Anda di halaman 1dari 9

MODUL PRAKTIKUM AUDIT ENERGI

AUDIT SISTEM PENCAHAYAAN

Kelas/ Kelompok : 3A/ 3

Dosen Pembimbing : Ir. Kholiq Hernawan, M.T.

Anggota Kelompok :

1. Azzam Fitra Nuraiman (171711007)


2. Damayanti Haetami (171711008)
3. Hana Maedi (171711011)
4. Nurrochim Indra Raharjanto (171711022)
5. Syarif Hidayatullah (171711029)

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK KONVERSI ENERGI

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
A. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum mahasiswa dapat :
1. Melakukan audit energi pada sistem pencahayaan
2. Mengetahui parameter audit energi sistem pencahayaan
3. Mengetahui standar dari sistem pencahayaan
4. Melakukan pengukuran, pengolahan data, dan analisa parameter sistem pencahayaan
5. Menganalisa efisiensi pada sistem pencahayaan
6. Melakukan perbaikan/ konservasi terhadap sistem pencahayaan
7. Memberikan rekomendasi (analisa teknik dan ekonomi) pada parameter yang kurang baik
8. Menyimpulkan hasil audit energi

B. DASAR TEORI
PENGERTIAN
Sistem penerangan adalah sistem yang mengatur pencahayaan sesuai dengan kebutuhan
visual yang dibutuhkan. Sistem penerangan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
memanfaatkan cahaya matahari sebagai cahaya sumber alami secara maksimal. Hal ini
dimaksudkan agar pemakaian energi listrik untuk pencahayaan bisa seminimal mungkin.
Persyaratan pencahayaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Sistem pencahayaan buatan
a. Tingkat pencahayaan minimalnya sesuai dengan standar.
b. Daya listrik untuk pencahayaan sesuai dengan standar yang diijinkan.
c. Memenuhi tingkat kenyamanan visual.
2. Sistem pencahayaan alami yang dirancang memanfaatkan semaksimal mungkin
pencahayaan siang hari.

Gambar Unit of Measurements


PENGGUNAAN ENERGI UNTUK PENCAHAYAAN BUATAN
Pencahayaan energi untuk pencahayaan buatan dapat diperkecil dengan mengurangi daya
terpasang, melalui pemilihan lampu dengan efikasi tinggi serta ballast dan armatur yang
efisien.
Pada bangunan publik atau lainya, cahaya dapat diperoleh dari sumber alami (matahari)
maupun sumber buatan (lampu). Lampu elektrik yang dipergunakan untuk bangunan gedung
antara lain jenis bulb dan fluorescent/TL. Lampu bulb menghasilkan cahaya melalui kawat
filamen yang dilalui arus listrik. Cahaya tersebut melepaskan panas secara radiasi dalam
daerah tampak dari spektrum radiasi yang dihasilkan.

TINGKAT PENCAHAYAAN (ILUMINASI)


Tingkat pencahayaan merupakan besarnya cahaya yang dibutuhkan untuk menerangi
suatu ruangan. Parameter ini dinyatakan dengan satuan lux. Satu lux setara dengan satu lumen
per meter persegi. Alat untuk mengukur tingkat pencahayaan adalah luxmeter. Tingkat
pencahayaan memiliki standar minimal yang direkomendasikan, dan ditentukan berdasarkan
fungsi dari setiap ruangan serta disesuaikan dengan tempat. Tingkat pencahayaan tidak boleh
kurang dari tingkat pencahayaan standar yang ditentukan. Acuan tingkat pencahayaan di
Indonesia yang direkomendaikan yaitu SNI 6197:2011. Tingkat pencahayaan digunakan
untuk menentukan kualitas pencahayaan pada setiap ruangan sesuai dengan fungsinya.
Lambang iluminasi adalah E dengan satuan lux (lux) sesuai persamaan berikut :

Keterangan :
E : Intensitas penerangan (lux)

F : Fluks cahaya (lumen)

A : Luas bidang kerja (m2)


Tingkat pencahayaan ini juga dapat dilakukan dengan cara pengukuran langsung
menggunakan alat ukur luxmeter, sehingga dapat langsung diketahui nilai tingkat
pencahayaan pada suatu bidang kerja tertentu. Berikut merupakan prosedur pengukuran pada
sistem pencahayaan dengan menggunakan luxmeter.
Dalam mengoperasikan atau menjalankan lux meter perlu diperhatikan alat sensornya,
karena sensornyalah yang kan mengukur kekuatan penerangan suatu cahaya. Oleh karena itu
sensor harus ditempatkan tegak lurus pada daerah yang akan diukur tingkat kekuatan
cahayanya (iluminasi) secara tepat agar hasil yang ditampilkan pun akuarat. Adapun prosedur
penggunaan alat ini adalah sebagai berikut :
1. Nyalakan luxmeter.
2. Pilih kisaran range yang akan diukur ( 2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000 lux) pada tombol
Range.
3. Arahkan sensor cahaya tegak lurus terhadap bidang kerja dengan menggunakan tangan
pada permukaan daerah yang akan diukur kuat penerangannya.
4. Lihat hasil pengukuran pada layar panel.

