Anda di halaman 1dari 10

Nama : Efnal Paliko

NIM : 02011281924204
Kelas : HTNI B – Indralaya

Sumber:
 Kopri Provinsi Timor Leste. 20 Tahun Timor Leste Membangun. (Dili: CV Rimbo,
1996).
Diakses dari:
 https://books.google.co.id/books?
id=s9PsAAAAMAAJ&printsec=frontcover&dq=Timor+timur&hl=id&sa=X&ved=2ahU
KEwjA-
Oim0dDsAhXSX3wKHRNBBGIQ6AEwBXoECAYQAg#v=onepage&q=Integrasi&f=f
alse

Jumlah Halaman yang Di Baca:


 217 Halaman
Gambar 1. Sampul Buku 20 Tahun Timor Leste Membangun (REF: books.google.co.id)

Gambar 2. Daftar Isi Buku 20 Tahun Timor Leste Membangun (REF: books.google.co.id)
SEJARAH SINGKAT PROSES INTEGRASI

 Provinsi tingkat satu Timor Leste yang sebelumnya dikuasai oleh Portugis selama lebih dari
450 tahun dibentuk tanggal 17 Juli 1976 dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 yang
disahkan oleh Presiden Republik Indonesia. (Halaman 17). Berikut ini peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam proses pembentukan Provinsi tingkat satu Timor Leste:
a. Perlawanan Viqueque:
- Perlawanan ini bermula dari keadaan setelah selesai Perang Dunia II, di mana bangsa
Indonesia yang berada dibawah penindasan kolonial Belanda menyatakan
kemerdekaannya melalui Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. (Halaman 17)
- Pada tahun 1953 beberapa tokoh Timor Portugis mendengar kemerdekaan yang telah
didapat oleh saudara-saudaranya di Timor Barat. (Halaman 17)
- Beberapa tokoh Timor Portugis tersebut juga telah mendengar bahwa Pemerintah
Indonesia telah mengadakan konfrensi bangsa-bangsa asia-afrika di Bandung tahun
1955. (Halaman 17)
- Pada tahun 1955 juga sebenarnya pemuda-pemuda di Dili telah merencanakan
pemberoktakan yang kemudian menyebarkan rencananya itu ke kabupaten-
kabupaten. (Halaman 18)
- Pada tahun 1959, semangat untuk melepaskan diri dari kolonial makin kuat di
Viqueque. Ini terlihat dari berkembangnya rencana untuk melakukan perjuangan pada
akhir tahun 1959. (Halaman 18)
- Untuk mematangkan rencana itu, diadakan pertemuan yang hasilnya memutuskan
bahwa pelaksanaan perjuangan akan jatuh pada tanggal 31 Desember 1959 yang
bertepatan dengan malam tahun baru. Karena berdasarkan analisi para pemuda pada
saat itu, Portugis selalu berpesta sehingga penjagaannya tidak ketat dan serangan
dapat dilakukan. (Halaman 18)
- Walaupun rencana tersebut dilakukan secara rahasia dan tertutup, tetapi masih dapat
tercium oleh mata-mata colonial Portugis dan mereka segera melakukan penangkapan
dan yang tertangkap di buang ke daerah jajahan colonial Portugis di Angola, Afrika.
Akibat paling buruk dari pemberontakan itu adalah pembunuhan masal terhadap
ratusan rakyat yang dituduh memiliki hubungan dengan pemberontakan itu. (Halaman
18)

b. Revolusi Bunga:
- Tidak disangka akan terjadi perubahan di Timor Leste jika tidak terjadi kudeta militer
di Portugal tanggal 25 April 1974. (Halaman 18)
- Kudeta tersebut tidak hanya mempengaruhi Portugal, tetapi juga mempengaruhi
daerah jajahannya di Timur Jauh. (Halaman 18)
- Kudeta yang dijuluki “Revolusi Bunga” ini memberi angin segar kepada Timor Leste
untuk membentuk organisasi-organisasi kemasyarakatan dan partai-partai politik.
(Halaman 18)
- Hubungan dingin yang terjalin antara Indonesia dan Portugis akhirnya terbuka setelah
kunjungan Gubernur Nusa Tenggara Timur El Tari ke Dili, Timor Leste dari tanggal
28 Februari sampai 2 Maret 1974 yang di sambut baik oleh Gubernur Timor Portugis
Fernando Alves Aldelia. (Halaman 19)
- Setelah menyadari dampak dari Revolusi Bunga di Portugal sampai ke Timor Leste,
Gubernur Timor Portugis Fernando Alves Aldelia mengutus Kepala Staf Angkatan
Darat Portugis Mayor Arnao Moitello untuk menemui Gubernur Nusa Tenggara
Timur El Tari di Kupang untuk menjelaskan kebijakan koloni-koloni Portugis yang
secara garis besar akan melakukan dekolonisasi. (Halaman 19)

c. Partai-Partai Politik
- Sesudah perubahan politik di Portugal, partai-partai politik di Timor Leste semakin
nyata mengumumkan keberadaan mereka kepada masyarakat umum, seperti UDT
pada tanggal 11 Mei 1974. (Halaman 19)
- Setelahnya lahirlah partai kedua yaitu Amisiacao Social Democratica Timorense atau
ASDT yang kemudian berubah nama menjadi Frente Revolucionaria de Timor-Leste
Independente atau Fretilin pada tanggal 20 Mei 1974. (Halaman 19-20)
- Partai ketiga yang lahir adalah Associacao Popolar Democraticade Timor atau
Apodeti pada tanggal 27 Mei 1974. (Halaman 20)
- Dan masih ada partai lain seperti KliburOan Timor Aswain KOTA. (Halaman 20)
- Selama bulan-bulan pertama kelahirannya, partai-partai politik ini sibuk mengadakan
konsolidasi. Tiga Partai diantaranya antara lain UDT, Fretilin, dan Apodeti
mengirimkan utusan-utusan nya kenegara-negara terdekat seperti Indonesia dan
Australia. (Halaman 20)
- Beberapa kali partai-partai politik ini mengadakan perundingan dengan Portugis,
tetapi sejauh itu ternyata tidak membuahkan hasil. (Halaman 20)

d. Perang Saudara
- Memasuki bulan September 1975 Fretilin sudah menguasai Timor Leste. Pasukan
UDT diberbagai tempat sudah dilumpuhkan. (Halaman 21)
- Demikian pula tindakan balas dendam semakin menjadi-jadi, tidak hanya kepada
UDT, tetapi juga kepada Apodeti. (Halaman 21)
- Perkembangan selanjutnya tercermin dari pernyataan para pemimpin UDT tanggal 11
September 1975 di Batugade. Hari itu tokoh UDT Lopes da Cruz, Ir.Mario
Carrasealao. Joao Carrascalao dan Nacimento memaklumkan bahwa partai-partai
UDT, Apodeti, Kota, dan Trahalhisia sudah membuat sebuah petisi dan deklarasi
penggabungan Timor Leste dengan Indonesia. (Halaman 22)

e. Proklamasi Balibo
- Pada 31 Mei 1976 Dewan Perwakilan Rakyat Timor Leste mengeluarkan petisi yang
isinya mendesak Pemerintah Indonesia agar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
menerima dan mengesahkan bersatunya rakyat serta wilayah Timor Leste ke dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Halaman 23)
- Seminggu kemudian yaitu tanggal 7 Juni 1976 para pemimpin PSTT dan DPR Timor
Leste menyerahkan petisi rakyat Timor Leste tersebut pada Presiden Republik
Indonesia di Jakarta. (Halaman 23)
- Melalui pembahasan dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia tanggal 29 Juni 1976.
kemudian, pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Penyatuan
Timor Leste ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia kepada dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (Halaman 24)
- Pada sidang Pleno DPR-RI tanggal 15 Juli 1976 secara aklamasi pimpinan dan
anggota Dewan menyetujui dan kemudian mengesahkannya dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1976 tanggal 17 Juli 1976. Dalam Undang-Undang itu dimuat
tentang penyatuan Timor Leste ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
sekaligus pembentukan Timor Leste sebagai propinsi ke-27. (Halaman 24)
- Secara simbolis Presiden kemudian menyerahkan duplikat bendera pusaka kepada
F.X. Lopes da Cruz, Amaldo dos Reis Araujo. dan salinan teks Proklamasi Republik
Indonesia kepada Lopes da Cruz. (Halaman 24)
- Sebagai tindak lanjut dari proses integrasi itu, dikeluarkan Peraturan Pemerintah
No.19 tahun 1976 yang mengatur siatus Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Timor
Leste. (Halaman 24)
- Sejak diletapkan sebagai propinsi ke-27, Timor Leste telah dipimpin oleh empat
orang gubernur, yaitu: (1). Amaldo dos Reis Araujo (1976 1978); (2). Guilherme
Maria Goncalves (1978 -1982); (3). Ir. Mario Viegas Carrascalao (1982 -1990); (4).
Abilio Jose Osorio Soares (1992). (Halaman 24)
Teks Proklamasi Bahasa Indonesia (REF: books.google.co.id)
Teks Proklamasi Bahasa Inggris (REF: books.google.co.id)
PROGRAM PEMBANGUNAN PADA AWAL INTEGRASI

