TINJAUAN PUSTAKA
7
Penerangan untuk keperluan umum adalah penerangan yang digunakan
untuk keperluan publik, misalnya : penerangan untuk kantor, penerangan untuk
rumah sakit, penerangan bengkel, dan ruang tunggu.
8
2.3.1 Flux Cahaya
Flux cahaya ( lumen ) pada Gambar 2.2 yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya
ialah seluruh sumber cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Kalau sumber cahayanya,
misalkan sebuah lampu pijar ditempatkan dalam reflektor, maka cahayanya akan
diarahakan tetapi jumlah atau flux cahayanya tetap.
Untuk mencari flux cahaya yang dipacarkan oleh sumber cahaya yang ada dalam
ruangan bias dihitung dengan menggunakan rumus 2.1 :
𝐸𝑋𝐴
Ф= ( lm ) ……………………………………….. ( 2.1 )
ɳ
Keterangan :
Ф = Flux cahaya yang diperoleh oleh sumber cahaya ( lm )
E = Intensitas penerangan yang diperlukan oleh bidang kerja ( lux )
A = Luas bidang kerja ( m2 )
ɳ = Efisiensi
9
Perbandingan antara intensitas penerangan minimum dan maksimum dibidang kerja
harus sekurang-kurangnya 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya harus sekurang-
kurangnya 0,3.Dalam menghitung penerangan dalam yaitu terdiri dari :
1. Intensitas Penerangan
2. Efisiensi Penerangan
3. Efisiensi almatur
4. Faktor Refleksi
5. Indeks ruangan atau indeks bentuk
6. Faktor penyusutan atau faktor depresiasi
Sistem penerangan yang sebaiknya digunakan dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain :
a. Intensitas penerangannya dibidang kerja
b. Intensitas penerangan umumnya dalam ruangan
c. Biaya Instalasinya
d. Biaya pemakaian energinya
e. Biaya pemeliharaan instalasinya
10
Keterangan :
Ф = flux cahaya
E = Intensitas penerangan ( lux )
A = Luas bidang kerja ( m2 )
Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja
yang diinginkan. Sebagian dari flux cahaya itu akan dipancarkan kedinding dan langit-
langit.
Фg
ɳ = Фo ………………………………………….(2.3)
Keterangan :
ɳ = Efisiensi
Фg = flux cahaya yang mencapai bidang kerja, langsung atau tak langsung setelah
dipantulkan oleh dinding dan langit-langit.
Фo = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam
ruangan
Untuk menentukan intensitas penerangan yang dibutuhkan adalah seperti Tabel 2.1
1 Kantor
Ruangan Gambar 2000 lux 1000 lux
Ruangan Kantor ( untuk pekerjaan kantor
biasa, pembukuan, mengetik, surat mrnyurat,
membaca, menulis, melayani mesin – mesin 10000 lux 500 lux
kantor )
2 Ruangan Sekolah
Ruangan Kelas 500 lux 250 lux
11
Ruangan Gambar 1000 lux 500 lux
Ruangan Untuk Pelajaran Jahit – Menjahit 1000 lux 500 lux
3 Industri
12
2.4.2 Efisiensi Penerangan
Untuk menentukan efisiensi penerangan harus diperhitungkan seperti berikut :
a. Efisiensi atau rendemen armaturnya ( v )
b. Faktor refleksi dindingnya ( rw ), faktor refleksi langit-langitnya ( rp ) dan faktor
refleksi bidang pengukurannya ( rm )
c. Indeks ruangannya
Rumus flux cahaya yang dipancarkan lampu dalam suatu ruangan dinyatakan dalam
rumus 2.4
𝐸𝑋𝐴
Фo = lm …………………………………………………. (2.4)
ɳ
Keterangan :
Фo = Flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada di dalam
ruangan
ɳ = Efisiensi
E = Intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja ( lux )
A = Luas bidang kerja ( m2 )
Untuk mengetahui efisiensi penerangan pada suatu ruangan maka kita dapat melihat
Tabel 2.2 :
13
Tabel 2.2 Efisiensi Penerangan
Efisiensi Penerangan Untuk Keadaan Baru Faktor Depresiasi Untuk Masa
Pemeliharaan
Armatur v rp 0,7 rp 0,5 rw 0,3
Langsung 1 tahun 2 tahun 3 tahun
K rw 0,5 rw 0,3 rw 0,1 rw 0,5 rw 0,3 rw 0,1 rw 0,5 rw 0,3 rw 0,1
%
Tak
rm 0,1 rm 0,1 rm 0,1
langsung
0,5 0,26 0,20 0,17 0,22 0,18 0,15 0,19 0,16 0,14
GCB 0,6 0,30 0,25 0,21 0,26 0,22 0,19 0,23 0,19 0,17
0,8 0,38 0,32 0,28 0,33 0,29 0,25 0,28 0,25 0,23 Pengotoran Ringan
2 XTL 40W
1 0,43 0,38 0,34 0,38 0,34 0,30 0,32 0,29 0,27 0,85 0,80 0,70
1,2 0,47 0,42 0,38 0,41 0,37 0,34 0,35 0,32 0,30
