2 POLITIK HUKUM
PENGERTIAN POLITIK HUKUM
-Kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk, maupun isi hukum yang akan dibentuk.
Politik Hukum sebagai suatu pernyataan kehendak penguasa negara mengenai hukum
yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum yang dibangun.
SUDARTO :
SATJIPTO RAHARDJO
Politik Hukum adalah Aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai
suatu tujuan sosial dengan hukum tertentu di dalam masyarakat yang cakupannya
meliputi jawaban atas beberapa pertanyaan mendasar, yaitu :
b. Cara-cara apa dan yang mana dirasa paling baik dalam mencapi tujuan tersebut;
c. Kapan waktunya dan melalui cara bagaimana hukum itu perlu diubah;
d. Dapatkah suatu pola yang baku dan mapan dirumuskan untuk membantu dalam
memutuskan proses pemilihan tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan dengan
baik.
MOH. MAHFUD MD :
Politik Hukum : legal policy atau garis kebijakan resmi tentang hukum yang akan
diberlakukan,
(baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan penggantian hukum lama), atau
hukum yang telah dilaksanakan secara nasional oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka
mencapai tujuan negara
Dengan demikian, Politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
dicabut atau tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan
negara seperti yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945
Hukum diposisikan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara, dengan dasar
pemikiran didasarkan pada kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang
harus dicapai dan upaya untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan
menggunakan hukum sebagai alatnya melalui pemberlakukan atau
penidakberlakuan hukum2 sesuai dengan tahapan2 perkembangan yang
dihadapi oleh masyarakat dan negara kita.
SUNARYATI HARTONO :
Hukum sebagai alat sehingga seara praktis politik hukum juga merupakan alat
sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan
sistem hukum nasional guna mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara.
-Tidak ada hukum yang memberikan hak-hak istimewa pada warga tertentu
berdasarkan ras, suku dan agama.
-Hukum adat dan hukum tidak tertulis lainnya diakui sebagai sub sistem hukum
nasional sepanjang nyata hidup dan dipertahankan dalam pergaulan masyarakat.
Hukum dibentuk dan ditegakkan demi kesejahteraan umum (keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia), terwujudnya masyarakat Indonesia yang demokratis dan
mandiri serta terlaksanakanya negara berdasarkan atas hukum dan konstitusi
2.Bersifat Periodik (jangka pendek), adalah politik hukum yang dibuat sesuai dengan
perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu, baik yang akan
memberlakukan maupun yang akan mencabut.
Misalnya : Politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi dalam bidang2 tertentu,
membentuk PTUN, Rencana Pembuatan UU yang dicantumkan dalam Prolegnas
1.Politik hukum sebagai arah kebijakan pembangunan hukum suatu negara, yang
melingkupi :
a.Politik Pembentukan Hukum
-Kebijakan Pembentukan Per-UU-an
-Kebijakan Pembentukan hukum yurisprudensi
-Kebijakan Terhadap Peraturan Tidak Tertulis
-Latar belakang politik, ekonomi, budaya atas lahirnya produk hukum.
b. Politik Penegakan HUkum :
2.Politik hukum diartikan sebagai hubungan pengaruh timbal balik antara hukum dan politik.
Bagaimana Hubungan Causalitas antara Politik dan Hukum ?
Kedua lingkup utama arah kebijakan pembangunan hukum tersebut (kebijakan pembentukan
perundang-undangan/hukum tertulis dan kebijakan penegakan hukum) tersebut Keduanya
saling berkait dan berfungsi sebagai suatu sistem, dimana sub sistem yang lain merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling berhubungan sebagai suatu totalitas.
Keterkaitannya adalah :
PERNYATAAN :
Von Kircman mengatakan bahwa karena hukum merupakan produk politik maka
kepustakaan hukum yang ribuan jumlahnya bisa menjadi sampah yang tak berguna jika
lembaga legislatif mengetokkan palu pencabutan atau pembatalannya.
pertama
•MOCHTAR KUSUMAATMADJA :
“Politik dan hukum itu interdeterminan, sebab Politik tanpa hukum itu zalim, sedangkan
hukum tanpa politik itu lumpuh.”.
Realitas :
•Hukum tidak selalu dapat dilihat sebagai penjamin kepastian hukum, Penegak hak-hak
masyarakat atau penjamin keadilan;
Banyak Produk hukum yang lebih banyak diwarnai oleh kepentingan politik pemegang
kekuasaan dominan
•Hukum tidak dapat hanya dipandang sebagai pasal-pasal yang bersifat imperatif atau
keharusan-keharusan yang bersifat das solen, melainkan harus dipandang sebagai
subsistem yang dalam kenyataannya (das sein), sebab bukan tidak mungkin sangat
ditentukan oleh Politik, baik dalam perumusan materi dan pasal-pasalnya maupun dalam
implementasi dan penegakannya.
•Politik hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat
menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum akan dibangun dan ditegakkan.
- Pola Rekruitmen
- Langkah Sosialisasi
-Law Enforcement
Hukum nasional itu akan berfungsi ditentukan oleh 5 faktor yang terdiri dari :
Hukum nasional itu akan berfungsi ditentukan oleh 5 faktor yang terdiri dari :
2. Struktur Hukum (Legal Structure) meliputi : tatanan daripada elemen lembaga hukum
(kerangka organisasi & tingkatan dari lembaga kepolisian, kejaksaan, kehakiman,
pemasyarakatan, kepengacaraan), melalui :
-Sikap keteladanan
- Pola Rekruitmen
-Penjatuhan sanksi
.3 FUNGSI HUKUM
FUNGSI HUKUM
•Mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah / bermanfaat bagi bagi orang (Teori
Untilitas) - Jeremy Bentham
g.Asas keterbukaan
Hukum yang khusus akan mengesampingkan hukum yang bersifat umum, dengan
ketentuan :
1.Ketentuan-ketentuan yang didapati dalam aturan hukum umum tetap berlaku, kecuali
yang diatur khusus dalam aturan hukum khusus tersebut.