 Bendasarkan kondisi awal yang mewarnai kehidupan rakyat Timor Leste pada waktu itu.
maka Pemerintah mencoba menerapkan suatu strategi pembangunan dengan
memperlakukan Timor Leste secara khusus sebagai upaya untuk memacu tingkat
pertumbuhan seoptimal mungkin mengingat kenyataan yang ada bahwa kondisi Timor
Leste pada waktu itu belum mempunyai landasan yang kuat untuk mengejar laju
pembangunan yang sedang berjalan secara nasional. Wujud nyata dari proses perlakukan
khusus adalah meliputi tahapan-tahapan pembangunan sebagai berikut: (1976-199)
(Halaman 94)
- Tahap Rehabilitasi (1976-1977) (Halaman 94)
Tahap ini mulai berlangsung pada Oktober 1976 sampai dengan Maret 1977. Pada
tahap ini, strategi pembangunan di Timor Leste ditujukan sepenuhnya untuk
merehabilitasi antara lain pemulihan kembali sarana dan prasarana yang ada termasuk
kondisi sosial kemasyarakatannya, seperti merehabilitasi pengadaan air bersih, listrik
rumah sakit, balai pengobatan, sekolah dan sarana telekomunikasi serta perhubungan
lainnya.

- Tahap Konsolidasi (1977-1978) (Halaman 95)


Tahap pembangunan berikutnya adalah tahap konsolidasi yang berlangsung dari
bulan April 1977 sampai dengan bulan Maret 1978. Tahap ini dimaksudkan untuk
mengembalikan sekaligus menata kembali infrastruktur sosial, ekonomi, maupun
politik yang dapat mendorong partisipasi masyarakat secara terkendali. Sasaran utama
tahap ini adalah melanjutkan serta meningkatkan langkah-langkah pembangunan
sebelumnya, sehingga menjangkau penataan dan perbaikan yang lebih luas.

- Tahap Stabilitasi (1978-1989) (Halaman 97)


Sebagai kelanjutan dari Tahap Konsolidasi. dilaksanakan Tahap Stabilisasi yang
dimulai pada bulan April 1978 sampai dengan bulan Maret 1982. Tahap Stabilisasi
ini diarahkan bagi pemulihan kondisi keamanan yang dapat menunjang serta
mendukung perkembangan laju pembangunan di seluruh wilayah Timor Leste.
Sasaran utama tahap ini adalah pemantapan serta peningkatan kemampuan dan
ketrampilan Aparatur Pemerintah Daerah secara menyeluruh dan terpadu.

- Tahap Pembangunan Jangka Pendek (1982-1984) (Halaman 101)


Sebagai kelanjutan dari pada Tahap Konsolidasi adalah Tahap Pembangunan Jangka
Pendek yang dimulai pada April 1982 sampai dengan Maret 1984. Bersamaan dengan
pemulihan kondisi keamanan yang didahului dengan tahap rehabilitasi serta
konsolidasi. Dalam tahap Pembangunan Jangka Pendek ini dilakukan “crash
program” yang mencoha meletakkan fondasi awal bagi kelanjutan pembangunan di
Timor Leste. Sasaran utama Pembangunan Jangka Pendek ini adalah pembangunan
sarana dan prasarana yang menunjang lancarnya roda pemerintahan serta pemantapan
ketrampilan Aparatur Pemerintah Daerah. Pada tahap ini kegiatan pembangunan
diarahkan pada pembangunan fisik prasarana pemerintahan kecamatan, prasarana
perhubungan darat berupa pembangunan jalan-jalan baru dan peningkatan mutu jalan
dengan mengaspalkan jalan negara, propinsi, dan kabupaten. Demikian pula
dilaksanakan pembangunan gedung-gedung sekolah berupa pembangunan SD Inpres
disertai penyediaan peralatan dan tenaga pengajar.

- Pembangunan Lima Tahun Keempat (1984-1989) (Halaman 105)


