RETAIL
TATA CAHAYA
Dosen J . Ade Prasetya Seputra S.T., M.T.
Kelas A
2015KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.
Laporan ini merupakan salah satu tugas wajib dalam rangka tugas besar matakuliah
Penulisan Karya Ilmiah dan Desain semester 5.
Saya menyadari dalam laporan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang saya miliki,
namun demikian banyak pula pihak yang membantu saya dengan menyediakan dokumen
atau sumber informasi, memberikan masukan pikiran
BAB I. Pendahuluan
Bab. I.1 Latar Belakang
Arsitektur merupakan sebuah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Menurut
Vitruvius dalam bukunya yang berjudul De Architectura, sebuah bangunan yang baik
haruslah memiliki aspek Keindahan / Estetika (Venusitas), Kekuatan (Firmitas),
Kegunaan / Fungsi (Utilitas), Sehingga seorang arsitek dituntut mampu untuk
memunculkan kriteria itu dalam rancangannya.
Dahulu, sebelum ada teknologi komputer seorang arsitek mengambar manual
dengan bantuan meja gambar yang tentunya membutuhkan ketelitian dan waktu yang
cukup lama. Seiring berkembangnya Ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan
merancang dalam arsitektur juga mengalami perkembangan dengan munculnya
berbagai software yang dapat membantu seorang arsitektur dalam merancang dan
menuangkan idenya ke sebuah gambar. Ada banyak sofware yang dapat digunakan
seperti AutoCad, Sketchup, 3dsmax, Archicad, Dialux dan banyak lgi yang lainnya.
Semua software itu biasanya memiliki fungsinya masing-masing, mulai dari untuk
menggambar, membuat 3 dimensi sampai melakukan simulasi desain yang kita buat
terhadap pencahayaan, penghawaan, pembebanan dll.
Di dalam merancang sebuah ruang dalam arsitektur, pencahayaan merupakan
aspek penting yang perlu diperhatikan untuk menciptakan sebuah ruang-ruang yang
mampu memberikan kenyamanan bagi aktifitas yang ada di dalamnya. Dalam Aspek
pencahayaan terdapat software Dialux yang mampu berfungsi untuk mensimulasikan
pencahayaan pada bangunan yang kita desain dan dapat mengetahui simulasi cahaya
baik, pencahayaan alami maupun pencahayaan buatan. Hal ini sangat berguna untuk
perhitungan kebutuhan pencahayaan pada sebuah ruang sehingga dapat meningkatkan
kualitas ruang yang sesuai dengan standard yang dibutuhkan ruangan itu sendiri.
Dari pemaparan singkat di atas bahwa karya arsitektur harus memenuhi aspek
Keindahan / Estetika (Venusitas), Kekuatan (Firmitas), Kegunaan / Fungsi (Utilitas). Tiga
aspek ini dapat dicapai dengan salah satunya adalah dengan mempertimbangkan
Pencahayaan dalam karya yang kita buat. Untuk mengetahui dan menghitung
pencahayaan pada bangunan dapat menggunakan software dialux yang telah
diajarkan pada mata kuliah Tata Cahaya. Hal inilah yang mendasari penulis dalam
menyusun proposal ini, sehingga kita dapat mnegetahui apakah sebuah bangunan
dalam hal ini objek studi penulis PT. Ruamah Tropika Abadi memenuhi standard
sebagai sebuah kantor yang dapat memberikan kenyamanan bagi para pegawai yang
bekerja di dalamnya.
Menyajikan simulasi pencahayaan pada desain model retail melalui software Dialux
untuk mengetahui perhitungan pencahayaannya
Memberikan Rekomendasi desain untuk meningkatkan kualitas ruang yang ada pada
model desain Retail berdasarkan standard dan simulasi yang telah dilakukan dengan
software : Dialux.
Dari pemaparan tujuan penulisan di atas diharapkan penulisan proposal ini dapat
memberikan sedikit pengetahuan bagi pembaca tentang bagaimana sebuah ruang
yang memiliki kenyamanan sesuai dengan standard. Selain itu dalam proposal ini juga
terdapat hasil-hasil simulasi dari software Dialux yang nantinya berfungsi untuk
mengetahui pencahayaan pada model desain Retail yang di buat secara lebih detail
dehingga dapat dipakai sebagai acuan dalam merancang sebuah ruang Retail yang
memiliki pencahayan alami yang nyaman.
Alhazan (965 1038) berpendapat bahwa kita dapat melihat karena ada cahaya
yang dipancarkan atau dipantulkan oleh benda itu. (http://id.shvoong.com/ exactsciences/physics [Februari, 2012])
Bersifat alami(natural).
Tersedia berlimpah.
Tersedia secara gratiS.
Terbarukan.
Memiliki Spektrum cahaya lengkap.
Memiliki daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi mahluk hidup di bumi.
Dinamis.
Lebih alami bagi irama tubuh (bio-rhytym).
Keperluaan fotografi alami.
Beberapa kelemahan pencahayaan alami untuk dipergunakan mencahayai ruangan
adalah:
Pada bangunan berlantai banyak dan gemuk (berdenah rumit) sulit untuk
memanfaatkan cahaya alami matahari(walau ada teknologi serat kaca yang dapat
menyalurkan cahaya jauh kedalam ruangan).
