Anda di halaman 1dari 6

Nama : Efnal Paliko

NIM : 02011281924204
Kelas : HTNI B – Indralaya

Sumber:
- Kopri Provinsi Timor Timur. 20 Tahun Timor Timur Membangun. (Dili: CV Rimbo,
1996)
Jumlah Halaman yang Di Baca:
-

Gambar 1. Sampul Buku 20 Tahun Timor Timur Membangun (REF: books.google.co.id)

Gambar 2. Daftar Isi Buku 20 Tahun Timor Timur Membangun (REF: books.google.co.id)
SEJARAH SINGKAT PROSES INTEGRASI

Provinsi tingkat satu Timor Timur yang sebelumnya dikuasai oleh Portugis selama lebih dari 450
tahun dibentuk tanggal 17 Juli 1976 dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 yang
disahkan oleh Presiden Republik Indonesia.1 Berikut ini peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
proses pembentukan Provinsi tingkat satu Timor Timur:
a. Perlawanan Viqueque, 19592
Perlawanan ini bermula dari keadaan setelah selesai Perang Dunia II, di mana bangsa
Indonesia yang berada dibawah penindasan kolonial Belanda menyatakan kemerdekaannya
melalui Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini telah
tersebar ke seluruh dunia dan sampai ke Timor Portugis (Timor Timur).
Pada tahun 1959, semangat untuk melepaskan diri dari kolonial makin kuat di Viqueque. Ini
terlihat dari berkembangnya rencana untuk melakukan perjuangan pada akhir tahun 1959.
Untuk mematangkan rencana itu, diadakan pertemuan yang hasilnya memutuskan bahwa
pelaksanaan perjuangan akan jatuh pada tanggal 31 Desember 1959 yang bertepatan dengan
malam tahun baru. Karena berdasarkan analisi para pemuda pada saat itu, Portugis selalu
berpesta sehingga penjagaannya tidak ketat dan serangan dapat dilakukan.
Perlawanan ini merupakan pemberontakan terakhir sebelum Timor Portugis berintegrasi ke
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Revolusi Bunga3
Kudeta yang dijuluki Revolusi Bunga ini tidak hanya menggungcang Portugal, tetapi secara
cepat mempengaruhi wilayah-wilayah jajahannya di Timor Jauh, salah satu diantaranya
adalah Timor Timur. Revolusi Bunga itu memberi angin kepada Timor Timur untuk
membentuk organisasi-organisasi kemasyarakatan dan partai-partai politik.

c. Partai-partai Politik4
Sesudah perubahan politik di Portugal, partai-partai politik di Timor Timur semakin nyata
mengumumkan keberadaan mereka kepada masyarakat umum. Selama bulan-bulan pertama
kelahirannya, partai-partai politik ini sibuk mengadakan konsolidasi. Tiga Partai diantaranya
antara lain UDT, Fretilin, dan Apodeti mengirimkan utusan-utusan nya kenegara-negara
terdekat seperti Indonesia dan Australia. Beberapa kali partai-partai politik ini mengadakan
perundingan dengan Portugis, tetapi sejauh itu ternyata tidak membuahkan hasil.

1
Kopri Provinsi Timor Timur. 20 Tahun Timor Timur Membangun. (Dili: CV Rimbo, 1996). Hal. 17.
2
Ibid.
3
Ibid., hal. 18.
4
Ibid., hal. 19.
d. Perang Saudara5
Memasuki bulan September 1975 Fretilin sudah menguasai Timor Timur. Pasukan UDT
diberbagai tempat sudah dilumpuhkan. Demikian pula tindakan balas dendam semakin
menjadi-jadi, tidak hanya kepada UDT, tetapi juga kepada Apodeti.
Perkembangan selanjutnya tercermin dari pernyataan para pemimpin UDT tanggal 11
September 1975 di Batugade. Hari itu tokoh UDT Lopes da Cruz, Ir.Mario Carrasealao. Joao
Carrascalao dan Nacimento memaklumkan bahwa partai-partai UDT, Apodeti, Kota, dan
Trahalhisia sudah membuat sebuah petisi dan deklarasi penggabungan Timor Timur dengan
Indonesia.

