Anda di halaman 1dari 25

FISIKA BANGUNAN

PERENCANAAN ILUMINASI DAN AKUSTIK


RUANG MEETING
Di Jl. Kalibesar Timur No. 10-12 Jakarta Barat

NAMA : ADAM RIYANDI


NIM : 14124001
FASILITATOR :
- Ir. MOH. HADIONO, MT.
- Ir. OBOM HERMINSYAH.
PRODI : TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS : TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
ISTN (INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL)
SEMESTER GENAP 14/2015

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan
lainnya pasti membutuhkan penerangan. Intensitas penerangan merupakan aspek penting
di tempat-tempat tersebut karena berbagai masalah akan timbul ketika kualitas intensitas
penerangan di tempat tersebut tidak memenuhi standard yang perlu diterapkan. Perencanaan
penerangan suatu tempat harus mempertimbangkan beberapa faktor antara lain intensitas
penerangan saat digunakan untuk bekerja, intensitas penerangan ruang pada umumnya, biaya
instalasi, biaya pemakaian energi dan biaya pemeliharaannya. Perlu diperhatikan, perbedaan
intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja dan sekitarnya harus dihindari
karena mata kita akan memerlukan daya yang besar untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut
yang menyebabkan mata mudah lelah. Untuk mendapatkan hasil penerangan / pencahayaan yang
baik dan merata, kita harus dipertimbangkan iluminasi (kuat penerangan), sudut penyinaran
lampu, jenis dan jarak penempatan lampu yang diperlukan sesuai dengan kegiatan yang ada
dalam suatu ruangan atau fungsi ruang tersebut. Pada dasarnya dalam perhitungan jumlah titik
lampu pada suatu ruang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : dimensi ruang, kegunaan /
fungsi ruang, warna dinding, type armature yang akan digunakan, dan masih banyak lagi.
Sama halnya dengan iluminasi, faktor akustik pun juga jadi pertimbangan dalam
merancang auditariun, ruang pidato, ruang music, dan studio. Perencanaan akustik (suara)
murapakan aspek penting di tempat-tempat tersebut karena berbagai masalah akan timbul ketika
kualitas suara di tempat tersebut tidak memenuhi standard yang perlu diterapkan. Untuk
mendapatkan hasil suara yang baik dan merata, kita harus dipertimbangkan akustik (suara),
kekerasan yang cukup, difusi bunyi, pengendalian dengun, pengendalian bising dan getran yang
diperlukan sesuai dengan kegiatan yang ada dalam suatu ruangan atau fungsi ruang tersebut.
Oleh karena itu, dalam merencanakan sebuah bangunan banyak sekali aspek yang harus
diperhatikan tidak hanya dari segi estetis, struktur, ataupun utilitasnya, akan tetapi faktor
iluminasi dan akustik juga penting untuk diperhatikan.
Untuk itu aspek iluminasi dan akustik dimaksudkan agar tercapainya suatu tujuan
ketahanan dan kenyamanan bangunan. Maka yang akan dibahas dalam hal ini yaitu tentang
iluminasi dan akustik ruang meeting di Kalibesar Timur No. 10-12 Jakarta Barat.
I.2 Tujuan
Menjadikan ruangan yang hemat energy.
Menanggulangi gangguan bunyi dan getaran.
I.3 Sasaran
Para tamu.

I.4 Identifikasi Masalah


Kebisingan yang tidak menyenangkan.
Cahaya yang belum memenuhi standard.
I.5 Permasalahan
Bagaimana mengoptimalkan pencahayaan?
Bagaimana mengatur dan mengendalikan udara?
I.6 Pendekatan Masalah
Dimensi ruang
Warna dinding
Type armature yang digunakan
Penekanan bising disumbernya
Penyerapan bunyi
Penyelimutan (masking) bising

BAB II
TINJAUAN
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1 Definisi
Pencahayaan atau iluminasi adalah berkas cahaya yang mengarah kesuatu tujuan dengan
panjang gelombang magnet elektro yang antara 380 hingga 700 nm (nanometer, 1 nm= 10-9m),
dengan urutan warna : (ungu ultra), ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah, (merah infra).
Cahaya adalah gejala gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata.

Akustik ruang pada Teater

Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruanganyang terkait
dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi.
Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif
dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam
gedung rapat akan sangat memengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara.
Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :

Perubahan suara karena pemantulan dan

Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.


Dibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori perhitungan dan pengalaman lapangan
untuk mewujudkan sebuah ruang yang ideal, seperti home theatre, ruangan karaoke, ruang
rekaman , ruang pertemuan dan sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah.
Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan bantuan sebuah
RTA (Real Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan frekuensi pantulan atau
ketembusan, sehingga dapat ditentukan jenis material penyerap suara yang digunakan.

Akustik ruang

Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan, misalnya TraFlex.
Mempunyai banyak variant produk yang memungkinkan untuk membuat hasil yang optimal.
Tipe TraFlex 10.15, dengan spesifikasi alfa=0,7 pada 300Hz-16KHz, sangat efektif jika
digunakan untuk memperjelas suara.
(sumber: Wikipedia)

II.2 Tinjauan Khusus


II.2.1 Daya Pencahayaan Maksimum Menurut SNI

Untuk Ruang Kantor/ Industri adalah 15 watt / m2


Untuk Rumah tak melebihi 10 watt / m2
Untuk Toko 20-40 watt / m2
Untuk Hotel 10-30 watt / m2
Untuk Sekolah 15-30 watt / m2
Untuk Rumah sakit 10-30 watt / m2
(http://hariyantoeko.blogspot.com/2013/01/perhitungan-penerangan-suatu-ruangan.html)

II.2.2 Pencahayaan Buatan (rekayasa mekanisasi)


1. Pengertian cahaya buatan
Pencahayaan buatan ialah cahaya yang dihasilkan oleh elemen-elemen hasil pabrikasi. Kuantitas
dan kualitas cahaya yang dihasilkan berbedabeda tergantung jenis lampu yang digunakan.
2. Sumber terang buatan
Ada tiga jenis utama sunber cahaya buatan yaitu :
a. Lampu Pijar
Lampu pijar memiliki filamen yang memberikan cahaya ketika dipanaskan, menjadi pijar oleh
aliran listrik. Lampu ini menyediakan sumber cahaya, memiliki efikasi rendah,
mempresentasikan warna (render) dengan cukup baik, dan mudah untuk dipadamkan oleh
reostat.
Gambar buku IKB hal 390
b. Lampu Fluoresens
Lampu fluoresens adalah lampu discharge tubular dimana cahaya dihasilkan dari fluresens
lapisan fosfor didalam tabung. Lampu ini menyediakan sumber cahaya linier dan memiliki
efikasi sebesar 50 sampai 80 lumen per watt. Kemampuan merepresentasikan warna (rendering)
yang dimiliki bervariasi. Gambar buku IKB hal 391
c. Lampu High-Intensity Discharge (HID)
Lampu High-Intensity Discharge (HID)adalah lampu discharge yang memiliki jumlah cahaya
signifikan yang dihasilkan dari pelepasan listrik melalui uap logam didalam tabung kaca tertutup.
Lampu HID menggabungkan bentuk lampu pijar dengan efikasi lampu fluoresens. Lampu-lampu
merkuri menghasilkan cahaya dengan pelepasan listrik dalam uap merkuri. Lampu logam halida
konstruksinya sama dengan lampu merkuri, tetapi memiliki tabung dimana ligam halida

