Anda di halaman 1dari 12

Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan Pada Bangunan

Gedung.

1. Ruang lingkup
 Digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung
di dalam merancang sistem pencahayaan buatan dan sebagai pegangan bagi para
pemilik/pengelola gedung di dalam mengoperasikan dan memelihara sistem pencahayaan
buatan
 Agar diperoleh sistem pencahayaan buatan yang sesuai
2. Acuan
 National Electric Code (NEC).
 Illuminating Engineering Society (IES).
 International Electrotechnical Commission (IEC).
 Australian Standard.
3. Istilah dan definisi
 Armatur
Rumah lampu yang digunakan untuk mengendalikan dan mendistribusikan cahaya
 Balast
untuk membatasi arus listrik dalam pengoperasian lampu-lampu tersebut.
 Koefisien depresiasi
perbandingan antara tingkat pencahayaan setelah jangka waktu tertentu
 Koefisien penggunaan
perbandingan antara fluks luminus yang sampai di bidang kerja terhadap fluks luminus
yang dipancarkan oleh semua lampu.
 Renderasi warna
efek psikofisik suatu sumber cahaya atau lampu terhadap warna obyek-obyek yang
diterangi, dinyatakan dalam suatu angka indeks yang diperoleh berdasarkan
perbandingan dengan efek warna sumber cahaya referensi pada kondisi yang sama.
 Rentang efikasi
rentang angka perbandingan antara fluks luminus dengan daya listrik masukan
(lumen/watt).
 Rugi-rugi ballast
Rendemen atau kehilangan daya listrik (dalam watt).
 Tingkat pencahayaan
tingkat pencahayaan pada bidang kerja.
 Umur individual teknik
Jam menyala setelah satu lampu mengalami kegagalan.
 Umur minimum
Umur lampu yang digariskan oleh pabrik.
 Umur pelayanan
Umur lampu setelah fluks luminus turun pada suatu tingkat.
 Umur rata-rata
Umur teknis rata-rata dari suatu kelompok lampu.
 Umur rata-rata pengenal
Umur lampu setelah 50% dari suatu kelompok lampu mengalami kegagalan
4. Kriteria Perancangan
 Tingkat Pencahayaaan Rata-rata (Erata-rata).

 Koefisien Penggunaan (kp).


Besarnya koefisien penggunaan dipengaruhi oleh faktor :
1) distribusi intensitas cahaya dari armatur.
2) perbandingan antara keluaran cahaya dari armatur dengan keluaran cahaya dari
lampu di dalam armatur.
3) reflektansi cahaya dari langit-langit, dinding dan lantai.
4) pemasangan armatur apakah menempel atau digantung pada langit-langit,
5) dimensi ruangan.
 Koefisien Depresiasi (penyusutan) (kd).
Besarnya koefisien depresiasi dipengaruhi oleh :
1) kebersihan dari lampu dan armatur.
2) kebersihan dari permukaan-permukaan ruangan.
3) penurunan keluaran cahaya lampu selama waktu penggunaan.
4) penurunan keluaran cahaya lampu karena penurunan tegangan listrik.
 Jumlah armatur yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan
tertentu.

 Tingkat pencahayaan oleh komponen cahaya langsung.

 Tingkat Pencahayaan Minimum yang Direkomendasikan.


 Kebutuhan Daya.
 Distribusi Luminansi.
 Renderasi Warna.

 Silau.
Disability Glare (Silau yang menyebabkan ketidak mampuan melihat).
Disability glare ini kebanyakan terjadi jika terdapat daerah yang dekat dengan
medan penglihatan yang mempunyai luminansi jauh diatas luminansi obyek
yang dilihat.
Discomfort glare (Silau yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat).
Ketidaknyamanan penglihatan terjadi jika beberapa elemen interior
mempunyai luminansi yang jauh diatas luminansi elemen interior lainnya.
Respon ketidaknyamanan ini dapat terjadi segera, tetapi adakalanya baru
dirasakan setelah mata terpapar pada sumber silau tersebut dalam waktu yang
lebih lama.

5. Pemilihan Peralatan
 Lampu
Dalam pemilihan lampu, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu tampak warna
yang dinyatakan dalam temperatur warna dan efek warna yang dinyatakan dalam
indeks renderasi warna. Temperatur warna yang lebih besar dari 5300 Kelvin
tampak warnanya dingin, 3300 ~ 5300 Kelvin tampak warnanya sedang dan lebih
kecil dari 3300 Kelvin tampak warnanya hangat. Untuk perkantoran di Indonesia
disarankan memakai temperatur warna lebih besar dari 5300 Kelvin atau antara
3300 ~ 5300 Kelvin.
 Kapasitor.
Ada dua jenis kapasitor yang dipergunakan saat ini :
 Jenis basah (wet).
Kapasitor bentuk basah yang tersedia saat ini adalah jenis “Non PCB oil”
yang dilengkapi dengan pemutus internal untuk menjaga bila terjadi
kegagalan sehingga tidak mengakibatkan kapasitor menjadi pecah atau
kebocoran minyak.
 Jenis kering (dry).
Kapasitor jenis kering yang tersedia saat ini adalah “kapasitor film metal”.
Kapasitor ini relatif baru digunakan dalam industri perlampuan dan belum
tersedia dalam berbagai aplikasi. Kapasitor kering tidak direkomendasikan
pada pemakaian instalasi seri karena kerugian dayanya tinggi.
 Balast
Sebagai komponen pembatas arus.
 Balast resistor.
Pada kondisi kerja yang stabil, balast ini memerlukan pasokan tegangan dua
kali lebih besar dari kebutuhan tegangan lampu.
 Balast induktif atau choke.
Balast induktif (choke) terdiri dari sejumlah lilitan kawat tembaga pada inti
besi yang dilaminasi, bekerjanya dengan prinsip induktansi sendiri.
 Balast elektronik.
Balast ini bekerja pada sistem frekuensi tinggi (High Frequency = HF). Sistem
balast elektronik terintegrasi dalam suatu kotak, dimana di dalamnya terdapat
komponen - komponen elektronik yang terdiri dari beberapa blok, yaitu low
pass filter, konverter AC/DC, generator HF dan pengendali lampu
 Armatur
Armatur adalah rumah lampu yang digunakan untuk mengendalikan dan
mendistribusikan cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang dipasang
didalamnya, dilengkapi dengan peralatan untuk melindungi lampu dan peralatan
pengendalian listrik.
Pemilihan Armatur.
 distribusi intensitas cahaya.
 efisiensi cahaya.
 koefisien penggunaan.
 perlindungan terhadap kejutan listrik.
 ketahanan terhadap masuknya air dan debu
 ketahanan terhadap timbulnya ledakan dan kebakaran.
 kebisingan yang ditimbulkan.

Klasifikasi
6. Pengujian, Pengoperasian dan Pemeliharaan.
 Pengujian.
Pengujian kinerja sistem pencahayaan dimaksudkan untuk mengetahui dan atau
menilai kondisi suatu sistem pencahayaan apakah masih, sudah atau belum
memenuhi standar atau ketentuan pencahayaan yang berlaku.
 Pengujian Tingkat Pencahayaan.
Dengan menggunakan Lux-meter tingkat pencahayaan untuk bidang kerja
diukur secara horisontal 75 cm di atas permukaan lantai, sedangkan untuk
suatu luasan tertentu, tingkat pencahayaan diperoleh dengan mengambil nilai
rata-rata dari beberapa titik pengukuran.
 Pengujian Tingkat Kesilauan
Faktor yang mempengaruhi silau adalah luminanasi, bsarnya sumber cahaya,
posisi pengamat terhadap sumber cahaya, letak sumber cahaya yang terdapat
di depan sudut penglihatan dan kontras antara permukaan terang dan gelap.
 Pengoperasian
Pada pengoperasian instalasi sistem pencahayaan dalam suatu bangunan, maka
perencanaan penempatan alat pengendali perlu mendapatkan perhatian sehingga
tata cahaya dapat dikendalikan dengan baik.
 Pemeliharaan
Pemeliharaan ini mencakup
penggantian lampu-lampu dan komponen listrik dalam armatur yang rusak/putus
atau sudah menurun kemampuannya, pembersihan armatur dan permukaan
ruangan secara terjadwal.

Anda mungkin juga menyukai