e. Proklamasi Balibo6
Pada 31 Mei 1976 Dewan Perwakilan Rakyat Timor Timur mengeluarkan petisi yang isinya
mendesak Pemerintah Indonesia agar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya menerima dan
mengesahkan bersatunya rakyat serta wilayah Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Seminggu kemudian yaitu tanggal 7 Juni 1976 para pemimpin PSTT dan
DPR Timor Timur menyerahkan petisi rakyat Timor Timur tersebut pada Presiden Republik
Indonesia di Jakarta.
Melalui pembahasan dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia tanggal 29 Juni 1976.
kemudian, pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Penyatuan Timor
Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia kepada dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia. Pada sidang Pleno DPR-RI tanggal 15 Juli 1976 secara aklamasi
pimpinan dan anggota Dewan menyetujui dan kemudian mengesahkannya dengan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1976 tanggal 17 Juli 1976. Dalam Undang-Undang itu dimuat
tentang penyatuan Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
sekaligus pembentukan Timor Timur sebagai propinsi ke-27. Secara simbolis Presiden
kemudian menyerahkan duplikat bendera pusaka kepada F.X. Lopes da Cruz, Amaldo dos
Reis Araujo. dan salinan teks Proklamasi Republik Indonesia kepada Lopes da Cruz.
Sebagai tindak lanjut dari proses integrasi itu, dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.19 tahun
1976 yang mengatur siatus Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur. Sejak
diletapkan sebagai propinsi ke-27, Timor Timur telah dipimpin oleh empat orang gubernur,
yaitu: (1). Amaldo dos Reis Araujo (1976 1978); (2). Guilherme Maria Goncalves (1978
-1982); (3). Ir. Mario Viegas Carrascalao (1982 -1990); (4). Abilio Jose Osorio Soares
(1992).

5
Ibid., hal. 21.
6
Ibid., hal. 23.
PROGRAM PEMBANGUNAN PADA AWAL INTEGRASI

Bendasarkan kondisi awal yang mewarnai kehidupan rakyat Timor Timur pada waktu itu.
maka Pemerintah mencoba menerapkan suatu strategi pembangunan dengan memperlakukan
Timor Timur secara khusus sebagai upaya untuk memacu tingkat pertumbuhan seoptimal
mungkin mengingat kenyataan yang ada bahwa kondisi Timor Timur pada waktu itu belum
mempunyai landasan yang kuat untuk mengejar laju pembangunan yang sedang berjalan
secara nasional. Wujud nyata dari proses perlakukan khusus adalah meliputi tahapan-tahapan
pembangunan sebagai berikut: (1976-1999)
1. Tahap Rehabilitasi (1976-1977)7
Tahap ini mulai berlangsung pada Oktober 1976 sampai dengan Maret 1977. Pada tahap
ini, strategi pembangunan di Timor Timur ditujukan sepenuhnya untuk merehabilitasi
antara lain pemulihan kembali sarana dan prasarana yang ada termasuk kondisi sosial
kemasyarakatannya, seperti merehabilitasi pengadaan air bersih, listrik rumah sakit, balai
pengobatan, sekolah dan sarana telekomunikasi serta perhubungan lainnya.

2. Tahap Konsolidasi (1977-1978)8


Tahap pembangunan berikutnya adalah tahap konsolidasi yang berlangsung dari bulan
April 1977 sampai dengan bulan Maret 1978. Tahap ini dimaksudkan untuk
mengembalikan sekaligus menata kembali infrastruktur sosial, ekonomi, maupun politik
yang dapat mendorong partisipasi masyarakat secara terkendali. Sasaran utama tahap ini
adalah melanjutkan serta meningkatkan langkah-langkah pembangunan sebelumnya,
sehingga menjangkau penataan dan perbaikan yang lebih luas.

3. Tahap Stabilitasi (1978-1989)9


Sebagai kelanjutan dari Tahap Konsolidasi. dilaksanakan Tahap Stabilisasi yang dimulai
pada bulan April 1978 sampai dengan bulan Maret 1982. Tahap Stabilisasi ini diarahkan
bagi pemulihan kondisi keamanan yang dapat menunjang serta mendukung
perkembangan laju pembangunan di seluruh wilayah Timor Timur. Sasaran utama tahap
ini adalah pemantapan serta peningkatan kemampuan dan ketrampilan Aparatur
Pemerintah Daerah secara menyeluruh dan terpadu.

4. Tahap Pembangunan Jangka Pendek (1982-1984)10


Sebagai kelanjutan dari pada Tahap Konsolidasi adalah Tahap Pembangunan Jangka
Pendek yang dimulai pada April 1982 sampai dengan Maret 1984. Bersamaan dengan
pemulihan kondisi keamanan yang didahului dengan tahap rehabilitasi serta konsolidasi.
Dalam tahap Pembangunan Jangka Pendek ini dilakukan “crash program” yang mencoha
meletakkan fondasi awal bagi kelanjutan pembangunan di Timor Timur. Sasaran utama
Pembangunan Jangka Pendek ini adalah pembangunan sarana dan prasarana yang
menunjang lancarnya roda pemerintahan serta pemantapan ketrampilan Aparatur
7
Ibid., hal. 94.
8
Ibid., hal. 95.
9
Ibid., hal. 97.
10
Ibid., hal. 101.
Pemerintah Daerah. Pada tahap ini kegiatan pembangunan diarahkan pada pembangunan
fisik prasarana pemerintahan kecamatan, prasarana perhubungan darat berupa
pembangunan jalan-jalan baru dan peningkatan mutu jalan dengan mengaspalkan jalan
negara, propinsi, dan kabupaten. Demikian pula dilaksanakan pembangunan gedung-
gedung sekolah berupa pembangunan SD Inpres disertai penyediaan peralatan dan tenaga
pengajar.

5. Pembangunan Lima Tahun Keempat (1984-1989)11


Untuk Propinsi Timor Timur, periode ini dinamakan periode atau tahap pengembangan,
di mana periode ini merupakam Pelita 1 untuk Timor Timur yang mulai berlangsung dari
bulan April 1984 sampai dengan bulan Maret 1989. Berbeda dengan tahapan-tahapan
sebelumnya, maka pada tahapan ini proses pembangunan semakin terarah di mana
perencanaan pembangunan telah diarahkan sesuai Permendagri Nomor 9 Tahun 1982
Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah.
a. Program Pembangunan Regional12
Program Pembangunan Timor Timur dalam tahapan Pelita IV ini berpedoman pada
Pola Dasar Pembangunan Daerah, dengan menetapkan 5 sektor prioritas, yaitu
Pertanian, Perhubungan, Pendidikan. Kesehatan, dan Pemantapan Aparatur
Pemerintah. Karena perencanaan dari sektor-sektor tersebut telah diadakan, maka
koordinasi melalu Mata Anggaran 16 Departemen Dalam Negeri hanya bersifat
melengkapi kebutuhan daerah yang belum tertangani oleh sektor seperti
pembangunan prasarana perkantoran, sarana transportasi dan fasilitas umum lainnya.
Seperti telah dilaksanakan sebelam tahapan ini, yakni pada Tahap Pembangunan
Jangka Pendek, pelaksanaan pembangunan di Timor Timur masih ada di bawah
pengendalian khusus dengan instruksi Menteri Dalam Negeri menyangkut masalah
pendanaan yang seluruhnya masih dikoordinir melalui Mata Anggaran 16
Departemen Dalam Negeri.
b. Pembangunan Nasional
Selanjutnya, dalam Repelita IV (1983/1984- 1988/1989) titik berat pembangunan
pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-
mesin industri sendiri, baik industri berat maupun industri ringan, serta perbaikan
prasarana pelayanan sosial, dan pengembangan sumber daya manusia.13
Untuk menciptakan kerangka landasan sebagaimana diamanatkan GBHN, diusahakan
terciptanya kondisi nasional yang memberikan rangsangan serta peluang seluas-
luasnya bagi semua potensi pembangunan untuk berpartisipasi dan berprestasi dengan
mengusahakan keseimbangan dan daerah. Pemanfaatan dan pembangunan di berbagai
bidang, sektor dan keserasian pengembangan sumber dana dan daya, pengembangan
keahlian, peningkatan pendapatan berbagai kelompok masyarakat dan lain-lain.
Dengan demikian diharapkan bangsa Indonesia dapat bertumbuh dan berkembang
atas kekuatan sendiri menuju masyarakat adil dan makmur.14
11
Ibid., hal. 105.
12
Ibid.
13
Ibid., hal. 107.
14
Ibid.
c. Pembangunan Sektoral15
Prioritas pembangunan di bidang ekonomi pada Pelita IV mencangkup usaha
meningkatkan produksi tanaman pangan, peternakan dan kehutanan. Selain itu juga
dilaksanakan perluasan prasarana dan sarana perhubungan secara merata ke seluruh
daerah untuk membuka daerah-daerah yang masih terisolasi.

6. Pembangunan Lima Tahun Kelima (1989-1994)16


Pembangunan Lima Tahun Kelima mulai berlangsung pada April 1989 sampai dengan
Maret 1994. Dalam Pelita V ini, program Pembangunan Timor Timur berpedoman pada
Pola Dasar Pembangunan Daerah dengan menetapkan 6 skala prioritas, yaitu: Pertanian,
Perhubungan, Pendidikan, Kesehatan, Pemantapan Aparatur Pemerintah dan
Pembangunan Daerah.
a. Pemantapan Landasan Pembangunan Daerah17
Kondisi Timor Timur sangat memerlukan perhatian yang serius dalam
penanganannya. Dengan demikian Pelita V diharapkan akan dapat lebih
memantapkan pembangunan daerah melalui penanggulangan terhadap berbagai
kendala yang ada sekaligus mempertajam prioritas pembangunan daerah.
b. Hasil Pembangunan Lima Tahun Pelita V18
Kendatipun secara kualitatif hasil-hasil pembangunan di Timor Timur belum dapat
menjamin suatu kepuasan yang optimal karena pada hakekatnya pembangunan itu
merupakan suatu proses yang berkesinambungan, namun upaya rakyat Timor Timur
merasa Pemerintah selama 20 tahun terakhir ini telah menghantarkan rakyat Timor
Timur menuju suatu kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

7. Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (1994-1999)19


Rencana Pembangunan Lima Tahun ke-VI dimulai pada April 1994 sampai dengan
Maret 1999. Dalam Repelita VI ini, program Pembangunan Timor Timur berpedoman
pada Pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi Tingkat 1 Timor Timur, dengan
menetapkan tiga skala prioritas, yaitu: Pengurangan tingkat kemiskinan, Peningkatan
Kualitas Sumber Daya Manusia, dan Memantapkan Iklim sosial politik yang mantap dan
dinamis.
Pembangunan Timor Timur tidak terlepas dari konstelasi pembangunan nasional
Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dilaksanakan secara murni
dan konsekuen. Dengan demikian, dalam kedudukannya sebagai sub-sistem dalam satu
kesatuan sistem pembangunan nasional, tujuan pembangunan daerah Timor Timur
termasuk permasalahannya serta strategi yang digunakan adalah sejalan dengan tujuan
dan strategi nasional yang disesudikan dengan situasi, kondisi, potensi, dan kendala yang
dihadapi di Timor Timur.
15
Ibid., hal. 108.
16
Ibid., hal. 166.
17
Ibid.
18
Ibid., hal. 168.
19
Ibid., hal. 234.

Anda mungkin juga menyukai