ditambahkan untuk menghasilkan cahaya dan memperbaiki color rendering. Lampu highpressure sodium (HPS) menghasilkan spektrum cahaya putih keemasan yang luas yang
dihasilkan dari pelepasan listrik pada uap sodium. Gambar buku IKB hal 391
3. Penempatan sumber terang
Cahaya yang menyebar memancar dari sumber cahaya yang banyak atau luas serta permukaan
pemantul. Iluminasi yang datar dan hampir seragam meminimalisasi kontras dan bayangan, serta
dapat menyulitkan pembacaan tekstur. Disisi yang lain cahaya terarah meningkatkan persepsi
bentuk dan tekstur dengan menghasilkan variasi bayangan dan Brightness pada permukaan
benda yang disinari Sementara cahaya yang menyebar bermanfaat untuk penglihatan umum,
cahaya ini bisa menjadi monoton. Beberaa pencahayaan terarah dapat mengurangi permasalahan
ini dengan menyediakan aksen visual, memberikan variasi luminasi dan menambah terang
permukaan kerja. Gabungan ddari pencahayaan menyebar dan pencahayaan terarah biasanya
lebih disukai dan bermanfaat, terutama jika terdapat bermacammacam tugas yang harus
dilakukan. Gambar buku IKB hal 393
4. Sistem penyinaran
Tujuan utama sistem pencahayaan ialah menyediakan iluminasi yang memadai bagi kinerja tugas
visual. Level iluminasi yang disarankan untuk beberapa tugas tertentu hanya menyebutkan
kuantitas cahaya yang harus tersedia. Bagaimana jumlah cahaya ini mempengaruhi bagaimana
suatu benda atau ruang dapat dilihat.
Ada tiga jenis sistem penyinaran yaitu :
a. Penyinaran Langsung yaitu sinar cahaya dari sumber cahaya dan yang dipantulkan oleh
bidang-bidang reflektor diarahkan langsung pada bidang kerja.
b. Penyinaran tidak langsung memakai penerangan yang menghalanghalangi sinar cahaya datang
langsung pada bidang kerja.
c. Penyinaran bawur (difus) yaitu cara penerangan yang arah sinarnya dibuat serba kemanamana, dari mana-mana serta merata sehingga tidak tampak keras.
5. Pengaruh dinding, langit-langit, lantai dll
a) Sudah umum dapat dikatakan bahwa semakin muda warna bidangbidang ruangan (dinding,
lantai, langit-langit, perabot rumah dan lainlain) ataupun mendekati warna putih, penerangan
ruangan semakin baik dan ekonomis karena jumlah cahaya yang dipantulkan kembali oleh
bidang-bidang itu tidak sedikit.
b) Lantai-lantai sebaiknya jangan terlalu putih bila ruangan sudah cukup
penerangannya, karena membuat mata penat. Lantai yang agak gelap menyejukkan mata.
c) Warna muda ringan (warna pastel) menggairahkan dan mengungkapkan rasa fajar muda.
d) Warna putih merupakan pemantul baik sekali tetapi berkesan dingin atau steril.
e) Kaca-kaca jendela biasanya lebih mengganggu daripada menolong karena menghamburkan
banyak cahaya keluar dan memberikan bayang-bayang refleksi yang menganngu.
(Mata Kuliah Fisika Bangunan (TA 306))

II.2.3 Contoh standar iluminansi pada bidang kerja


50 lux : jalan
100 lux : koridor, kamar ganti, auditorium
150 lux : toko obat
200 lux : ruang makan
300 lux : perpustakaan, ruang olahraga,ruang kuliah
500 lux : kantor umum, laboratorium
750 lux : ruang gambar
1000 lux: ruang inspeksi, supermarket
Lampu watt dan lumens:
Philips TL 36W : 2500 lumens
Philips Essentials 23W : 1370 lumens
Philips Essentials 18W : 1098 lumens
Philips Essentials 14W : 850 lumens
Philips Essentials 11W : 650 lumens
Philips Essentials 8W : 430 lumens
II.2.4 Uraian Materi
1. Intensitas Cahaya dan Flux Cahaya
Intensitas cahaya adalah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu
arah tertentu. Flux cahaya yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Flux cahaya yang ipancarkan
oleh suatu sumber cahaya adalah sejumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Intensitas
cahaya dinyatakan dalam satuan candela(cd) dengan lambang I. Sedangkan flux cahaya
,mempunyai satuan lumen dengan lambang . Dari uraian di atas diperoleh persamaan:
Dimana
I = Intensitas cahaya (candela).
= Flux cahaya (lumen)
= satuan sudut ruang (steradian)
2. Intensitas Penerangan/ Iluminasi (E)
Intensitas penerangan (E) adalah flux cahaya yang jatuh pada 1m2 dari bidang itu (1
lux=1m/m2). Sedangkan iluminasi penerangan rata-rata (E rata-rata) adalah jumlah flux yang
dipancarkan (lumen) persatuan luas A (m2).
Dimana :
E = Intensitas penerangan (lux)
= fluks penerangan (lumen)
A = satuan luas (m2)
3. Kepadatan Cahaya/ luminasi (L)
Luminasi adalah satu ukuran untuk terang suatu benda.

