Anda di halaman 1dari 36

TED – 21011

INSTALASI LISTRIK DOMESTIK DAN


NON DOMESTIK

PENCAHAYAAN LISTRIK
Pencahayaan listrik

Course outline
• Menjelaskan prinsip-prinsip pencahayaan listrik
• Menjelaskan metode untuk menentukan jumlah
luminer yang diperlukan untuk memberikan
pencahayaan yang cukup pada suatu ruangan
Pencahayaan listrik

• Pencahayaan yang baik akan


memperbaiki kualitas pekerjaan,
meningkatkan produktifitas,
meningkatkan kualitas keamanan
bagi manusia dan instalasi listriknya.
The 3 Pillars of
Energy Efficient Lighting
Visual
Visual Task
Task

WATTS

LUMENS

FOOTCANDLES

Automatically
Meet target light Efficiently produce
control lighting
levels and deliver light
operation

4
Standar tingkat pencahayaan
(standar IESNA)
Illumination
Foot-
Activity candles

Offices: Average Reading and Writing 50-75


Offices: Hallways 10-20
Offices: Rooms with Computers 20-50
Auditoriums / Assembly Places 15-30
Hospitals: General Areas 10-15
Labs / Treatment areas 50-100
Libraries 30-100
Schools 30-150
Pencahayaan listrik

• Beberapa istilah
• Candela (Cd)
Satuan Internasional untuk intensitas
sumber cahaya.
• Lumen (lm)
Satuan Internasional untuk fluks cahaya.
Pencahayaan listrik

• Beberapa istilah
• Effikasi
Jumlah fluks cahaya yang dihasilkan oleh suatu
lampu dibagi daya listrik yang digunakan oleh
lampu tersebut. Satuannya: lm/W.
• Illuminance (Kuat pencahayaan)
Intensitas cahaya yang diterima oleh suatu
permukaan. Satuannya: lm/m2 atau lux (lx), satuan
yang lain footcandles (fc)
• 1 lx = 0,0929 fc
• 1 fc = 10,76 lx
Pencahayaan listrik

• Jenis-jenis lampu listrik


1) Incandescent lamp (lampu pijar)
2) Fluorescent lamp (lampu TL)
3) HID (high intensity discharge) lamp
4) LED lamp
Pencahayaan listrik

• Beberapa istilah
• Color Rendering Index (CRI)
Suatu ukuran terhadap pergeseran warna
dari suatu objek akibat disinari oleh sumber
cahaya. Nilai CRI adalah 0 sampai 100.
Objek dan manusia yang disinari oleh
cahaya alami pada siang hari mempunyai
nilai CRI=100.
Pencahayaan listrik

• Beberapa istilah
• Ballast
Suatu peralatan yang digunakan pada
lampu listrik jenis yang bekerja secara
peluahan muatan untuk mencapai kondisi
yang diinginkan untuk menyalakannya dan
mengoperasikannya.
Pencahayaan listrik

• Beberapa istilah
• Luminer
Satu set unit pencahayaan yang terdiri atas satu
atau beberapa lampu berikut bagian-bagian yang
dirancang untuk mendistribusikan cahaya, untuk
pemasangan lampu, untuk melindungi lampu dan
untuk menghubungkan lampu dengan sumber
tegangannya.

Silahkan lihat di www.lithonia.com


Pencahayaan listrik

• Beberapa istilah
• Luminer
Pencahayaan listrik

• Beberapa istilah
• Faktor pemantulan (reflectance factor)
Ratio dari fluks cahaya yang dipantulkan oleh
suatu permukaan dengan fluks cahaya yang
diterima oleh permukaan tersebut.
Faktor pemantulan ditentukan oleh warna
permukaan dan halus/kasarnya permukaan.
Dalam perancangan pencahayaan listrik di dalam
ruangan, terdapat 3 nilai faktor pemantulan, yaitu:
faktor pemantulan langit-langit, faktor pemantulan
dinding dan faktor pemantulan lantai.
Pencahayaan listrik

• Beberapa istilah
• Bidang kerja (workplane)
Bidang kerja biasanya berjarak sekitar 0,8 meter
dari lantai.
Pencahayaan listrik

• Beberapa istilah
• Coefficient of Utilization (CU)
Perbandingan antara jumlah lumen yang diterima
oleh suatu bidang kerja dengan jumlah lumen
yang dipancarkan oleh sebuah luminer.
Setiap luminer mempunyai nilai CU yang unik.

Silahkan lihat di www.lithonia.com


Metode Zonal Cavity
Pencahayaan listrik

• Metode zonal cavity atau metode lumen


digunakan untuk menentukan jumlah luminer
yang diperlukan untuk menyediakan
pencahayaan dengan tingkat intensitas yang
sesuai dengan standar yang berlaku.

