Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Definisi Cahaya


Menurut IESNA (2000), cahaya adalah pancaran energi dari sebuah partikel
yang dapat merangsang retina manusia dan menimbulkan sensasi visual. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, cahaya merupakan sinar atau terang dari suatu
benda yang bersinar seperti bulan, matahari, dan lampu yang menyebabkan mata
dapat menangkap bayangan dari benda – benda di sekitarnya.

1.2 Definisi Pencahayaan

Pencahayaan adalah sesuatu yang memberikan terang (sinar) atau yang menerangi,
meliputi Pencahayaan alami dan Pencahayaan Buatan. Pencahayaan Buatan adalah
Pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah
bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan
didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata – rata pada bidang kerja,
dengan bidang kerja yang dimaksud adalah sebuah bidang horisontal
imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter di atas lantai pada seluruh
ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada
Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana
lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan. Pencahayaan dapat
mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pencahayaan yang baik
menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang dikerjakannya dengan
jelas.

1.3 Sumber Pencahayaan


Menurut sumber cahaya, pencahayaan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1.3.1 Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya
yang berasal dari alam, seperti matahari, bintang, dll. Matahari adalah
sumber pencahayaan alami yang paling utama, namun sumber pencahayaan
ini tergantung kepada waktu (siang hari atau malam hari), musim, dan cuaca
(cerah, mendung, berawan, dll).
keuntungan

a) hemat energi listrik

b) dapat membunuh kuman penyakit,


variasi intensitas cahaya matahari dapat membuat suasana ruangan
memiliki efek yang berbeda – beda, seperti pada hari mendung, suasana di
dalam ruangan akan memiliki efek sejuk, dan hari cerah menyebabkan suasana
bersemangat,

Kelemahan

a) tidak dapat mengatur intensitas terang cahaya matahari sehingga jika cuaca
terik akan menimbulkan kesilauan,
b) sumber pencahayaan alami yaitu matahari dapat menghasilkan panas, dan
distribusi cahaya yang dihasilkan tidak merata.
1.3.2 Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya


selain cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah, lampu gas, dll.
Pencahayaan buatan diperlukan ketika :

a) pencahayaan alami tidak tersedia di ruangan pada saat matahari terbenam,


pencahayaan alami tidak mencukupi kebutuhan cahaya seperti pada
saat hari mendung,

b) pencahayaan alami tidak dapat menjangkau tempat tertentu yang jauh dari
jendela dalam sebuah ruangan,

c) pencahayaan merata pada ruangan yang lebar diperlukan,

d) pencahayaan konstan diperlukan seperti pada ruangan operasi,

e) diperlukan pencahayaan yang arah dan warnanya dapat diatur, dan


f) diperlukan pencahayaan untuk fungsi tertentu seperti menyediakan
kehangatan bagi bayi yang baru lahir.
Pencahayaan buatan memiliki beberapa keuntungan seperti :
a) dapat menghasilkan pencahayaan yang merata,
b) dapat menghasilkan pencahayaan khusus sesuai yang diinginkan,
c) dapat menerangi semua daerah pada ruangan yang tidak terjangkau
oleh sinar matahari, dan
d) dapat menghasilkan pencahayaan yang konstan setiap waktu.
Pencahayaan buatan memiliki beberapa kelemahan seperti :

a) memerlukan energi listrik sehingga menambah biaya yang dikeluarkan,

b) tidak dapat digunakan selamanya karena lampu dapat rusak.


1.3.3 Sistem Pencahayaan Buatan

Sistem pencahayaan buatan secara umum terbagi menjadi 3 yaitu:

A. Sistem Pencahayaan Merata

Pada sistem ini, pencahayaan tersebar pada semua area di ruangan secara merata.
Sistem pencahayaan merata digunakan pada ruangan yang tidak memerlukan
ketelitian dalam melihat seperti pada koridor atau jalan.

B. Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem ini, cahaya hanya dikonsentrasikan pada objek yang membutuhkan
cahaya secara optimal seperti pada area kerja. Sistem pencahayaan jenis ini cocok
untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi dan mengamati benda yang
membutuhkan cahaya.

C. Sistem Pencahayaan Gabungan


Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menggabungkan sistem
pencahayaan setempat dan sistem pencahayaan merata. Sistem pencahayaan ini
cocok untuk memenuhi pencahayaan tugas visual yang memerlukan tingkat
pencahayaan tinggi.
1.4 Kualitas Pencahayaan

Kualitas pencahayaan yang baik dapat memaksimalkan performa visual,


komunikasi interpersonal, dan mempengaruhi perilaku manusia di dalam ruangan,
sedangkan kualitas pencahayaan yang buruk akan menyebabkan ketidaknyamanan
dan memusingkan performa visual. Menurut IESNA (2000), kualitas pencahayaan
dapat dikategorikan melalui tiga pendekatan yaitu dari bidang arsitektur, ekonomi
dan lingkungan, dan kebutuhan manusia.

A. Arsitektur

Pencahayaan terdapat di dalam konteks arsitektur baik itu interior maupun


eksterior. Menurut Setiawan (2012), pencahayaan bukan berperan sebagai
pelengkap arsitektur, namun telah menjadi bagian dari arsitektur itu sendiri.
Keberadaan pencahayaan dapat mempengaruhi pengalaman ruang, estetika
bangunan, dan visualisasi ruang.

B. Ekonomi dan Lingkungan

Pemilihan pencahayaan sangat dipengaruhi dari bidang ekonomi. Investasi pada


lampu harus sebanding dengan biaya yang dikeluarkan demi mendapat tingkat
efektifitas dan performa lampu yang sesuai.

