- Blokade Laut
Ketika upaya damai dan berunding ditolak mentah-mentah oleh Soumokil, pemerintah Indonesia
kemudian merencanakan untuk melakukan blokade laut. Upaya ini bertujuan untuk memaksa
pihak RMS agar bersedia untuk berunding. Blokade laut sendiri dilakukan pada 18 Mei hingga
14 Juli 1950 dengan melakukan pengawasan di semua perairan Maluku dan juga penghancuran
terhadap kapal-kapal pemberontak. Sayangnya upaya kedua ini juga belum berhasil memaksa
Soumokil untuk bersedia berunding dengan pemerintah Indonesia. Oleh sebab itulah
direncanakan untuk melakukan upaya atau langkah yang ketiga, yaitu ekspedisi atau operasi
militer.
- Ekspedisi atau Operasi Militer
Ketika kedua upaya sebelumnya masih tidak berhasil dan bahkan ditolak mentah-metah oleh
Soumokil, pemerintah kemudian memutuskan untuk melakukan ekspedisi militer dibawah
kepemimpinan Kolonel Kawilarang seorang panglima Indonesia Timur. Operasi militer tersebut
dikenal sebagai Gerakan Operasi Militer IV atau GOM IV untuk memberantas pemberontakan
RMS. Operasi militer ini berhasil menguasai Ambon pada awal November 1950, tetapi konflik
di Seram masih tetap berlanjut hingga Desember 1963. Hingga kemudian pemimpin RMS,
Soumokil, berhasil di tangkap pada 12 Desember 1963 dan dihadapkan pada Mahkamah Luar
Biasa di Jakarta. Dimana kemudian menghasilkan keputusan bahwa Soumokil dijatuhi hukuman
mati.
Tidak hanya berhenti di ketiga upaya tersebut saja, namun pemerintahan RI dibawah
kepemimpinan Soekarno-Hatta juga mengultimatum semua aktivis RMS yang memproklamirkan
berdirinya Republik Maluku Selatan atau RMS untuk segera menyerahkan diri kepada
pemerintah RI. Sehingga semua aktivis tersebut berhasil ditangkap oleh pasukan militer yang
dikirimkan pemerintah Indonesia dari pulau Jawa.
Beberapa tokoh dari pimpinan sipil dan militer RMS yang tertangkap akhirnya dimajukan
ke meja hijau. Pada tanggal 8 Juni 1955, hakim menjatuhi sanksi hukuman tehadap :
1. J.H Munhutu, Presiden RMS di Hukum selama 4 Tahun.
2. Albert Wairisal, menjabat sebagai Perdana Menteri Dalam Negeri di jatuhi hukuman 5 Tahun.
3. D.J Gasper, menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri di jatuhi hukuman 4 ½ Tahun.
4. J.B Pattirajawane, menjabat sebagai Menteri Keuangan di jatuhi hukuman selama 4 ½ Tahun.
5. G.G.H Apituley, menjabat sebagai Menteri Keuangan di jatuhi hukuman selama 5 ½ Tahun.
6. Ibrahim Oharilla, menjabat sebagai Menteri Pangan di jatuhi hukuman selama 4 ½ Tahun.
7. J.S.H Norimarna, menjabat sebagai Menteri Kemakmuran di jatuhi hukuman selama 5 ½.
Tahun.
8. D.Z Pessuwariza, menjabat sebagai Menteri Penerangan di jatuhi hukuman selama 5 ½ Tahun.
9. Dr. T.A Pattirajawane, menjabat sebagai Menteri Kesehatan di jatuhi hukuman selama 3
Tahun.
10. F.H Pieters, menjabat sebagai Menteri Perhubungan di jatuhi hukuman selama 4 Tahun.
11. T. Nussy, menjabat sebagai Kepala Staf Tentara RMS di jatuhi hukuman selama 7 tahun.
12. D.J Samson, menjabat sebagai Panglima Tertinggi Tentara RMS di jatuhi hukuman selama
10 Tahun.
Sementara itu, Dr. Soumokil, pada masa itu ia masih bertahan di hutan-hutan yang berada
di pulau Seram sampai akhirnya ditangkap pada tanggal 2 Desember 1963. Pada Tahun 1964,
Soumokil dimajukan ke meja hijau. Selama persidangan Soumokil berlangsung, meskipun ia
bisa berbahasa Indonesia, namun pada saat itu ia selalu memakai Bahasa Belanda, sehingga pada
saat persidangan di mulai, hakim mengutus seorang penerjemah untuk membantu persidangan
Soumokil. Akhirnya pada tanggal 24 April 1964, Soumokil akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Eksekusi pun dilaksanakan pada tanggal 12 April 1966 dan berlangsung di Pulau Obi yang
berada di wilayah kepulauan Seribu di sebelah Utara Kota Jakarta.
Sepeninggal Soumokil, sejak saat itu RMS berdiri di pengasingan di Negeri Belanda.
Pengganti Soumokil adalah Johan Manusama. Ia menjadi presiden RMS pada tahun 1966-1992,
selanjutnya digantikan oleh Frans Tutuhatunewa sampai tahun 2010 dan kemudian digantikan
oleh John Wattilete.
1. Dampak positif
Adanya pemberontakan RMS pastinya membuat masyarakat, terutama masyarakat Maluku
kembali sadar akan pentingnya kesatuan bangsa. Selain itu, diterapkannya kembali penghargaan
dan juga pengembalian pedoman atau orientasi adat istiadat serta budaya Maluku pada
masyarakat setempat. Dimana kondisi tersebut juga menyadarkan masyarakat Maluku akan
pentingnya dan kokohnya adat istiadat dan juga kebudayaan Maluku itu sendiri.
2. Dampak Negatif
Dibandingkan dengan dampak positif, RMS lebih banyak memberikan dampak negatif
terutama bagi negara Indonesia. Beberapa dampak tersebut diantaranya seperti :
Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) ) merupakan sebuah gerakan sparatisme yang
bertujuan bukan hanya ingin memisahkan diri dari NIT melainkan untuk membentuk Negara
sendiri terpisah dari RIS. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang dipimpin oleh
Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil (mantan jaksa agung NIT Namun oleh Pemerintah
Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS
ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan di
pengasingan, Belanda.
DAFTAR PUSTAKA
Internet
LAMPIRAN
Disusun oleh :
Nama : Elma Okta Dwina
: Inna Dwi Iswanti
: Kharisma Ocktaviani
: Tantri Nurwenda
: Tedi Yuda Iskandar. P
Kelompok :6
Kelas : XII MIPA 3