Anda di halaman 1dari 7

Lex Crimen Vol. IV/No.

6/Ags/2015

PENGGUNAAN KEKERASAN SECARA BERSAMA KUHPidana mengancamkan pidana terhadap


DALAM PASAL 170 DAN PASAL 358 KUHP1 penggunaan kekerasan, antara lain
Oleh : Soterio E. M. Maudoma2 pembunuhan dan penganiayaan, mulai dari
pembunuhan dan penganiayaan yang
ABSTRAK merupakan serangan dari seseorang terhadap
Penggunaan kekerasan oleh seseorang seorang lain, perkelahian tanding (dalam Buku
terhadap orang lain, merupakan hal yang II Bab VI KUHPidana) di mana dua orang secara
dilarang dalam hukum pidana karena sadar sepenuhnya memulai duel satu lawan
penggunaan kekerasan membawa akibat satu, sampai pada penggunaan kekerasan oleh
berupa luka ataupun kematian. Untuk itu sejumlah orang bersama-sama dalam berbagai
dalam KUHPidana telah dirumuskan dan bentuknya.
diancamkan pidana terhadap berbagai cara dan Larangan terhadap penggunaan kekerasan
akibat dari perbuatan yang menggunakan secara bersama dapat ditemukan antara lain
kekerasan. Larangan terhadap penggunaan dalam Pasal 170 KUHPidana, terletak dalam
kekerasan secara bersama dapat ditemukan Buku II (Kejahatan), Bab V (Kejahatan terhadap
antara lain dalam Pasal 170 KUHPidana, Ketertiban Umum), yang menentukan bahwa,
terletak dalam Buku II (Kejahatan), Bab V (1) Barangsiapa dengan terang-terangan dan
(Kejahatan terhadap Ketertiban Umum), tetapi, dengan tenaga bersama menggunakan
juga dapat ditemukan pasal lainnya di mana kekerasan terhadap orang atau barang,
terjadi penggunaan kekerasan bersama, yaitu diancam dengan pidana penjara paling
Pasal 358 KUHPidana yang terletak dalam Buku lama lima tahun enam bulan.
II (Kejahatan), Bab XX (Penganiayaan). (2) Yang bersalah diancam :
Kata Kunci: Orang, KUHPidana 1. dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun, jika ia dengan sengaja
A. PENDAHULUAN menghancurkan barang atau jika
Berbagai media massa baik elektronik kekerasan yang digunakan
maupun cetak dapat dibaca dan dilihat tentang mengakibatkan luka-luka;
meningkatnya perbuatan-perbuatan kekerasan 2. dengan pidana penjara paling lama
dalam masyarakat. Perbuatan kekerasan itu sembilan tahun, jika kekerasan
mencakup baik kekerasan dari satu orang mengakibatkan luka berat;
terhadap seorang lain maupun kekerasan yang 3. dengan pidana penjara paling lama dua
dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa belas tahun, jika kekerasan
orang ataupun massa terhadap orang-orang mengakibatkan maut.
lain dan harta benda. Di wilayah Propinsi (3) Pasal 89 tidak diterapkan. 3
Sulawesi Utara ini, khususnya Manado,
Minahasa dan Bolaang Mongondow, selama Pasal ini mengancamkan pidana terhadap
beberapa tahun terakhir ini diberitakan telah perbuatan yang “terang-terangan” dan “dengan
terjadi sejumlah perkelahian massa yang tenaga bersama menggunakan kekerasan”,
disebut sebagai perkelahian antar kampung. terhadap orang atau barang. Juga dalam pasal
Penggunaan kekerasan oleh seseorang ini terdapat pemberatan pidana berdasarkan
terhadap orang lain, merupakan hal yang akibat-akibat dari perbuatan kekerasan itu,
dilarang dalam hukum pidana karena yaitu akibat berupa luka-luka, luka berat dan
penggunaan kekerasaan membawa akibat kematian (maut).
berupa luka ataupun kematian. Untuk itu Tetapi, dalam KUHPidana juga dapat
dalam KUHPidana telah dirumuskan dan ditemukan pasal lainnya di mana terjadi
diancamkan pidana terhadap berbagai cara dan penggunaan kekerasan bersama, yaitu Pasal
akibat dari perbuatan yang menggunakan 358 KUHPidana yang terletak dalam Buku II
kekerasan. (Kejahatan), Bab XX (Penganiayaan).

