Anda di halaman 1dari 22

DASAR PERENCANAAN PEKERJAAN

MEKANIKAL, ELEKTRIKAL DAN PLAMBING


PADA GEDUNG
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
SUBULUSSALAM
DAFTAR ISI

1. Pekerjaan Elektrikal 1

2. Pekerjaan Penangkal Petir 6

3. Pekerjaan Tata Udara 9

4. Pekerjaan Plambing 13

i
I. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

I.1 Referensi dan Standar


a. SNI 0225: 2011: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011)
b. SNI-03-6575-2011: Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan Pada
Bangunan Gedung

1.2 Kriteria Perencanaan


1. Intensitas Penerangan

Intensitas penerangan akan ditentukan sesuai dengan fungsi ruangan. SNI 03-
6575-2011 telah merekomendasikan tingkat pencahayaan minimum berdasarkan
fungsi ruangan pada berbagai gedung. Berdasarkan rekomendasi tersebut
intensitas penerangan pada ruangan-ruangan gedung adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1.Intensitas penerangan

No Nama Ruangan Intensitas Penerangan (lux)


1 Ruang kerja 250 - 350
2 Ruang Kontrol 250
3 Ruang Rapat 300
4 Gudang 150
5 Ruang Tamu 250
6 Hall 200
7 Auditorium 200
8 Lobby. Koridor 100

2. Jenis Lampu yang Digunakan


Ada 6 jenis lampu yang digunakan untuk penerangan berbagai ruangan sebagai
berikut:
Tabel 1.2 Jenis lampu yang digunakan

No. Jenis lampu Penggunaan


1 Lampu TL Led 2 x 36 W, 3200 Lumen,
Ruang Kerja, Ruang kontrol
Recessed mounted, aluminium louvre
2 Led down light 9 W, 950 lumen Toilet, koridor
3 Led down light 19 W, 2100 lumen Lobby, Hall, Balkon
4 Led down light 24 W 2000 lumen Auditorium

1
No. Jenis lampu Penggunaan
5 Led ceiling light 12 W 1100 lumen Tangga, area pintu masuk
Lampu sorot Led 3 x 10 W dengan kap
6 Auditorium
MR.16

3. Perhitungan Jumlah Lampu


Jumlah lampu dalam suatu ruangn ditentukan oleh intensitas penerangan yang
diperlukan dalam ruangan tersebut. Intensitas penerangan ini tergantung kepada
fungsi ruangan. Disamping intensitas penerangan, jumlah lampu juga ditentukan
berdasarkan luas ruangan, flux cahaya lampu atau armature yang digunakan
serta efisiensi penerangan dan factor depresiasi. Hubungan antara jumlah lampu
dengan parameter-parameter diatas dinyatakan dalam persamaan berikut:

nA =

(1.1)
dimana :
nA = jumlah armatur/lampu
fA = flux cahaya armatur (lumen)
E = intensitas penerangan yang diperlukan (lux)
A = luas bidang kerja (m2)
h = efisiensi penerangan
d = faktor depresiasi

Untuk menentukan efisiensi penerangan dapat digunakan nilai pendekatan


sebagai berikut.

Tabel 1.3. Efisiensi penerangan


Sistem Penerangan Efisiensi Penerangan
langsung 0,60
terutama langsung 0,55
menyebar/merata 0,50
terutama tidak langsung 0,45
tidak langsung 0,35

2
Kemudian dengan mengasumsikan bahwa sistem penerangan dalam gedung
adalah sistem penerangan langsung sehingga ditetapkan efisiensi penerangannya
adalah 0,60 dan dengan menetapkan depreiasi 0,8, maka jumlah lampu yang
dibutuhkan pada masing-masing ruangan dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan (1.1)

4. Kotak-Kontak
Jumlah kotak kontak akan disediakan sesuai dengan kebutuhan. Pada ruangan-
ruangan yang tidak memungkinkan dipasang kotak kontak dinding, disediakan
kotak kontak lantai. Dan pada ruang tunggu disediakan kotak kontak yang dapat
digunakan oleh Tamu untuk mengecas Handphone. Disediakan pula kotak
kontak untuk TV. Pada ruang Server dan Ruang Kontrol disediakan sejumlah
kotak kontak yang cukup untuk kebutuhan perangkat-perangkat yang ada di
dalamnya.