3.Ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada dalam lingkungan hukum (rezim) yang
sama dengan lex generalis. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata sama-sama termasuk lingkungan hukum keperdataan
1. Aturan hukum yang baru harus sederajat atau lebih tinggi dari aturan hukum yang
lama;
Asas ini antara lain bermaksud mencegah dualisme yang dapat menimbulkan
ketidakpastian hukum. Dengan adanya Asas Lex posterior derogat legi priori, ketentuan
yang mengatur pencabutan suatu peraturan perundang-undangan sebenarnya tidak
begitu penting. Secara hukum, ketentuan lama yang serupa tidak akan berlaku lagi pada
saat aturan hukum baru mulai berlaku
d. Asas Legalitas
Artinya:
Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut (non retroaktif); peraturan
perundang-undangan yang dibuat hanya berlaku pada peristiwa-peristiwa hukum yang
terjadi setelah peraturan perundang-undangan itu lahir. Namun demikian, mengabaikan
asas ini dimungkinkan terjadi dalam rangka untuk memenuhi keadilan masyarakat
Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD 1945)
a.Asas legalitas ;
Syarat-syarat Diskresi :
Ideologi adalah sebuah istilah yang lahir pada akhir abad ke-18 atau tahun 1796 yang
dikemukakan oleh filsuf Perancis bernama Destutt de Tracy dan kemudian dipakai Napoleon.
Istilah itu berasal dari dua kata ideos yang berarti gagasan, dan logos yang artinya ilmu.
Dengan demikian, ideologi adalah sebuah ilmu tentang gagasan. Adapun gagasan yang
dimaksud adalah gagasan tentang masa depan, sehingga bisa disimpulkan bahwa
ideologi adalah sebuah ilmu tentang masa depan. Gagasan ini juga sebagai cita-cita atau
kombinasi dari keduanya, yaitu cita-cita masa depan. Sungguh pun cita-cita masa depan itu
sebagai sebuah utopia, atau impian, tetapi sekaligus juga merupakan gagasan ilmiah, rasional,
yang bertolak dari analisis masa kini. Ideologi ini tidak sekedar gagasan, melainkan gagasan
yang diikuti dan dianut sekelompok besar manusia atau bangsa, sehingga karena itu ideologi
bersifat mengerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan tersebut. Meskipun gagasan
seseorang, betapapun ilmiah, rasional atau luhurnya, belum bisa disebut ideologi,
apabila belum dianut oleh banyak orang dan diperjuangkan serta diwujudkan, dengan aksi-
aksi yang berkesinambungan.
Sedangkan ideologi dalam bahasa Arab, merupakan istilah yang dapat diterjemahkan
sebagai Mabda’, secara etimologis mabda’ adalah mashdar mimi dari
kata bada’a (memulai), yabda’u (sedang memulai), bad’an(permulaan), dan mabda’an (titik
permulaan). Secara terminologis berarti pemikiran mendasar yang dibangun diatas
pemikiran-pemikiran (cabang).
Dari sisi lain, ideologi tersusun dari ide (fikrah) dan metode (thariqah). Ideologi dari
sisi ini ditinjau dari segi: Pertama, konsep atau pemikiran murni – yang semata-mata
merupakan penjelasan konseptual tanpa disertai bagaimana metode menerapkan konsep itu
dalam kenyataan – dan Kedua, metodologi yang menjelaskan bagaimana pemikiran atau
konsep itu diterapkan secara praktis. Tinjauan ideologi sebagai kesatuan ide dan metode ini
dimaksudkan untuk menerangkan bahwa metode (thariqah) adalah suatu keharusan agar ide
(fikrah) dapat terwujud. Di samping itu, juga untuk menerangkan bahwa ide (fikrah) dan
metode (thariqah) suatu ideologi adalah unik. Artinya, setiap ada ide (fikrah) dalam sebuah
ideologi, pasti ada metode (thariqah) yang khas untuk menerapkan ide (fikrah) tersebut, yang
berasal dari ideologi itu sendiri, bukan dari ideologi yang lain.
Ide (fikrah) merupakan sekumpulan konsep atau pemikiran yang terdiri dari aqidah
dan solusi terhadap masalah manusia. Sedang metode (thariqah) – yang merupakan
metodologi penerapan ideologi secara operasional-praktis – terdiri dari penjelasan cara solusi
masalah, cara penyebarluasan ideologi, dan cara pemeliharan aqidah. Jadi, ideologi
ditinjau dari sisi ini adalah gabungan dari ide (fikrah) dan metode (thariqah), sebagai satu
kesatuan.
Definisi ideologi yang telah diterangkan di atas bersifat umum, dalam arti dapat dipakai
dan berlaku untuk ideologi-ideologi dunia seperti Kapitalisme dan Sosialisme. Dan tentu,
dapat berlaku juga untuk Islam. Sebab Islam memang mempunyai sebuah aqidah akliyah,
yaitu Aqidah Islamiyah, dan mempunyai peraturan hidup yang sempurna, yaitu Syariat
Islam. Meskipun suatu ideologi telah memiliki solusi masalah kehidupan yang fundamental
dan mempunyai cara memecahkan berbagai permasalahan kehidupan manusia, namun itu
bukanlah jaminan bahwa ideologi tersebut merupakan ideologi yang benar, yang mempunyai
kemampuan untuk membawa manusia mencapai kebahagian hakiki dan menghindarkannya
dari malapetaka kehidupan di dunia.
