Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TERSTRUKTUR-1 HUKUM PERDATA

Laura Septiani Agatha, 225010101111048

A. ATTACHMENT KASUS

Source https://hot.detik.com/celeb/d-5522186/thalita-latief-jadi-korban-kdrt-
dijedotin-hingga-gigi-patah

B. POSISI KASUS
Pihak yang terlibat:
1. Thalita Anne Marie Latief sebagai Penggugat
2. Dennis Rizky sebagai Tergugat
Penggugat dan Tergugat adalah suami istri yang sah, menikah pada tanggal 9
Oktober 2011. Penggugat dan Tergugat juga telah dikaruniai seorang anak laki-
laki bernama Rafello Dimitri Rezky yang lahir pada tanggal 20 Juni 2012.
Atas pengakuan dari Ibunda penggugat, menyatakan bahwa Penggugat tidak
pernah mendapatkan tanggung jawab dari Tergugat. Tergugat tidak pernah
sekalipun memberikan nafkah untuk memenuhi kebutuhan baik untuk Penggugat
dan anaknya. Pengakuan lainnya dari Ibunda Penggugat ialah bahwa Penggugat
dan Tergugat telah terlibat dengan pertengkaran sejak awal perkawinan.
Tergugat juga pernah melakukan zina atau perselingkuhan dengan wanita lain
yang tidak diketahui oleh Penggugat. Hal ini tidak dijelaskan secara detail waktu
terjadinya oleh Tergugat di publik.
Lalu, pada rentang tahun 2016, Tergugat melakukan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) kepada Penggugat yang dilakukan secara berkala. Dalam hal
kekerasan ini, Penggugat menceritakan mengenai apa yang dilaluinya di
antaranya yaitu,
a. Tergugat melempar ponsel pintar ke Penggugat dan menyebabkan keluarnya
darah di daerah bibir hingga dagu serta lepasnya gigi Penggugat yang
berjumlah 2 (dua) di bagian depan.
b. Tergugat membenturkan jidat Penggugat dengan kepala Tergugat hingga
muncul benjolan dan mengeluarkan darah, hal tersebut dilakukan Tergugat di
depan anak Tergugat dan Penggugat.
Tahun 2017, Tergugat meninggalkan rumah di mana Penggugat dan anak
tinggal. Hingga Penggugat melayangkan gugatannya yaitu di tahun 2021,
Penggugat tak pernah menginjakkan kakinya kembali di rumah Tergugat dan
anaknya.
Awal tahun 2020, Penggugat mengidap penyakit Kanker Tiroid Stadium 4.
Tergugat yang seyogyanya sebagai suami hanya pernah menjenguk Penggugat
2 (dua) kali hingga akhirnya Tergugat sembuh dari penyakit tersebut.
22 Maret 2021, Penggugat mengajukan gugatan cerainya ke Pengadilan Agama
Jakarta Pusat yang lalu dikabulkan oleh Pengadilan pada 29 Juli 2021.

C. ANALISIS KASUS
Pasal 207 KUHPer menyebutkan bahwa perceraian perkawinan tidak boleh
dilakukan hanya karena kesepakatan bersama. Berikut adalah alasan-alasan
Penggugat mengajukan gugatan perceraiannya,

1. Tidak memberikan nafkah


2. Sempat melakukan perselingkuhan.
3. Melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
4. Tidak memberikan perhatian yang seyogyanya kepada Penggugat dan
anak.
5. Meninggalkan tempat tinggal bersama
Hal ini sama seperti yang tertulis pada Pasal 209 KUHPer tentang dasar-dasar
berakibat perceraian perkawinan yaitu,
1. Zina;
2. Meninggalkan tempat tinggal bersama dengan itikad buruk;
3. Dikenakan hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat
lagi, setelah dilangsungkan perkawinan;
4. Pencederaan berat atau penganiayaan, yang dilakukan oleh salah
seorang dan suami istri itu terhadap yang lainnya sedemikian rupa,
sehingga membahayakan keselamatan jiwa, atau mendatangkan luka-
luka yang berbahaya.
Zina dalam hal ini ialah perselingkuhan yang dilakukan oleh Tergugat yang telah
diketahui oleh Penggugat, hasil dari zina ini ialah guncangan mental yang
dirasakan Penggugat.
Tergugat juga telah meninggalkan tempat tinggal bersama selama terhitung 3
tahun hingga dilayangkannya gugatan oleh Tergugat.
Tidak diberikannya nafkah sejak awal pernikahan dapat dinyatakan bersalah jika
mengacu pada Pasal 107 KUHPer yang berbunyi, “Setiap suami wajib menerima
isterinya di rumah yang ditempatinya. Dia wajib melindungi isterinya, dan
memberinya apa saja yang perlu, sesuai dengan kedudukan dan
kemampuannya.”
Kekerasan dalam rumah tangga menyinggung nomor 4 pada pasal 209 yaitu
penganiayaan yang dilakukan penggugat kepada tergugat sehingga
membahayakan keselamatan jiwa atau mendatangkan luka-luka berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai