 Agustus 1975 yang
dimaksudkan untuk membentuk komisi Dekolonisasi Timor Timur, kondisi
Timor Timur semakin genting. Pada 11 Agustus 1975, Timor Timur dikudeta

1
Rini Suryani L.T, Tesis: Faktor-Faktor Lepasnya Timor Timur Dari Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Tahun 1999, (Medan:UNIMED,
2014), hal. 1.
oleh partai UDT melaui Gerakan Revolusioner Anti-Komunis dengan target
utama orang-orang Fretilin dan pejabat-pejabat Portugal yang dianggap
komunis. UDT pada perkembangan mampu menguasai titik-titik penting di
Timor Timur serta menahan sejumlah tokoh Fretilin. Namun, pada 20 Agustus
1975, Fretilin mampu membalikan keadaan. Fretilin melakukan serangan balik
dan menduduki beberapa kota yang menjadi basis UDT dengan bantuan
senjata dari kalangan militer Portugal. Kondisi di Timor Timur yang kian tak
terkendali, menyebabkan arus pengungsi melewati perbatasan Indonesia-
Timor.
Pada 28 November 1975, secara sepihak Fretilin memproklamasikan
kemerdekaan Timor Timur dan hal ini menandai berdirinya Republik
Demokrasi Timor Leste. Namun kemerdekaan ini tidak mendapat pengakuan
dari beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Australia. Menanggapi
proklamasi yang diumumkan Fretilin, pada 30 November 1975, koalisi partau
UDT, Apodeti, KOTA, dan Trabalhista mendeklarasikan agar Timor Timur
berintegrasi dengan Indonesia.2 Pada saat yang sama, kondisi politik dunia
juga tengah didominasi oleh perang dingin antara blok Komunisme dan
Sosialisme. Untuk mengantisipasi meluasnya komunisme di kawasan Asia
Tenggara, Amerika Serikat dan Austalia bergerak cepat mendorong Indonesia
untuk andil langsung dalam kekalutan yang terjadi di Timor Timur. Dalam
rangka memperoleh dukungan internasional dalam ini adalah dengan
permasalahan di Timor Timur, Indonesia kemudian mulai membangun
komunikasi dengan beberapa negara seperti Portugal dan Australia.
Didukung oleh keadaan yang semakin genting, keempat partai yang
berkoalisi mulai mempertimbangkan dengan matang kemungkinan untuk
berintegrasi dengan Indonesia. Pada 15 Oktober 1975, Indonesia mulai
melancarkan serangan batalyon-batalyonn dari Brugade Infantri Kedua ABRI
ke Balibo dan pada tanggal 16 Oktober militer Indonesia berhasil menguasai

2
Syahbuddin, Proses Dekolonisasi Republik Demokratik Timor-Leste dan
Keterlibatan Indonesia, Jurnal Pendidikan IPS Vol. 10 No. 2 Tahun 2020, hal.
114-115.
Balibo dan Maliana. Di lain pihak, partai koalisi pada 30 November 1975
mendeklarasikan Proklamasi Balibo yang subtansi keempat partai berintegrasi
dengan Indonesia. Dan pada 7 Desember 1975, Indonesia menyatakan dengan
resmi bahwa Indonesia menghargai hak bersumpah, dan memahami sedalam-
dalamnya pernyataan empat partai berintegrasi dalam NKRI. Menanggapi
proklamasi Balibo, Indonesia kemudian mulai mengambil langkah-langkah
dengan membentuk suatu Komando Tugas Gabungan dengan nama Operasi
Seroja. Operasi ini bertugas dalam melaksanakan operaso militer strategis
untuk memelihara dan memantapkan stabilitas nasional.
Operasi yang pada awalnya adalah operasi untuk perkuatan daerah
perbatasan dan hanya berjalan pada wilayah dekat perbatas kemudian berubah
menjadi operasi terbuka di Timor Timur. Pada 7 Desember 1975 operasi
terbuka pertama kali dilakukan dengan menyerbu kota Dili sebagai pusat kota
dan pemerintahan Timor Timur. Pada hari itu juga Dili mampu jatuh ke
tangan partai koalisi (gabungan UDT, Apodeti, KOTA, Trabalista) dengan
bantuan Indonesia. Kota Dili yang sudah dikuasiai ini selanjutnya
dimanfaatkan sebagai pusat markas Kogasgab Seroja.3 Pada Kabinet
Paripurna yang diselenggarakan tanggal 29 Juni 1976, yang dipimpin oleh
Presiden Soeharto memutuskan untuk menanggapi secara positif keinginan
Rakyat Timor Timur dengan segera melaksanakan proses integrasi wilayah itu
ke dalam Indonesia. Rancangan Undang-Undang tersebut disahkan menjadi
Undang-Undang mengenai Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara
Republik Indonesia Tingkat I Timor Timur. Selanjutnya pada 17 Juli 1976,
Presiden Soeharto menandatangani Undang- Undang No.7 Tahun 1976 yang
menyatakan bahwa Timor Timur adalah bagian dari Indonesia dan secara
resmi menetapkan daerah tersebut sebagai Propinsi Daerah Tingkat I yang ke-
27.

3
Brilliantoro Y.E, Zulkarnain, Peran Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Udara (TNI-AU) Dalam Operasi Seroja di Timor Timur Tahun 1975-1979,
Risalah 3 (9) Tahun 2016.
Selama berada dalam masa integrasi dengan Indonesia, Indonesia telah
berjasa besar dalam membantu proses dekolonisasi, mengakhiri perang
saudara, atau pun dalam mengadakan pembangunan daerah. Mundurnya
pemerintahan orde baru yang ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto
pada 21 Mei 1998 yang salah satunya disebabkan karena krisis moneter
ternyata berpengaruh besar pada nasib Timor Timur berikutnya. Habibie
selaku Wakil Presiden saat itu kemudian menggantikan posisi Soeharto
sebagai orang nomor 1 di Indonesia pada kala itu. Selama dua dekade setelah
integrasi Timor Timur dengan Indonesia, dilaporkan lebih dari 200.000 orang
atau seperempat dari populasi penduduk Timor Timur tewas disebabkan
karena pertempuran, kelaparan, dan penyakit yang mengikuti invasi serta
selama kependudukan Indonesia. Menanggapi tekaan internasional yang terus
meningkat, pemerintah Indonesia yang baru kemudian mengesahkan
referendum pada 30 Agustus 1999 untuk menentukan nasib Timor Timur.
Keadaan politik yang sama sekali tidak menguntungkan Indonesia, maka
setelah mundurnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan dan berakhirnya
orde baru, Presiden Habibie menawarkan dua opsi untuk kelanjutan masa
depan Timor Timur. Pertama, status otonomi khusus Timor Timur akan tetap
menjadi bagian dari kesatuan Republik Indonesia. Kedua, Timor Timur akan
dipisahkan secara terhormat dari Indonesia serta dapat mengambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk dikembalikan kepada PBB. Hampir empat
perlima memilih untuk kemerdekaan diberikan kepada Timor Timur dan
parlemen Indonesia mencabut kembali integrasi wilayah tersebut oleh
Indonesia.Timor Timur kemudian dikembalikan ke dalam status kemerdekaan
dan diputuskan sebagai wilayah tak berpemerintahan yang dibawah
pengawasan PBB. Namun, fakta di lapangan, peralihan kekuasaan ini juga
dibarengi dengan kekerasan yang dilancarkan oleh militant anti kemerdekan.
Pada April 2002, pemimpin Dewan Nasional Perlawanan Timor yakni Xanana
Gusmao terpilih sebagai presiden pertama di sana. Tidak lama setelah itu
meraih status penuh sebagai negara yang berdaulat. 4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Timor Timur pada saat menghadapi masa vacuum
of power?
2. Bagaimana proses integrasi Timor Timur dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia?
3. Bagaimana nasib Timor Timur pasca lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
memberikan pengetahuan mengenai sejarah dan dampak lepasnya Timor
Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kondisi Timor Timur pada saat menghadapi masa vacuum
of power.
b. Mengetahui proses integrasi Timor Timur dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
c. Mengetahui nasib Timor Timur pasca lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan mengenai
sejarah lepasnya Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan dampaknya bagi kehidupan masyarakat Timor Timur.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat

4
Dewi Adhitya S. K., Alasan Timor Leste Memisahkan Diri dari Indonesia 21
Tahun Lalu, Diakses dari https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/alasan-
timor-leste-memisahkan-diri-dari-indonesia-21-tahun-lalu-f3fT pada 23 Oktober
2022 pukul 03.10.
Bagi masyarkat, penelitian ini diharapkan mampu menjadi
pengetahuan bahwa negara tetangga, Timor Timur pernah menjadi satu
badan kebangsaan dengan NKRI.
b. Bagi Mahasiswa Sejarah
Bagi mahasiswa sejarah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
pembelajaran untuk lebih mengenal mengenai sejarah integrasi Timor
Timur dengan NKRI.
c. Bagi Peneliti lain
Bagi peneliti lain, penelitian ini mampu menjadi sumber rujukan untuk
melakukan penelitian yang sejenis di masa mendatang.
E. Kajian Pustaka
Dalam Tesis berjudul Faktor-Faktor Lepasnya Timor Timur Dari Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Tahun 1999 karya Rini Suryani
menjelaskan bahwa setelah Portugal meninggalkan Timor Timor, Timor
Timur mengalami masa vacuum of power atau berada dalam kekosongan
kekuasaan. Pada kondisi ini, di Timor Timur terjadi persengketaan yang
terjadi antara dua kelompok partai politik yakni Fretilin (Frente
Revolucionaria Timor Leste Independente), UDT (Uniao Democratica
Timorense), Apodeti (Associacao Popular Democratica de Timor),
Trabalhista mengenai masa depan Timor Timur.
Dalam Jurnal berjudul Peran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara
(TNI-AU) Dalam Operasi Seroja di Timor Timur Tahun 1975-1979
menjelaskan bahwa Pada 7 Desember 1975 operasi terbuka pertama kali
dilakukan dengan menyerbu kota Dili. Pada hari itu juga Dili mampu jatuh ke
tangan partai koalisi (gabungan UDT, Apodeti, KOTA, Trabalista) dengan
bantuan Indonesia. Pada Kabinet Paripurna yang diselenggarakan tanggal 29
Juni 1976, yang dipimpin oleh Presiden Soeharto memutuskan untuk
menanggapi secara positif keinginan Rakyat Timor Timur dengan segera
melaksanakan proses integrasi wilayah itu ke dalam Indonesia.
Berdasarkan wawancara seorang Jurnalis bernama Najwa Shihab dengan
beberapa orang Timor Leste, mereka menyampaikan harapannya yang begitu
dalam supaya negaranya lebih maju lagi terutama dalam hal pembangunan
nasional, pendidikan, dan ekonomi. Dari sini saya simpulkan bahwasannya
kemerdekaan yang diraih Timor Timur 20 tahun lalu tidak membuat semua
masalah seketika hilang. Sampai saat ini masyarakat Timor Timur masih
mendambakan kemajuan negerinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Vacuum of Power di Timor Timur
Kekosongan kekuasaan yang terjadi di Timor – timur pada bulan
Agustus - November 1975 disebabkan karena ketidaksuksesan Pemerintah
Portugis dalam menjalankan kebijakan dekolonialisasinya di Timor – timur.
Kebijakan dekolonialisasi bemula dari pemerintahan baru setelah terjadinya
Revolusi Bunga pada tahun 1974. Pemerintahan baru yang dipimpin spinola
menghendaki dekolonialisasi untuk seluruh wilayah jajahan portugis. Namun,
terkhusus untuk timor – timur, proses dekolonialisasi sedikit tidak realistis
mengingat kondisiny yang belum siap. Pada akhirnya proses dekolonialisasi
dimulai dengan beberapa persiapan salah satunya adalah membentuk partai
politik. Partai politik yang terbentuk yaitu UDT, ASDT (yang kemudian
menjadi Fretilin), Apodeti, KOTA, Trabilishta. Tujuan dari partai politik di
timor – timur tersebut pada akhirnya terbelah menjadi dua pandangan yakni
Kemerdekaan Timor – timur dan Integrasi dengan Indonesia, perbedaan antara
beberapa partai politik ini menciptakan koalisi antara UDT dan
ASDT/Fretilin. Praktis tinggal Apodeti yang Pro Integrasi Indonesia. Koalisi
antara UDT dengan ASDT/Fretilin tidak berlangsung lama, UDT menyatakan
keluar dari Koalisi dikarenakan adanya issu pengkomunisan oleh pihak
Fretilin. Keluarnya UDT dari koalisi mengakibatkan konflik antara kedua
partai tersebut dan menimbulkan perang saudara antara UDT dengan Fretilin,
perang saudara dimulai dengan upaya kup yang dilakukan oleh UDT pada
tanggal 11 Agustus 1975. Meskipun pemerintahan portugis telah berusaha
menyelesaikan masalah dan mendamaikannya tetapi upaya tersebut gagal dan
akhirnya fretilin membalas aksi bersenjata yang dilakukan oleh UDT.
Perseteruan antara kedua belah pihak berlangsung dari tanggal 20 Agustus –
27 Agustus 1975. Pertempuran tersebut kemudian menangkan oleh pihak
fretilin meskipun pertempuran masih berlangsung dibeberapa daerah tetapi
secara de facto fretilin memegang kendali atas wilayah timor – timur karena
Pemerintah Portugis melarikan diri pada tanggal 27 agustus 1975 ke P.Attaruo
(pulau kambing). Meskipun Fretilin memegang kendali atas wilayah timor –
timur tetapi mereka tetap mengakui kedaulatan portugal atas wilayah timor
timur dan mengharapkan pemerintahan portugis kembali dan melanjtukan
proses dekolonialisasi timor – timur. 5
B. Proses Integrasi Timor Timur dengan Indonesia
Kemerdekaan Timor Timur menyebabkan munculnya beberapa partai
politik. Partai UDT menginginkan Timor Timur tetap di bawah Portugis
sedangkan partai Fretlin menginginkan Timor Timur menjadi negara merdeka.
Partai menginginkan kemerdekaan penuh bagi rakyat Timor Timur.
Sedangkan pihak Apodeti, Kota dan Trabalhista menginginkan Timor Timur
bergabung dengan Indonesia. Pada 8 Oktober 1974, Presiden Soeharto
mengumumkan niatnya untuk menarik Timor Timur ke dalam negara kesatuan
Republik Indonesia. Portugis menyambut baik deklarasi tersebut. Portugis
memutuskan untuk mengadakan pertemuan. Presiden Soeharto dalam
pertemuan itu menegaskan bahwa Indonesia tidak berambisi untuk Timor
Timur. Dan saya mendukung penuh kebijakan dekolonisasi Portugal.
Negosiasi antara perwakilan politik Portugal, Indonesia dan Timor Timur
menyebabkan perang saudara. Perang saudara dipicu oleh perselisihan tentang
partai politik Timor Leste. Maka partai Fretilin memutuskan dalam tahap
konstruksinya untuk mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur. Namun,
masyarakat internasional tidak mengakui Deklarasi Kemerdekaan. Pada saat
yang sama, sebuah kelompok integrasi memutuskan untuk mendeklarasikan
Timor Timur sebagai Indonesia. Hal itu disampaikan dalam Deklarasi Balibo.
Operasi militer yang dilakukan Indonesia ini didukung oleh Australia dan
Amerika Serikat. Dukungan ini terkait dengan upaya pencegahan komunisme
di Asia. Pemerintah Indonesia juga prihatin akan hal ini. Kekhawatiran akan
datangnya komunisme di Timor Timur menjadi salah satu faktor yang

5
Wahyu Din, Masa Kekosongan Kekuasaan di Timor Timur Agustus-November
1975, Diakses dari
https://www.kompasiana.com/pangeranalas/550dbc23813311502cb1e639/masa-
kekosongan-kekuasaan-di-timor-timur-agustus-november-1975 pada 11
Desember 2022.
mempengaruhi jalannya operasi militer. Operasi militer dilakukan secara
bertahap. Operasi tersebut terdiri dari Operasi Komodo, Operasi Kemuliaan
dan Operasi Seroja. Pemimpin pemerintahan sementara Timor Leste
mengajukan banding kepada pemerintah Indonesia. Petisi tersebut berisi
usulan untuk mencaplok Timor Timur ke Indonesia tanpa referendum. Dewan
pun menyambut baik usulan tersebut. Dan secara resmi, pada tanggal 17 Juli
1976 Indonesia menerima Timor Timur sebagai salah satu provinsi Indonesia.6
C. Nasib Timor Timur Pasca Lepas dari NKRI
Pada tanggal 30 Agustus 1999, dengan politik Indonesia masih dalam
kekacauan setelah runtuhnya Orde Baru, diadakan referendum di Timor Timur
di bawah perjanjian yang disponsori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
antara Indonesia dan Portugal. Sebelum invasi Indonesia ke Timor Timur,
Indonesia berusaha mencaplok Timor Timur dengan Operasi Seroja. Timor
Timur adalah bekas jajahan Portugis yang kemudian bergabung dengan
Indonesia. Penggabungan tersebut diresmikan pada tanggal 17 Juli 1976.
Dengan demikian Timor Timur menjadi provinsi ke-27, yaitu. provinsi
termuda Republik Indonesia. Setelah 22 tahun pemerintahan Soeharto,
sebagian masyarakat Timor Timur ingin keluar dari negara kesatuan Republik
Indonesia. Setelah referendum pada 30 Oktober 1999, Republik Indonesia
kehilangan Timor Timur yang kemudian resmi menjadi Negara Timor Timur
pada 20 Mei 2002. Pada 19 Desember 1998, Perdana Menteri Australia John
Howard mengirimkan surat kepada Presiden B.J. habibi Howard menyarankan
agar pemerintah Indonesia mengkaji ulang penerapan hak penentuan nasib
sendiri rakyat Timor. Sebuah pertemuan diadakan pada tanggal 25 Januari
1999 untuk membahas surat Howard. "Studi. 22 tahun setelah bergabung
dengan Indonesia, masyarakat Timor Timur masih belum merasa cukup
bersatu dengan kita. Bagaimana kalau kita berpisah secara baik-baik saat
sidang paripurna MPR?" Presiden Habibie mengatakan saat itu.Pada 27