Roster 1,5 0,51 0,47 0,43 0,45 0,41 0,38 0,38 0,36 0,33 Pengotoran Sedang
Sejajar 2 0,56 0,52 0,49 0,49 0,46 0,43 0,42 0,40 0,38 0,80 0,70 0,65
2,5 0,56 0,56 0,52 0,52 0,49 0,46 0,44 0,42 0,40
3 0,61 0,58 0,55 0,54 0,51 0,49 0,46 0,44 0,42 Pengotoran Berat
4 0,64 0,62 0,59 0,56 0,54 0,52 0,48 0,47 0,45 X X X
5 0,66 0,64 0,62 0,58 0,56 0,54 0,50 0,48 0,47
14
2.4.3 Faktor- Faktor Refleksi
Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan bagian yang dipantulkan
dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit dan kemudian mencapai
bidang kerja.
Faktor refleksi bidang semu bidang pengukuran atau bidang kerja rm, ditentukan
oleh reflesi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya
untuk rm ini diambil 0,1.
Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70% dan yang
berwarna gelap 10-20%.
Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh lebih
kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya yang
jatuh dilangit – langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya. Silau karena
cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja
b. Menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan luminansinya
rendah
c. Penempatan sumber cahaya yang tepat.
Keterangan :
k = Indeks ruangan atau indeks bentuk
p = panjang ruangan ( m )
l = Lebar ruangan ( m )
h = Tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( m )
15
2.5 Sistem Penerangan dan Armatur
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber
cahaya itu sendiri dan konstruksi armatur yang digunakan. Konstruksi armaturnya antara
lain ditentukan oleh :
1. Cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit
2. Cara pemasangan fiting atau fiting-fiting dalam armatur
3. Perlindungan sumber cahaya
4. Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan
5. Penyebaran cahayanya
Sebagian besar cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang langsung dari sumber
cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan. Karena besarnya luminansi sumber-
sumber cahaya modern, cahaya langsung dari sumber cahaya biasanya akan menyilaukan
mata. Oleh karena itu, bahan-bahan armatur harus dipilih sedemikian rupa sehingga sumber
cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi secara tepat.
2.5.1 Armatur
Armatur-armatur lampu dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu :
1. Berdasarkan Sifat Penerangan
Berdasarkan sifat penerangannya terdiri atas untuk penerangan langsung,
sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung
2. Berdasarkan Konstruksinya
Berdasarkan konstruksinya terdiri atas armature biasa, kedap tetesan air,
kedap air, kedap letupan debu dan kedap letupan gas.
3. Berdasarkan Penggunaannya
Berdasarkan penggunaannya terdiri atas untuk penerangan dalam,
penerangan luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur yang
ditanam di dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam.
4. Berdasarkan Bentuknya
16
Berdasarkan bentuknya terdiri atas armatur balon, pinggan, “rok”, gelang,
armatur pancaran lebar dan pancaran atas. Kemudian armatur kandil, patung dan
armatur-armatur jenis lain untuk lampu-lampu bentuk tabung.
5. Berdasarkan Pemasangannya
Berdarkan pemasangannya terdiri atas armatur langit-langit, dinding gantung,
berdiri, armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai kabel.
Bentuk sumber cahaya dan armatur harus demikian rupa sehingga tidak
menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan untuk
dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi bayang-bayang itu tidak boleh terlalu
tajam. Selain itu konstruksi armature harus demikian rupa sehingga ada cukup sirkulasi
udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber cahaya. Karena itu harus
ada cukup banyak lubang dibagian bawah dan bagian atas armatur. Suhu armatur sekali-
kali tidak boleh menjadi sedemikian tinggi karena dapat menimbulkan kebakaran atau
merusak isolasi.