Intensitasnya tidak mudah diatur,dapat sangat menyilaukan atau sangat redup.
Pada malam hari tidak tersedia.
Sering membawa serta panas masuk kedalam ruangan.
Dapat memudarkan warna.
c. Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya
buatan manusia yang dikenal dengan lampu atau luminer. Pada cuaca yang kurang
baik dan malam hari, pencahayaan buatan sangat dibutuhkan. Perkembangan
teknologi sumber cahaya buatan memberikan kualitas pencahayaan buatan yang
memenuhi kebutuhan manusia (Lechner, 2001, p.472). Pencahayaan buatan
membutuhkan energi untuk diubah menjadi terang cahaya. Segi efisiensi menjadi
pertimbangan yang sangat penting selain menjadikan pencahayaan buatan sesuai
dengan kebutuhan manusia. Pencahayaan buatan yang efisien mempunyai fokus
kepada pemenuhan pencahayaan pada bidang kerja. Satwiko (2004, p.78)
menyatakan pentingnya mengarahkan cahaya ke titik yang membutuhkan
pencahayaan sebagai prioritas.
d. pencahayaan pada bidang kerja
Pencahayaan Ruang dari Bidang Kerja Berkaitan dengan kualitas pencahayaan
bidang kerja terdapat aspek lain yang perlu diperhatikan pada ruang, yaitu: (1)
Kontras Terang (Brightness Contrast) Kontras terang adalah perbandingan tingkat
iluminasi antara bidang kerja dengan daerah di sekelilingnya. Dengan pengendalian
kontras yang tepat dapat mengurangi pengaruh dari silau dan kelelahan pada mata.
Kontras terang yang baik dapat menghasilkan color ambience (suasana warna) yang
berkualitas. Secara umum tingkat kontras area kurang lebih sepertiga dari
pencahayaan bidang kerja (Fordergemeinscaft Gutes Licht,2008, p.6). (2) Reflektansi
dinamakan supply chain. Badan usaha tersebut yaitu Produsen/pabrikDistributor/suplier-Retailer-Konsumen. Secara teknis alurnya berjalan secara vertical,
namun seiring dengan perkembangan zaman sistem ini mengalami pembaharuan yang
lebih modern.
Dalam tahap perkembangannya retailpun mengalami beberapa kali
transformasi, pada tahapan perkembangannya, dimana pada awalanya bentuk ratail
diawali dari sebuah tempat yang dilakukannya kegiatan jual dan beli yang sederhana,
hingga menjadi sebuah tempat yang khusus dengan konsep yang menarik, sehingga
dapat menarik pengujung untuk berkunjung dan membeli barang dagangan yang dijual
pada retail itu sendiri.
Gambar 3.2 . Bentuk retail Arvind yang menggunakan pewarnaan kayu sebgai
konsep pewarnaan retail
Sumber : http://retaildesignblog.net/2015/11/08/the-arvind-store-by-restore-guwahatiindia/
Pencahayaan buatan pada toko ini juga lebih difokuskan pada sejumlah barangbarang yang dijual pada toko tersebut, hal ini dapat dilihat dari pengkondisian
pencahayaan berupa lampu sorot yang digunakan yang dioptimalkan pada
pencahayaan pada spot-spot tertentu yang menyajikan barang-barang yang diperjual
belikan.
(a)
(b)
elegan
Kenyamanan
Penggunaan pencahayaan
yang standar dapat
memfasilitasi kegiatan atau
kebutuhan pengunjung
Estetika
Estetika
Menciptakan
sebuah rungan
yang terkesan
hangat dan
frienly melalui
penggunaan
warna yang
sesuai
Melihat fenomena saat ini yaitu bentuk retail haruslah memiliki suatu ketertarikan
sendiri, disamping tuntutannya sebagai bangunan komersil, dimana memiliki harga jual,
sehingga pada dawasa ini bentuk retail tidak hanya sebatas tempat menjual sesuatu, tapi
suatu tempat yang juga dapat menawarka suatu kosep ruangan yang tidak hanya nyaman
dan fungsional, tapi juga memiliki nilai estetika dengan penawaran bermacam konsep, yang
mana semuanya itu bertujuan untuk manrik hati pengunjung, dan salah satu dari konsep
tersebut yaitu, dengan penggunaan dan mengolahan pencahayaan buatan yang nyaman
dan mempunyai nilai estektis.
Pada pengunaan materialnya mempunyai pengunaan pewarnaan dengan material
kayu, yang pada dasarnya memiliki warna oranye kecoklatan, sehingga dapat menghemat
biaya pengecatan dan lebih terkesan natural.
Penggunaan jenis kayu furniture ini, antara lain:
Kayu Solid Kayu Utuh
Sesuai namanya, kayu solid menggunakan bahan baku kayu utuh, sehingga lebih kuat dan
lebih kokoh daripada kayu olahan. Sebanding dengan kualitasnya, maka furniture dengan
kayu solid harganya sangat mahal.
