Anda di halaman 1dari 5

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pencahayaan
Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif. Berdasar pengertian tersebut pencahayaan di suatu lingkungan kerja sangat
penting dan tentu harus sesuai standar dalam pemberian pencahayaannya tersebut.
Standar Pencahayaan di suatu lingkungan kerja sudah diatur dalam Kepmenaker No. 5
Tahun 2018, dan diatur menurut jenis tempat kerjanya.
Pencahayaan merupakan factor fisik terpenting dalam lingkungan kerja. Pencahayaan
sendiri dapat berasal dari cahaya alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta
benda atau alat dan kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting
untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu pencahayaan yang
memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan
yang menyegarkan (Suma’mur, 2009) .
2. Istilah dalam Pencahyaan
Terdapat empat istilah standar dan satuannya dalam pencahayaan (Satwiko, 2004):
a. Arus cahaya (luminous flux) adalah banyaknya cahaya yang dipancarkan ke segala
arah oleh sebuah sumber cahaya per satuan waktu (per detik) dengan satuan lumen
b. Intensitas cahaya (luminous intensity) adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh
sebuah umber cahaya ke segala arah tertentu, diukur dengan Candela.
c. Iluminan (illuminance) adalah banyak arus cahaya yang dating pada satu unit bisang,
diukur dengan Lux atau Lumen/m2, sedangkan prosesnya disebut iluminasi
(illumination) yaitu datangnya cahaya ke suatu objek.
d. Luminan ( luminance) adalah intensitas cahaya yang dipancarkan, dipantulkan dan
diteruskan oleh satu unit bidang yang diterangi, diukur dengan Candela/m2 sedangkan
prosesnya disebut luminasi (lumination) yaitu perginya cahaya dari objek.

3. Sumber Pencahayaan
a. Sumber Alami:
Pencahayaan alami merupakan Pencahayaan yang dihasilkan oleh sinar matahari
(Permenaker No.05 Tahun 2018). Pencahayaan alami ini dapat masuk dalam ruangan
melewati jendela, dinding kaca, serta dinding yang memiliki banyak lubang.
Sehingga penyinaran dengan sumber alami atau sinar matahari dirasa belum efektif
karena intensitas penyinarannya tidak tetap. Menurut Ehlers Steel, untuk
mendapatkan pencahayaan alami cukup pada suatu ruangan diperlukan jende;a
sebesar 15-20% dari luas lantai (Suma’mur, 1995). Pencahayaan alami dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain: musim, waktu, jam, jarak dengan gedung yang
berdekatan, dan luas jalan masuk pencahayaan alami. Oleh sebab itu pencahayaan
alami tidak dapat dimanfaatkan selama 24 jam.
Strategi desain yang dapat digunakan pada pencahayaan alamai agar optimal (Ander,
2003):
a. Peningkatan Keliling zona pencahayaan alami
b. Penetrasi pencahayaan alami di atas ruangan
c. Penggunaan ide “bukaan efektif” untuk perkiraan awal pada area kaca yang
optimal
d. Pemantulan pencahayaan alami dalam ruang untuk meningkatkan kecerahan
ruangan
e. Penghindaran sorotan langsung cahaya alami di daerah tugas visual yang kritis
f. Penggunaan cahaya langsung secara hati hati pada area dimana pekerjaan
nonkritis terjadi
g. Penyaringan pencahayaan alami dengan menggunakan vegetasi, tirai ataupun kisi
kisi unuk membantu melembutkan dan mendistribusikan cahaya yang masuk agar
lebuh seragam

b. Sumber Buatan:
Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
selain sumber cahaya alami (sinar matahariI seperli listrik, gas, ataupun minyak.
Pencahayaan buatan dapat digunakan apabila pencahayaan alami belim memenuhi
standar intensitas cahaya yang perlu digunakan dalamsuatu lingkungan kerja. Fungsi
pencahayaan alami di lingkungan kerja, baik yang diterapkan secara tersendiri
maupun yang dikombinasikan dengna pencahayaan alami adalah sebagai berikut
(Astuti, 2000):
a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail
serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
b. Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan man
c. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada temppat kerja
d. Memberikan pencahayaan dngan intensitas yang tetap dan menyebar secara
merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan baying baying
e. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
Namun dalam pencahayaan perlu di perhatikakan beberapa faktor seperti :
a. Seberapa jauh pencahayaan akan dgunakan
b. Tingkat pencahayaan yang diinginkan,
c. Distribusi dan variasi iluminasi
d. Arah cahaya
e. Derajat kesesuaian.
4. Sistem Pencahayaan
Menurut SNI 03- 6575- 2001 berjudul Tata Cara perancangan sistem pencahayaan buatan
pada bangunan gedung pada Peraturan Menteri PU No. 29/PRT/M/2006 Kementerian
PU, sistem pencahayaan dikelompokkan menjadi ;