C. Kebutuhan Manusia

Dari segi aspek kebutuhan manusia, untuk mendapatkan kualitas pencahayaan


yang baik perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:

a) Jarak Pandang (Visibility)

Peran pencahayaan sangat penting dalam mengatur kemampuan untuk menangkap


informasi sudut pandang visual dan juga jarak untuk melihat daerah di sekeliling.

b) Performa Aktivitas (Task Performance)

Salah satu peran utama pencahayaan adalah memfasilitasi aktivitas yang dilakukan
manusia agar performa kerja mereka dapat optimal.
c) Perasaan dan Suasana (Mood and Atmosphere)

Pencahayaan dapat mempengaruhi mood manusia di dalam ruangan dan


menghasilkan bermacam suasana seperti suasana ruangan yang santai pada cafe,
suasana produktif pada perkantoran, ataupun suasana angker di suatu tempat.

d) Kenyamanan Visual (Visual Comfort)

Aktivitas dan tipe tempat dapat mempengaruhi kenyamanan visual dari ruangan
tersebut. Pegawai di perkantoran akan merasa tidak nyaman dengan cahaya yang
menyilaukan dari instalasi peencahayaan, namun cahaya yang berkilauan di dalam
diskotik justru dapat membuat orang di dalamnya semakin bersemangat.

e) Penilaian Estetika (Aesthetic Judgement)

Pencahayaan dapat memiliki fungsi seperti mengkomunikasikan suatu pesan,


memperkuat pola dan ritme dalam arsitektur, memaksimalkan warna, dan
membentuk sosial hirarki dari suatu tempat. Pencahayaan dapat menjadi elemen
yang membantu mencipatakan estetika dari sebuah elemen lain dan juga dapat
menjadi estetika itu sendiri.

f) Health, Safety, and Well-Being

Pencahayaan dapat mempengaruhi kesehatan manusia seperti pada pencahayaan


berlebih pada kamar tidur dapat menyebabkan gangguan tidur. Aspek kesehatan
sering diabaikan oleh para desainer pencahayaan.

g) Komunikasi Sosial (Social Communication)

Kondisi pencahayaan dari suatu ruang dapat menyebabkan komunikasi antara


sesama penghuni ruangan dengan mengatur pola pencahayaan dan jumlah
bayangan.

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Sistem


Sistem Sistem
2
2.1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
2016 Tentang Standar Dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri
2.1.1 Persyaratan Faktor Pencahayaan

Persyaratan pencahayaan lingkungan kerja industri merupakan nilai


tingkat pencahayaan yang disarankan berdasarkan jenis area, pekerjaan atau
aktivitas tertentu. Persyaratan pencahayaan lingkungan kerja dikelompokkan
menjadi:

a. Persyaratan pencahayaan dalam gedung industri

b. Persyaratan pencahayaan di luar gedung industri

Persyaratan pencahayaan lingkungan kerja dinyatakan dalam satuan Lux.


2.1.2 Persyaratan Pencahayaan Dalam Gedung Industri

Persyaratan pencahayaan dalam gedung lingkungan kerja industri


dikelompokkan menjadi area umum dalam gedung industri dan berdasarkan
jenis area, pekerjaan atau aktivitas pada masing-masing jenis industri.
a. Persyaratan Pencahayaan Area Umum dalam Gedung Industri
Persyaratan tingkat pencahayaan pada zona lalu lintas dan area umum
dalam gedung industri dapat digunakan pada semua jenis industri yang
memiliki area kerja dan/atau aktivitas sebagaimana tercantum pada tabel.

Tabel Zona Lalu Lintas dan Area Umum dalam Gedung Industri
No Jenis Area,
Lux Keterangan
Pekerjaan/Aktivitas
1. Lorong: tidak ada pekerja 20 Tingkat
pencahayaan
pada permukaan
lantai
No Jenis Area,
Lux Keterangan
Pekerjaan/Aktivitas
2. Pintu masuk 100

Ruang Istirahat
3. Area sirkulasi dan koridor 100 Jika terdapat
kendaraan pada
area ini
maka tingkat
pencahayaan
minimal 150
lux.
4. Elevator, lift 100 Tingkat
pencahayaan depan
lift
minimal 200

lux
5. Ruang Penyimpanan 100 Jika ruangan
digunakan bekerja
terus-
menerus maka
tingkat pencahayaan
minimal 200
lux

6. Area bongkar muat 150


7. Tangga, eskalator, 150 Diperlukan kontras
pada
travolator
anak tangga
8. Lorong: ada pekerja 150 Tingkat
pencahayaan
pada permukaan
lantai

9. a. Rak Penyimpanan 200

b. Ruang tunggu
No Jenis Area,
Lux Keterangan
Pekerjaan/Aktivitas
Ruang kerja umum,

Ruang switch gear

d. Kantin

Pantry
10. Ruang ganti, kamar 200 Ketentuan ini
mandi, toilet berlaku pada
masing-masing toilet
dalam
kondisi
tertutup
11. Ruangan aktivitas fisik (olah 300
raga)
Areapenanganan

pengiriman kemasan
12. Ruang P3K 500

Ruangan untuk
memberikan perawatan medis
Ruang switchboard

13. Ruangan aktivitas fisik (olah 300


raga)
Areapenanganan

pengiriman kemasan

b.Persyaratan Pencahayaan Dalam Gedung Berdasarkan Jenis Industri

Persyaratan pencahayaan dalam gedung untuk jenis area, pekerjaan atau


aktivitas pada masing-masing berbagai kegiatan industri dan kerajinan sehingga
memenuhi kebutuhan pekerja dalam melakukan aktivitas pekerjaan secara visual
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018


Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang


Standar Dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

Anda mungkin juga menyukai