Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM HIPERKES

PENCAHAYAAN

Disusun Oleh

Kelompok 3 :

1. Yosinta Ayu Puspitasari D11.2016.02198


2. Wenti Permata Sari D11.2016.02202
3. Yuliana Setyaningrum D11.2016.02204
4. Cynthia Kamala Ayu D11.2016.02248
5. Fahmi Esa Fira Shihab D11.2016.02299
6. Zaimar Nur Fahmi D11.2016.02302

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS DIAN NUSWATORO

2019
RINGKASAN

Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah


jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif. Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk
mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat
dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat
melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Penerangan sangat
mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara jelas, cepat tanpa
menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik, akan makin
diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian
karena penglihatan.
Penerangan dikatakan buruk apabila memiliki intensitas penerangan yang
rendah untuk jenis pekerjaan yang sesuai, distribusi yang tidak merata,
mengakibatkan kesialauan, dan kurangnya kekontrasan. Kekurangan pencahayaan
ditempat kerja berakibat pada penglihatan dan konsentrasi berkurang. Pencahayaan
terbagi dari cara pengendalian terhadap penerangan. Pengendalian terhadap
penerangan buruk dapat dilakukan dengan cara pengendalian secara teknis dan
pengendalian secara administrative.
Berdasarkan aturan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1405/MenKes/SK/XI/2002 bahwa persyaratan intensitas cahaya kerja
minimal adalah 100 lux. Berdasarkan baku mutu lingkungan kerja, standar
pencahayaan untuk ruangan yang dipakai untuk melakukan pekerjaan yang
memerlukan ketelitian adalah 500 - 1000 Lux. Hal tersebut dapat diupayakan
dengan dilakukan tindakan seperti pencahayaan alam maupun batan diupayakan
agar tidak menimbulkan kesialauan dan memiliki intensitas sesuai dengan
peruntukannya, penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang
optimum dan bola lampu sering dibersihkan, dan bola lampu yang mulai tidak
berfungsi dengan baik segera diganti.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keamanan dan
keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian
utama semua pihak. Keberhasilan kita dalam melaksanakan pekerjaan tidak
hanya diukur dari selesainya pekerjaan tersebut. Banyak hal yang dijadikan
sebagai parameter penilaian terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan
dinilai berhasil apabila keamanan dan keselamatan semua sumber daya yang
ada terjamin, dapat diselesaikan tepat waktu atau bahkan bisa lebih cepat dari
waktu yang ditentukan, memberikan keuntungan bagi perusahaan, memberikan
kepuasan kepada semua pihak (pimpinan, karyawan dan pemberi kerja).
Penerangan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
obyek secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan
pencahayaan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu
pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Pencahayaan yang
terlalu suram mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah karena mata akan
berusaha untuk melihat, dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan
mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata,
karena menyilaukan.
Penerangan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu kantor
karena dapat memperlancar pekerjaan dikantor. Apalagi seorang karyawan
yang pekerjaan berkaitan dengan ketatabukuan maka tulisan harus terlihat jelas
tanpa terlindung oleh bayangan. Penerangan yang cukup akan menambah
semangat kerja karyawan, karena mereka dapat lebih cepat menyelesaikan
tugas-tugasnya, matanya tidak mudah lelah karena cahaya yang terang, dan
kesalahan kesalahan dapat dihindari
Permasalahan penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat
sesuatu, sifat-sifat dari indera penglihatan, usaha-usaha yang dilakukan untuk
melihat obyek lebih baik dan pengaruh penerangan 89 terhadap lingkungan, alat
yang digunakan untuk mengetahui intensitas penerangan adalah Luxmeter.
Penerangan dikatakan buruk apabila memiliki intensitas penerangan yang
rendah untuk jenis pekerjaan yang sesuai, distribusi yang tidak merata,
mengakibatkan kesialauan, dan kurangnya kekontrasan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penerangan.
2. Untuk mengetahui sumber sumber pencahayaan.
3. Untuk mengetahui cara pengendalian terhadap penerangan.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan terhadap kesilauan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, penerangan


adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah satu masalah
lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan. Nilai
Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI No.
1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux.