6
Syifa, Integrasi Timor Timur: Latar Belakang – Proses dan Dampaknya,
Diakses dari https://haloedukasi.com/integrasi-timor-timur pada 11 Desember
2022.
Januari 1999, Ali Alatas, sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia,
mengumumkan bahwa Timor Timur akan ditawari kemungkinan otonomi
khusus yang diperluas secara besar-besaran.Jika ditolak, pemerintah Indonesia
akan mencabut Timor Timur. Lemari bagian dalam pada masa itu memiliki
sisi baik dan buruk. Antara Maret dan April 1999, serangkaian peristiwa
menegangkan meletus di Timor Timur, termasuk eksodus massal para migran,
kekerasan di sebuah gereja di Liquica yang menyebabkan ratusan orang
mengungsi, dan kerusuhan besar di Dili yang merenggut nyawa. Pada tanggal
5 Mei 1999, Menteri Luar Negeri Indonesia Ali Alatas dan Menteri Luar
Negeri Portugis Jaime Gama, bersama Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan,
menandatangani perjanjian konsultasi dengan Timor Timur di markas besar
PBB di New York. Dua hari kemudian, Majelis Umum PBB dengan suara
bulat menyetujui hasil kesepakatan tersebut. Pada tanggal 17 Mei 1999,
Presiden Habibie mengeluarkan Keppres No. 43 Tahun 1999 Tentang
Persetujuan RI-Portugis Mengenai Kelompok Perlindungan Timor Timur,
yang kemudian dikukuhkan dengan Inpres No. 5 Tahun 1999 Tentang
Penegasan Perjanjian RI-Portugis RI. dan Portugis. 16-18 Pada bulan Juni
1999, perwakilan kelompok otonomi dan kemerdekaan Timor Timur bertemu
di Jakarta. Kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan senjata mereka
kepada PBB atau pemerintah Indonesia. Setelah beberapa konflik,
pemungutan suara di Timor Timur berlangsung pada 30 Agustus 1999. PBB
mengumumkan hasilnya 78,5 persen menentang otonomi, 21 persen menerima
otonomi, sisanya ilegal. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa Timor Timur
akan segera lepas dari Republik Indonesia. Pada tanggal 26 Oktober 1999,
Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur), menggantikan Habibie,
menandatangani dekrit pembentukan UNTAET, atau Pemerintahan Transisi di
Timor Timur. Kemudian, pada tanggal 20 Mei 2002, Timor Timur resmi
menjadi negara merdeka bernama Timor-Leste.7

