Disusun Oleh:
EFNAL PALIKO
ILMU HUKUM
TAHUN 2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Kami berterima kasih kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya
bahwa kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dalam bentuk presentasi
maupun makalah secara tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen kami yang selalu membantu kami dalam pembelajaran. Kepada para
mahasiswa yang selalu mendukung kami, kami juga berterima kasih kepada anda
sebagai rekan kerja dalam mendapatkan pendidikan di Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga
kita dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami menantikan semua saran
dan kritik dari para pembaca, yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
PEMBAHASAN.....................................................................................................2
PENUTUP.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
keadaan bathiniah, jadi melihat pada kehidupan bathiniah masing-masing
pribadi dalam kelompok masyarakat.2
2
Purnadi Purbacaraka, dkk, Perihal Kaedah Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1933), hal. 20.
3
Salim dan Erlies, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan Tesis, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2014), hal.76.
3
Kenyataan sehari-hari menunjukkan bahwa pemerintah di
samping melaksanakan aktivitas dalam bidang hukum publik, juga
sering terlibat dalam lapangan keperdataan. Dalam pergaulan hukum,
pemerintah sering tampil dengan dengan dua kepala, sebagai wakil dari
jabatan yang tunduk pada hukum publik dan wakil dari badan hukum
yang tunduk pada hukum privat.4
4
b. lingkungan kerjanya, yaitu melaksanakan perbuatan-perbuatan
publik,
c. badan hukum itu diberi wewenang publik seperti membuat
keputusan, ketetapan atau peraturan yang mengikat umum.
8
Vilantrophis, ”Kedudukan, Kewenangan, dan Tindakan Pemerintah”, diakses dari
http://vilantrophist.blogspot.com/2014/03/kedudukan-kewenangan-dan-tindakan-
hukum_6851.html pada tanggal 08 Oktober 2020 pukul 10:00 WIB.
9
Ibid.
5
dan kepegawaian atau tanggung jawab pemerintah
sendiri di hadapan Hakim. Organ pemerintah adalah
pemikul kewajiban tanggung jawab.
b. Pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan
mempertahankan norma hukum administrasi,organ
pemerintah dapat bertindak sebagai pihak tergugat
dalam proses peradilan, yaitu dalam hal ada keberatan,
banding, atau perlawanan.
c. Di samping sebagai pihak tergugat, organ pemerintahan
juga dapat tampil menjadi pihak yang tidak puas,
artinya sebagai penggugat.
d. Pada prinsipnya organ pemerintah tidak memiliki harta
kekayaan sendiri. Organ pemerintah merupakan bagian
(alat) dari badan hukum menurut hukum privat dengan
harta kekayaannya. Jabatan bupati atau wali kota adalah
organ-organ dari badan umum “kabupaten”.
Berdasarkan aturan hukum, badan umum inilah yang
dapat memiliki harta kekayaan, bukan organ
pemerintahannya. Oleh karena itu, jika ada putusan
hakim yang berupa denda atau uang paksa (dwangsom)
yang dibebankan kepada organ pemerintah atau
hukuman ganti kerugian dari kerusakan, kewajiban
membayar diserahkan kepada badan hukum yang
bersangkutan.
6
I.1.2. Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Privat
10
Ibid.
7
pemerintah dalam hukum privat adalah sebagai wakil dari badan
hukum keperdataan.11
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Ibid.
8
a. Badan-badan itu dibentuk oleh organisasi public
b. Badan-badan tersebut menjalankan fungsi
pemerintahan
c. Peraturan perundang-undangan secara tegas
memberikan kewenangan untuk menyelenggarakan
urusan pemerintahan dan dalam kondisi tertentu
berwenang menerapkan sanksi administratif.
9
peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara, yaitu
atribusi, delegasi, dan mandate. Legislator yang kompeten untuk
memberikan atribusi wewenang pemerintahan itu dibedakan antara:16
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Ibid.
10
b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan kalau ada
ketentuan untuk itu dalam peraturan perundang-undangan.
c. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan
hierarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi.
d. Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya
delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang
pelaksanaan wewenang tersebut.
e. Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegan memberikan
instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut.
20
Ibid.
21
Ibid.
11
atau peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi
dari keputusan yang harus diambil.
b. Wewenang fakultatif terjadi dalam hal badan atau pejabat tata
usaha Negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan
wewenangnya atau sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun
pilihan itu hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau keadaan-
keadaan tertentu sebagaimana ditentukan dalam peraturan
dasarnya.
c. Wewenang bebas, yakni terjadi ketika peraturan dasarnya
memberi kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha
Negara untuk menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan
yang akan dikeluarkan atau peraturan dasarnya memberikan
lingkup kebebasan kepada pejabat tata Negara yang
bersabgkutan.
22
Ibid.
12
BAB III
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
Purnadi Purbacaraka, dkk. 1933. Perihal Kaedah Hukum. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1933.
Salim dan Erlies. 2014. Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan
14