a. Sistem pencahayaan merata


Memberikan pencahayaan di seluruh ruangan dengan intesitas yang sama . diperoleh
dengan memasang armature secara merata langsung mapun tidak langsung du seluruh
langit langit
b. Sistem pencahayaan setempat
Memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja secara tidak merata. Pada bagian
melakukan tugas visual yang memerlukan pencahayaan tinggi aka diberi pencahayaan
yang lebih banyak dibandingkan di sekitarnya.

c. Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat


Menambah sistem pencahyaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan
amatus yang terpasang di dekat tugas visual.

5. Faktor yang Mempengaruhi Pencahayaan


Menurut Departemen Pekerjaan Umum tahun 1981, faktor yang dapat mempengaruhi
pencahayaan di ruangan termasuk di tempat kerja adalah:
a. Desain sistem pencahayaan
Berpengaruh terhadap penyebaran cahaya ke seluruh ruangan sehingga penerangan di
semua tempat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
b. Distribusi cahaya
Berpengaruh terhadap penyebaran cahaya
c. Pemantulan cahaya
Cahaya dapat mengalami pemantulan tergantung dari warna langit langit dan
finishing.
d. Ukuran ruangan
Ruangan yang lebih luas akan lebih efisien dalam pemanfaatan cahaya dibandingkan
ruanagan yang sempit.
e. Utlitas cahaya
Presentase cahaya yang mencapai dan menerangi benda benda yang perlu diterangi.
f. Pemeliharaan desain dan sumber cahaya
Desain dan sumber cahaya buatan perlu di rawat agar tidak berdebu yang akan
menimbulkan penurunan tingkat pencahayaan yang memapar.
6. Jenis Lampu yang direkomendasikan
Jenis lampu yang direkomendasikan untuk digunakanadalah lampu yang meiliki
konsumsi daya rendah, menurut Manurung (2009) beberapa jenis lampu tersebut adalah :
a. Lampu Flourescent
Merupakan lampu berbentuk tabung yang diisi dengan merkuri, argon, dan gas
lainnya yang berperan memindahkan elektron di dalam tabung. Lampu ini
menghasilkan cahya putih jernih yang merata dan tidak mempengaruhi warna benda,
membuat lampu florenscent mampu menampilkan objek visual dengan sangat baik.
Jenis lampu ini ada dua yaitu bentuk tabung linier atau TL (Tubular Lamp) dan
bentuk kompak atau CFL (Compact Flourescent Lamp)
b. Lampu LED (Light Emitting Diode)
Lampu LED merupakan lampu dengan kosumsi daya yang rendah dan memiliki usia
yang cukup pajang yaitu sekitar 100.000 jam. Beberapa warna lampu LED anatara
lain putih dingin(cool white), kekuningan, merah, hijau, dan biru. Namun intensitas
cahaya yang dihasilkan lampu LED masih lebih kecil dibandingkan jenis sumber
cahaya yang lain.

7. Standar Pencahayaan
Berdasarkan Kepmenaker No. 05 tahun 2018, standar pencahayaan dibagi menurut jenis
pekerjaannya. Standar Pencahayaan untuk ruangan kerja adalah:
Keterangan Intensitas (Lux)
Pekerjaan yang membedakan barang 50
barang kecil secara sepintas seperti :
a. Ruang-ruang penerimaan dan
pengiriman dengan kapal.
b. Tempat menyimpan barang barang
sedang dan kecil.
c. Toilet dan Tempat Mandi
d. Pemasangan yang kasar.
Standar pencahayaan juga diatur dalam Peraturan Menteri PU tentang SNI 03- 6575-
2001, yaitu tingkat minimum (E) pencahayaan yang direkomendasikan
Fungsi ruangan Tingkat Pencahayaan Kelompok renderasi keterangan
(Lux) warna
Runah Tinggal:
Teras 60 1 atau 2
Ruang tamu 120-250 1 atau 2
Ruang makan 120-250 1 atau 2
Ruang kerja 120-250 1
Kamar tidur 120-250 1 atau 2
Kamar mandi 250 1 atau 2
Dapur 250 1 atau 2
Garasi 60 3 atau 4

B. Perundang Undangan
1. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 05 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja
2. Keputusan Mentri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006, SNI 03- 6575- 2001 berjudul Tata
Cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung
4. Peraturan Menteri Kesehatan N0. 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri

Anda mungkin juga menyukai