Berdasarkan sifat penerangannya dapat dibagi berbagai macam armatur seperti di
bawah ini :
a. Penerangan Langsung
Efisiensi penerangan langsung sangat baik. Cahaya yang dipancarkan
sumber cahaya seluruhnya dibidang yang harus diberi penerangan, langit-langit
hampir tidak ikut berperan. Akan tetapi sistem penerangan ini menimbulkan
bayang-bayang yang tajam. Keberatan ini dapat dikurangi dengan menggunakan
sumber-sumber cahaya bentuk tabung ( lampu TL ).
Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan yang tinggi,
misalnya di bengkel dan pabrik, dan untuk penerangan luar. Armatur-armatur yang
digunakan untuk penerangan langsung adalah armatur pancaran lebar pada Gambar
2.3 ( untuk penerangan umum dalam bengkel ) dan armatur pancaran terbatas pada
Gambar 2.4 ( untuk penerangan setempat, diatas mesin perkakas. Selain itu, ada
juga armatur palung pada Gambar 2.5 ( untuk penerangan industri ), dan armatur
rok pada Gambar 2.6 ( untuk penerangan luar ) dan armatur kedap air pada Gambar
2.7 ( untuk penerangan jalan )
17
( Sumber: P.Van Harten – Ir.E.Setiawan,1985 )
Gambar 2.3 Armatur Pancaran Lebar
18
( Sumber: P.Van Harten – Ir.E.Setiawan,1985 )
Gambar 2.6 Armatur Rok
19
( Sumber: P.Van Harten – Ir.E.Setiawan,1985 )
Gambar 2.8 Pelindung Dari Kawat
c. Penerangan Difus
Efisiensi penerangan difus lebih rendah daripada efisiensi kedua sistem yang
telah dibahas terlebih dahulu. Sebagian dari cahaya sumber-sumber cahaya sekarang
diarahkan kedinding dan langit-langit. Pembentukan bayang – bayang dan kilaunya
banyak berkurang.
Penerangan difus digunakan di ruangan-ruangan sekolah, diruangan-ruangan
kantor dan di tempat-tempat kerja. Armatur untuk penerangan difus adalah armatur
– armatur balon misanya armatur gantung memakai pipa seperti pada Gambar 2.9
20
d. Terutama Penerangan Tak Langsung
Bayang – bayang dan kilau yang timbul pada sistem penerangan ini hanya
sedikit. Sebagian besar dari cahaya sumber – sumber cahaya sekarang diarahkan ke
atas. Penerangan ini digunakan untuk rumah-rumah sakit, diruangan baca, took-
toko, dan dikamar tamu. Seperti terlihat pada Gambar 2.10 armatur dinding untuk
penerangan sebagian besar tak langsung dan pada gambar 2.11 armatur gantung
bentuk gelang
21
e. Penerangan Tak Langsung
Pada sistem penerangan tak langsung cahayanya dipantulkan oleh langit-
langit dan dinding-dinding. Warna langit-langit dan dinding-dinding ini harus
terang bayang-bayang hampir tidak ada lagi.
Penerangan tak langsung digunakan untuk ruangan – ruangan untuk
membaca, menulis dan untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan halus lainya.
Keterangan :
n = jumlah lampu
Фo = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam
ruangan
22
Фlampu = fluks lampu
E = Intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja ( lm )
A = Luas bidang kerja dalam ( m2 )
d = Faktor penyusutan /depresiasi
ɳ = Efisiensi penerangan
Sedangkan untuk jumlah armatur dapat diketahui dengan menggunakan dengan rumus 2.8 :
Фo 𝐸𝑋𝐴
n= = ………………………………… ( 2.8 )
Фarmatur Фarmatur X ɳ x d
Keterangan :
n = jumlah lampu
Фo = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam ruangan
Фarmatur = fluxs cahaya per armatur
E = Intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja ( lm )
A = Luas bidang kerja dalam ( m2 )
d = Faktor penyusutan / depresiasi
ɳ = Efisiensi penerangan
23
2.7 Perlengkapan Hubung Bagi
Menurut PUIL 2000 Bab 6 pasal 6.2.1.1 – 6.2.1.3 disebutkan bahwa PHB harus ditata
dan dipasang sedemikian rupa sehingga terlihat rapi dan teratur, dan harus ditempatkan
dalam ruang yang cukup leluasa sehingga pemeliharaan dan pelayanan mudah dan aman,
dan bagian yang penting mudah dicapai serta semua komponen yang pada waktu kerja
memerlukan pelayanan, seperti instrumen ukur, tombol dan sakelar, harus dapat dilayani
dengan mudah dan aman dari depan tanpa bantuan tangga, meja atau perkakas yang tidak
lazim lainnya.Papan hubung bagi tersebut dapat dilihat seperti Gambar 2.12 :
( Sumber : http://akhdanazizan.com )
Gambar 2.12 Perlengkapan Hubung Bagi
2.8 Penghantar
Penghantar adalah suatu komponen utama material untuk suatu instalasi listrik, yang
berfungsi untuk menyalurkan arus dari suatu bagian kebagian lain dan juga untuk
menghubungkan bagian- bagian yang dirancang bertegangan sama. Bahan kondoktor yang
paling umum digunakan yaitu tembaga dan alumunium.
Bahan penghantar yang banyak digunakan untuk instalasi tegangan rendah adalah
tembaga. Untuk membuat penghantar tembaga yang mempunyai daya hantar tinggi, maka
kemurnian tembaga harus diatas 99,5 %.
Pada umumnya untuk melihat warna selubung, penandaan kabel dan jenis
penghantar atau kabel diberikan kode pengenal seperti pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 :
24
Tabel 2.3 Pengenal Inti atau Rel
Pengenal
Inti atau Rel Dengan Huruf Dengan Lambang Dengan Warna
1 2 3 4
25
Tabel 2.4 Kode Penghantar
Kode Huruf Komponen
N Kabel
Kabel jenis
jenis standart,
standaryt,dengan
dengantembagai sebagaipenghantar
tembg sebagai penghantar
Y Isolasi PVC
Y Selubung PVC
A Kawat Berisolasi
Re Penghantar padat bulat
Rm Penghantar bulat berkawat banyak
2.8.1 Kabel
Kabel listrik merupakan suatu penghantar yang sangat sering dan sangat baik
digunakan dalam melakukan instalasi listrik. Kabel adalah satu atau lebih inti penghantar,
baik yang berbentuk solid maupun serabut yang masing –masing di lengkapi dengan
isolasinya sendiri-sendiri dan membentuk suatu kesatuan. Penyatuan atau penggabungan
satu atau lebih inti – inti pada umumnya dilengkapi dengan selubung atau mantel
pelindung. Dengan demikian ada tiga ( 3 ) hal pokok dari kabel yaitu :
1. Penghantar/ konduktor merupakan media untuk menghantarkan arus listrik.
2. Isolasi merupakan bahan dielektrik untuk mengisolir dari yang satu ke yang lain dan
juga terhadap lingkungan – lingkungannya.
3. Selubung luar merupakan yang memberikan perlidungan terhadap kerusakan
mekanis pengaruh bahan – bahan kimia, electrolysis, api atau pengaruh – pengaruh
luar biasanya yang merugikan.
26
listrik harus menggunakan pelindung dari pipa union atau paralon / PVC ataupun pipa
fleksibel.Konstruksi kabel NYA dapat dilihat pada Gambar 2.13 :
27
( Sumber: Prih Sumardjati dkk )
Gambar 2.15 Kabel NYAF
28
mempertimbangkan kemungkinan perluasan instalasi yang kemudian hari serta kekuatan
mekanis dari penghantar tersebut.
Pada instalasi penerangan rumah tinggal pasangan tetap, penghantar yang harus
digunakan yaitu luas penampang sekurang – kurangnya 1,5 mm2. Untuk saluran dua kawat,
penghantar netralnya harus sama dengan luas penampang fasanya. Sedangkan untuk
saluran fasa semua penghantar fasanya harus memiliki luas penampang yang sama.