DAYA PENCAHAYAAN
Daya pencahayaan adalah daya listrik yang digunakan untuk pencahayaan dibagi dengan
luas ruangan. Perhitungan daya pencahayaan dipengaruhi oleh beberapa fakor yaitu; fungsi
ruang (untuk menentukan terang lampu), jenis lampu (berpengaruh terhadap kuantitas cahaya
yang dipancarkan), jumlah titik lampu (agar distribusi lampu merata dan sesuai kebutuhan).
Daya pencahayaan memiliki standar daya pencahayaan, acuan standar di Indonesia yaitu SNI
6197:2011. Daya listrik yang terpasang tidak boleh melebihi angka maksimum yang
ditentukan pada setiap ruangan. Metode perhitungan daya pencahayaan terdapat di persamaan
berikut :
𝑃𝑡
Pc = 𝐴

Keterangan :
Pc : Daya pencahayaan (W/m2)
Pt : Daya listrik yang dikonsumsi lampu (W)
A : Luas ruangan (m2)
EFIKASI
Adalah rentang angka perbandingan antara fluks cahaya (lumen) dengan daya listrik
suatu sumber cahaya (watt), dalam satuan lumen/watt. Efikasi juga disebut fluks cahaya
spesifik, biasanya nilai efikasi ini didapat pada katalog dari suatu produk lampu. Nilai efikasi
ini berbanding lurus dengan efisiensi lampu, sesuai persamaan berikut :

Untuk mengetahui daya pencahayaan (efikasi) didapatkan dari nilai tingkat pencahayaan
dari luxmeter dibagi dengan daya terukur yang ditunjukan oleh voltmeter dan amperemeter.

PARAMETER KUALITAS WARNA CAHAYA


Kualitas warna cahaya dibedakan menjadi :
1. Warna cahaya lampu ( Cotrrelated Colour Temperature = CCT )
Warnanya sendiri tidak merupakan indikasi tentang efeknya terhadap warna objek,
tetapi lebih kepada memveri suasana. Dua lampu yang saling mirip warna cahayanya dapat
berbeda komposisi distribusi spektralnya sehingga akan berbeda juga efeknya kepada
warna obyek yang diterangi. Warna cahaya lampu dibedakan menjadi :
a. Warna putih kekuning-kuningan ( warm-white ), Kelompok 1 ( <3300 K )
b. Warna putih netral ( cool white ), Kelompok 2 ( 3300 K – 5300 K )
c. Warna putih ( daylight ), Kelompok 3 ( > 5300 K )
d. Warna cool daylight, Kelompok 4 ( 6200 K )
Pemilihan warna lampu bergantung pada tingkat iluminasi yang diperlukan agar
diperoleh pencahayaan yang nyaman. Makin tinggi tingkat iluminasi yang diperlukan,
maka warna lampu yang digunakan adalah jenis lampu dengan CCT sekitar > 5000 K (
daylight ) sehingga tercipta pencahayaan yang nyaman.
Sedangkan untuk kebutuhan tingkat iluminasi yang tidak terlalu tinggi, maka warna
lampu yang digunakan < 3300 K ( warm white ).
2. Renderansi Warna
Disamping warna cahaya lampu, perlu diketahui efek suatu lampu kepada warna
obyek, untuk itu dipergunakan suatu indeks yang menyatakan apakah warna objek tampak
ilmiah apabila diberi cahaya lampu tersebut.
Lampu-lampu diklarifikasikan dalam kelompok renderansi warna yang dinyatakan dengan
Ra, sebagai berikut :
a. Efek warna kelompok 1 : Ra indeks 80-100 %.
b. Efek warna kelompok 2 : Ra indeks 60-80 %.
c. Efek warna kelompok 3 : Ra indeks 40-60 %.
d. Efek warna kelompok 4 : Ra indeks < 40 %.