1
Artikel Skripsi.
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, cetakan ke-4,
080711311 2002, hal.59-60.

67
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

Bunyi Pasal 358 KUHPidana, menurut guna penyusunan skripsi, penulis menggunakan
terjemahan Tim Penerjemah Badan Pembinaan metode penelitian kepustakaan (library
Hukum Nasional, yaitu, research), yaitu dengan mempelajari berbagai
Mereka yang sengaja turut serta dalam pustaka hukum, himpunan peraturan
penyerangan atau perkelahian di mana perundang-undangan, artikel-artikel, dan
terlibat beberapa orang, selain tanggung berbagai sumber tertulis lainnya.
jawab masing-masing terhadap apa yang
khusus dilakukan olehnya, diancam : PEMBAHASAN
1. dengan pidana penjara paling lama dua 1. Penggunaan Kekerasan Secara Bersama
tahun delapan bulan, jika akibat Dalam Pasal 170 KUHPIDANA
penyerangan atau perkelahian itu ada Oleh J.M. van Bemmelen diberikan
yang luka-luka berat; komentar terhadap Pasal 141 Strafwetboek
2. dengan pidana penjara paling lama Belanda (= pasal 170 KUHP), jadi khususnya
empat tahun, jika akibatnya ada yang berkenaan dengan keadaan di negeri Belanda
mati. 4 sendiri, sebagai berikut,
…, dengan terang-terangan dan dengan
Pasal ini mengancamkan pidana terhadap tenaga bersama menggunakan kekerasan
perbuatan “penyerangan” atau “perkelahian di terhadap orang atau barang, adalah salah
mana terlibat beberapa orang”. Sekalipun satu kejahatan terhadap ketertiban umum
dalam pasal ini tidak secara tersurat (eksplisit) yang sering sekali terjadi. Dalam banyak
disebutkan unsur “kekerasan”, tetapi suatu peristiwa perbuatan ini juga ditujukan
penyerangan atau perkelahian dengan terhadap penguasa umum (misalnya
sendirinya berupa penggunaan kekerasan. melempar polisi dengan batu). 5
Dalam menghadapi suatu kasus di mana Di negara Belanda, sebagaimana yang
terjadi penggunaan kekerasan oleh beberapa dikemukakan oleh Van Bemmelen, sering sekali
orang akan muncul pertanyaa tentang pasal terjadi perbuatan seperti yang dirumuskan
mana yang lebih tepat untuk diterapkan. dalam Pasal 141 KUHPidana Belanda (= Pasal
Kedua pasal tersebut memiliki ancaman pidana 170 KUHPidana Indonesia). Perbuatan-
yang beratnya berbeda relatif cukup banyak, perbuatan tersebut dilakukan dalam rangka
sehingga penentuan hal tersebut mempunyai unjuk rasa (demonstrasi), yang seringkali
pengaruh yang besar pula terhadap para disertai dengan lemparan-lemparan batu ke
terdakwa. arah petugas yang menjaga keamanan.
Dengan latar belakang tersebut maka dalam Di Indonesia, sampai pada beberapa tahun
rangka penulisan skripsi penulis telah memilih yang lalu perbuatan-perbuatan seperti yang
masalah ini untuk dibahas, yang dicakup di dikemukakan oleh Van Bemmelen tersebut
bawah judul “Penggunaan Kekerasan Secara dapat dikatakan jarang terjadi, tetapi dewasa
Bersama dalam Pasal 170 dan Pasal 358 ini tidak lagi demikian. Dalam sejumlah
KUHPidana”. peristiwa unjuk rasa (demonstrasi) telah terjadi
penyerangan-penyerangan terhadap petugas
B. PERMASALAHAN keamanan dengan antara lain menggunakan
1. Bagaimana substansi (materi pokok) dari batu atau benda-benda keras lainnya yang
Pasal 170 KUHPidana? dilemparkan. Polisi yang terkena lemparan
2. Bagaimana hakekat perbedaan antara Pasal batu itu jelas mengalami luka-luka.
170 KUHPidana dengan Pasal 358 Dari sudut sistematika KUHPidana, Pasal 170
KUHPidana? merupakan salah satu pasal yang diletakkan
dalam Buku II tentang Kejahatan pada Bab V
C. METODE PENELITIAN yang berjudul “Kejahatan terhadap Ketertiban
Penelitian ini merupakan penelitian yang Umum”. Jadi, tindak pidana yang dirumuskan
bersifat yuridis-normatif, di mana untuk
menghimpun bahan-bahan yang dibutuhkan 5
J.M. van Bemmelen, Hukum Pidana 3. Bagian Khusus
Delik-delik Khusus, terjemahan Hasnan, Binacipta, 1986,
4
Ibid., hal. 120. hal. 124.

68
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

dalam pasal 170 ini pertama-tama adalah 3. dengan pidana penjara paling lama dua
tindak pidana yang merupakan pelanggaran belas tahun, jika kekerasan
atau gangguan terhadap ketertiban umum. mengakibatkan maut.
Adanya orang yang luka atau mati, serta (6) Pasal 89 tidak diterapkan. 6
rusaknya barang-barang, bukanlah sasaran
utama dari pembuatan pasal ini melainkan Rumusan pasal ini dalam terjemahan P.A.F.
merupakan akibat-akibat dari perbuatan Lamintang dan C.D. Samosir adalah,
menggunakan kekerasan secara bersama (1) Barangsiapa secara terbuka dan secara
tersebut, di mana kedudukannya adalah bersama-sama melakukan kekerasan
sebagai alasan untuk memberatkan pidana. terhadap manusia atau barang, dihukum
S.R. Sianturi juga telah membahas pasal ini dengan hukuman penjara selama-lamanya
di bawah Bagian II “Tindak Pidana terhadap lima tahun dan enam bulan.
Masyarakat”. Jika kita mempelajari buku (2) Orang yang bersalah itu dihukum:
Sianturi, penulis ini membagi bukunya atas tiga 1. dengan hukuman penjara selama-
bagian, yaitu : lamanya tujuh tahun, jika ia dengan
Bagian I : Tindak pidana terhadap negara; sengaja telah menghancurkan barang-
Bagian II : Tindak Pidana terhadap masyarakat; barang atau jika kekerasan yang telah
Bagian III : Tindak pidana terhadap pribadi. dilakukannya itu telah menyebabkan
Pembagian ini disesuaikan dengan orang mendapat luka pada tubuhnya;
pembagian kepentingan-kelompok kepentingan 2. dengan hukuman penjara selama-
hukum yang dilindungi dalam hukum pidana lamanya sembilan tahun, jika kekerasan
(KUHPidana), yaitu kepentingan hukum negara, tersebut telah menyebabkan orang
kepentingan hukum masyarakat dan mendapat luka berat pada tubuhnya;
kepentingan hukum pribadi (individu). 3. dengan hukuman penjara selama-
Dengan demikian, dari sudut pandang S.R. lamanya duabelas tahun, jika kekerasan
Sianturi, juga pasal 170 KUHPidana ini pertama- tersebut telah menyebabkan matinya
tama adalah berkenaan dengan kepentingan orang.
hukum masyarakat, yaitu yang berupa (3) Pasal 89 tidak diberlakukan dalam hal ini. 7
pelanggaran atau gangguan terhadap Berdasarkan terjemahan-terjemahan
ketertiban umum. Tindak pidana Pasal 170 tersebut, yaitu terjehamahan BPHN dan
KUHPidana ini tidak diletakkannya sebagai terjemahan oleh Lamintang & Samosir, dapat
berkenaan dengan kepentingan perseorangan. ditarik unsur-unsur dari pasal 170 ayat (1)
Rumusan pasal 170 KUHPidana, dalam KUHPidana ini sebagai berikut :
terjemahan oleh Tim Penerjemah Badan 1. Barangsiapa;
Pembinaan Hukum Nasional, adalah sebagai 2. Dengan terang-terangan/secara terbuka;
berikut, dan,
(4) Barang siapa dengan terang-terangan dan 3. Dengan tenaga bersama/secara bersama-
dengan tenaga bersama menggunakan sama;
kekerasan terhadap orang atau barang, 4. Menggunakan/melakukan kekerasan;
diancam dengan pidana penjara paling 5. Terhadap orang/manusia atau barang.
lama lima tahun enam bulan.
(5) Yang bersalah diancam : 1. Barangsiapa
1. dengan pidana penjara paling lama Yang menjadi pertanyaan berkenaan dengan
tujuh tahun, jika ia dengan sengaja unsur ini, yaitu: berapa orang seharusnya
menghancurkan barang atau jika petindak dari tindak pidana ini agar memenuhi
kekerasan yang digunakan unsur subyek dari delik ini?
mengakibatkan luka-luka;
2. dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun, jika kekerasan
6
mengakibatkan luka berat; KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, cetakan ke-4,
2002, hal.59-60.
7
P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Hukum Pidana
Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1983, hal. 82-83.

69
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

Secara yuridis memang tidak ada 4. Menggunakan/melakukan kekerasan


pembatasan jumlah minimum. Dengan Van Bemmelen menulis, “Tindakan
demikian, cukup dengan adanya dua orang saja kekerasan ditafsirkan oleh H.R. dengan luas:
telah memenuhi persyaratan untuk dapat Dengan tenaga bersama atau dengan bersekutu
dituntut berdasarkan pasal ini. dengan beberapa orang mendekati orang lain
sambil mengancam di jalan raya dan mendesak
2. Dengan terang-terangan/secara terbuka orang itu, tepat sekali dipandang oleh hakim
Wirjono Prodjodikoro menulis, “Secara sebagai tindakan kekerasan”. 12
terang-terangan (openlijk) berarti ‘tidak secara
bersembunyi’. Jadi tidak perlu di muka umum 5. Terhadap orang/manusia atau barang
(in het openbaar), cukup, apabila tidak Mengenai pengertian istilah “orang” atau
diperdulikan, apa ada kemungkinan orang lain “manusia” yang dimaksudkan dalam unsur ini,
dapat melihatnya”. 8 Hoge Raad, dalam putusannya tanggal 27-4-
J.M. van Bemmelen memberikan uraian 1896, memberikan pertimbangan bahwa,
ringkas tapi jelas mengenai unsur “dengan “tindakan kekerasan terhadap sebuah
terang-terangan” ini sebagai berikut, detasemen polisi adalah mungkin, karena pasal
Terang-terangan adalah lawan dari dengan 170 KUHPidana ini tidak mengadakan
sembunyi. Kejahatan itu adalah terhadap perbedaan antara pegawai negeri dan orang-
ketertiban umum. Jadi harus dapat dilihat orang lainnya.” 13
oleh publik. …… H.R. menganggap pasal ini Apakah setiap orang yang turut jalan
tidak berlaku terhadap tindakan kekerasan bersama-sama dengan rombongan yang
yang dilakukan di tempat sunyi, yang tidak melakukan kekerasan turut juga bertanggung
mengganggu ketenangan umum, juga jawab atas perbuatan-perbuatan yang
walaupun perbuatan itu dilakukan di jalan dilakukan anggota lainnya dari rombongan itu?
raya di Haarlemmeerhout. 9 S.R. Sianturi memberikan penjelasan
Dengan demikian “secara terbuka” (Bld.: mengenai hal ini dengan mengutip keterangan
openlijk), sebagaimana yang lazimnya diartikan, dalam risalah penjelasan (memorie van
yaitu bahwa peristiwa itu dapat dilihat dari toelichting) rancangan KUHPidana sebagai
tempat umum. Apakah peristiwa itu sendiri berikut,
terjadi di tempat umum atau bukan, tidaklah Penting untuk diperhatikan bahwa
menjadi persoalan. pembuatan delik ini menurut penjelasannya
(m.v.t.) tidak ditujukan kepada kelompok,
3. Dengan tenaga bersama/secara bersama- massa, gerombolan masyarakat yang tidak
sama turut melakukan kekerasan tersebut. Delik
Oleh Wirjono Prodjodikoro dikatakan ini hanya ditujukan kepada orang-orang di
bahwa, “Unsur ‘bersama-sama’ (met antara gerombolan-gerombolan tersebut
vereenigde krachten) memerlukan adanya dua yang benar-benar secara terbuka dan tenaga
pelaku atau lebih, yang bersekongkol saling bersama melakukan kekerasan tsb.14
menolong dalam melakukan kekerasan”. 10
S.R. Sianturi menulis, “… setidak-tidaknya Dengan demikian, masing-masing peserta
ada saling pengertian mengenai yang dilakukan dari suatu rombongan hanya bertanggung
dengan tenaga bersama itu. Apakah ‘saling jawab sebatas apa yang ia sendiri telah lakukan.
pengertian’ itu terjadi jauh sebelum kejadian Perbuatan anggota lainnya dari rombongan,
itu atau pada waktu kejadian itu tidak dan akibat-akibatnya, tidak dapat
dipersoalkan”.11 dipertanggung jawabkan pada orang yang tidak
melakukan perbuatan tersebut.

8
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
Indonesia, PT Eresco, Jakarta-Bandung, cet.ke-2, 1974, h.
171.
9 12
Bemmelen, Op.cit., h. 124-125. Bemmelen, Op.cit., hal. 125.
10 13
Prodjodikoro, Loc.cit. Lamintang, Samosir, Loc.cit.
11 14
Sianturi, Loc.cit. Sianturi, Op.cit., h. 324.

70
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

Berkenaan dengan Pasal 170 KUHPidana ini, 5. Jika akibat penyerangan atau perkelahian
perlu pula dilihat dari sudut ketentuan- itu ada yang luka-luka berat, atau jika
ketentuan mengenai penyertaan (deelneming). akibatnya ada yang mati.
Penyertaan (deelneming) merupakan
kebalikan dari apa yang dinamakan Unsur-unsur pasal ini akan diuraikan satu
perbarengan (samenloop; concursus). Dalam persatu dalam bagian berikut ini.
perbarengan, satu orang melanggar beberapa 1. Mereka
tindak pidana. Sebaliknya, dalam penyertaan Kata “mereka” ini secara tegas telah
(deelneming), beberapa orang, setidak-tidaknya menunjukkan bahwa pelaku dari tindak pidana
lebih dari satu orang, terlibat dalam satu tindak ini adalah lebih daripada satu orang.
pidana.
Dengan demikian, penyertaan memiliki 2. Yang sengaja
kaitan erat dengan peristiwa-peristiwa di mana Dengan penyebutan unsur “dengan sengaja”
beberapa orang secara bersama-sama ini berarti bentuk kesengajaan di sini mencakup
melakukan tindakan kekerasan. tiga bentuk kesengajaan yang dikenal dalam
doktrin dan yurisprudensi, yaitu (1) sengaja
2. Perbedaan Dengan Pasal 358 Kuhpidana sebagai maksud; (2) sengaja dengan kesadaran
Dalam sistematika KUHP, pasal 358 tentang keharusan; dan (3) sengaja dengan
KUHPidana merupakan salah satu pasal dalam kesadaran tentang kemungkinan.
Buku II Bab XX tentang “Penganiayaan”. S.R. Pencantuman unsur sengaja ini juga
Sianturi membahas pasal ini dibawah Bagian III menunjukkan bahwa unsur-unsur lainnya yang
: Tindak Pidana terhadap Pribadi. Jadi, berbeda berada di belakang unsur “dengan sengaja”
halnya dengan pasal 170 KUHPidana yang tersebut diliputi oleh unsur “dengan sengaja”
dibahasnya di bawah Bagian II : Tindak Pidana tersebut. Dengan demikian, keikutsertaan
terhadap Masyarakat. seseorang dalam penyerangan atau perkelahian
Pasal 358 KUHPidana, menurut terjemahan tersebut memang disengaja oleh yang
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum bersangkutan.
Nasional, menentukan,
Mereka yang sengaja turut serta dalam 3. Turut serta
penyerangan atau perkelahian di mana “Turut serta” serta di sini adalah dalam arti
terlibat beberapa orang, selain tanggung yang luas, yaitu setiap bentuk keikutsertaan
jawab masing-masing terhadap apa yang dalam penyerangan atau perkelahian. S.R.
khusus dilakukan olehnya, diancam : Sianturi memberikan keterangan,
1. dengan pidana penjara paling lama dua Perlu diperhatikan bahwa dalam penerapan
tahun delapan bulan, jika akibat pasal ini kehendak orang-orang tersebut
penyerangan atau perkelahian itu ada yang harus dibuktikan adalah kehendak
yang luka-luka berat; untuk bergabung (turut serta dalam arti
2. dengan pidana penjara paling lama yang luas, bukan hanya seperti yang diaksud
empat tahun, jika akibatnya ada yang pada pasal 55 dst) dalam
mati. 15 penyerangan/perkelahian itu. Apa motifnya
untuk bergabung dinilai tersendiri, dalam
Unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 358 arti jika penggabungannya itu sambil
KUHPidana ini adalah sebagai berikut: melakukan tindak pidana lainnya, misalnya :
1. Mereka; merampas perhiasan/barang fihak
2. Yang sengaja; lawannya, dsb, maka tindak pidana tsb
3. Turut serta; menjadi tanggung jawab tersendiri dari yang
4. Dalam penyerangan atau perkelahian di melakukan itu. 16
mana terlibat beberapa orang.

15 16
KUHAP dan KUHP, Op.cit., hal.120. Sianturi, Op.cit., hal. 515.

71
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

4. Dalam penyerangan atau perkelahian di seseorang yang turut bergabung dalam


mana terlibat beberapa orang perkelahian tersebut”.18
Mengenai “penyerangan” dan “perkelahian” Jadi, ditegakkannya pasal ini adalah dengan
diberikan penjelasan oleh Sianturi, melihat pada akibat penyerangan atau
Perbedaan antara penyerangan (aanval) dan perkelahian tersebut : apakah ada yang luka-
perkelahian (vechterij) ialah bahwa pada luka berat atau mati? Jika tidak ada, jadi
perkelahian, kehendak (dolus) untuk misalnya yang ada hanyalah orang yang luka-
berkelahi itu dipandang ada pada kedua luka ringan saja, maka pasal ini juga tidak dapat
bnelah pihak termasuk kepada yang diterapkan pada mereka yang terlibat pada
menggabungkan (turut serta) kemudian, penyerangan atau perkelahian itu.
sedangkan pada penyerangan kehendak itu Jika ada yang luka berat atau mati, maka
berada pada fihak yang menyerang yang semua yang terlibat dalam penyerangan atau
kemudiab biasanya fihak yang diserang akan peerkelahian tersebut diancam pidana yang
berusaha mempertahankan diri. Namun jika ditentukan dalam pasal 358 KUHPidana.
setelah sekian saat, dapat juga terjadi Sedangkan terhadap orang yang perbuatannya
berbalik keadaan, di mana tadinya ia sebagai mengakibat orang luka berat atau mati,
fihak yang mempertahankan diri menjadi bertanggungjawab atas akibat-akibat tersebut.
fihak yang menyerang dan terjadilah Dengan demikian terhadap dirinya dilakukan
perkelahian yang lebih seru dan sudah sukar penuntutan berdasarkan pasal-pasal
untuk menentukan di fihak mana sekarang penganiayaan yang menyebabkan orang luka
kehendak itu berada. Dalam hal ini pada berat atau mati, ataupun dengan pasal
kedua belah fihak dipandang ada kehendak pembunuhan.
itu. 17 Dalam unsur ke lima ini - jika akibat
penyerangan atau perkelahian itu ada yang
Dalam penyerangan atau perkelahian itu luka-luka berat atau akibatnya ada yang mati -
terlibat beberapa orang. Dalam hal ini terletak perbedaan dengan pasal 170
diperlukan lebih daripada sekedar satu lawan KUHPidana. Perbedaan-perbedaannya adalah :
satu. Jika hanya satu lawan satu saja, tidak 1. Pemidanaan terhadap mereka yang terlibat
perlu sampai pasal ini diadakan, karena yang dalam perbuatan yang dirumuskan dalam
bersangkutan cukup dapat dituntut dengan pasal 170 adalah karena perbuatan mereka
pasal pembunuhan atau penganiayaan saja. itu telah mengganggu ketertiban umum.
Apakah ada orang luka atau mati, tidaklah
5. Jika akibat penyerangan atau perkelahian menjadi persoalan. Adanya orang yang
itu ada yang luka-luka berat, atau jika luka-luka, luka berat atau mati, hanyalah
akibatnya ada yang mati. merupakan alasan pemberat pidana belaka.
Orang yang terlibat dalam penyerangan atau Sebaliknya adalah Pasal 358 KUHPidana,
perkelahian hanya dapat dituntut berdasarkan karena penyerangan atau perkelahian itu
pasal 358 KUHP apabila sebagai akibat sendiri tidak diancamkan pidana melalui
penyerangan atau perkelahian itu ada orang pasal ini. Pasal ini baru dapat diterapkan
yang luka berat atau mati. Sekalipun ada jika sebagai akibat penyerangan atau
penyerangan dan perkelahian tetapi pada perkelahian itu ada orang yang luka berat
akhirnya tidak ada yang luka berat atau mati atau mati.
sebagai akibatnya, maka pasal ini juga tidak 2. Mereka yang terlibat dalam rombongan
dapat diterapkan. berkenaan dengan Pasal 170 KUHPidana,
Oleh Sianturi dikatakan bahwa, “Untuk hanya bertanggungjawab terhadap apa
dapat memidana peserta (peelaku) dari yang ia sendiri lakukan. Siapa yang melukai
kejahatan ini, dipersyaratkan bahwa orang atau menyebabkan matinya orang, ia
penyerangan/perkelahian itu harus sendiri yang bertanggungjawab, sedangkan
mengakibatkan luka berat atau matinya anggota lainnya dari rombongan tersebut
tidak dipertanggung jawabkan atas hal itu.

17 18
Ibid. Ibid., hal. 514.

72
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

Dalam Pasal 358 KUHPidana, jika ada orang


yang luka berat, maka semua mereka yang DAFTAR PUSTAKA
turut serta dalam penyerangan atau KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta,
perkelahian tersebut diancam dengan pidana cetakan ke-4, 2002.
maksimum 2 tahun 8 bulan; dan jika ada orang Lamintang P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum
yang mati, maka semua mereka yang turut Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
serta dalam penyerangan atau perkelahian itu 1983.
diancam dengan pidana maksimum 4 tahun. Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina
Tidak menjadi soal sekalipun luka beratnya atau Aksara, Jakarta, cet.ke-2, 1984.
matinya orang tersebut bukan akibat dari Prodjodikoro Wirjono, Tindak-tindak Pidana
perbuatannya, melainkan perbuatan orang lain Tertentu di Indonesia, PT Eresco, Jakarta-
yang terlibat dalam penyerangan atau Bandung, cet.ke-2, 1974.
perkelahian tersebut. _________, Asas-asas Hukum Pidana di
Indonesia, PT Eresco, Jakarta-Bandung,
PENUTUP cet.ke-3, 1981.
A. Kesimpulan Sianturi, S.R., SH, Tindak Pidana di KUHP
1. Substansi Pasal 170 KUHPidana adalah Berikut Uraiannya, Alumni AHM-PTHM,
sebagai kejahatan terhadap kepentingan Jakarta, 1983.
masyarakat, yang terutama ditujukan Utrecht E., Hukum Pidana I, Penerbitan
menghadapi unjuk rasa (demonstrasi) Universitas, Bandung, 1962.
yang menggunakan kekerasan secara van Bemmelen J.M., Hukum Pidana 3. Bagian
bersama terhadap orang atau barang. Khusus Delik-delik Khusus, terjemahan
2. Substansi Pasal 358 KUHPidana adalah Hasnan, Binacipta, 1986.
sebagai kejahatan terhadap kepentingan
perseorangan, di mana dilakukan cara
penyerangan atau perkelahian oleh
beberapa orang. Perbedaan dengan
Pasal 170 KUHPidana, yaitu Pasal 170
KUHPidana dapat mencakup jumlah
massa yang lebih besar yang tidak saling
kenal mengenal satu dengan yang lain,
sehingga masing-masing orang hanya
bertanggungjawab atas perbuatannya
sendiri, sedangkan dalam Pasal 358
KUHPidana, selain bertanggungjawab
atas perbuatan sendiri juga turut
bertanggungjawab atas akibat perbuatan
orang lain.

B. Saran
1. Rumusan tindak pidana sebagaimana
yang ada sekarang dalam Pasal 170 dan
358 KUHPidana masih relevan dan perlu
dipertahankan dalam KUHPidana
Nasional mendatang.
2. Terhadap penganjur/pembujuk,
penghasut, dan pemimpin dari tindak
pidana Pasal 358 KUHPidana perlu lebih
diperberat dan dibedakan dari mereka
yang hanya sebagai orang yang
dianjurkan/dibujuk, dihasut atau
dipimpin.

73

Anda mungkin juga menyukai