Jenis kayu yang banyak digunakan untuk furniture ini biasanya kayu jati, sungkai ataupun
nyatoh. Kayu jati dipilih karena memiliki urat kayu yang cantik sehingga bagus untuk di
expose atau ditonjolkan dan lebih tahan terhadap cuaca ataupun rayap. Namun harganya
sangat mahal, sehingga sering digunakan untuk furniture berkelas atau furniture ekspor.
Kayu sungkai sering digunakan sebagai pengganti kayu jati karena harganya lebih murah.
Warnanya pun cenderung lebih terang daripada kayu jati. Selain kayu sungkai, kayu nyatoh
kini juga popular digunakan sebagai pengganti kayu jati.
Umumnya plywood digunakan untuk membuat lemari pakaian, kitchen set, meja,
tempat tidur, ataupun rak buku. Ketebalan kayu lapis dipasaran bervariasi, mulai dari
3mm, 4mm, 9mm, dan 18mm dengan ukuran penampang standart yaitu 120cm x
240cm. Untuk plywood yang memiliki beberapa motif, diantaranya adalah motif jati,
sungkai, nyatoh, dll. Masing-masing motif mempunyai ciri khas dan warna tersendiri.
Untuk fungsinya, Papan plywood kerap digunakan sebagai pelapis bagian atas
lemari ataupun kitchen set. Untuk Plywood yang polos atau tanpa motif, biasanya
dilapisi dengan HPL, veneer PVC atau melaminto untuk memberikan motif/tekstur
finishing pada permukaannya.
Salah satu tipe playwood yang memiliki kelebihan anti air adalah Melaminto. Tipe ini
pada penggunaannya biasa dipasang pada bagian dalam kitchen set atau furniture
lainnya. Melaminto yang tersedia dipasaran saat ini telah memiliki beberapa pilihan
warna.
Analisa Dialux
Disesuaik
an dengan
standar
SNI
ruangan
toko
pakaian
Belum memenuhi
standar SNI yaitu
Belum memenuhi
standar SNI yaitu 20
Gambar 4.4. Kondisi hasil perhitungan calculate
Sumber: Doc. Pribadi
Dari tahapan desain awal ini dapat dilihat dari hasil calculation, bahwa desain awal
ini sesuai dengan pencahayaan yang diinginkan dengan konsep yang ditawarkan hanya
memeberikan nilai estetiknya saja, namun dari segi kanyamanan kondisi ini belum
sepenuhnya nyaman, dikarenakan jumlah dari perhitungan lux dan Watt/m2 belum
memenuhi standar rata-rata. Oleh karena itu desain ini perlu dievalusai dan diredesain,
sehingga dapat memenuhi tuntutan standar SNI yang ada.
Analisa Dialux
Disesuaik
an dengan
standar
SNI
ruangan
toko
pakaian
Befo
Afte
Befo
Afte
Gambar 4.9. Keadaan sebelum dan sesudah dari jumlah lampu DIAL 6 yang
digunakan.
Sumber: Doc. Pribadi
Gambar 4.10. Keadaan dan jumlah lampu yang digunakan pada saat redesain
Sumber: Doc. Pribadi
Selain usaha untuk mengurangi dan menambah lampu, upaya lainya yaitu dengan
menurunkan Colour Temperature kedalam angka standar SNI yaitu <3500 Kelvin.
Afte
Gambar Befo
4.12. Perubahan suasan ruangan dari
penurunan Colour Temperature yang
disesuaikan dengan standar (<3000K)
Sumber: Doc. Pribadi
Befo
Afte
Gambar 4.14=. Hasil Calculate dari redesain retail
Sumber: Doc. Pribadi
BAB V. KESIMPULAN
Dari desain yang telah dibuat, untuk menciptakan sebuah Retail yang bernuansa
hangat, bersahabat, elegan dan nyaman. Pada desain retail yang pertama yang tecapai
hanyalah semata nilai estetikanya saja, sedangkan mengenai kenyamanan dan nuansa
kehangatan retail dirasa belum diperlihatkan, yang mana hal tersebut dilihat dari belum
tecapainya juga standar pencahayaan yang didesain dengan standar pencahayaan yang
dimiliki SNI.
Pada desain awal retailnya sendiri, perolehan angkal luxnya mencapai 642 turun menjadi
610 lux dan angkat W/m2 mencapai 28.71 W/m2 turun menjadi 20.81W/m2. Maka dari itu
perlu adanya usaha untuk memperbaiki desain sehingga dapat memenuhi kriteria Standar
SNI.
Dalam kasus ini usaha yang dilakukan dalam menurunkan intensitas cahaya buatan
yaitu dengan mengurangi serta mengefisienkan penggunaan lampu, sehingga kualitas
kesilauan yang dikarenakan oleh kelebihan cahaya dapat diminimalisir.
Selain itu juga menurunkan intensitas cahaya juga dapat dilakukan dengan menurunkan
Colour Temperature ke dalam keadaan standar, sehingga memberikan efek suasana retail
yang lebih nyaman bersahabat, lewat efek warna oranye kecoklatan yang ditimbulkan.