5. Exhaust Fan
Pada setiap Toilet disediakan exhaust fan untuk melakukan pertukaran udara di
dalamnya. Untuk penghematan energi exhaust fan tersebut dioperasikan melalui
saklar yang sama untuk mengoperasikan lampu.

6. Distribusi Daya Listrik


6.1. Sumber Daya Listrik
Untuk memenuhi kebutuhan daya listrik digunakan Sumber PLN dan Genset.
Sumber PLN dengan kapasitas 250 kVA digunakan untuk melayani pada
kondisi normal sedangkan untuk sumber cadangan digunakan Genset 200 kVA
disediakan untuk melayani jika ada pemadaman dari PLN

6.2. Sistem Distribusi Daya Listrik


Sistem distribusi daya listrik menggunakan sistem tiga phasa empat kawat.
Sumber daya listrik berasal dari panel MDP di Power House. Dari MDP ditarik
kebel NYFGbY ke SDP gedung untuk melayani kebutuhan listrik dengan total
daya terpasang sebesar 175,5 kW dengan perincian sebgai berikut:

3
Tabel 1.4. Skedul beban

No Jenis beban Daya terpasang (kW)


1 Penerangan 8,548
2 Exhaust Fan 0,288
2 Stop Kontak 38,600
3 Air Conditioning 124,468
4 Pompa Air 3
Jumlah 174,904

Sehingga total daya beban terpasang adalah 175 kW. Dari SDP kemudian daya
listrik didistribusikan secara radial ke panel-panel cabang yakni LP dan PPAC
di setiap lantai.

7. Arus Beban Penuh


Pada setiap panel, arus beban penuh dihitung berdasarkan rumus berikut:
I = P/(1,732 x V x Cosφ) (1.2)
di mana
I = arus beban (Amper)
P = total daya beban (Watt)
V = tegangan phasa ke phasa = 380 Volt
Cos φ = factor daya beban = 0,8

8. Arus Pengenal Alat Proteksi Arus Lebih


Menurut PUIL 2011 arus pengenal alat proteksi arus lebih, MCCB dan MCB,
tidak boleh kurang dari kebutuhan maksimum sirkit yang diproteksi (PUIL
2011: 2.2.8.1) dan tidak boleh melebihi kemampuan hantar arus (KHA)
konduktor yang diproteksi (PUIL 2011: 2.2.8.2). Berdasarkan kedua klausul
tersebut dapat disimpulkan bahwa arus pengenal alat proteksi arus lebih harus
lebih kecil dari KHA konduktor dan lebih besar dari arus beban penuh sirkit
yang diproteksi. Koordinasi antara penghantar dan alat proteksi tersebut harus
memenuhi kondisi berikut:
Ib ≤ I n ≤ I z (1.3)
dengan:
Ib = arus beban penuh (A)
Iz = kemampuan hantar arus (KHA) kabel (A)
In = arus pengenal alat proteksi (A)
4
Namun berapa perbandingannya atau factor pengalinya tidak diatur oleh PUIL.
Dalam perencanaan ini untuk arus pengenal dari MCCB utama pada setiap
panel adalah 1,5 kali arus beban penuh panel tersebut.

9. Ukuran Kabel Suplai dari MDP


Ukuran kabel suplai dari MDP yang terletak di Power House ke SDP di gedung
kantor ditentukan berdasarkan kemampuan hantar arus dan jatuh tegangan.
Jatuh tegangan kabel diperhitungkan mengingat jarak antar MDP dengan SDP
cukup jauh. Jatuh tegangan yang diizinkan adalah 4 %.

10. Ukuran Kabel Distribusi dari SDP ke Panel-Panel Cabang,


Ukuran kabel distribusi Dari SDP ke panel-panel cabang LP dan PPAC,
ditentukan berdasarkan kemampuan hantar arusnya yaitu, 1,25 x arus pengenal
alat-alat proteksi utama setiap panel cabang.

II. PEKERJAAN PENANGKAL PETIR

5
2.1 Umum
Petir adalah peristiwa alam yang sering terjadi di bumi. Terjadinya petir seringkali
mengikuti peristiwa hujan baik air atau es. Peristiwa ini dimulai dengan munculnya
lidah api listrik yang bercahaya terang yang terus memanjang kearah bumi dan
kemudian diikuti suara yang menggelegar dan efeknya akan fatal bila mengenai
mahluk hidup.
Yang dimaksud sistim penangkal petir adalah semua usaha untuk melindungi
bangunan dan seluruh bagian-bagian dari bencana petir. Cara Pemasangan harus
sesuai dengan petunjuk pabrik, gambar rencana dan peraturan dari tenaga kerja.

Sistem proteksi petir haruslah merupakan type Air Terminal yang menerima
sambaran petir yang berbasis kerja ESE (Early Streamer Emission Lightning
Conductor). Dengan sistim kerja mengumpulkan energi awan disaat ada awan energi
melintas di area perlindungan, kemudian menjemput kilatan petir dengan mengeluarkan
lidah api penuntun keudara (streamer), menangkap dan menyalurkan ke bumi. Meskipun
seluruh terminal unit penangkal petir elektrostatis berbasis kerja sama yaitu ESE (Early
Streamer Emission Lightning Conductor), akan tetapi penangkal petir yang digunakan
dirancang khusus untuk digunakan di daerah yang beriklim tropis seperti di
Indonesia.yang dirancang untuk menarik petir kepada suatu titik dan mampu
menyalurkan energy petir ke tanah melalui jalur yang ditentukan sebelumnya secara
aman (dengan resiko side flasing seminimal mungkin).

2.2 Early Streamer Emission (ESE)


Penangkal petir Early Streamer Emission merupakan sistem proteksi petir yang
dibangun oleh komponen sensor impuls elektrik, pengumpul energi listrik, batang
penangkap petir, terminal pembangkit ion, dan pembangkit ion elektronik.
Penangkal petir Early Streamer Emission merupakan sistem proteksi petir yang
beroperasi didasarkan pada ion-ion yang dihasilkan oleh elektroda-elektroda pada
ujung penangkal petir disaat ada awan energi melintas di area perlindungan. Di
bawah pengaruh medan listrik antara awan dengan bumi, akan ada beda potensial di
antara kedua elektroda. Tegangan antara elektroda-elektroda ini dapat menyebabkan
percikan peluahan listrik membuat molekul-molekul udara di sekitar kedua elektroda
mengalami ionisasi sehingga mempercepat proses terbentuknya upward steamer

6
yang lebih awal menyebabkan upward steamer yang tebentuk menjadi lebih tinggi
dari kondisi biasa pada penangkal petir konvensional. Oleh karena itu, penangkal
petir Early Streamer Emission seolah-olah memiliki tinggi efektif perlindungan yang
lebih tinggi dari penangkal petir yang sebenarnya. Gambar 2.1 menunjukkan suatu
contoh dari penangkal petir Early Streamer Emission (ESE) dan Gambar 2.2
menunjukkan area perlindungannya.

Gambar 2.1 Terminal udara ESE

Gambar 2.2 Sistem proteksi dengan menggunakan ESE

Karakteristik dari Penangkal petir Early Streamer Emission adalah sebagai berikut:
1 Tidak banyak membutuhkan material maupun kabel,

7
2 Area perlindungan lebih luas antara 50 meter sampai 150 meter,
3 Cenderung lebih ekonomis jika diterapkan pada area yang sangat luas,
4 Pada umumnya hanya membutuhkan 1 titik grounding dengan
resistansi < 5 Ohm,
5 Hanya membutuhkan 1 unit terminal untuk radius tertentu,
6 Perawatan dan pemasangan sangat mudah dan tidak mengganggu
estetika,
7 Bertindak sebagai pencegah interferensi perangkat elektronik kita,
8 Lebih aman bagi pekerja yang akan melakukan perawatan instalasi.

2.3 Pemasangan
Batang penerima harus dipasang dengan rapi dan kuat tanpa menimbulkan
kebocoran, pemasangan batang penerima sesuai gambar rencana. Batang penerima
Menggunakan spit lengkap sesuai gambar rencana. Penghantar harus dari kabel
coaxial atau NYY dengan luas penampang dalam minimum 70 qmm sesuai gambar
rencana. Tahanan tanah maximum 5 ohm, dimasukan kedalam tanah secara vertikal
melalui pipa GIP 1” hingga mencapai permukaan air tetap penuh.