TEKNOLOGI SISTEM PENERANGAN


Prinsip kerja lampu listrik adalah dengan cara menghubung singkat listrik pada filamen
carbon (C) sehingga terjadi arus hubung singkat yang mengakibatkan timbulnya panas. Panas
yang terjadi dibuat hingga suhu tertentu sampai mengeluarkan cahaya, dan cahaya yang
didapat pada waktu itu baru mencapai 3 Lumen/W (Lumen = satuan arus cahaya).
Sistem penerangan saat ini yang banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya
adalah jenis lampu pijar, lampu flourescent ( lampu TL ), lampu CFL yang dikenal sebagai
lampu hemat energi (LHE), lampu halogen, lampu HID ( High Intensity Discharge ) dan lain-
lain serta banyak menggunakanballast konvensioanl dan ballast elektronik.
1. Lampu Flourescent ( Lampu TL )
Belakangan ini, penggunaan jenis lampu ini lebih populer daripada lampu pijar. Lampu ini
memiliki efisiensi yang tinggi dan ketahanan yang lebih lama, hampir 20.000 jam.
Sayangnya, lampu ini membutuhkan alat ballast yang memakan banyak daya. Efisiensi
dapat ditingkatkan dengan menggunakan ballast elektronik.
2. Lampu CFL (Compaq Flourescent Lamp )
Lampu ini adalah lampu yang paling efisien yang tersedia di pasaran, dengan efikasi tinggi
sekitar 50-60 lumen per watt dengan usia sampai 12000 jam.
3. Ballast Elektronik
Ballast jenis ini mempunyai keunikan khusus, yaitu sistem bekerjanya tidak lagi
menggunakan gulungan (kumparan) pada suatu inti besi, berbeda sekali dengan ballast
konvensional yang masih menggunakan gulungan (kumparan) pada inti besi. Ballast
elektronik menggunakan suatu sistem rangkaian elektronik sehingga besarnya rugi-rugi
pada inti besi, pada kumparan menjadi tidak adalagi, dan hanya sedikit rugi saja karena
rangkaian/sirkit. Inilah yang paling menguntungkan dalam penghematan energi listrik yang
diserapnya.
Keuntungan lain yang didapat adalah dapat diatur konsumsi arus listriknya dengan tetap
mempertahankan besar tegangan yang diinginkan, sehingga ballast elektronik dapat
digunakan untuk sistem pengaturan energi listrik sesuai yang dibutuhkan pada suatu
ruangan. Dengan sistem sirkit elektronik maka ballast menjadi lebih ringan dan lebih kecil
dibandingkan dengan ballast konvensional (sistem gulungan kawat).

ANALISIS EKONOMI
1. NPV (Net Present Valuei)
NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan
menggunakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan
pada saat ini.
NPV = Pendapatan – Investasi
2. PBP (Payback Periode)
Payback periode pada suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan
agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seutuhnya.
Nilai Investasi
PBP = Saving

REKOMENDASI
Rekomendasi diberikan kepada perusahaan haruslah lolos analisis teknis dan analisis
ekonomi. Kedua hal harus terpenuhi agar rekomendasi yang kita berikan dapat memberikan
manfaat dari segi teknis maupun segi ekonomi bagi perusahaan.

C. Metode Pekerjaan
Berikut merupakan metode yang digunakan, antara lain :
3.1 Prosedur Kerja

1. Periksa rangkaian yang sudah tersedia pada meja kerja


2. Catat spesifikasi dari lampu-lampu pada meja kerja
3. Rangkai secara tertutup sesuai skema rangkaian. Jika ingin menggunakan ballast
konvensional,elektrik,tambah kapasitor,dan menggunkan jenis lampu yang lain.
4. Nyalakan MCB
5. Catat parameter yang dibutuhkan :
- Tegangan (V)
- Arus (A)
- Intensitas cahaya dengan menggunakan luxmeter (Lux)
- Tinggi lampu terhadap bidang kerja (cm)
- Luas bidang kerja (m2)
6. Matikan MCB
3.2 Skema Rangkaian dan Titik Pengukuran
A. Skema Rangkaian

Berikut merupakan skema rangkaian yang digunakan dalam praktikum sistem pencahayaan.

BK

TL
BE
mcb
C
A
CFL
L1

LED
L2
AC ~ V
HLG
L3

Gambar skema rangkaian sistem pencahayaan

(Sumber : Data Primer)

B. Titik Pengukuran

Skema simulasi titk pengukuran tingkat pencahayaan pada bidang kerja (1m2). Skema titik
pengukuran dibawah digunakan untuk jenis lampu yang lain seperti CFL, Halogen, LED.
Namun, sebagai referensi kelompok kami menggunakan tiga titik pengukuran yaitu di ujung
kanan,di ujung kiri, dan di tengah yang tegak lurus dengan lampu.

Lampu Philips TLD 58W/54-765 Cool Daylight

Lampu TLD

62cm

Luxmeter

Bidang kerja

Gambar skema titik pengukuran


( Sumber : Data Primer )

Anda mungkin juga menyukai