B. Penerangan di Tempat Kerja


Penerangan atau cahaya yang cukup merupakan pertimbangan yang
penting dalam fasilitas fisik kantor maupun perusahaan. Lebih-lebih dalam
gedung yang luas dan kurang jendalanya, cahaya alam itu tidak dapat
menembus sepenuhnya, karena itu sering dipergunakan cahaya lampu untuk
mengatur penerangan dalam kantor. Pencahayaan yang tidak memadai akan
menyebabkan kelelahan pada otot dan saraf mata yang berlanjut pada
kelelahan 5nstr mata dan akhirnya kelelahan keseluruhan fisiologis pada
seorang pekerja. Kelelahan yang timbul kemudian akan mengakibatkan
turunnya konsentrasi kerja, meningkatkan tingkat kesalahan dalam bekerja yang
berujung pada tingginya cacat produksi. Hal-hal ini yang kemudian
menyumbang peran untuk menurunkan produktivitas pekerja secara individual
maupun perusahaan secara keseluruhan.
Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang
menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan dapat berasal dari cahaya
alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan
kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting untuk
menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu penerangan yang
memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan
lingkungan yang menyegarkan.
Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi
pekerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan)
kerja yang akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak harus ada karena
berhubungan denganfungsi indera penglihatan, yang dapat mempengaruhi
produktifitas bagi tenagakerja. Berdasarkan baku mutu lingkungan kerja,
6nstrume pencahayaan untuk ruangan yang dipakai untuk melakukan pekerjaan
yang memerlukan ketelitian adalah 500 – 1000 Lux.
Kekurangan pencahayan ditempat kerja berakibat pada penglihatan dan
konsentari berkurang. Pencahayaan terbagi dari beberapa sumber yaitu:
a. Pencahayaan alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari atau
kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi panas itu apabila
masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan suhu ruangan.
Sumber pencahayaan alam (cahaya matahari)(2). Sedangkan menurut
Satwiko, cahaya alami adalah cahaya yang bersumber dari alam, misalnya
matahari, lahar panas, fosfor di pohon-pohon, kilat, kunang-kunang, dan
bulan yang merupakan sumber cahaya alami skunder, karena sebenarnya
bulan hanya memantulkan cahaya matahari. Berikut ini adalah beberapa
keuntungan dan kelemahan dari penggunaan cahaya alami:
Keuntungan pencahayaan alam :
a) Bersifat alami, tersedia melimpah dan terbaharui.
b) Tidak memerlukan biaya dalam penggunaannya.
c) Cahaya alam sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena memiliki
daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi makhluk hidup dibumi.
d) Cahaya alam dapat memberikan kesan lingkungan yang berbeda,
bahkan kadang-kadang sangat memuaskan.
Kelemahan pencahayaan alami:
a) Cahaya alam sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah karena
dipengaruhi oleh waktu dan cuaca.
b) Cahaya alam pada malam hari tidak tersedia.
c) Sinar ultra violet dari cahaya alam mudah merusak benda-benda di
dalam ruang.
d) Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan
biaya tambahan yang cukup tinggi.
b. Pencahayaan buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang
bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti: lampu pijar, lilin,
lampu minyak tanah.(²) Pecahayaan buatan adalah pencahayaan yang
dihasilkan dari usaha manusia seperti lampu pijar.(1) Dasar pemikiran untuk
konsep perancangan sistem penerangan pencahayaan adalah pemenuhan
tingkat intensitas terang yang memenuhi syarat untuk tiap-tiap ruang.
Sumber pencahayaan buatan yang terbagi atas :
a) General lighting adalah penerangan umum yaitu penerangan yang
dibutuhkan untuk menerangi suatu tempat atau ruangan tersebut.
b) Localized general lighting.
c) Local lighting atau penerangan lokal, yaitu, penerangan pada tempat
kerja dimana untuk menerangi obyek pekerjaan.
Keuntungan pencahayaan buatan :
a) Cahaya buatan dapat dikendalikan, dalam arti bahwa kekuatan
pencahayaan yang dihasilkan dari lampu dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan.
b) Cahaya buatan tidak dipengaruhi oleh kondisi alam.
c) Arah jatuhnya cahaya dapat diatur, sehingga tidak menimbulkan silau
bagi pekerja.
Kelemahan penggunaan pencahayaan buatan.
a) Cahaya buatan memerlukan biaya yang relatif besar karena
dipengaruhi oleh sumber tenaga listrik.
b) Cahaya buatan kurang baik bagi kesehatan manusia jika digunakan
terus menerus di ruang tertutup tanpa dukungan cahaya alami
Penerangan yang buruk di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai
berikut:
a) Kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata yang akan mengakibatkan
kurangnya daya efesiensi kerja.
b) Kelelahan mental yang akan berpengaruh pada kelelahan fisik.
c) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
d) Kerusakan alat penglihatan (mata).
e) Meningkatnya kecelakaan kerja.
Keuntungan pencahayaan yang baik :
a) Meningkatkan semangat kerja.
b) Produktivitas.
c) Mengurangi kesalahan.
d) Meningkatkan housekeeping.
e) Kenyamanan lingkungan kerja.
f) Mengurangi kecelakaan kerja.

