Anda di halaman 1dari 13

1

PERENCANAAN PENCAHAYAAN BUATAN DI MASJID


AL IKHLAS DESA SUKASARI

Disusun oleh
Septian Nur Hamdan
197002040

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya, serta
usaha saya dapat Menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “PERENCANAAN
PENCAHAYAAN BUATAN DI MASJID AL IKHLAS DESA SUKASARI” makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Utilitas Bangunan.
Penyusunan makalah ini tentang perencanaan pencahayaan pada ruang dalam sebuah
bangunan ibadah yang diberi sistem perncahayaan atau luminer yang terbaik sehinnga
mempengaruhi pencitraan ruang dalam Masjid Al Ikhlas. Kajian pada bangunan ini diharapkan
mampu memberikan gambaran tentang pencahayaan atau luminer yang terbaik terhadap ruang
dalam Masjid
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
khususnya akademisi dan masyarakat pada umumnya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu saya selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam penyempurnaan makalah ini.

Kuningan, April 2021

Septian Nur Hamdan

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ I
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ II
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1
1.4 Kegunaan Makalah ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2
2.1 Sistem Pencahayaan atau Luminer ...................................................................... 2
2.1.1 Perhitungan Penerangan ................................................................................... 2
2.1.2 Penentuan Jumlah dan Kekuatan Lampu .............................................................. 3
2.1.3 Perhitungan dan Analisis ...................................................................................... 8
2.2 Jenis Pencahayaan ................................................................................................. 8
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas dan rutinitas sehari-hari yang padat sering kali membuat manusia menjadi stress.
Banyak usaha yang dilakukan orang untuk mengembalikan kondisi tubuh yang mengalami
kelelahan. Beribadah merupakan salah satu pilihan untuk mendapatkan ketenangan melalui
kontemplasi mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, secara tidak langsung tubuh juga ikut
beristirahat.
Masjid yang digunakan untuk tempat beribadah juga harus memperhatikan pencahayaan
ruang yang baik didalamnya yang menciptakan suasana yang nyaman, tenang dan senang bagi
orang yang datang ke Masjid. Pencahayaan, pemiliha warna ruangan, dan penataan interior yang
baik sangat mempengaruhi mempengaruhi pencitraan ruang yang mampu menciptakan suasana
tersebut seolah menghadirkan sosok sang pencipta.
Pencahayaan tidak hanya berfungsi sebagai penerangan yang membantu melihat tetapi
dapat membentuk pencitraan ruang dalam bagi pengguna bangunan. Untuk itu agar pencahyaan
benar benar membuat bangunan mempunyai makna. Maka, perlu pemahaman terhadap pencitraan
ruang dalam. Diantaranya yaitu mengatur tingkat cahaya dan temperature warna.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam bangunan Masjid Al Ikhlas adalah:
1. Bagaimana sistem pencahayaan atau luminer yang terbaik untuk digunakan
pada bangunan Masjid Al Ikhlas?
2. Apa jenis pencahayaan yang terbaik untuk digunakan bangunan Masjid Al
Ikhlas?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui dan Memahami sistem pencahayaan atau luminer terbaik untuk
bangunan Masjid Al Ikhlas.
2. Mengetahui dan Memahami jenis pencahayaan yang terbaik untuk bangunan
Masjid Al Ikhlas.

1.4 Kegunaan Makalah


Secara Teoritis disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang sistem pencahayaan dan jenis pencahayaan yang terbaik untuk bangunan Masjid. Secara
praktis disusunnya makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran
khususnya bagi mahasiswa yang membutuhkan makalah tentang sistem pencahayaan dan jenis
pencahayaan yang terbaik untuk bangunan Masjid.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pencahayaan atau Luminer
Sistem pencahayaan adalah dimana pencahayaan tersebut membuat kenyamanan pengguna
ruangan, kenyamanan visual, kenyamanan thermal dan kenyamanan audio. Dimana kenyamanan
pengguna ruangan dapat merasa nyaman, tenang dan senang. Kenyamanan visual diperoleh Ketika
tingkat pencahayaan yang cukup, tidak menyilaukan dan dapat menampilkan warna asli dari visual
yang dilihat. Kenyamanan thermaladalah kondisi dimana pola prilaku seseorang merasa nyaman
untuk melakukan aktivitas dengan suhu tertentu. Dan Kenyamanan audio kondisi dimana prilaku
seseorang merasa nyaman ketika memasuki ruangan tersebut jauh dari kebisingan audio.
Untuk menentukan perencanaan sistem pencahayaan yang terbaik ada beberapa metode
yaitu :
2.1.1 Perhitungan Penerangan
• Intensitas Cahaya dan Flux Cahaya
Intensitas cahaya adalah fluks cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke
suatu arah tertentu. Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya adalah
sejumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Intensitas cahaya dinyatakan
dalam satuan candela (cd) dengan lambang. Sedangkan fluks cahaya ,mempunyai
satuan lumen dengan lambang . Dari uraian di atas diperoleh persamaan :
𝜑
𝐼= ......................... (1)
𝜔

Dimana :
I = Intensitas cahaya (candela).
𝜑 = Flux cahaya (lumen)
𝜔 = Satuan sudut ruang (steradian)

• Intensitas Penerangan/ Iluminasi (E)


Intensitas penerangan adalah fluks cahaya 𝜑 yang jatuh pada 1m2 dari bidang itu (1
lux=1m/m2 ). Sedangkan iluminasi penerangan rata-rata (E rata-rata) adalah jumlah
fluks 𝜑 yang dipancarkan (lumen) persatuan luas A (m2).
𝜑
E= ........................... (2)
𝐴

Dimana :
E = Intensitas Penerangan (lux) A = Satuan Luas (m2)
𝜑 = Flux Cahaya (lumen)

2
• Kepadatan Cahaya/ luminasi (L) Luminasi adalah satu ukuran untuk terang suatu
benda. Luminasi suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan
cahaya adalah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semua permukaan/ bidang yang
diterangi.
𝐼
L= ................... (3)
𝐴

Dimana :
L = Luminansi (cd/cm2)
I = Intensitas cahaya (candela).
A = Satuan luas (m2)
Untuk mendapatkan pencahayaan yang baik maka dalam merencanakan instalasi
pencahayaan ada 5 kriteria yang perlu diperhatikan kelima kriteria tersebut adalah :
1. Iluminasi / Tingkat kuat penerangan.
2. Luminasi / distribusi kepadatan cahaya.
3. Pembatasan agar cahaya tidak menyilaukan mata.
4. Arah pencahayaan dan pembentukan bayangannya.
5. Warna cahaya dan refleksi warnanya.
Selain tergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri,penyebaran cahaya dari
sumber cahaya juga tergantung pada konstruksi armaturnya. Hal-hal yang menentukan
konstruksi armature adalah :
• Cara pemasangan armatur (pada dinding atau plafon)
• Cara pemasangan fitting atau fitting-fitting dalam armature.
• Perlindungan sumber cahaya.
• Penyebaran cahaya.
Intensitas penerangan harus ditentukan berdasarkan tempat dimana pekerjaan
dilakukan. Bidang kerja umumnya 80 cm di atas lantai.
2.1.2 Penentuan Jumlah dan Kekuatan Lampu
Menurut Muhaimin, (2001), faktor –faktor yang mempengaruhi penentuan
jumlah titik cahaya pada suatu ruangan :
1. Macam penggunaan ruangan (fungsi ruangan), setiap macam penggunaan ruangan
mempunyai kebutuhan kuat penerangan yang berbeda-beda.
2. Ukuran ruangan, semakin besar ukuran ruangan maka semakin besar pula kuat penerangan
yang dibutuhkan.

3
3. Keadaan dinding dan langit-langit (faktor refleksi), berdasarkan warna cat dari dinding dan
langit-langit pada ruangan tersebut memantulkan ataukah menyerap cahaya.
4. Macam jenis lampu dan armatur yang dipakai, tiaptiap lampu dan armatur memiliki
konstruksi dan karakteristik yang berbeda.
Letak dan jumlah lampu pada suatu ruangan harus dihitung sedemikian rupa, sehingga ruangan
tersebut mendapatkan sinar yang merata. Dan manusia yang berada didalam ruangan tersebut
menjadi nyaman, penerangan untuk ruangan kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga
pengaruh dari penerangan tidak membuat cepat lelah mata. Tingkat pencahayaan minimum
dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk berbagai fungsi ruangan ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Tingkat Pencahayaan rata rata, renderansi dan temperature warna yang
direkomendasikan

4
pada Tabel 1, tidak terdapat standar kuat penerangan bangunan Masjid. Sehingga ditentukan
standar kuat penerangan bangunan Masjid minimum sebesar 200 lux. (Muhaimin, 2001).
Menurut Muhaimin (2001), beberapa hal-hal yang harus diperhitungkan yaitu sebagai
berikut :
1. Efisiensi Armatur (v)
Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksinya dan bahan yang digunakan. Dalam
efisiensi penerangan selalu diperhitungkan efisiensi armaturnya.
𝐹𝑙𝑢𝑘𝑠 𝐶𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑛𝑡𝑢𝑙𝑘𝑎𝑛
V= (4)
𝑓𝑙𝑢𝑥 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟

2. Faktor-faktor refleksi Faktor-faktor


refleksi dinding (rw) dan faktor refleksi langit-langit (rp) masing-masing menyatakan bagian
yang dipantulkan dari fluks cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit yang
mencapai bidang kerja. Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung

5
jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lain, sebab cahaya
yang jatuh pada dinding dan langit-langit hanya sebagian dari fluks cahaya.
Menurut Muhaimin (2001), faktor refleksi berdasarkan warna dinding dan langit-langit
ditunjukkan pada Tabel 2

3. Indeks Ruang atau Indeks Bentuk (k)


Indek ruangan atau indek bentuk menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran utama
suatu ruangan berbentuk bujur sangkar dirumuskan dengan persamaan dibawah ini :
𝑝𝑥𝑙
𝑘= ......................................... (5)
ℎ (𝑝+𝑙)

Dimana :
p = Panjang ruangan (m)
l = lebar ruangan (m)
h = jarak/tinggi armature terhadap bidang kerja (m)
4. Faktor Penyusutan / depresiasi (kd)
Faktor penyusutan dirumuskan dengan persamaan dibawah ini :
𝐸 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
𝑘𝑑 = ............ (6)
𝐸 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢

Untuk memperoleh efisiensi penerangan dalam keadaaan dipakai, nilai efisiensi yang didapat
dari Tabel harus dikalikan dengan faktor penyusutan. Faktor penyusutan ini dibagi menjadi
tiga golongan utama, yaitu :

• Pengotoran ringan (daerah yang hampir tak berdebu)


• Pengotoran sedang / biasa
• Pengotoran berat (daerah banyak debu) Bila tingkat pengotoran tidak diketahui,
maka faktor depresi yang digunakan ialah 0,8. (Muhaimin, 2001).
5. Bidang Kerja Intensitas penerangan harus ditentukan dimana pekerjaan akan
dilaksanakan. bidang kerja umumnya diambil 0,8 cm diatas lantai.
6. Efisiensi Penerangan Efisiensi penerangan dengan nilai-nilai indeks ruangan (k), faktor
refleksi dinding (rp), faktor refleksi langit-langit (rw), dan faktor refleksi lantai (rm) dapat
ditentukan pada tabel efisiensi penerangan.

7. Faktor Utility (kp)

6
Faktor utility dapat ditentukan dengan tabel efisiensi penerangan dengan mencari nilai
indeks ruangan (k) yang tepat. Jika nilai (k) tidak terdapat secara tepat pada Tabel sistem
penerangan, efisiensi, dan depresiasi yang sudah ada, maka faktor utility diperoleh dengan
metode interpolasi yaitu :
𝑘−𝑘1
𝑘𝑝 = 𝑘𝑝1 + (𝑘𝑝2 − 𝑘𝑝1) ..... (7)
𝑘2−𝑘1

Dimana :
Kp = Faktor utility yang akan ditentukan
Kp1 = faktor utility batas bawah
Kp2 = faktor utility batas atas
K = indeks ruangan yang akan ditentukan
K1 = indeks ruangan batas bawah
K2 = indeks ruangan batas atas
8. Jumlah Lampu (n)
Setelah menentukan beberapa parameter diatas, maka untuk mencari jumlah lampu
digunakan persamaan berikut :
𝐸𝑥𝐴
𝑛= ........................................ (8)
𝜑𝑥𝑘𝑝𝑥𝑘𝑑

Dimana :
n = jumlah lampu (buah)
E = intensitas penerangan (lux)
𝜑 = flux cahaya (lumen)
A = satuan luas (m2)
Kp = faktor utility
Kd = faktor depresiasi
9. Kebutuhan Daya.
Daya yang dibutuhkan untuk semua armatur dapat dihitung dengan persamaan :
𝑤𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛 𝑥 𝑊1 𝑤𝑎𝑡𝑡 ..................... (9)
Dimana :
n = jumlah lampu (buah)
W1 = daya setiap lampu termasuk ballast (watt)
10. Kepadatan Daya (Pa)

7
Dengan membagi daya total dengan luas bidang kerja, didapatkan kepadatan daya (Watt/m2)
yang dibutuhkan untuk sistem pencahayaan tersebut
𝑤𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑝𝑎 = (𝑤𝑎𝑡𝑡/𝑚 2 ) ..................... (10)
𝐴

Kepadatan daya ini kemudian dapat dibandingkan dengan kepadatan daya maksimum yang
direkomendasikan dalam usaha konservasi energi, misalnya untuk ruangan untuk ibadah 20
Watt/m2 .
2.1.3 Perhitungan dan Analisis

• Perhitungan Jumlah Lampu pada lantai dasar (Ground Floor)


Pada lantai dasar Masjid Al Ikhlas Desa Sukasari merupakan tempat beribadah.
Perhitungan jumlah lampu pada sebuah ruangan bertujuan mendapatkan tingkat
pencahayaan yang baik dan standar. Perhitungan jumlah lampu pada ruangan Masjid
Al Ikhlas lantai dasar diuraikan secara rinci sebagai berikut :

1. Ruang Beribadah :
a. Data Ruangan :
Panjang ruangan (p) : 30 m
Lebar ruangan (l) : 20 m
Tinggi ruangan (t) : 10 m
Tinngi bidang kerja (h) :2,62m (t - 0,8m)
b. Indeks Ruangan (k)
Dengan menggunakan persamaan (5)
𝑝𝑥𝑙
𝑘=
ℎ (𝑝+𝑙)

30 𝑥 20
𝑘=
3,42 (30+20)

k = 3,82
c. Faktor refleksi :
Dengan mengacu pada Tabel (2), faktor refleksi :
Faktor refleksi dinding (rp) : 0,5
Faktor refleksi langit-langit (rw) : 0,5
Faktor refleksi lantai (rm) : 0,7
d. Asumsi jumlah lampu yaitu :
Menggunakan lampu CFL 5 x 18 watt
Fluks Cahaya Lampu : 5000 lumen
Standar kuat penerangan ruangan : 200 lux (Tabel 1)

2.2 Jenis Pencahayaan


Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terpancar
keangkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan
dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya.
Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut:

8
• Pijar: Padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai
suhu 1000K. Intensitas akan meningkat dan penampakan menjadi semakin putih jika
suhu naik.
• Muatan Listrik: Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan molekul
memancarkan radiasi, spektrumnya merupakan karakteristik elemen yang ada.
• Electro luminescence: Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan
tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor.
• Photoluminescence: Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap, biasanya
oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila
radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat
maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence
• CFL memancarkan spektrum warna yang berbeza daripada mentol lampu.
Formulasi fosfor, warna subjektif cahaya yang dihasilkan oleh CFL memandangkan
penilaian mengenai warna 'putih lembut' terbaik adalah subjektif sebagaimana lampu
pendarfluor biasa.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terpancar
keangkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan
dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya.
Disini saya menyimpulkan pembahasan tentang perencanaan pencahayaan luminer di Masjid Al Ikhlas
Desa Sukasari dimana pencahayaan yang terbaik untuk penerangan bangunan di Masjid yaitu
mengasumsikan dengan menggunakan jenis Lampu CFL dengan daya 18 watt 5 buah, yang mempunya
total fluks cahaya 5000 lumen dengan standar kuat penerangan minimal 200 lux sesuai dengan table 1.

Pencahayaan tidak hanya berfungsi sebagai penerangan yang membantu melihat tetapi dapat
membentuk pencitraan ruang dalam bagi pengguna bangunan. Untuk itu agar pencahyaan benar
benar membuat bangunan mempunyai makna. Maka, perlu pemahaman terhadap pencitraan
ruang dalam. Diantaranya yaitu mengatur tingkat cahaya dan temperature warna.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhaimin. 2001. Teknologi Pencahayaan. Penerbit PT Refika Aditama. Bandung.
2. Laras; Djoko BT. 2010. Perencanaan Instalasi Listrik : Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Putra Arif Dermawan, 2015.Studi Evaluasi Perencanaan Instalasi Penerangan Hotel Neo
By Aston Pontianak : Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjung Pura.
4. Adin S; Asep S. Kajian Intensitas Cahaya
5. Erwin Yuniar. 2011. Pencitraan Suasana Ruang Dalam Masjid Al- Irsyad Srbagai Akibat
Dari Pencahayaan A

10

Anda mungkin juga menyukai