Ideologi yang benar adalah ideologi yang muncul di dalam pemikiran manusia
melalui wahyu Allah. Karena ideologi ini bersumber dari Pencipta alam semesta, manusia
dan kehidupan, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, sehingga pemecahan atas
permasalahan pokok kehidupan dan berbagai permasalahan kehidupan lainnya kebenarannya
pasti (qath’i). Sedangkan ideologi yang muncul di dalam pemikiran manusia
karena kejeniusannya adalah ideologi yang salah (bathil), karena manusia hanyalah makhluk
Allah sehingga memiliki kelemahan termasuk ketidakmampuan akalnya dalam menangkap
seluruh realitas yang ada di dunia ini. Manusia juga selalu memiliki pandangan yang berbeda
terhadap suatu masalah seperti masalah hukum dan kebijakan publik sehingga muncul
pertentangan dan perselisihan yang menyebabkan pandangan mayoritas atau mungkin
hanya pandangan orang-orang yang memiliki kekuatan (kekuasan atau harta) di atas orang
lainnya yang akan diterapkan atau dipaksakan. Akibatnya pandangan yang diterapkan sangat
kontradiksi dengan kebenaran yang seharusnya dan mengakibatkan kesengsaraan manusia.
Apabila kita telusuri seluruh dunia ini, maka yang kita dapati hanya ada tiga ideologi,
yaitu Kapitalisme, Sosialisme dan Islam. Dua ideologi pertama, masing-masing diemban oleh
satu atau beberapa Negara. Sedangkan ideologi yang ketiga yaitu Islam, tidak diemban oleh
satu negarapun. Islam hanya diemban oleh individu dan gerakan Islam dalam
masyarakat.6 Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan Sosialisme berasal dari buatan
akal manusia, sedangkan Islam berasal dari wahyu Allah SWT (hukum syara’).
Baiklah, coba kita analisispendapat tersebut bukan hanya dari segi ego profesi jabatan
notaris, namun juga dari segi Ilmu Hukum yang melingkupi jabatan notaris itu. Dengan
perkataan lain, jabatan notaris merupakan bagian dari profesi hukum,
sehingga pertanyaannya benarkan profesi hukum tertentu hanya diadakan untuk
menjamin kepastian hukum semata, atau untuk menjamin kemanfaatan semata atau
bahkan hanya untuk menjamin keadilan semata. Misalnya, profesi hakim untuk
menjamin keadilan, profesi notaris untuk menjamin kepastian, profesi advokat untuk
menjamin kemanfaatan dan perlindungan? Atau setiap profesi notaris wajib menjamin
kepastian, kemanfaatan, serta keadilan dan kebenaran.
Jika jabatan notaris diadakan hanya untuk menjamin kepastian hukum, kenapa untuk
menjadi notaris haruslahsarjana hukum dan tidak boleh sarjana non hukum? Bukankah
kepastian hukum bisa juga diberikan melalui keputusan atau penetapan atau akta yang
dibuat oleh pejabat negara atau pejabat lainnya yang tidak perlu mempersyaratkan
sarjana hukum untuk menduduki jabatan itu? Dengan perkataan lain, jika hanya sekedar
membutuhkan dokumen autentik sebagai alat bukti yang sempurna atas suatu
perbuatan, perjanjian, keadaan, atau peristiwa hukum, lalu kenapa harus sarjana hukum
yang melakukannya? Bukankah akta kelahiran/kematian juga merupakan akta autentik
yang memiliki keududukan sebagai alat bukti yang sempurna, namun tidak harus sarjana
hukum yang membuat atau menetapkannya.
Di Thailand, untuk menjamin kepastian hukum atas perjanjian jual beli tanah, maka para
pihak membuat perjanjian dan cukup dengan 2 orang saksi yg selanjutnya disahkan di
kantor pertanahan setempat. Hal tersebut sudah cukup menjadi alat bukti. yang
menjamin kepastian hukum bagi para pihak. Lalu kenapa untuk menjadi notaris haruslah
sarjana hukum, tentu bukan semata-mata untuk menjamin kepastian hukum semata.
Sarjana hukum bukanlah sarjana undang-undang atau sarjana akta yang hanya diberikan
skill untuk sekedar membuat akta atau membuat undang-undang.
Sarjana hukum adalah sarjana yang memiliki pengetahuan ilmu hukum (jurispridence).
Hukum merupakan standar, pedoman, patokan dan nilai untuk mendatangkan keadilan
dan ketertiban. Tidak ada literatur atau kepustakaan dalam ilmu hukum
yang mendefinisikan bahwa hukum adalah alat untuk mendatangkan kepastian hukum,
namun kepastian hukum hanyalah salah satu tujuan dari ilmu hukum, itupun dalam
perspektif hukum alam. Dalam perspektif aliran hukum lainnya, termasuk positivisme,
kepastian hukum bukanlah tujuan hukum.
Baiklah, kita kembali ke permasalahan “notaris diadakan hanya semata untuk menjamin
kepastian hukum”... Dalam Konsiderans Menimbang huruf a Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN) disebutkan
bahwa inti dari kepastian hukum, ketertiban hukum dan perlindungan hukum ialah
kebenaran dan keadilan. Itulah alasan utama kenapa negara mengadakan jabatan
notaris, bukan hanya untuk menjamin kepastian hukum semata, namun lebih dari itu
ialah untuk kebenaran dan keadilan. Dalam ilmu perundang-undangan dikatakan bahwa
jika ingin memahami suatu undang-undang maka harus memahami kehendak atau
alasan pembentuk undang-undang tersebut yang dicantumkan dalam konsideran
menimbang suatu undang-undang. Dengan perkataan lain bahwa ruh atau hakikat suatu
undang-undang terdapat dalam bagian pertimbangan atau dasar
pembentukan undang-undang itu, yakni dalam bagian konsiderans.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mungkin seorang yang akan menjadi notaris bisa
memahami kebenaran dan keadilan jika dalam proses pembelajaran atau pendidikannya
tidak diajarkan mengenai apa itu benar dan apa itu adil serta bagaimana
cara memperoleh dan mewujudkan kebenaran dan keadilan itu? Jawabannya sudah
pasti, yakni dengan diadakannya matakuliah yang bisa memberikan pemahaman tentang
kebenaran dan keadilan. Notaris bukanlah robot yang sekedar membuat akta, namun
notaris adalah manusia. Manusia adalah makhluk yang penuh dengan subjektifitas dan
kepentingan. Subjektifitas dan kepentingan inilah yang menyebabkan notaris bisa
menghadapi permasalahan hukum di kemudianhari. Lalu, jika notaris menghadapi
permasalahan hukum, apakah cukup dengan ilmu atau matakuliah tentang teknik
pembuatan akta dapat membantu notaris menyelesaikan masalah hukumnya? Tentu
tidak. Oleh karena itu dalam pendidikan kenotariatan, tidak cukup skill tentang teknik
pembuatan akta semata, namun skill ilmu hukumnya juga harus diberikan. Bukan hanya
untuk antisipasi jika ada masalah hukum, namun yang utama ialah untuk
mewujudkan kebenaran dan kepastian sebagai intisari dari kepastian hukum itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam bab ini akan diuraikan beberapa konsep dan
teori hukum yang relevan dalam hukum kenotariatan dan/atau jabatan notaris. Konsep
dan teori-teori hukum ini nantinya diharapkan dapat membantu mahasiswa
Magister Kenotariatan dalam memahami hukum kenotariatan, khususnya dalam
menyelesaikan tugas akhir (tesis) pada Program Studi Magister Kenotariatan
Sejauh yang dapat ditelusuri politik hukum juga telah diperkenalkan di negeri Belanda pada
tahun 1953 oleh Bellefroid yang mendefinisikan, politik hukum adalah bagian dari ilmu
hukum yang meneliti perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) yang harus dilakukan
untuk memenuhi tuntutan baru kehidupan masyarakat (ius constituendum). Menurut Moh.
Mahfud MD, politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan penggantian
hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan Negara (Moh. Mahfud MD, 2009:1).
Ius constitutum adalah suatu istilah bahasa Latin yang berarti hukum yang telah ditetapkan,
yakni hukum yang berlaku, artinya berlaku di suatu tempat tertentu pada waktu tertentu pula
(Sugeng Istanto dkk, 15).
Dalam kenyataannya hukum yang sedang berlaku (hukum positif), karena adanya perubahan
kehidupan di dalam masyarakat, dan untuk memahami perubahan tersebut perlu ditelaah
apakah pengertian perubahan, pengertian kehidupan dan pengertian masyarakat.
Dari penelahaan inilah, penulis untuk membahas mengapa narapidana yang mendapatkan
pelatihan kerja memperoleh premi serta bagaimana peraturan mengenai hak narapidana atas
premi seharusnya dirumuskan di LP Kelas II.A Ambarawa.
Adanya perubahan kehidupan inilah yang, secara tidak langsung merubah ius
constitutum karena adanya kenyataan yang berbeda dengan unsur-unsur ius
constitutum untuk kemudian menetapkan ius constituendum yang unsur-unsurnya memenuhi
kenyataan kehidupan masyarakat yang berbeda tersebut.
Harapan penulis sekiranya penulisan tesis ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis
maupun praktis, yang menjadi salah satu indikator hukum yang diharapkan atau hukum yang
dicita-citakan bagi Bangsa Indonesia, khususannya berkaitan dengan hak-hak
narapidana, untuk mendapatkan premi setelah melakukan latihan kerja sambil produksi di
unit-unit kerja di LP Kelas II.A Ambarawa
4.5 Teori Jabatan dan Jabatan Notaris
Kita akan mencoba menelaah dahulu dari apa itu pejabat, bila diperhatikan
dari segibahasa, Pengertian “pejabat” menurut pengertian bahasa adalah pegawai pemerintah
yang memegang jabatan (unsur pimpinan)16.Dalam bahasa Belanda istilah
“pejabat” disalinantara lain menjadi “ambtdrager”,17yang diartikan sebagaiorang yang
diangkat dalamdinas pemerintah (negara, propinsi, kotapraja, dan sebagainya).
Istilah “Jabatan” memiliki beberapa pengertian umum. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mendefinisikan jabatan sebagai pekerjaan (tugas) dalam pemerintahan atau
organisasi. edangkan Ensiklopedia Kementerian Keuangan memberiakan
pengertian Jabatanadalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak seorang pegawai dalam rangka suatu satuan organisasi.Arti jabatan seperti ini dalam
arti yang umum, untuk setiap bidang pekerjaan (tugas) yang sengaja dibuat untuk keperluan
yang bersangkutan baik dan pemerintahan maupun organisasi yang dapat diubah sesuai
dengan keperluan. Menurut Logemann, apa yang disebut dengan jabatan
adalah25”...lingkungan kerja awet dan digaris-batasi, dan yang disediakan untuk ditempati
oleh pemangku jabatan yang ditunjuk dan disediakan untuk diwakili oleh mereka
sebagai pribadi. Dalam sifat pembentukan hal ini harus dinyatakan dengan jelas.”
Dari pengertian di atas, Logemann menghendaki suatu kepastian dan kontinuitas pada suatu
jabatan supaya organisasi dalam berfungsi dengan baik. Jabatan dijalankan oleh pribadi
sebagai wakil dalam kedudukan demikian dan berbuat atas nama jabatan, yang disebut
pemangku jabatan. Masih menurut Logemann,
bahwa suatu jabatan :“een ambt is een instituut met eigen werkking waaraan bij de
instelling duurzaam en wel omschreven taak en bevoegdhden zijn verleend”.
(Merupakan suatu lembaga dengan lingkup pekerjaan sendiri yang dibentuk untuk waktu
lama dan kepadanya diberikan tugas dan wewenang tertentu).
Berkaitan dengan apa yang telah dikemukakan oleh Logemann diatas, Aminuddin Ilmar
berpendapat “Demikian dapat diartikan bahwa jabatan sebagaimana dikemukakan oleh
Logemann itu tidak lebih sebagai suatu lingkungan kerja tertentu yang didalamnya berfungsi-
fungsi tertentu pula dan di fungsi-fungsi ini kemudian dinamakan dengan istilah jabatan yang
didalamnya bersifat wewenang”.
Jadi jabatan merupakan suatu bidang pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan
hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu serta bersifat berkesinambungan sebagai suatu
lingkungan pekerjaan tetap
Pendapat lain mengenai jabatan dikemukakan olehUtrecht: “Jabatan adalah suatu lingkungan
pekerjan tetap (kring van vaste werkzaamheden) yang diadakan dan dilakukan guna
kepentingan negara (kepentingan umum). Sedangkan menurut Bagir Manan:
“Jabatan merupakan lingkungan kerja tetap yang berisi fungsi-fungsi tertentu yang secara
keseluruhan akan mencerminkan tujuan dan tata kerja suatu organisasi. Kumpulan atau
keseluruhan jabatan inilah yang mewujudkan suatu organisasi. Dengan perkataan lain
organisasi merupakan kumpulan jabatan atau lingkungan kerja tetap dengan berbagai fungsi.
Keseluruhan fungsi dari semua jabatan tersebutlah yang mencerminkantujuan organisasi.
Jabatan memeganghak dan kewajiban tidak dapat berdiri sendiri, atau badan hukum, tetapi
badan hukum itu juga diwakili oleh manusia, karena wakil pada akhirnya selalu manusia.
Sejarah mencatat awal lahirnya profesi jabatan Notaris adalah profesi kaumterpelajar dan
kaum yang dekat dengan sumber kekuasaan. Para Notaris ketika itu mendokumentasikan
sejarah dan titah raja. Para Notaris juga menjadi orang dekat Paus yang memberikan bantuan
dalam hubungan keperdataan. Bahkan pada abad kegelapan (Dark Age 500 -1000 setelah
Masehi) di mana penguasa tidak bisa memberikan jaminan kepastian hukum, para Notaris
menjadi rujukan bagi masyarakat yang bersengketa untuk meminta kepastian hukum atas
sebuah kasus.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sejak awal lahirnya profesi jabatan
Notaris, termasuk jabatan yang prestisius,mulia, bernilai keluhuran dan bermartabat
tinggi. Notaris merupakan pejabatan umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Akta
yang dibuat dihadapan Notaris merupakan bukti otentik, bukti paling sempurna, dengan
segala akibatnya
Masalah ideologi negara dalam arti cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi
suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan
pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki ciri sebagai
berikut:
a.Mempunyai derajad yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan
Posisi norma dasar itu abstrak ia merupakan nilai-nilai yang memenuhi relung-relung,
ruang-ruang dalam norma dasar itu. Norma dasar tidak dapat ditentukan oleh siapa pun,
walaupun dalam paham positivistik bebas dari unsur religius, namum harus dipahami
bahwa konsep norma dasar adalah perintah tuhan. Atau dalam konsep hukum alam
disebut dengan lex divina.
Perdebatan tentang sumber-sumber hukum terlihat pada konsep sumber hukum itu
sendiri yang melemahkan ideologi dalam pandangan hukum, atau dengan kata lain
hukum bersumber pada ideologi. Gagasan bahwa hukum adalah ideologi merupakan
kontribusi penting untuk penstudi hukum. Jelas bahwa hukum dibentuk dan dipengaruhi
oleh aspek-aspek non-hukum.
Walaupun persoalan ideologi merupakan pusat kajian ilmu sosial,13 namun erat kaitan
antara kajian cita hukum dan kajian ideologi dalam rangka merumuskan tujuan negara
dan norma dasar. Sebagaimana konsep ideologi dalam arti terbuka,14Franz Magnis
Suseno menjelaskan bahwa artinya idelogi yang menyuguhkan kerangka orientasi dasar,
sedangkan dalam operasional kesehariannya akan selalu berkembang disesuaikan
dengan norma, prinsip moral dan cita-cita masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam operasionalisasi kehidupan masyarakat tidak dapat ditentukan secara apriori
melainkan harus disepakati secara demokratis sebagai bentuk cita-cita bersama. Dengan
demikian ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai untuk
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang
Jika hukum bersumber pada aspek ideologi sebagaimana arti nilai dalam norma dasar,
maka nilai dianggap memiliki sifat normatif, artinya nilai tersebut mengandung harapan,
cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen) - ideologi.
Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak.
Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang
mencerminkan nilai keadilan.
1.Fungsi etis, yaitu sebagai panduan dan sikap serta perilaku kelompok
masyarakat dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan.
2.Fungsi integrasi, yaitu nilai yang menjadi pengikat suatu bangsa atau masyarakat.
3.Fungsi kritis, yaitu sebagai ukuran nilai yang dapat digunakan untuk melakukan kritik
terhadap nilai atau keadaan tertentu.4.Fungsi praxis, yaitu sebagai acuan dalam
memecahkan masalah-masalah kongkrit.5.Fungsi justifikasi, yaitu ideologi sebagai nilai
pembenar atas suatu tindakan atau kebijakan tertentu yang dikeluarkan oleh suatu
kelompok.
Konsep tersebut jika dikaitkan dengan konsepsi Hans Kelsen mengenai norma dasar,
akan dapat dilihat bahwa pokok dari norma yang menjadi sumber hukum harus memiliki
dasar, cita, dan nilai. Stufenbau theorie yang bertumpu pada Grundnormtidak hanya
terpaku pada upaya untuk memahami serta mengkritisi hukum positif belaka
(fungsi grundnorm),17 melainkan juga menguji kemungkinan-
kemungkinan penyimpangan dalam penerapan hukum serta memeriksa kembali
relevansi norma hukum dengan cita-cita untuk mencapai keadilan.
Pancasila sebagai sebuah ideologi, faham, cita dan ide sama posisinya
sebagai grundnorm yang diajukan Hans Kelsen. Bahwa sebagai grundnorm,
Pancasila mengandung nilai dan semangat yang mulia dan diyakini mampu
mengantarkan bangsa Indonesia menuju tujuannya.
5.2 SEJARAHPERKEMBANGAN HUKUM UMUM
Pengertian Sejarah
Untuk mendefinisikan “Sejarah”, kiranya agak sulit, karena banyak pendekatan etimologi
yang dapat digunakan. Pendekatan tersebut menghasilkan pengertian yang hampir
sama. Dilihat dari etimologi asal kata, sejarah dalam bahasa Latin adalah “Historis”.
Dalam bahasa Jerman disebut “Geschichte” yang berasal dari kata geschehen, berarti
“sesuatu yang terjadi”.Istilah “Historie” menyatakan kumpulan fakta kehidupan dan
perkembangan manusia. Di kawasan orang-orang berbahasa Melayutermasuk Indonesia,
secara sederhana kata sejarah diartikan sebagai suatu ceritadari kejadian masa lalu yang
dikenal dengan sebutan legenda, babad, kisah, hikayat, dan sebagainya
yang kebenarannya belum tentu tanpa bukti-bukti sebagai hasil suatu penelitian
Umumnya cerita itu dijadikan dogeng yang turun temurun. Di samping itu, sejarah dapat
diartikan sebagai suatu pengungkapan dari kejadian-kejadian masa lalu. Ada yang
mengartikan sejarah merupakan penulisan sistematik dari gejala-gejala tertentu yang
mempunyai pengaruh pada suatu bangsa atau kelompok sosial tertentu dengan
penjelasan mengenai sebab-sebab timbulnya gejala itu. Sebagaiilmu sosial, sejarah
meneliti pengalaman manusia dengan usaha mengungkapkan kebenarannya tentang
manusia dan masyarakat. Memang banyak arti yang diberikan untuk
mendefinisikansejarah, tetapi kiranya tidak boleh lupa bahwa apa yang diungkapkan
dalam penelitian mengandung unsur-unsur : (a) pencatatan (penulisan) dari hasil
penelitian, (b) kejadian-kejadian penting (factual) masa lalu, (c) kebenaran nyata
(konkret)
Pada usia zaman yang semakin maju ini, di mana manusia telah
meyakini kemampuannya sendiri untuk selalu berupaya mengembangkan dan
memajukan diri sesuai dengan bidang peradabannya, kemampuan ini diwujudkan
dengan keberaniannya untuk menembusi dunianya dengan pikiran-pikiran baru yang
kritis berupa ilmu-ilmu di berbagai bidang.Ilmu yang diusahakan oleh manusia
telah mencapai suatumomentum yang memungkinkan yang dibawakan oleh
penemuan di bidang teknologi yang seolah menjungkirbalikan pandangan-
pandangan, konsep-konsep serta irama kehidupan yang lampau. Keadaan semacam ini
pada mulai abad ke 18 (delapan belas) terlihat dengan banyak timbulnya ideal-
ideal serta gerakan-gerakan hukum baru. Benih-benih bagi timbulnya
pendekatan sejarah tersimpan pada abad-abad sebelumnya, terutama dalam
hubungannya dengan dasar-dasar yang dipakai untuk menyusun teori-teori pada abad-
abad tersebut. Para pemikir nampaknya semakin menyadari, bahwa teori-teorin
dari John Locke dengan Trias Politika dan Kontrak Sosial dari J.J. Rousseau,
tidak didasarkan kepada kenyataan-kenyataan, melainkan atas dasar asunsi-asumsi yang
ajaib (prodigious). Pendekatan sejarah ini boleh disebut sebagai suatu revolusi dari fakta
terhadap khayalan. “Atas dasar fakta dan bahan sejarah yangmanakah teori kontrak
sosialdan lain-lain teori itu disusun”. Satjipto Rahardjo.
Ahli sejarah Jerman, Rohlies, mengemukakan bahwauntuk menyajikan dengan ringkat,
lengkap, dan dalam garis ciri-ciri khas sejarah sebagai ilmu pengetahuan tidak akan
dijumpai. Ia mencoba menanggulangi hal itu dengan selengkap mungkin menguraikan
selengkap mungkin berbagai ciri khassejarah secara pluri-dimensional, interdependensi
data sejarah satu dengan yang lain, aspek genetis, keterikatan waktu dan lain-lain.
Adapun makna konkret penulisan sejarah sebagai ilmu pengetahuan baginya dapat kita
temukan padanya, ialah sama halnya dengan contoh kami pada saat membicarakan
kaum marxis, yakni lebih ke arah penentuan metode-metode maupun bentuk-bentuk
penelitian sejarah. Nampaknya yang penting di sini, ia bertolak dari anggapan
bahwa sejarah membedakan diri dari ilmu-ilmu pengetahuan alam,
ialah ketidakmungkinan prinsipil dilakukannya suatu verifikasi yang lengkap
Sejarah hukum adalah salah satu bidang studi hukum, yang mempelajari perkembangan dari
asal usul sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu, dan membandingkan antara hukum
yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu. Sejarah hukum ini terutama berkait
dengan bangkitnya suatu pemikiran dalam hukum yang dipelopori oleh Savigny (1779-1861).
Dalam studi sejarah hukum ditekankan mengenai hukum suatu bangsa merupakan
suatu ekspresi jiwa yang bersangkutan dan oleh karenanya senantiasa yang satu berbeda
dengan yang lain. Perbedaan ini terletak pada karakteristik pertumbuhanyang dialami oleh
masing-masing sistem hukum. Apabila dikatakan bahwa sistem hukum itu tumbuh, maka
yang diartikan adalah hubungan yang terus menerus antara sistem yang sekarang dengan
yang lalu. Apalagi dapat diterima bahwa hukum sekarang berasal dari yang sebelumnya atau
hukum pada masa-masa lampau, maka hal itu berarti, bahwa hukum yang sekarang dibentuk
oleh proses-proses yang berlangsung pada masa lampau (Soedjono Dirdjosisworo).
a.kuatnya pengaruh ajaran hukum alam yang modern maupun yang klasik, dengan
mengandalkan logika, dengan mengembangkan berfikir seolah-olah semua masalah
hukum dapat dipecahkan dengan akal sehat menuji hukum yang rasionil berlaku di
mana-mana
b.kuatnya pengaruh paham agama dalam bidang hukum terjadi sejak dulu. (dogma
wahyu).
a.perkembangan hukum yang terjadi secara “evolutif linier” menuju ke arah yang lebih
baik, logis, efektif dan efisien.
c.perkembangan hukum yang terjadi secara “evolutif”, tetapi dengan arah melingkar,
sehingga menghasilkan hukum yang berorientasi kembali ke masa lalu, sesuai dengan
semboyan “sejarah itu berulang”.
a.kuatnya pengaruh ajaran hukum alam yang modern maupun yang klasik, dengan
mengandalkan logika, dengan mengembangkan berfikir seolah-olah semua masalah
hukum dapat dipecahkan dengan akal sehat menuji hukum yang rasionil berlaku di
mana-mana.
b.kuatnya pengaruh paham agama dalam bidang hukum terjadi sejak dulu. (dogma
wahyu).
a.disiplin aliran sejarah hukum (historical jurisprudence) von Savigny. Hukum adalah
“volkgeist” atau “jiwa bangsa”
c.disiplin aliran sejarah matrialis (matrialisme hostorishe) Karl Marx dan Engel. Yang
mengukur hukum bukan dari pemikiran abstrak manusia dan Tuhan tetapi dari sisi
kebendaan semata.
Berdasarkan pada tujuan penegakan hukum pidana tersebut, maka tujuan pemidanaan
adalah :
Hukum Pidana Indonesia yang sekarang ada merupakan hukum pidana yang ada
semenjak Indonesia merdeka yang merupakan warisan dari Pemerintah Kolonial Belanda,
aslinya disebut wetboek van strafrecht voor nederlandsch-indie‟s. 1915 No. 732, jika
dikaitkan dengan perkembangan zaman sekarang ini maka dianggap sangat perlu untuk
melakukan penyesuaian. Perubahan dilakukan dengan didasari pada pertimbangan
filosofis, sosiologi dan yuridis, yang dilakukan pada 3 (tiga) aspek utama, yaitu:
Perumusan perbuatan yang bersifat melawan hukum, Pertanggungjawaban pidana dan
Pidana dan tindakan yang dapat diterapkan.
a. Dasar Filosofis.
Setiap negara merdeka dan berdaulat hendaknya memiliki hukum sendiri yang
mengacu kepada tujuan dari negara bersangkutan, begitupun Indonesia yang memiliki
tujuan sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu : “…..melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
…”.
b. Dasar Sosiologis.
KUHP yang ada sekarang dalam beberapa aspek sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan masyarakat dan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Rumusan hukum pidana yang dimuat dalam KUHP🔓 tidak lagi mampu mengatasi
problem kejahatan dan tuntutan keadilan, sehingga dibuat pengaturan pidana di luar
KUHP. Perubahan KUHP hendaknya mampu mencerminkan nilai-nilai asli Bangsa
Indonesia.
c. Dasar Yuridis
Banyak terjadi tumpang tindih aturan tentang hukum pidana antara yang diatur
dalam KUHP dengan yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan Pidana di luar
KUHP, seolah-olah ada dualisme sistem hukum pidana, yaitu sistem hukum pidana yang
dibangun berdasarkan KUHP dan sistem hukum pidana yang dibangun berdasarkan UU
yang tersebar di luar KUHP. Karena itu, perlu dilakukan sinkronisasi, dalam bentuk
rekodifikasi KUHP Nasional.
7.1 Lembaga ADR
Lembaga ADR🔑 adalah arbitrase, mediasi, negosiasi, dan konsiliasi, yang saat ini banyak
digunakan oleh para industriawan dalam menyelesaikan sengketa lingkungan hidup di
Indonesia, terutama dalam perjanjian kerjasama antara pihak investor dengan
masyarakat, apabila terjadi pencemaran lingkungan.6 Selain itu pada penjelasan Pasal 86
menyatakan, bahwa pemerintah dan/atau masyarakat dapat membentuk lembaga
penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas
dan tidak memihak. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan diatur
dalam UUPPLH Pasal 87 sampai Pasal 92. Pasal 87 ayat (1) menyatakan, bahwa setiap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar
hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan
kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau
melakukan tindakan tertentu. Berdasarkan ketentuan Pasal 87 ayat (1), agar dapat
diajukan gugatan lingkungan untuk memperoleh ganti kerugian harus terpenuhi unsur-
unsur :
Hal tersebutlah yang menjadi acuan dasar pengajuan gugatan lingkungan. Hal ini
berkaitan dengan juga dengan Hukum Perdata seperti yang tercantum dalam beberapa
pasal di Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dibawah ini yaitu : Pasal
1365 KUHPerdata menyatakan, bahwa tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa
kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut; Pasal 1366 KUHPerdata menyatakan, bahwa
setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-
hatinya; Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata menyatakan, bahwa gugatan berdasarkan Pasal
1365 KUHPerdata harus memenuhi sayarat berikut:
1) kesalahan (schuld);
2) kerugian (schade);
3) hubungan kausal (causal verband);
4) relativitas (relativeit). Dalam UUPPLH diatur mengenai tanggung gugat mutlak (strict
liability) pada Pasal 88 menyatakan, bahwa setiap orang yang tindakannya, usahanya,
dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,
dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung
jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan.
Dengan prinsip tanggung gugat mutlak dimaksudkan suatu prinsip tanggung gugat
yang memandang kesalahan sebagai suatu yang tidak relevan untuk dipermasalahkan
apakah pada kenyataannya ada atau tidak.
Terdapat juga mekanisme gugatan class action dalam rangka penyelesaian sengketa
lingkungan yang melibatkan korban orang dalam jumlah banyak. Class action atau
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan gugatan perwakilan kelompok yaitu prosedur
beracara dalam perkara perdata yang memberikan hak procedural satu atau beberapa
orang (dalam jumlah yang tidak banyak) bertindak sebagai penggugat untuk
memperjuangkan kepentingan para penggugat yang disebut sebagai wakil kelas (class
representatives), yang sekaligus mewakili kepentingan orang banyak (ratusan, ribuan,
ratusan ribuan, atau jutaan) yang disebut dengan class members, yang mengalami
kesamaan penderitaan atau kerugian. Hal ini diatur dalam Pasal 91. Serta dalam Pasal 92
diatur mengenai ketentuan serta penjelasan mengenai hak gugat organisasi lingkungan
hidup
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) menyatakan bahwa: “Tiap
perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut”.
Dari uraian tersebut, dapat ditarik bahwa unsur PMH adalah: ada perbuatan melawan
hukum, ada kesalahan, ada hubungan sebab akibat antara kerugian dengan perbuatan,
dan ada kerugian. Perbuatan Melawan Hukum, bermakna bahwa adanya perbuatan atau
tindakan dari seseorang atau badan hukum yang melawan hukum yang berlaku, yang
memiliki 4 (empat) criteria, seperti: bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;
bertentangan dengan hak subyektif orang lain; bertentangan dengan kesusilaan; dan
bertentangan dengan kepatutan, ketelitian, dan kehati-hatian.
Adanya Kesalahan terdapat dua macam kesalahan yaitu kealpaan dan kesengajaan.
Kealpaan bermakna terdapat perbuatan yang abai untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan, atau tidak berhati-hati dalam melakukan sesuatu hal sehingga
menimbulkan kerugian bagi orang lain Sedangkan kesengajaan bermakna bahwa yang
bersangkutan dengan penuh kesadaran mengetahui konsekuensi tindakan yang
dilakukannya tersebut berakibat kerugian bagi orang lain.
Ada Hubungan Sebab Akibat antara Kerugian dan Perbuatan, bahwa benar antara
perbuatan yang dilakukan oleh yang bersangkutan adalah perbuatan yang kemudian
berakibat kerugian bagi orang lain. Poin ini disebut juga sebagai hubungan kausalitas,
dengan kata lain perbuatan orang yang bersangkutan menjadi sebab atas akibat berupa
kerugian bagi orang yang lain.
BANI PERWAKILAN
1. Surabaya
2. Denpasar
3. Bandung
4. Medan
5. Pontianak
6. Palembang
7. Jambi
Catatan:
KESEPAKATAN KERJASAMA
10. Arbitration Centre and The Belgian Centre for Arbitration and Mediation (Cepani)
(2016);
KEANGGOTAAN INTERNASIONAL