Kekurangan pencahayaan ditempat kerja berakibat pada penglihatan dan


konsentrasi berkurang. Pencahayaan terbagi dari cara pengendalian terhadap
penerangan.
Pengendalian terhadap penerangan buruk dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengendalian secara teknis
1. Memperbesar ukuran obyek (sudut penglihatan) dengan menggunakan
kaca pembesar dan kaca pembesar dan layer monitor.
2. Memperbesar intensitas penerangan.
3. Menambah waktu yang diperlukan untuk melihat obyek.
4. Bila menggunakan penerangan alami, harus diperhatikan agar jalan
masuknya sinar tidak terhalang.
b. Pengendalian secara administrative
Untuk pekerjaan malam atau yang membutuhkan ketelitian tinggi,
memperkerjakan tenaga kerja yang berusia 8nstrume masih muda dan
tidak menggunakan kacamata adalah lebih baik. Menjaga kebersihan
dinding, langit-langit, lampu dan perangkatnya penting untuk diperhatikan.
Perawatan tersebut sebaiknya dilakukan minimal 2 kali dalam 1 tahun,
karena kotoran atau debu yang ada ternyata dapat mengurangi intensitas
penerangan.
Kekurangan pencahayaan ditempat kerja berakibat pada penglihatan
dan konsentrasi berkurang. Pencahayaan terbagi dari cara pencegahan
terhadap kesilauan. Di samping akibat-akibat pencahayaan yang kurang
kadang-kadang juga menimbulkan masalah, apabila pengaturannya kurang
baik, yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan pekerja maka harus
dilakukan pengaturan atau dicegah.
Mencegah kesilauan (luminansi), dengan :
a) Pemilihan jenis lampu yang tepat, misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
b) Menempatkan sumber-sumber cahaya atau penerangan sedemikian
rupa sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c) Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka
jendela yang langsung memasukkan sinar matahari.
d) Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e) Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidang terhalang oleh
bayangan suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi
bayangan-bayangan.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka dalam mendirikan
bangunan tempat kerja, sebaiknya mepertimbangkan ketentuanketentuan
antara lain :
a) Jarak antara gedung atau bangunan-bangunan lain tidak menganggu
masuknya cahaya matahari ke tempat kerja.
b) Jendela-jendela dan lobang angin untuk masuknya cahaya matahari
harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas
bangunan.
c) Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus
diganti dengan penerangan lampu yang cukup.
d) Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas
(tidak melebihi 32°C).
e) Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayangbayang
yang menganggu kerja.Sumber cahaya harus menghasilakn daya
penerangan yang tetap dan menyebar dan tidak berkedip-kedip.
Tabel 2.1 Tingkat penerangan berdasarkan jenis kegiatan