8
III. PEKERJAAN TATA UDARA

3.1 Referensi dan Standard


1. American Society of Heating, Ventilating and Air Conditionig Engineers (ASHRAE).
2. Sheet Metal and Air Conditioning National Association (SMACNA)
3. National Fire Protection Association (NFPA)
4. Keputusan Menteri PUPR

3.2 Kriteria Perencanaan


Desain sistem pengkondisian udara didasarkan pada kebutuhan pendinginan dan
kelembaban tiap ruang sedangkan kebutuhan penghawaan didasarkan pada kebutuhan
aliran udara per luasan ruangan dan kebutuhan aliran udara per orang. Kebutuhan beban
panas perarea ditentukan dari tabel berikut:
Tabel 3.1 Heat load perarea

No Nama Ruangan Heat Load pe Area


(BTUH/m2)
LANTAI 1
1 Lobby, Help Desk 800
2 Pojok anak 650
3 Ruang Laktasi 650
4 Koridor 600
5 Ruang Konsultasi 650
6 Ruang Seksi Pelayanan 650
7 Ruang Server 1000
8 Poliklinik 650

LANTAI 2
9 R. Seksi Pemeriksaan 700
10 R. Seksi Pengawasan too
11 R. Tamu 650
12 Koridor 650
13 R. Sub Bagian Umum 650
14 R. Bendahara 600
15 R. Rapat 800

9
No Nama Ruangan Heat Load pe Area
(BTUH/m2)
16 R. KA KPP 650
17 R. Istirahat 650

LANTAI 3
18 R. Kontrol 700
19 R. Closing Pemeriksa 650
20 R. Fungsional Pemeriksa 700
21 Hall 650
22 Auditorium 1100

3.3. System AC yang Digunakan


Pada gedung ini umumnya akan digunakan system AC VRV sementara pada
Auditorium menggunakan AC split. AC VRV atau VRF merupakan jenis AC dengan
teknologi terbaru yang saat ini sudah banyak diaplikasikan. AC VRV merupakan
akronim dari ‘Variable Refrigerant Volume’. Pendingin ruangan jenis ini mampu
mengakomodir bangunan-bangunan bertingkat dan kapasitas pendinginan yang besar.
Beberapa keunggulan dalam sistem AC VRV atau VRF :

1. Sistem Pipa Refrigerant


Pendingin udara ini mempunyai komponen utama yakni sistem pipa refrigerant yang
mampu untuk menangani kasus-kasus jalur pipa yang panjang baik secara horizontal
maupun secara vertical, dan berkapasitas besar. Kinerja refrigerant merupakan
komponen utama sebagai bahan pokok dalam sistem kerja AC
.
2. Kompresor Inverter (Hemat Listrik)
Komponen yang tidak kalah penting berperan dalam sistem kerja AC VRV atau VRF
adalah kompresor berteknologi inverter. Komponen ini mampu meminimalisir konsumsi
daya tanpa mengurangi kualitas pendinginan serta pemanasan parsial. AC VRV atau
VRF merupakan sistem terbaik dan tercanggih dalam aspek tingkat efisien penggunaan
daya listrik dalam pengaplikasian pendinginan tata udara.

10
3. Sistem Kombinasi Outdoor dengan Multi Indoor
AC sistem VRV atau VRF merupakan sistem AC yang menggunakan sistem kombinasi
outdoor AC yang compact untuk beberapa jumlah indoor yang digunakan. Dan sistem
AC VRV atau VRF memberikan berbagai macam pemilihan jenis indoor AC dan
kapasitas dalam satu sistem outdoor, sesuai dengan kebutuhan dan desain sistem AC di
berbagai macam kasus.

4. Space saving dalam penempatan Outdoor AC


Outdoor AC sistem VRV atau VRF memberikan keleluasaan dalam penempatan atau
pemosisian outdoor AC. Jalur pipa refrigerant yang berkemampuan besar dalam
kapasitas panjang pipa, dan kombinasi outdoor yang mampu mencangkup banyak
indoor, maka AC VRV atau VRF dapat memberikan flexibilitas pada pemakai atau
pemilik untuk menempatkan outdoor AC dengan keleluasaan sesuai dengan kondisi dan
keterbatasan.