Luminasi suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya adalah
intensitas cahayanya dibagi dengan luas semua permukaan/ bidang yang diterangi.
Dimana :
L = Luminansi 9cd/cm2)
I = Kepadatan cahaya (candela)
A = Luas semi permukaan (m2)
Untuk mendapatkan pencahayaan yang baik maka dalam merencanakan instalasi
pencahayaan ada 5 kriteria yang perlu diperhatikan Kelima kriteria tersebut adalah:
a. Iluminasi / Tingkat kuat penerangan.
b. Luminasi / distribusi kepadatan cahaya.
c. Pembatasan agar cahaya tidk menyilaukan mata.
d. Arah pencahayaan dan pembentukan bayangannya.
e. Warna cahaya dan refleksi warnanya.
Selain tergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri,penyebaran cahaya dari
sumber cahaya juga tergantung pada konstruksi armaturnya. Hal-hal yang menentukan
konstruksi armature adalah:
o Cara pemasangan armatur (pada dinding atau plafon)
o Cara pemasangan fitting atau fitting-fitting dalam armature.
o Perlindungan sumber cahaya.
o Penyebaran cahaya.
4. Sistem Pencahayaan
Sistem penerangan dibedakan menjadai 5 tipe, yaitu:
a. Sistem iluminasi langsung(Direct Lighting)
Sistem ini paling afektif dalam menyediakan penerangan karena 90%-100% cahaya
diarahkan langsung kepermukaan yang perlu diterangi. Tetapi kelemahan system ini adalah
timbulnya bayangan-bayangan yang menganggu serta memungkinkan kesilauan baik karena
penyinaran langsung maupun Karena pemantulan sinar lampu. Untuk mengatasi hal itu maka
langit-langit perlu diberi warna-warna cerah supaya tampak menyegarkan.
b. Sistem iluminasi semi langsung (Semi direct lighting)
Sistem ini mengarahkan 60%-90% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi, selebihnya
menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding.
c. Sistem iluminasi difus dan langsung tak langsung (General Diffuse and Direct -Indirect
Lighting)
Sistem ini mengarahkan 40%-60% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi, sisanya
menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding. Masalah bayangan dan kesilauan
masih terdapat pada system ini.

d. Sistem iluminasi semi tidak langsung (Semi Indirect Lighting)


Sistem ini mengarahkan cahaya 60-90% ke langit-langit dan dinding bagian atas,
selebihnya ke bawah. Bayangan secara praktis tidak ada dan kesilauan dapat dikurangi. 9
e. Sistem iluminasi tidak langsung (Indirect Lighting)
Sistem ini mengarahkan cahaya 90-100% ke langit-langit dan dinding bagian atas
ruangan untuk dipantulkan yang kemudian menerangi seluruh ruangan berupa cahaya difus.
5. Perencanaan Penerangan Buatan
Perencanaan penerangan buatan adalah kombinasi dari seni dan ilmu sains yang
diaplikasikan. Sewaktu memulai rancangan instalasi penerangan, perlu diperhatikan efek
penerangan buatan dalam ruangan Didalam perencanaan penerangan pada gedung, ada beberapa
kebijakan yang harus dilakukan secara bersamaan antara devisi arsitektur, struktur dan
mekanikal-elektrikal pada tahap-tahap awal proses pembangunan gedung. Data yang diperlukan
untuk penerangan suatu instalasi penerangan adalah:
a. Gambar ruangan, dimensi ruangan, dan rencana tata letak lampu.
b. Detail konstruksi langit-langit.
c. Warna dan pantulan dari : langit-langit, dinding,lantai dan meja kursi.
d. Peruntukan ruangan (pekerjaan visual yang akan dilakukan didalam ruangan tersebut).
e. Perlengkapan mesin atau peralatan didalam ruangan.Kondisi ruangan seperti ;
temperature, kelembaban dan debu.
6. Estimasi Penerangan Buatan
a. Intensitas penerangan.
Sebelum menentukan intensitas peneranganyang dibutuhkan terlebih dahulu harus
diketahui jenis pekerjaanapa yang harus dilakukan diruangan tersebut. Intensitas penerangan
harus ditentukan di tempat dimana pekerjaan itu akan dilakukan. Intensitas penerangan E dengan
satuan lux sama dengan jumlah lumen
per meter persegi. Jadi jumlah fluks cahaya yang diperlukan untuk bidang kerja seluas
A m2 adalah ;
= ExA
Namun fluks cahaya yang dipancarkan lampu tidak semuannya mencapai bidang kerja. Sebagian
akan dipancarkan ke dinding dan langit-langit. Karena itu untuk menentukan fluks cahaya harus
diperhitungkan efisiensi dan rendemennya.
n- g
o

Dimana : g = Fluks cahaya yang mencapai bidang kerja,langsung maupun tidak langsung
setelah dipantulkan dinding dan langit-langit.
o = Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya yang ada dalam ruangan.
b. Efisiensi Penerangan
Dari dua persamaan di atas,maka diperoleh rumus fluks cahaya :
x=ExA
n
Dimana : A = luas bidang kerja (m2)
E= Intensitas penerangan yang dibutuhkan di bidang kerja (lux)
c. Efisiensi Armatur
Efisiensi /randemen armature (v)
v = armature
sb cahaya
Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksi dan bahan yang digunakan. Dalam
efisiensi penerangan selalu sudah ditentukan efisiensi armaturnya.
d. Faktor-faktor Refleksi
Bagian fluks cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh factor refleksi r suatu permukaan.
Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti bahwa 60% dari fluks cahaya yang mengenai permukaan
dipantulkan.
r= dipantulkayg cahaya
cahaya yg mengenai permukaan
Faktor refleksi tergantung dari warna dan finishing. Pemantulan ini tidak penting dalam
sistem penerangan langsung. Langit-langit dan warna dinding terang memantulkan 50-70%.
Sedangkan untuk warna gelap 10-20%. Untuk lebih detailnya ,warna putih dan warna sangat
muda memiliki refleksi 0,7. Warna sedang 0,3. Warna gelap 0,1. 11
e. Indeks Ruangan / Indeks Bentuk
Indeks ruangan /indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran utama
suatu rusnngan berbentuk bujur sangkar.
Dimana : p = panjang ruangan (meter)
K=pxl =lebar ruangan (meter)
H(p+l)
f. Faktor Depresiasi/Penyusutan
Faktor depresiasi / penyusutan adalah intensitas penerangan dalam keadaan dipakai. Faktor
depresiasi ini dibagi atas 3 golongan utama:
o Pengotoran Ringan
Pengotoran ini terjadi didaerah-daerah yang hampir tidak berdebu. Misalnya di toko,
kantor,sekolah, dan lain-lain.

o Pengotoran Berat
Pengotoran ini terjadi di ruangan-ruangan yang banyak debu. Misalnya di perusahaan
cor, pertambangan, pemintalan dsb.
o Pengotoran biasa
Pengotoran ini terjadi diperusahaan selain yang disebutkan diatas. Bila tingkat
pengotoran tidak diketahui,maka digunakan faktor depresiasi 0.8
g. Jumlah Lampu/ Armatur (n)
Jumlah armatur / lampu dapat ditentukan dengan persamaan dibawah ini:
n=
ExA
lampu xn xd
h. Pengaruh Armatur Lampu
Cahaya yang dikeluarkan, direfleksikan , dan diserap oleh Armatur Lampu Gelas .
Tabel I. Armatur Lampu Jenis Gelas
Jenis Gelas
Bola kaca bening
permukaan rata

Tebal Lampu
Mm
1-4

Daya
Transmisi %
92-90

Daya
Refleksi %
6-8

Daya Penyerapan
2-4

Gelas prisma

3-6

90-70

5-20

5-10

Gelas yang
memakai ornamen

3-6

90-60

7-20

3-20

Gelas warna susu

2-3

88-82

7-88

5-10

Acrylic putih susu

2-3

60-40

20-40

10-20

Tabel. II Standar Kuat Penerangan dalam Ruangan

Lanjutan
Tabel Standar Kuat Penerangan dalam Ruangan

7. Untuk mendapatkan JUMLAH LAMPU pada suatu ruang dapat dihitung dengan

metode factor utilisasi ruangan, rumusnya adalah sebagai berikut :


N = ( 1.25 x E x L x W ) / ( k x LB x R )
Dimana :
N = Jumlah armature
1.25 = Faktor Perencanaan
E = Intensitas Penerangan ( Lux )
L = Panjang Ruang ( meter )
W = Lebar Ruang ( meter )

= Flux Cahaya ( Lumen )


LB = Efisiensi armature ( % )
R = Factor Utilisasi Ruangan ( % )
FLUX CAHAYA sendiri bisa diketahui melalui rumus berikut :
= W x L/w
Dimana :
= Flux Cahaya ( Lumen )
W = daya lampu ( Watt )
L/w= Luminous Efficacy Lamp ( Lumen / watt )
8. FAKTOR RUANGAN ( k ) dapat diketahui dari data dimensi ruangan, rumusnya
sebagai berikut :
K = ( A x B ) / ( h ( A + B ))
Dimana :
A = lebar ruangan ( meter )
B = panjang ruangan ( meter )
H = tinggi ruangan ( meter )
h = H 0.85 ( meter )
II.2.5 Akustik Ruang
Akustik ruangan dalam (interior)
Beberapa istilah fisika bunyi yaitu,

a. Sifat-sifat bunyi
nada, warna nada, panjang gelombang.
-sumber bunyi dan daya akustik
-sumber bunyi

b. Persyaratan akustik dalam perancangan

kustik

c. Sistem penguat bunyi


-komponen sistem
d. Menanggulangi gangguan bunyi dan getaran.

Penyelimutan (masking) bising


II.2.6 Uraian Materi
a. Pengertian kebisingan
Bising adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian, mengganggu atau berbahaya bagi
kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat, hiburan atau belajar) atau dengan kata lain definisi bising
adalah semua bunyi yang tidak diinginkan oleh penerima.

b. Pengaruh kebisingan

II.2.7 Pergerakan Udara


c. Sumber-sumber kebisingan
1. Bising interior
2. Bising luar

3. Bising pesawat udara


d. Pengendalian kebisingan
rencanaan kota

e. Tingkat kebisingan maksimum


Tingkat bising latar belakang maksimum yang direkomendasikan dalam berbagai pemilikan
(occupancies) dapat dinyatakan dalam kurva noise criterion (NC).
f. Contoh Pengendalian kebisingan

Bila pendengar menerima banyak bunyi langsung, maka hal ini menguntungkan
kekerasan bunyi.

Lantai penonton yang bertingkat memungkinkan banyak bunyi langsung dari


panggung ke penonton.

Rambatan bunyi pada konstruksi bangunan


a. Pemantulan Bunyi
engertian pemantulan bunyi
Pemantulan bunyi ini hampir serupa dengan pemantulan cahaya, karena sinar bunyi
datang dan pantul terletak dalam bidang datar sama dan sudut gelombang bunyi datang sama
dengan sudut gelombang bunyi pantul (huukum pemantulan). Namun yang perlu di ingat adalah
panjang gelombang bunyi jauh lebih panjang dari panjang gelombang sinar cahaya, dan hukum
pemantulan bunyi hanya berlaku jika panjang gelombang bunyi adalah kecil dibandingkan
ukuran permukaan pemantul.
-sumber pemantulan bunyi
Permukaan yang keras, tegar dan rata, seperti beton, bata, batu, plester atau gelas dan
lain-lain.

Langit-langit pemantul yang diletakkan dengan tepat, dengan pemantulan bunyi yang makin
banyak ke tempat yang jauh

b. Penyerapan Bunyi
Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain, biasanya
panas, ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Jumlah energi
panas yang dihasilkan pada perubahan energi ini adalah sangat kecil, sedang kecepatan
perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh penyerapan.

-unsur penyerapan bunyi


1. Lapisan permukaan dinding, lantai dan atap.
2. Isi ruangan seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak dan karpet.
3. Udara dalam ruang.
c. Bahan dan konstruksi penyerap bunyi
1. Bahan berpori-pori
Karakter akustik bahan berpori seperti papan serat (fiber board), plesteran lembut (soft plasters),
mineral wools dan selimut isolasi adalah jaringan selular dengan pori-pori yang saling
berhubungan. Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan pada frekuensi
rendah. Efisiensi akustiknya membaik pada jangkauan frekuensi rendah dengan bertambahnya
tebal lapisan penahan yang padat dan dengan bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini.
Bahan berpori komersial dapat dibagi dalam tiga kategori :

2. Penyerap panel atau penyerap selaput


Penyerap panel pada konstruksi auditorium yang berperan pada penyerapan frekuensi rendah
antara lain :
o Panel kayu dan hardboard
o Gypsum boards

o Langit-langit plesteran yang digantung


o Plesteran berbulu
o Plastic board tegar
o Jendela
o Kaca
o Pintu
o Lantai kayu dan panggung
o Pelat-pelat logam (radiator)
3. Resonator rongga (atau Helmholtz)
Adalah sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding-dinding tegar dan dihubungkan oleh
lubang/celah sempit (disebut leher) ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat.
Resonator ini dapat digunakan :

Lapisan galar/irisan kayu di auditorium serbaguna Montreal, Eliasoph dan


Berkowitz karya arsitek L.L. Doelle

Penyerapan resonator celah yang digunakan sebagai lapisan akustik diberbagai


auditorium karya L.L. Doelle

d. Isolasi bunyi
Pengertian
Penanggulangan (isolasi) gangguan bunyi
e. Getaran pada bangunan
Pengertian
Walaupun peralatan mekanis dan mesin-mesin sekarang membuat kehidupan penghuni
bangunan-bangunan menjadi lebih nyaman, lebih menyenangkan dan lebih produktif, namun
mesin-mesin dan peralatan ini merupakan contributor dasar bagi bising dalam bangunan.
Pengendalian bising mekanis eliminasi sempurna adalah sulit, tidak ekonomis dan tidak perlu,
yang perlu adalah atenuasi bising mekanis menjadi suatu tingkat yang dapat diterima, tergantung
pada macammacam keadaan, seperti kegiatan-kegiatan yang dapat diduga dalam ruang, tingkat
privasi yang dibutuhkan. Dll
Sumber-sumber getaran pada bangunan
Bising yang berhubungan dengan system mekanik dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Bising peralatan mekanis yang disebabkan oleh tiap unit ventilasi
dan pengkondisian udara dan oleh kipas angin, motor, kompresor,
pompa dll.
2. Bising sendiri (self-noise) yang disebabkan oleh aliran udara berkecepatan tinggi.
3. Pembicaraan silang (cros talk) dari satu tempat ke tempat lain, misalnya bunyi
pembicaraan yang masuk ke kisi pengadaan udara atau udara balik dalam satu ruang
merambat lewat saluran atau plenum dan muncul dalam ruang di dekatnya lewat kisi lain.

4. Bising yang ditransmisi dari sumber eksterior lewat bagian saluran yang tak terlindung
ke dalam bangunan.

Sumber-sumber bising utama pada system pengaturan udara

Akibat getaran pada bangunan


Getaran dapat mempunyai pengaruh-pengaruh berikut :
1) Merusak bangunan
2) Mengganggu penghuni
3) Berinterferensi dengan kerja dan merusak instrument presisi
4) Bising bila laju getaran berada dalam jangkauan frekuensi audio.
Penanggulangan gangguan getaran bunyi
Transmisi getaran dari satu struktur ke struktur lain dapat dihindari dengan meletakan elemen
penenang (resilient), yang disebut juga isolator getaran diantara kedua struktur. Isolator getaran
dapat merupakan salah satu di bawah ini :
1. Pasangan lantai elastic (pegas baja, pegas udara, karet, gabus,
laken, neoprene, elastomer, fiber glas dll).
2. Penggantung langit-langit elastic (pegas, neoprene, elastomer).
3. Isolator dinding elastic (jepitan isolasi, jepitan dinding kenyal).
4. Pipa air/hose fleksibel (baja tahan karat, karet yang diperkuat,
telpon yang dicetak, butyl yang pleksibel/luwes).

BAB III
DATA
III.1 Data Tapak
Lokasi
Luas Lahan
Lebar Bangunan
Panjang Bangunan
Tinggi Bangunan

: Jalan Kalibesar Timur No. 10-12 Jakarta Barat


: 26.6 m2
:7m
: 3.8 m
: 3.3 m

Anda mungkin juga menyukai