Tingkat
Jenis Pencahayaan Contoh-contoh area kegiatan
Penerangan
100 Halaman trafo,ruang tungku,dll
Area sirkulasi di indutri pertokoan
150
dan ruang penyimpan
Pencahayaan umum Layanan penerangan yang
200
untuk interior minimum
Meja dan mesin kerja ukuran
sedang,prosses umum dalam
300 10nstrume kimia dan makanan
kegiatan membaca dan membuat
arsip
Gantungan
baju,pemeriksaan,kantor untuk
450 menggambar,perakitan mesin dan
bagian yang halus,pekerjaan
warna, tugas menggambar kritis.
Pekerjaan mesin dan diatas meja
yang sangat halus,perakitan mesi
persisi kecil dan
nstrument,komponen
1500 elektronik,pengukurn dan
pemeriksaan bagian kecil yang
rumit (
sebagian mungkin diberikan oleh
tugas pencahayaan setempat)
Pekerjaan berpresisidan rinci
Pencahayaan tambahan
sekali,10instrument yang sangat
setempat untuk tugas 3000
kecil,pembuatan jam
visual yang tepat
tangan,pengukiran.
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MenKes/SK/XI/2002
Berdasarkan aturan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/MenKes/SK/XI/2002 bahwa persyaratan intensitas
cahaya kerja minimal adalah 100 lux, dengan dilakukan tindakan seperti :
1. Pencahayaan alam maupun batan diupayakan agar tidak menimbulkan
kesialauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum
dan bola lampu sering dibersihkan.
3. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
BAB III

METODE PENGUKURAN

A. Alat yang Digunakan


a. Luxmeter
b. Kertas
c. Pena

B. Lokasi
Praktikum hiperkes penerangan dilaksanakan di Pabrik sepatu di Jomblang
Candisari Kota Semarang Jawa Tengah

C. Waktu dan Tempat


Hari : Jumat, 12 April 2019
Pukul : 13.00 – 15.00 WIB

D. Cara kerja
1. Siapkan alat ukur penerangan lux meter
2. Buatlah pemetaan ruangan yang akan diukur pencahayaannya. Interval
setiap titik sejauh 1 meter.
3. Lakukan pengukura pencahayaan di 45 titik dengan 2 x pengukuran (lampu
mati dan lampu hidup).
4. Catat hasil pengukuran pencahayaan dikertas yang sudah disediakan.
5. Lanjutkan pengukuran pada titik selanjutnya yang sudah di tentukan pada
titik terakhir.
BAB IV
DATA HASIL PENGUKURAN

A. Pencahayaan Lokal

Lokasi Lampu Mati Lampu Hidup

Meja 1 134 lux 136 lux


Meja 2 29 lux 31 lux
Meja 3 45 lux 47 lux
Meja 4 41 lux 45 lux
Meja 5 44 lux 47 lux

B. Pencahayaan Umum

Lampu Hidup
1. 2. 3. 4.
33 Lux 193 Lux 429 Lux 66 Lux

5. 6. 7. 8.
0 Lux 177 Lux 122 Lux 74 Lux

9. 10. 11. 12.


6 Lux 55 Lux 71 Lux 47 Lux

13. 14. 15. 16.


53 Lux 42 Lux 33 Lux 16 Lux

17. 18. 19. 20.


30 Lux 39 Lux 80 Lux 150 Lux

21. 22. 23. 24.


45 Lux 30 Lux 77 Lux 60 Lux

25. 26. 27. 28.


30 Lux 33 Lux 22 Lux 33 Lux

29. 30. 31. 32.


41 Lux 40 Lux 34 Lux 36 Lux

33. 34. 35. 36.


25 Lux 28 Lux 22 Lux 18 Lux

37. 38. 39. 40.


14 Lux 18 Lux 15 Lux 12 Lux
Lampu Mati

1. 2. 3. 4.
15 Lux 82 Lux 210 Lux 32 Lux

5. 6. 7. 8.
0 Lux 81 Lux 60 Lux 33 Lux

9. 10. 11. 12.


2 Lux 24 Lux 36 Lux 24 Lux

13. 14. 15. 16.


26 Lux 22 Lux 17 Lux 5 Lux

17. 18. 19. 20.