5. Kompetensi ekspansi modular


Sistem kerja yang tak kalah canggih dan menarik dari jenis pendingin ini adalah
kompetensi ekspansi modular yang dimiliki. Kemampuan ini sangat penting diterapkan
terutama bagi proyek-proyek besar yang berkembang dengan beberapa tahapan
penyelesaian

6. Perawatan atau Maintenance yang Lebih Mudah


Sistem AC VRV atau VRF yang menggunakan teknologi tingkat tinggi juga sudah
dilengkapi dengan fitur-fitur otomotis yang memberikan kemudahan pada teknisi AC
khusus VRV atau VRF untuk membaca kode error jika terjadi kerusakan, dengan
demikian teknisi dapat mengetahui dan menyelesaikan masalah dengan tepat dan cepat.
Perawatan cuci AC dipermudah dengan sistem AC VRV atau VRF yang menggunakan
outdoor yang compact sehingga tidak perlu mencuci outdoor sebanyak outdoor seperti
menggunakan sistem konvensional atau split biasa.
7. Back-up Kompresor

11
Setiap outdoor AC VRV atau VRF dilengkapi dengan back-up kompresor di setiap
module outdoor, sehingga jika terjadi kerusakan atau failure tidak menyebabkan sistem
AC mati total. Dengan demikian teknisi dapat diberikan waktu dalam merespon
panggilan untuk memperbaiki kerusakan sistem AC.

8. Ramah Lingkungan
AC VRV atau VRF telah mengaplikasikan teknologi ozone free. Artinya, tidak seperti
jenis pendingin udara konvensional yang mampu merusak lapisan ozon. Pendingin uara
jenis VRV sangat ramah lingkungan dan tidak menyebabkan kerusakan ozon yang dapat
memicu pemanasan global

12
IV. PEKERJAAN PLUMBING

1 Referensi dan Standard

 Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005, tentang pengembangan


Sistem Air Minum
 SNI 03-6379-2000, Spesifikasi Pemasangan Perangkap Bau.
 SNI 8153:2015, Sistem Plumbing pada bangunan gedung
 SNI 03-2398-2002, Tata cara perencanaan Tangki Septic dengan resapan.
 SNI 03-2453-2002, Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan.
 Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Sofyan Nur Bambang dan
Morrimura) 2.2 Kriteria Perancangan 2.2.1 Sistem Air Bersih

2. Kriteria Perancangan

2.1 Sistem Air Bersih dan Kebutuhan Air

 Sumber air bersih direncanakan dari PDAM dan cadangan Deep


Well
 Kualitas air bersih sesuai dengan peraturan menteri Kesehatan RI
tahun 1990.
 Tekanan yang dibutuhkan pada alat plumbing.
 Water Closet dengan katup glontor = 0.7 kg/cm2
 Peturasan dengan katup glontor = 0.4 kg/cm2
 Kran/Faucet = 0.4 kg/cm2
 Tekanan maximum = 4.0 kg/cm2
 Standar kecepatan laju aliran 0.9 s/d 1.2 m/det, maximal diambil 2 m/det.

13
Dengan data perhitungan yang telah dilakukan dapat di asumsikan dari luasan
gedung kantor yaitu 953 m2 x 3 lantai = 2.859 m2 dapat diperkirakan jumlah
penghuninya dengan cara: (0,6) (2.859) / 5= 343 Orang

Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air bersih yang digunakan dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:

Qd = jumlah penghuni x pemakaian air perorang perhari

Qd = 343 orang x 100 liter/ hari/ orang

Qd = 34.300 liter /hari atau 34 m3/ hari

Dengan dilakukan penambahan sebesar 20% dari total kebutuhan air bersih
yang di gunakan) maka:

Qdtotal = ( 100%+20%) x 34 m3/hari

Qdtotal = 120%x 34 m3/hari

Qdtotal = 41,17 m3/hari


Maka pemakaian air perhari dengan penambahan 20% adalah 41,17 m3/hari
Sementara untuk kebutuhan air rata- rata jam kerja di hitung sebagai berikut:
Qh = Qd/t
Dimana :
Qh = Pemakaian rata- rata selama jam operasional (l/jam)
Qd = Pemakaian air rata- rata sehari (l/hari)
t = jangka waktu rata- rata pemakaian air dalam 1 hari (8 jam /hari)
sehingga
Qh = 41.17 l/hari / 8 jam/hari
Qh = 5.146 liter jam atau 5.15 m3/jam
Maka pemakaian rata- rata air perhari pada jangka waktu 8 jam adalah
sebanyak 5.146 liter/ jam atau 5.15 m3/jam
Pemakaian air pada beban puncak dapat di hitung sebagai berikut:

14
Qh-maks = C1 . Qh
Dimana
Qh-maks = Pemakaian air pada jam puncak (m3/jam)
C1 = Konstanta → berkisar 1,75
Qh = 5.15 m3/jam
Sehingga :
Qh-maks = 1,75 x 5.15 m3/jam
Qh-maks = 9.01 m3/jam atau 150 l/menit
Jadi pemakaian air pada saat jam puncak sebanyak 9.01 m3/jam atau 150
l/menit
Untuk pemakaian air pada menit puncak dapat dihitung sebagai berikut:
Qm-max = C2 x Q h
Dimana
Qm-max = Pemakaian air pada menit puncak (m3/menit)
C2 = Konstanta → berkisar 3.5
Qh = 5.15 m3/jam
Sehingga :
Qh-maks = 3.5 x 5.15 m3/jam
Qh-maks = 0.3 m3/menit atau 300 l/menit
Jadi pemakaian air pada saat jam puncak sebanyak 0.3 m3/menit atau 300
l/menit

2.2 Penentuan Penampungan air bersih (Ground Reservoir atau GWT)

 Untuk Perencanan proyek ini telah disediakan Penampungan air bersih (GWT)
 Batas kecepatan air dalam pipa maksimum 1,5 - 2 m/detik, kecepatan air
standar 0,9 - 1,2 m/detik.
 Bahan Pipa Air bersih PVC 10 dan GIP
Dengan air yang di tampung pada bak air bawah diperlukan ukuran yang sesuai
terhadap kapasitas penampungan sehingga penggunaan air pada jam puncak
dapat tercukupi

15
Penentuan ukuran bak air bawah (Ground Water Tank) ditentukan berdasarkan
perhitungansebagai berikut:
Dihitung besarnya kapasitas pipa dinas dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana:
Qh = 5.15 m3/jam
Qs = Kapasitas pipa dinas (m3/jam)
Sehingga
Qs = 2/3 x 5.15 m3/jam
Qs = 3.43 m3/jam
Maka dihitung besarnya volume bak air bawah (Ground Water Tank) dengan
persamaan sebagai berikut:
Volume GWT = [ Qd – (Qs x t)] x T
Qd = 41,17 m3/hari
Qs = 3.43 m3/jam
T = 1 hari
T = 8 jam /hari
Sehingga
Volume GWT = [ 41,17 – (3,43 x 8 jam/hari)] x 1 hari
Volume GWT = [ 41,17 – (27,44 jam/hari)] x 1 hari
Volume GWT = 14 m3
Jadi volume bak air bawah (Ground Water Tank) yaitu sebesar 14 m3 pada
perencanaan ini digunakan bak air bawah (ground Water Tank)

2.3 Penentuan Ukuran Tangki atau Menara Air


Dalam menentukan dimensi bak air atas (menara air) terlebih dahulu harus
ditentukan kapasitas volume air yang harus ditampung dalam bak tersebut.
Penentuan kapasitas volume bak air atas menggunakan persamaan dapat
ditentukan melalui perhitungan seperti berikut:
Qp = Qm-max

16
= 0.3 m3/menit
Qh-maks = 9.01 m3/jam
= 9.01 m3/jam x 1jam /60 menit
= 0.150 m3/menit
Selain itu diasumsikan juga
Tp = 60 menit
Tpu = 25 menit
Pada perencanaan iniuntuk nilai Qpu diasumsikan sebesar Qh-maks sehingga Qpu
= Qh-maks = 0.150 m3/menit
Dari data tersebut selanjutnya dapat ditentukan volume efektif untuk bak air
atas (menara air) sesuai rumus:

Dimana :
VE = Volume bak air atas (m3)
Qp = 0.3 m3/menit
Qh-maks = 0.150 m3/menit
Qpu = 0.150 m3/menit
Tp = 60 menit
Tpu = 25 menit
Sehingga
VE = [(0.3-0.15 m3/menit) x 60 menit - (0.15 m3/menit x 25 menit)
VE = 9 m3 – 3.75 m3
VE = 5.25 m3
Pembulatan menjadi 6 m3
Jadi besarnya volume efektif bak air atas (roof tank) sebesar 6 m3

2.4 Penentuan Daya pompa


Dalam hal ini dimana pompa menghisap air dari GWT dan tekanan pada muka
air tangki tersebut sama dengan tekanan udara luar, sedangka tekanan pada
muka air roof tank juga sama dengan tekanan udara luar. Daya hidraulik
pompa adalah daya yang dimasukkan kedalam air oleh rotor atau torak pompa
17
sehingga air tersebut dapat mengalir. Daya poros pompa adalah daya yang
harus dimasukkan kedalam poros pompa. Adapun mencari daya poros dapt di
hitung berdasarkan data dan hasil perhitungan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Atau

Dimana:
A = faktor bergantung pada jenis motor
0.10 sampai 0.20 untuk motor listrik
0.20 untuk motor bakar besar
0.25 untuk motor bakar kecil
Ƞk = Efisiensi hubungan poros, dengan nilai:
1 untuk poros yang di kopel langsung
0.90 sampai 0.95 untuk ban mesin dan roda gigi

Sehinngga:
Nm = (0.163 x 0.3 x 22.4 x 1.1) / 0.5
Nm = 1.20 / 0.5
Nm = 2.4 Kw pembulatan 3 Kw
Jadi spesifikasi pompa di dapat H. 22,4 m dengan daya 3 kw atau setara

2.5 Penentuan Pipa dan Sistem Air Hujan


Dalam menghitung besar pipa pembuangan air hujan harus diketahui atap yang
menampung air hujan tersebut dalam luasan m2. Sebagai standart ukuran pipa
pembuangan dibuat tabel sebagai berikut :

18
Bangunan memiliki luas atap 887 m2.
Hujan rata - rata di Indonesia kita ambil antara = 300-500 mm/m2/jam = 5 – 8
liter/menit.
Curah hujan = 887 m2 x 5-8 liter/menit = 4435– 7096 liter/menit.
Luas atap 887 m2 dalam tabel di atas paling efesien menggunakan diameter 5”
dengan kapasitas 990 liter/menit.
Jika curah hujan = 5765.5 liter/menit, maka air hujan akan mengalir ke bawah
dalam waktu 1 x 5” = 5765.5 : 990 = 5.82 menit. Atau menggunakan pipa 4”
1x4” = 5765.5 : 547=10.5 menit
Untuk mempercepat pembuangan air diperlukan pipa 4” sebanyak 11 buah
yang tersebar letaknya sehingga air di atas atap pada saat tertentu akan
terbuang keluar dalam waktu 1 menit.

3. URAIAN SISTEM

3.1 Sistem Penyediaan Air Bersih


Air dari kedua sumber air PDAM dan Deep Well ditampung kedalam tanki
bawah (Ground Reservoir), kemudian dari Ground Reservoir di pompakan
menuju menara air, dari menara air ini alirkan ke masing-masing fixetures
pada setiap sanitary maupun toilet secara gravitasi.

3.2 Sistem Air Bekas & Air kotor


Air limbah dari alat-alat saniter Toliet disetiap lantai dialirkan melalui pipa
datar dan pipa tegak. Disalurkan keluar bangunan menuju sistem pembuangan
akhir yaitu: SEPTIK TANK.

19
3.3 Sistem Air Hujan
Air hujan dari atap-atap bangunan disalurkan melalui pipa-pipa datar dan
pipa-pipa tegak ke lantai dasar menuju salurkan ke saluran lingkungan.

3.4 Sistem Pompa Transfer Dari GWT Menuju Roof Tank


Disediakan Pompa Transfer pada GWT untuk mengalirkan air menuju roof
tank.
Dengan spesifikasi :
Jarak Dari Ruang Pompa Ke Gedung KPP = 55 meter ( Horizontal )
Dengan Tinggi Roof tank = 17 Meter ( Vertikal )

20

Anda mungkin juga menyukai