Untuk Propinsi Timor Leste, periode ini dinamakan periode atau tahap
pengembangan, di mana periode ini merupakam Pelita 1 untuk Timor Leste yang
mulai berlangsung dari bulan April 1984 sampai dengan bulan Maret 1989. Berbeda
dengan tahapan-tahapan sebelumnya, maka pada tahapan ini proses pembangunan
semakin terarah di mana perencanaan pembangunan telah diarahkan sesuai
Permendagri Nomor 9 Tahun 1982 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan dan
Pengendalian Pembangunan di Daerah.
i. Program Pembangunan Regional (Halaman 105)
Program Pembangunan Timor Leste dalam tahapan Pelita IV ini berpedoman
pada Pola Dasar Pembangunan Daerah, dengan menetapkan 5 sektor prioritas,
yaitu Pertanian, Perhubungan, Pendidikan. Kesehatan, dan Pemantapan
Aparatur Pemerintah. Karena perencanaan dari sektor-sektor tersebut telah
diadakan, maka koordinasi melalu Mata Anggaran 16 Departemen Dalam
Negeri hanya bersifat melengkapi kebutuhan daerah yang belum tertangani
oleh sektor seperti pembangunan prasarana perkantoran, sarana transportasi
dan fasilitas umum lainnya. Seperti telah dilaksanakan sebelam tahapan ini,
yakni pada Tahap Pembangunan Jangka Pendek, pelaksanaan pembangunan di
Timor Leste masih ada di bawah pengendalian khusus dengan instruksi
Menteri Dalam Negeri menyangkut masalah pendanaan yang seluruhnya masih
dikoordinir melalui Mata Anggaran 16 Departemen Dalam Negeri.
ii. Pembangunan Nasional (Halaman 106)
Selanjutnya, dalam Repelita IV (1983/1984- 1988/1989) titik berat
pembangunan pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun industri
ringan, serta perbaikan prasarana pelayanan sosial, dan pengembangan sumber
daya manusia.
Untuk menciptakan kerangka landasan sebagaimana diamanatkan GBHN,
diusahakan terciptanya kondisi nasional yang memberikan rangsangan serta
peluang seluas-luasnya bagi semua potensi pembangunan untuk berpartisipasi
dan berprestasi dengan mengusahakan keseimbangan dan daerah. Pemanfaatan
dan pembangunan di berbagai bidang, sektor dan keserasian pengembangan
sumber dana dan daya, pengembangan keahlian, peningkatan pendapatan
berbagai kelompok masyarakat dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan
bangsa Indonesia dapat bertumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri
menuju masyarakat adil dan makmur.
iii. Pembangunan Sektoral (Halaman 108)
Prioritas pembangunan di bidang ekonomi pada Pelita IV mencangkup usaha
meningkatkan produksi tanaman pangan, peternakan dan kehutanan. Selain itu
juga dilaksanakan perluasan prasarana dan sarana perhubungan secara merata
ke seluruh daerah untuk membuka daerah-daerah yang masih terisolasi.

- Pembangunan Lima Tahun Kelima (1989-1994) (Halaman 166)


Pembangunan Lima Tahun Kelima mulai berlangsung pada April 1989 sampai
dengan Maret 1994. Dalam Pelita V ini, program Pembangunan Timor Leste
berpedoman pada Pola Dasar Pembangunan Daerah dengan menetapkan 6 skala
prioritas, yaitu: Pertanian, Perhubungan, Pendidikan, Kesehatan, Pemantapan
Aparatur Pemerintah dan Pembangunan Daerah.
i. Pemantapan Landasan Pembangunan Daerah (Halaman 166)
Kondisi Timor Leste sangat memerlukan perhatian yang serius dalam
penanganannya. Dengan demikian Pelita V diharapkan akan dapat lebih
memantapkan pembangunan daerah melalui penanggulangan terhadap berbagai
kendala yang ada sekaligus mempertajam prioritas pembangunan daerah.
ii. Hasil Pembangunan Lima Tahun Pelita V (Halaman 168)
Kendatipun secara kualitatif hasil-hasil pembangunan di Timor Leste belum
dapat menjamin suatu kepuasan yang optimal karena pada hakekatnya
pembangunan itu merupakan suatu proses yang berkesinambungan, namun
upaya rakyat Timor Leste merasa Pemerintah selama 20 tahun terakhir ini telah
menghantarkan rakyat Timor Leste menuju suatu kehidupan yang lebih baik
dari sebelumnya.

- Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (1994-1999) (Halaman 234)


Rencana Pembangunan Lima Tahun ke-VI dimulai pada April 1994 sampai dengan
Maret 1999. Dalam Repelita VI ini, program Pembangunan Timor Leste berpedoman
pada Pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi Tingkat 1 Timor Leste, dengan
menetapkan tiga skala prioritas, yaitu: Pengurangan tingkat kemiskinan, Peningkatan
Kualitas Sumber Daya Manusia, dan Memantapkan Iklim sosial politik yang mantap
dan dinamis.
Pembangunan Timor Leste tidak terlepas dari konstelasi pembangunan nasional
Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dilaksanakan secara
murni dan konsekuen. Dengan demikian, dalam kedudukannya sebagai sub-sistem
dalam satu kesatuan sistem pembangunan nasional, tujuan pembangunan daerah
Timor Leste termasuk permasalahannya serta strategi yang digunakan adalah sejalan
dengan tujuan dan strategi nasional yang disesudikan dengan situasi, kondisi, potensi,
dan kendala yang dihadapi di Timor Leste.

Anda mungkin juga menyukai