13 Lux 18 Lux 38 Lux 74 Lux

21. 22. 23. 24.


21 Lux 14 Lux 34 Lux 29 Lux

25. 26. 27. 28.


17 Lux 14 Lux 9 Lux 15 Lux

29. 30. 31. 32.


21 Lux 19 Lux 16 Lux 17 Lux

33. 34. 35. 36.


15 Lux 16 Lux 11 Lux 8 Lux

37. 38. 39. 40.


7 Lux 11 Lux 7 Lux 5 Lux

Hasil Rumus pencahayaan

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
r= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘

2349
= 40

= 58,725 (hidup)

1156
r= 40

= 28,9 (mati)
C. Reflektan

Lampu Mati Lampu Hidup


Sumber Sumber
Lantai Dinding Lantai Dinding
Cahaya Cahaya
Meja 1 134 lux 16 lux 10 lux 136 lux 26 lux 17 lux

Meja 2 29 lux 9 lux 9 lux 31 lux 19 lux 18 lux

Meja 3 45 lux 20 lux 37 lux 47 lux 41 lux 84 lux

Meja 4 41 lux 13 lux 39 lux 45 lux 33 lux 87 lux

Meja 5 44 lux 1 lux 22 lux 47 lux 5 lux 47 lux

Hasil Perhitungan :

1) Meja 1 (dinding) Meja 1 (lantai)


Rumus reflektan lampu mati
𝐵 𝑥 100%
= Rumus reflektan lampu mati
𝐴

𝐵 𝑥 100%
10 𝑥 100% =
= 𝐴
134

16 𝑥 100%
= 7,46% = 134

= 11,9%

Rumus reflektan lampu hidup Rumus reflektan lampu hidup


𝐵 𝑥 100% 𝐵 𝑥 100%
= =
𝐴 𝐴

17 𝑥 100% 26 𝑥 100%
= =
136 136

= 12,5% = 19,1%
2) Meja 2 (Dinding) Meja 2 (Lantai)
Rumus reflektan lampu mati
𝐵 𝑥 100%
= Rumus reflektan lampu mati
𝐴 𝐵 𝑥 100%
9 𝑥 100% =
= 29
𝐴
9 𝑥 100%
= 31% =
29
= 31%
Rumus reflektan lampu hidup
Rumus reflektan lampu hidup
𝐵 𝑥 100% 𝐵 𝑥 100%
= = 𝐴
𝐴

18 𝑥 100% 19 𝑥 100%
= = 31
31
= 61,3%
= 58%

3) Meja 3 (Dinding) Meja 3 (Lantai)


Rumus reflektan lampu mati
𝐵 𝑥 100%
= Rumus reflektan lampu mati
𝐴 𝐵 𝑥 100%
=
𝐴
37 𝑥 100%
= 45 20 𝑥 100%
=
45
= 82,2%
= 44,4%
Rumus reflektan lampu hidup
Rumus reflektan lampu hidup
𝐵 𝑥 100% 𝐵 𝑥 100%
= = 𝐴
𝐴

84 𝑥 100% 41 𝑥 100%
= = 47
47

= 178,7% = 87,2%
4) Meja 4 (Dinding) Meja 4 (Lantai)
Rumus reflektan lampu mati
𝐵 𝑥 100% Rumus reflektan lampu mati
= 𝐴 𝐵 𝑥 100%
=
𝐴
39 𝑥 100%
= 41 13 𝑥 100%
=
41
= 95,1%
= 31,7%
Rumus reflektan lampu hidup
Rumus reflektan lampu hidup
𝐵 𝑥 100% 𝐵 𝑥 100%
= =
𝐴 𝐴

87 𝑥 100% 33 𝑥 100%
= = 45
45

= 193,3% = 73,3%

5) Meja 5 (Dinding)
Rumus reflektan lampu mati
𝐵 𝑥 100%
= 𝐴

22 𝑥 100% Meja 5 (Lantai)