29
Tabel 2.5 KHA terus menerus yang diperbolehkan dan proteksi untuk kabel
instalasi berinti tunggal berisolasi PVC pada suhu keliling 30 °C dan
suhu penghantar maksimum 70 °C
0,5 2,5 - 2 -
0,75 7 15 4 10
1 11 19 6 10
1,5 15 24 10 20
NYFA 2,5 20 32 16 25
NYFAF 4 25 42 20 35
NYFAZ 6 33 54 25 50
NYFAD 10 45 73 35 63
NYA 16 61 98 50 80
NYAF 25 83 129 63 100
NYAFAw 35 103 158 80 125
NYAFAFw 50 132 198 100 160
NYAFAZw 70 165 245 125 200
NYAFADw dan 95 197 292 160 250
NYL Persyaratan120
( Sumber: 235Listrik 2000 )344
Umum Instalasi 250 315
150 - 391 - 315
185 - 448 - 400
240 - 5285 - 400
300 - 608 - 500
400 - 726 - 630
500 - 830 - 630
30
Tabel 2.6 KHA terus menerus yang diperbolehkan untuk kabel instalasi
berisolasi dan berselubung PVC, serta kabel fleksibel dengan tegangan
pengenal 230/400 (300) volt dan 300/500 (400) volt pada suhu keliling
30 °C, dengan suhu penghantar maksimum 70 °C
Jenis Kabel Luas penampang mm2 KHA terus menerus KHA pengenal gawai
A proteksi
1 2 3 A
4
1,5 18 10
2,5 26 20
4 34 25
NYIF 6 44 35
NYIFY 10 61 50
NYPLYw 16 82 63
NYM/NYM-0 25 108 80
NYRAMZ 35 135 100
NYRUZY 50 168 125
NYRUZYr 70 207 160
NHYRUZY 95 250 200
NHYRUZYr 120 292 250
NYBUY 150 335 250
NYLRZY, dan 185 385 315
Kabel fleksibel 240 453 400
berisolas PVC 300 504 400
400 - -
500 - -
( Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 )
31
Tabel 2.7 KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal, berpenghantar
tembaga, berisolasi dan berselubung PVC, dipasang pada sistem a.s. dengan
tegangan kerja maksimum 1,8 kV; serta untuk kabel tanah berinti dua, tiga
dan empat berpenghantar tembaga, berisolasi dan berselubung PVC
yang dipasang pada sistem a.b. fase tiga dengan tegangan pengenal
0,6/1 kV (1,2 kV), pada suhu keliling 30 °C
KHA terus menerus
1,5 40 26 31 20 26 18,5
2,5 54 35 41 27 34 25
NYY 4 70 46 54 37 44 34
NYFGbY
NYRGbY 6 90 58 68 48 56 43
NYCY 10 122 79 92 66 75 60
NYCWY 16 160 105 121 89 98 80
NYSY
NYCEY 25 206 140 153 118 128 106
NYSEY 35 249 174 187 145 157 131
NYHSY 50 296 212 222 176 185 159
NYKY
NYKBY 70 365 269 272 224 228 202
95 438 331 328 271 275 244
120 499 386 375 314 313 282
32
2.9 Pengaman
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar menimbulkan panas. Supaya suhu
penghantarnya tidak menjadi terlalu tinggi, arusnya harus dibatasi. Untuk pengaman arus
lebih pada penghantar diatur dalam PUIL 2000 pasal 3.24.1 disebutkan bahwa penghantar
aktif harus diberi proteksi dengan satu atau lebih gawai untuk pemutusan suplai secara
otomatis pada saat beban lebih dan hubung pendek. Adapun untuk mencari ukuran dari
pengaman dapat diketahui dengan persaman.
Untuk Persamaan satu fasa menggunakan rumus 2.10 :
𝑆
In = ( A ) ………………………………………………… (2.10)
𝑉
Keterangan :
In = Arus nominal ( A )
S = Daya semu ( VA )
V = Tegangan Vline – netral ( Volt )
Untuk Pengaman tiga fasa menggunakan rumus 2.11 :
𝑆
In = ( A )…………………………………………..(2.11)
√3 .𝑉
Keterangan :
In = Arus nominal ( A )
S = Daya semu ( VA )
V = Tegangan Vline – line ( Volt )
33
2. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat atau
beban lebih.
3. Mempunyai respon yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban lebih.
Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan elektromagnetis,
pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman
elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. Pengaman
thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan thermal overload yaitu
menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal), pengamanan secara thermis
memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan,
sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang dapat menarik
sebuah angker dari besi lunak. MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman
satu fasa, sedangkan untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas
yang disatukan, sehingga apabila terjadi gang x guan pada salah satu kutub maka kutub
yang lainnya juga akan ikut terputus. Konstruksi MCB dapat dilihat pada Gambar 2.17 dan
arus pengenal MCB dapat dilihat pada Tabel 2.8 :
( Sumber : https://encrypted-tbn2.gstatic.com )
Gambar 2.17 MCB
34
Tabel 2.8 Arus Pengenal MCB
Pembatas Arus (A)
1x2 3 x 80
1x4 3 x 100
1x6 3 x 125
1 x 10 3 x 160
1 x 16 3 x 200
1 x 20 3 x 225
3x6 3 x 250
3 x 10 3 x 300
3 x 16 3 x 353
3 x 20 3 x 425
3 x 25 3 x 500
3 x 35 3 x 630
3 x 50 3 x 800
3 x 63 3 x 1000
( Sumber: Prih Sumardjati dkk, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1 2008)
35
( Sumber : http://i.ebayimg.com )
Gambar 2.18 MCCB
36
2.10 Sakelar
Sakelar digunakan untuk memisahkan dan menghubungkan rangkain listrik dalam
keadaan berbeban. Sakelar harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Harus dapat dilayani secara aman tanpa memerlukan alat bantu
2. Dalam keadaan terbuka, bagian- bagian sakelar yang bergerak lurus tidak
bertegangan
3. Harus tidak dapat menghubungkan dengan sendirinya karena pengaruh gaya berat.
Ada be berapa macam sakelar yang sering digunakan yaitu :
( Sumber: http://www.clker.com )
Gambar 2.19 Simbol Sakelar Tunggal
( Sumber: http://www.butiklampu.com )
Gambar 2.20 Konstruksi Sakelar Tunggal
37
2.10.2 Sakelar Seri
Sakelar seri digunakan untuk mengendalikan dua lampu listrik. Terdiri dari tiga ( 3 )
terminal, yaitu 1 terminal masuk yang disambung ke saluran fasa ( L ), dan dua ( 2 )
terminal keluar yang masing – masing disambungkan ke lampu L1 dan Lampu L2. Sakelar
seri biasanya digunakan untuk pengendalian lampu – lampu diruang tamu, ruang keluarga,
wc dan lain sebagainya. Simbol dan konstruksi sakelar seri dapat dilihat pada Gambar 2.21
dan Gambar 2.22 :
( Sumber : http://www.clker.com)
Gambar 2.21 Simbol Sakelar Seri
( Sumber: http://distributorbangunan.com )
Gambar 2.22 Konstruksi Sakelar Seri
38
Untuk menghindari kesalahan dalam memasukkan kotak tusuk ke dalam lubang
kotak kontak yang tidak seharusnya, maka dilakukan :
1. Dalam suatu sistem instalasi hanya ada satu macam kotak kontak yang digunakan.
2. Kotak kontak dan tusuk kontak diberi tanda yang jelas untuk membedakan tegangan
atau arus nominalnya masing-masing.
3. Kontak dari tusuk kontak mempunyai konstruksi yang berlainan sehingga lubang kotak
kontak tidak dapat dimasuki oleh tusuk kontak yang tegangan atau arus nominalnya
berlainan.
Jenis kotak kontak yang umum digunakan pada instalasi adalah kontak kontak satu fasa
dan tiga fasa, disesuaikan dengan kebutuhan dan peralatan yang digunakan seperti Gambar
2.23.
39
b. Tahan terhadap hampir semua bahan kimia, jadi tidak perlu dilindungi dengan
pengecatan.
c. Tidak menjalarkan api
d. Mudah digunakan dan dibentuk.
Pembengkokan pipa instalasi PVC harus sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
kerusakan pada bagian yang dibengkokan, ini dapat dilakukan dengan pemanasan ataupun
dengan memakai spring bending.
Dalam pemasangan pipa instalasi harus sedemikian rupa sehingga penghantar dapat
ditarik dengan mudah setelah pipa terpasang pada dinding, serta pada waktu pergantian
penghantar dapat diganti tanpa melakukan pembongkaran sistem pemipaan.
40
2.13.1 Lampu TL
Bentuk standar tabung flueresen dipasarkan oleh Philips dengan kode TL. Tabung
flueresen diisi dengan uap air raksa dan gas mulia argon. Dalam keadaan menyala, tekanan
uap dalam tabung sangat rendah. Uap air raksa ini diserap oleh serbuk flueresen dan diubah
menjadi cahaya tampak. Dalam tabung selalu ada kelebihan air raksa cair. Karena itu
tekanan uap air raksa dalam tabung selalu sama dengan tekanan uap air raksa jenuh, yang
ditentukan oleh suhu tabung ditempat yang paling dingin. Suhu ini disebut suhu kerja, kira-
kira sama dengan 40o C.
Kumparan hambat atau ballast untuk lampu flueresen terdiri dari bagian-bagian
yaitu : kawat tembaga, bahan isolasi, tera besi, massa polyester. Massa ini tetap keras jika
dipanaskan, jadi tidak dapat mencair dan mengalirkan keluar jika suhunya meningkat.
Adapun konstruksi Lampu TL Seperti Gambar 2.24.
(Sumber : http://4.bp.blogspot.com )
Gambar 2.24 Lampu TL Jenis Tabung
( Sumber: http://websourc.es )
Gambar 2.25 Lampu TL Jenis Compact
41