7
Iswara N Raditya, Sejarah & Kronologi Timor Timur Lepas dari RI yang
Diungkit Prabowo, Diakses dari https://tirto.id/sejarah-kronologi-timor-timur-
lepas-dari-ri-yang-diungkit-prabowo-dcJi pada 11 Desember 2022.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Portugal meninggalkan Timor Timor, Timor Timur mengalami
masa vacuum of power atau berada dalam kekosongan kekuasaan. Pada
kondisi ini, di Timor Timur terjadi persengketaan yang terjadi antar kelompok
partai politik yakni Fretilin (Frente Revolucionaria Timor Leste
Independente), UDT (Uniao Democratica Timorense), Apodeti (Associacao
Popular Democratica de Timor), Trabalhista mengenai masa depan Timor
Timur. Pada 28 November 1975, secara sepihak Fretilin memproklamasikan
kemerdekaan Timor Timur dan hal ini menandai berdirinya Republik
Demokrasi Timor Leste. Namun kemerdekaan ini tidak mendapat pengakuan
dari beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Australia. Menanggapi
proklamasi yang diumumkan Fretilin, pada 30 November 1975, koalisi partau
UDT, Apodeti, KOTA, dan Trabalhista mendeklarasikan agar Timor Timur
berintegrasi dengan Indonesia. Pada Kabinet Paripurna yang diselenggarakan
tanggal 29 Juni 1976, yang dipimpin oleh Presiden Soeharto memutuskan
untuk menanggapi secara positif keinginan Rakyat Timor Timur dengan
segera melaksanakan proses integrasi wilayah itu ke dalam Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Din, Wahyu. (2012). Masa Kekosongan Kekuasaan di Timor Timur Agustus-


November 1975. Diakses dari Masa Kekosongan Kekuasaan di Timor Timur
Agustus – November 1975 - Kompasiana.com pada 11 Desember 2022.
Ervanda, Brilliantoro Y. (2016). Peran Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Udara (TNI-AU) Dalam Operasi Seroja di Timor Timur Tahun 1975-1979.
Risalah 3 (9).

Koesno, Dewi Adhitya S. (2020). Alasan Timor Leste Memisahkan Diri dari
Indonesia 21 Tahun Lalu, Diakses dari
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/alasan-timor-leste-memisahkan-
diri-dari-indonesia-21-tahun-lalu-f3fT pada 23 Oktober 2022.

Raditya, Iswara N. 2018. Sejarah & Kronologi Timor Timur Lepas dari RI yang
Diungkit Prabowo, Diakses dari https://tirto.id/sejarah-kronologi-timor-
timur-lepas-dari-ri-yang-diungkit-prabowo-dcJi pada 11 Desember 2022.
Suryani, Rini. (2014). Tesis: Faktor-Faktor Lepasnya Timor Timur Dari Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Tahun 1999.
Medan:UNIMED.
Syahbuddin. (2020). Proses Dekolonisasi Republik Demokratik Timor-Leste dan
Keterlibatan Indonesia. Jurnal Pendidikan IPS Vol. 10 No. 2.

Syifa. Integrasi Timor Timur: Latar Belakang – Proses dan Dampaknya. Diakses
dari https://haloedukasi.com/integrasi-timor-timur pada 11 Desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai