Anda di halaman 1dari 3

RESUME T-2

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum


Laura Septiani Agatha, 225010101111048
lauragatha@student.ub.ac.id

I. Pengertian Politik Hukum


Politik hukum merupakan istilah yang berasal dari bahasa Belanda rechtspolitiek,
dengan recht yang berarti hukum dan politiek yang berarti kebijakan. Dari hal ini dapat
disimpulkan bahwa politik hukum memiliki arti kebijakan hukum (Imam Syaukani Dan
A. Ahsin Thohari, 2015:21). Dan, kebijakan dalam kamus besar bahasa Indonesia
memiliki arti sebagai pedoman dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Ahli hukum lainnya
berpendapat bahwa, politik hukum merupakan garis kebijakan resmi atau legal policy
yang akan diberlakukan baik dalam pembuatan hukum baru maupun penggantian hukum
lama dalam rangka mencapai tujuan negara (Moh. Mahfud MD, 2009:01). Maka dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa politik hukum adalah serangkaian asas yang menjadi
pedoman dan menjadi garis besar dalam bertindak pada bidang hukum (Imam Syaukani
Dan A. Ahsin Thohari, 2015:24).
Politik hukum masuk ke dalam kurikulum pembelajaran Ilmu Hukum diawali
oleh disertasi milik Moh. Mahfud MD yang setelahnya dijadikan buku dengan judul
“Politik Hukum Indonesia.” Politik hukum dalam kajian ilmu hukum memiliki beberapa
makna yaitu,
a) Politik hukum merupakan legal policy atau kebijakan resmi, yang
mencakup pembuatan hukum baru maupun pergantian hukum lama.
b) Politik hukum berfokus pada pembangunan hukum, memiliki arti bahwa
politik hukum berfokus pada bagaimana hukum itu diimplementasikan
oleh masing-masing kelompok sosial yang memiliki peran dan fungsinya
masing-masing.
c) Politik hukum merupakan sebuah pedoman atau dasar dalam penentuan
arah, bentuk, dan isi dari hukum yang akan dibentuk.
d) Politik hukum merupakan bagaimana cara kita memilih cara dalam
mencapai tujuan atau cita-cita hukum di masyarakat.
e) Politik hukum merupakan kebijakan negara melalui badan-badan negara
yang berwenang dalam menciptakan hukum.
f) Politik hukum tidak terlepas dari realitas sosial dan tradisional, serta jika
dipandang melalui hukum internasional tidak terlepas dari realitas dan
hukum internasional.
g) Politik hukum merupakan bagian dari ilmu hukum yang terbagi menjadi
tiga yaitu, politik hukum sebagai terjemahan rechtspolitiek, politik hukum
bukan sebagai terjemahan rechtspolitiek, dan politik hukum sebagai public
policy.
h) Politik hukum merupakan sebuah arah resmi hukum yang diberlakukan
dalam mewujudkan tujuan negara.
Ruang lingkup politik hukum dalam kurikulum ilmu hukum dapat terbagi menjadi
tiga yaitu,
a) kebijakan negara dalam pembentukan hukum untuk mencapai tujuan
negara,
b) latar belakang politik, ekonomi, sosial, dan budaya atas lahirnya produk
hukum,
c) penegakan hukum dalam lapangan atau keadaan nyata.

II. Sejarah Politik Hukum Indonesia


Politik hukum diterjemahkan dari bahasa Belanda denganistilah rechtspolitiek
yang mulai populer setelah kebangkitan kaum liberal dalam upayanya mereformasi
tatanan hukum liberal pada awal abad 20. Kebijakan ini dikenal dengan sebutan bewuste
rechtpolitek yang memiliki arti bahwa kebijakan ada untuk membina tata hukum kolonial
secara sadar untuk mengontrol kekuasaan dan kewenangan raja dan aparat eksekutif atas
daerah jajahan, dan di lain pihak ikut mengupayakan diperolehnya perlindungan hukum
yang lebih pasti bagi seluruh lapisan penduduk yang bermukim atau berusaha di daerah
jajahan (Wignjosoebroto, 2011). Indonesia yang pada saat itu merupakan bangsa jajahan
Belanda, maka istilah-istilah yang beredar pun terpengaruh oleh bahasa Belanda.
Di Indonesia, Istilah politik hukum pertama kali muncul pada salah satu artikel
tulisan Soepomo pada 1947 di Majalah Hoekoem dengan judul “Soal-Soal Politik
Hoekoem dalam Pembangunan Negara Indonesia.” Lalu, dilanjut dengan karya milik
Soepomo yang terbit pada tahun 1950 dengan judul “Sejarah Politik Hukum Adat di
Indonesia Jilid 1 dan 2.” Dalam karya-karyanya, Soepomo mendefinisikan politik hukum
sebagai sikap politik tertentu dari lembaga atau institusi yang berwenang terhadap
permasalahan tertentu yang direpresentasikan dalam produk hukum. Pada 1953, Moh.
Natsir menggunakan istilah rechtspolitiek dalam mengkritik kabinet Wilopo.

III. Politik Hukum Indonesia Masa Penjajahan dan Masa Kemerdekaan


III.1 Politik Hukum Indonesia Masa Penjajahan
Politik hukum di Indonesia pada masa penjajahan mulai tampak pada
tahun 1848 dimana terjadinya kodifikasi oleh bangsa Belanda dalam membuat
undang-undang terhadap Burgerlijk Wetboek dan Wetboek van Koophandel (Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang)
bagi orang Eropa yang berada di Indonesia. Seiring dengan terjadinya
perdagangan yang melibatkan orang Tionghoa, Belanda memasukkan Tionghoa
pada Burgerlijk Wetboek untuk menjamin kepastian hukum mereka.
Bangsa Indonesia pada masa penjajahan dibiarkan berlindung dalam
hukumnya sendiri yaitu, hukum adat asli. Sama seperti kaum Tionghoa, setelah
terlibatnya bangsa Belanda dengan pribumi melalui perdagangan muncul sebuah
keinginan dalam membuat kepastian hukum bagi para pribumi. Bangsa Belanda
telah mempersiapkan burgerlijk wetboek untuk bangsa Indonesia atau pribumi
dengan dua pilihan yaitu, tunduk kepada hukum yang telah dibuat oleh bangsa
Belanda atau dibuatnya hukum sendiri untuk bangsa Indonesia. Namun, berkat
kegigihan dan perjuangan Prof. Mr. C. van Vollenhoven rencana tersebut
digagalkan. Dan di zaman Hindia-Belanda, muncul pasal 131 Indische
Staatsregeling yang telah memasukkan bangsa Indonesia dalam undang-undang
Eropa.

III.2 Politik Hukum Indonesia Masa Kemerdekaan


Politik hukum di Indonesia pada masa kemerdekaan atau setelah
proklamasi dihadapkan dengan dua pilihan dalam menentukan sistem hukum
yang akan digunakan di Indonesia yaitu, sistem hukum kolonial dan sistem
hukum nasional. Namun, karena Indonesia telah terbiasa dengan sistem hukum
kolonial yang menjadi peninggalan jajahan bangsa Belanda di Indonesia dan
masyarakat telah menjadi terbiasa dengan sistem tersebut maka para petinggi
negara pada saat itu menyetujui untuk menggunakan sistem hukum atau politik
hukum kolonial dengan hukum agama dan adat yang berasal dari Indonesia
sendiri. Tidak mudah bagi para petinggi untuk mengharuskan adanya pergantian
sistem dalam waktu yang singkat secara merata ke seluruh masyarakat Indonesia.

IV. Referensi
 Irsharyanto. 2016. Politik Hukum. Surakarta: Bebuku Publisher.
 Sihombing, Eka N.A.M. 2020. Politik Hukum. Medan: Enam Media.
 Anggoro, Syahriza Alkohir. (2019). Politik Hukum: Mencari Sejumlah
Penjelasan. Jurnal Cakrawala Hukum, 10(1).
 PASARIBU, H. J. (2018). Politik Hukum Terhadap Dinamika Kewenangan
Lembaga Peradilan Dan Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Perdagangan
Antara Ny. Siti Hardiyanti Rukmana Dengan Pt. Berkah Karya Bersama Dan Pt.
Cipta Televisi Republik Indonesia (Doctoral dissertation, UAJY).
 Frenki, F. (2011). Politik hukum dan perannya dalam pembangunan hukum di
indonesia pasca reformasi. ASAS, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai