Dalam sajian ini akan diberikan penjelasan umum mengenai dasar pencahayaan
sebagai bagian dari ilmu fisika dan ilmu fisika bangunan.
1. Arti Kata
’Lighting’ dalam Bahasa Inggris mempunyai dua artii. Pertama, ’lighting’ adalah
kata benda yang berarti peralatan yang dibutuhkan untuk mengadakan terang,
agar benda-benda dapat terlihat. Kedua, ’lighting’ berarti sumber cahayanya.
’Basic to lighting’ dapat diartikan sebagai dasar-dasar dari pengadaan terang
atau pengetahuan dasar pencahayaan.
Dalam Bahasa Indonesia, dua kata tersebut – terang dan cahaya – saling
melengkapi. Cahaya adalah kata benda, yaitu sesuatu yang membuat terang.
Sedang terang adalah sebuah kata sifat yang menggambarkan suatu keadaan
dimana tidak ada kegelapan karena ada cahaya.
Pencahayaan adalah salah satu aspek atau sub-bidang dari ilmu fisika dan ilmu
fisika bangunan. Seperti halnya pada sub-bidang lainnya, pencahayaan terdiri
dari tiga hal: sumber, media perantara, dan indera/alat penangkap.
i th
Cowie, A.P., “Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English”, 4 Edition, Oxford
University Press, 1989, hal, 722.
1
2.1. Sumber pencahayaan adalah sumber cahaya dan sinar pantulannya.
Sumber pencahayaan alami (’natural lighting’) adalah matahari, sedang sinar
pantulannya antara lain adalah sinar rembulan, terang langit, pantulan awan, dll.
Matahari dan lampu adalah sumber cahaya dan sumber terang, sedang benda/
bidang pantul hanya dapat menjadi sumber terang kalau ada sumber cahaya
yang meneranginya. Sumber cahaya dan sumber terang memancarkan
gelombang elektro-magnetik.
2.2. Media perantara penerangan adalah ruang hampa dan fluida tidak pekat
dan tidak berwarna, seperti udara. Gelombang elektro-magnetik cahaya yang
membentur benda akan dipantulkan, dibiaskan atau menembus berdasarkan
sifat benda ybs.
ii
Satwiko, P., “Fisika Bangunan 1” Edisi 1, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004, hal. 82.
iii
McGuinness, MJ. & Stein B., “Mechanical and Electrical Equipment for Buildings” Edisi 5, John
Wiley and Sons, Inc.,New York, 1971, hal. 675.
2
Pemandangan Sydney Opera House pada Gambar 1 dapat dinikmati karena ada
sinar matahari yang menerangi bumi pada siang hari. Langit nampak berwarna
biru karena memantulkan sinar matahari, sedang atap-atap lengkung Sydney
Opera House juga memantulkan sinar matahari, sehingga nampak putih berkilau.
Pemandangan yang indah ini tertangkap oleh lensa kamera sehingga terjadilah
gambar yang indah seperti tertera di atas.
Kuat atau Intensitas (sumber) cahaya (= I) diukur dalam satuan lilin atau
candle (=cd). Sebuah sumber cahaya berkekuatan 1 cd mengeluarkan cahaya
ke segala arah dan bila ia ditangkap oleh sebuah bola berjari-jari 1 m dari pusat
cahaya akan menghasilkan arus cahaya sebanyak 12,57 lumen/detik, karena
luas permukaan bola berjari-jari 1 m adalah 12,57 m2. Jadi 1 lumen adalah arus
cahaya dari 1 lilin (kecil) ke 1 m2 bidang bola berjari-jari 1 m (steradian).
3
Arus cahaya yang diterima suatu bidang disebut Iluminan. Besarnya iluminan
atau iluminasi diukur dengan lumen per satuan luas permukaannya (lumen/m2 =
lux), dan dinyatakan dengan rumus: E=Q/A lux. Jadi 1 lux adalah iluminasi yang
diterima oleh bidang bola berjari-jari 1 m dan yang bertitik pusat sumber cahaya
berkekuatan 1 lilin (= 1cd). Bila menggunakan satuan lumen/ft2, satuannya
menjadi footcandle (=fc), di mana 1 fc adalah 10,79 lumen/m2 (biasanya
dibulatkan 1 fc=10 lux).
Arus cahaya yang memancar disebut Luminan. Besarnya luminan atau luminasi
diukur dengan lilin per satuan luas permukaannya, dan dinyatakan dengan
rumus: IL=I/A cd/m2.
4
4. Kriteria Perencanaan Pencahayaan
5
4.5. Warna Cahaya dan Penyajian Warna
6
KEPUSTAKAAN
1. Ardiyanto, A., dkk., “Ilmu Fisika Bangunan” Penerbit Kanisius dan Penerbit
Universitas Soegijapranata, Yogyakarta dan Semarang, 2008.
4. William J.,McGuinness, W.J. & Stein, B., “Mechanical and Electrical Equipment
for Buildings” Edisi 5, John Wiley and Sons, Inc.,New York, 1971.
7
LAMPIRAN
(bersambung)
Sumber: Ardiyanto,A., dkk., “Ilmu Fisika Bangunan” Penerbit Kanisius dan Penerbit Universitas
Soegijapranata, Yogyakarta dan Semarang, 2008, hal. 33-35.
8
9