• Metode ini khusus digunakan untuk pencahayaan


di dalam ruangan.
• Untuk pencahayaan di luar ruangan digunakan
metode point-to-point.
• Pada metode lumen/metode zonal cavity), ruangan dibagi
menjadi 3 zona, yaitu
1). Zona lantai (floor cavity)
2). Zona ruangan (room cavity)
3). Zona langit-langit (ceiling cavity)
• Prosedur metode lumen/metode zonal cavity
1) Bagi ruangan atas 3 zona (zona langit-langit,
zona ruangan dan zona lantai)
2) Tentukan cavity ratio dari setiap zona
3) Tentukan effective cavity reflectance (faktor
pemantulan efektif) dari zona langit-langit dan
zona lantai.
4) Tentukan nilai CU (coefficient of utilization)
5) Hitung jumlah luminer
Pencahayaan listrik
Pencahayaan listrik

E A
N
n   l  CU  LLF
• N = jumlah luminer
• E = kuat pencahayaan pada bidang kerja (lux)
• A = Luas lantai ruangan, panjang x lebar ruangan (m2)
• n = Jumlah lampu tiap luminer
• Φl = lumen yang dihasilkan tiap lampu
• CU = coefficient of utilization
• LLF = light loss factor, tipikal 0,7.
Pencahayaan listrik

Soal #1
Hitung kebutuhan luminer untuk sebuah ruang kantor berukuran L=15 m,
W = 10 m dan H = 2,7 m. Bidang kerja memakai ketinggian standar, 0,8
m. Faktor pemantulan langit-langit 80%, faktor pemantulan dinding 50%
dan faktor pemantulan lantai 20%. Luminer yang dipakai adalah jenis
luminer direct lighting dengan 2 lampu TL (no.30). Setiap lampu
menghasilkan fluks cahaya sebesar 2700 lumen. Pemasangan luminer
adalah menempel ke langit-langit. Kuat pencahayaan yang digunakan
untuk pencahayaan di dalam ruang kantor adalah 350 lux. LLF=0,7.
Gambarkan tata letak luminer di langit-langit ruangan.
Buat pada kertas milimeter ukuran A3, gunakan skala 1:50

CCR = 0 ; RCR = 1,583 ; FCR = 0,6 ; ρcc = ρc = 0,8; CU=0,505; N = 27,50


Pencahayaan listrik

TUGAS
Hitung kebutuhan luminer untuk sebuah ruang kantor berukuran L=15 m,
W = 10 m dan H = 2,7 m. Bidang kerja memakai ketinggian standar, 0,8
m. Faktor pemantulan langit-langit 80%, faktor pemantulan dinding 50%
dan faktor pemantulan lantai 20%. Luminer yang dipakai adalah jenis
luminer direct lighting dengan 2 lampu TL (no.30). Setiap lampu
menghasilkan fluks cahaya sebesar 2700 lumen. Pemasangan luminer
adalah menempel ke langit-langit. Kuat pencahayaan yang digunakan
untuk pencahayaan di dalam ruang kantor adalah 350 lux. LLF=0,7.
Gambarkan tata letak luminer di langit-langit ruangan.
Buat pada kertas milimeter ukuran A3, gunakan skala 1:50

CCR = 0 ; RCR = 1,583 ; FCR = 0,6 ; ρcc = ρc = 0,8; CU=0,505; N = 27,50


Hitung kebutuhan luminer untuk sebuah ruang kantor
berukuran L=15 m, W = 10 m dan H = 2,7 m. Bidang kerja
memakai ketinggian standar, 0,8 m. Faktor pemantulan
langit-langit 80%, faktor pemantulan dinding 50% dan
faktor pemantulan lantai 20%. Luminer yang digunakan
adalah jenis semidirect lighting dengan 2 lampu TL (no. 29)
dan digantung 0,5 m dari langit-langit . Setiap lampu
menghasilkan fluks cahaya sebesar 2700 lumen. Kuat
pencahayaan yang digunakan untuk pencahayaan di
dalam ruang kantor adalah 300 lux. LLF = 0,7.
Hitung kebutuhan luminer untuk sebuah ruang kantor
berukuran L=15 m, W = 10 m dan H = 2,7 m. Bidang kerja
memakai ketinggian standar, 0,8 m. Faktor pemantulan
langit-langit 80%, faktor pemantulan dinding 50% dan
faktor pemantulan lantai 20%. Luminer yang digunakan
adalah jenis semidirect lighting dengan 2 lampu TL (no. 27)
dan digantung 0,5 m dari langit-langit . Setiap lampu
menghasilkan fluks cahaya sebesar 2700 lumen. Kuat
pencahayaan yang digunakan untuk pencahayaan di
dalam ruang kantor adalah 300 lux. LLF = 0,7.
Soal #2

Hitung kebutuhan luminer untuk sebuah ruang sekolah berukuran L=15


m, W = 10 m dan H = 3,5 m. Bidang kerja memakai ketinggian standar,
0,8 m. Faktor pemantulan langit-langit 80%, faktor pemantulan dinding
50% dan faktor pemantulan lantai 20%. Luminer yang digunakan
adalah jenis semidirect lighting dengan 2 lampu TL (no. 29) dan
digantung 1 m dari langit-langit . Setiap lampu menghasilkan fluks
cahaya sebesar 2700 lumen. Light Loss Factor = 0,7. Kuat
pencahayaan yang digunakan untuk pencahayaan di dalam ruang
sekolah adalah 250 lux. Gambarkan tata letak luminer di langit-langit
ruangan.

CCR= 0,83; RCR=1,42; FCR = 0,67; pcc = 0,687; CU1= 0.5848; CU2=0,489;
CU=0,5786; N= 17,16
Tugas

Hitung kebutuhan luminer untuk sebuah ruang sekolah


berukuran L=15 m, W = 10 m dan H = 3,5 m. Bidang kerja
memakai ketinggian standar, 0,8 m. Faktor pemantulan
langit-langit 80%, faktor pemantulan dinding 50% dan
faktor pemantulan lantai 20%. Luminer yang digunakan
adalah jenis semidirect lighting dengan 2 lampu TL (no. 27)
dan digantung 1 m dari langit-langit. Setiap lampu
menghasilkan fluks cahaya sebesar 2700 lumen. Light
Loss Factor = 0,7. Kuat pencahayaan yang digunakan
untuk pencahayaan di dalam ruang sekolah adalah 250
lux. Gambarkan tata letak luminer di langit-langit ruangan.
Buat pada kertas milimeter ukuran A3, gunakan skala 1:50.
Hitung kebutuhan luminer untuk sebuah ruang sekolah
berukuran L=20 m, W = 10 m dan H = 3,5 m. Bidang kerja
memakai ketinggian standar, 0,8 m. Faktor pemantulan
langit-langit 80%, faktor pemantulan dinding 50% dan
faktor pemantulan lantai 20%. Luminer yang digunakan
adalah jenis semidirect lighting dengan 2 lampu TL (no. 29)
dan digantung 1 m dari langit-langit . Setiap lampu
menghasilkan fluks cahaya sebesar 2700 lumen. Light
Loss Factor = 0,7. Kuat pencahayaan yang digunakan
untuk pencahayaan di dalam ruang kantor adalah 300 lux.
Gambarkan tata letak luminer di langit-langit ruangan.
Spacing to Height Ratio
Jarak antar-luminer mempengaruhi keseragaman
(uniformity) kuat pencahayaan di dalam ruangan. Makin
rapat jarak antar-luminer, makin seragam kuat
pencahayaan pada bidang kerja di seluruh ruangan. Makin
renggang jarak antar-luminer di dalam ruangan, maka
akan terdapat tempat-tempat yang mempunyai kuat
pencahayaan yang lebih rendah dari tempat lainnya.
Oleh karena itu pemasangan luminer-luminer di langit-
langit ruangan harus memperhatikan nilai Spacing-to-
Height Ratio (SHR) yang dikeluarkan oleh pabrikan yang
membuat luminer tersebut.
Spacing to Height Ratio (SHR)

Spacing to Height ratio (SHR) adalah perbandingan antara


jarak antar-luminer dengan tinggi luminer dari bidang kerja.

Untuk langit-langit ruangan yang berbentuk persegi panjang,


nilai SHR dapat diestimasi menggunakan persamaan
berikut,

 A = luas lantai (m2)


 N = jumlah luminer
 Hm = tinggi luminer dari bidang kerja (m)
Spacing to Height Ratio
Untuk mendapatkan keseragaman kuat pencahayaan
pada bidang kerja di dalam suatu ruangan, maka
persyaratan-persyaratan berikut harus terpenuhi,

a) Nilai SHR tidak boleh melebihi maksimum nilai SHR


(SHR MAX) sebagaimana yang dikeluarkan oleh
pabrikan luminer tersebut.
b) Nilai rata-rata geometrik SHR tidak boleh melebihi nilai
SHR nominal (SHR NOM) yang dikeluarkan oleh
pabrikan luminer tersebut. Nilai rata-rata geometrik
SHR dapat dihitung menggunakan persamaan berikut,

Anda mungkin juga menyukai