= 44

Rumus reflektan lampu mati


= 50% 𝐵 𝑥 100%
= 𝐴
Rumus reflektan lampu hidup
1 𝑥 100%
= 44
𝐵 𝑥 100%
= 𝐴
= 2,3%
47 𝑥 100%
= 47 Rumus reflektan lampu hidup
𝐵 𝑥 100%
=
= 100% 𝐴

5 𝑥 100%
= 47

= 10,6%
BAB V

PEMBAHASAN

Praktikum pencahayaan dilakukan oleh kelompok 3 pada hari Jumat, 12 April


2019 pukul 13.00-15.00 WIB. Tempat praktikum kami di Pabrik Sepatu Jomblang
Candisari Kota Semarang Jawa Tengah. Sebelum melakukan praktikum kami
meminta izin terlebih dahulu kepada Bapak Yoyok selaku pemilik pabrik sepatu
tersebut, setelah diberi izin kami menentukan hari dan jam untuk melakukan
pengukuran.

Berdasarkan hasil pengukuran pencahayaan lokal dengan kondisi lampu


menyala pada meja 1 sebesar 136 lux, meja 2 sebesar 31 lux, meja 3 sebesar 47
lux, meja 4 sebesar 45 lux dan meja 5 sebesar 47 lux. Sedangkan saat kondisi
lampu mati pada meja 1 sebesar 134 lux, meja 2 sebesar 29 lux, meja 3 sebesar 45
lux, meja 4 sebesar 41 lux dan meja 5 sebesar 44 lux. Kami mengukur meja
pembuatan sepatu dari design hingga proses pengeleman, tetapi tempat tersebut
belum memenuhi standard yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1405 Tahun 2002 Tentang Tingkat Pencahayaan Kerja yang memiliki tingkat
pencahayaan minimal 200 lux.

Pengukuran pencahayaan umum dalam kondisi lampu menyala diperoleh


hasil rerata sebesar 58,725 lux. Sedangkan pengukuran pencahayaan dalam kondisi
lampu mati diperoleh hasil rerata 28,9 lux. Berdasarkan hasil pengukuran
pencahayaan umum dapat diketahui bahwa kondisi ruangan baik saat lampu
menyala maupun tidak belum sesuai dengan standard yang berlaku karena tingkat
pencahayaan di bawah 200 lux.

Pengukuran pencahayaan reflektan dinding dalam kondisi lampu menyala


pada meja 1 diperoleh hasil sebesar 12,5%; meja 2 sebesar 58%; meja 3 sebesar
178%; meja 4 sebesar 193%; meja 5 sebesar 100%. Pada saat kondisi lampu mati
pada meja 1 diperoleh hasil sebesar 7,4%; meja 2 sebesar 31%; meja 3 sebesar
82%; meja 4 sebesar 95%; dan meja 5 sebesar 50% lux. Sedangkan pengukuran
pencahayaan reflektan lantai dalam kondisi lampu menyala pada meja 1 diperoleh
hasil sebesar 19,1%; meja 2 sebesar 61,3%; meja 3 sebesar 87,2%; meja 4 sebesar
73,3%; meja 5 sebesar 10,6%. Pada saat kondisi lampu mati pada meja 1 diperoleh
hasil sebesar 11,9%; meja 2 sebesar 31%; meja 3 sebesar 44,4%; meja 4 sebesar
31,7%; meja 5 sebesar 2,3%.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengukuran dilakukan di Pabrik Sepatu Jomblang Candisari Kota
Semarang Jawa Tengah
2. Pengukuran pencahayaan dilakukan dengan menggunakan alat Lux
meter.
3. Interpretasi hasil pengukuran pencahayaan lokal, pencahayaan umum,
dan pencahayaan refektan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1405 Tahun 2002 Tentang Tingkat Pencahayaan Kerja belum
memenuhi tinfkat pencahayaan minimal untuk tempat kerja sebesar 200
lux.

B. Saran
1. Dapat meningkatkan pencahayaan sesuai standard Keputusan Menteri
Kesehatan No.1405 Tahun 2002 Tentang Tingkat Pencahayaan Kerja
2. Sebaiknya tempat kerja ditata lebih rapi dalam penempatannya agar lebih
nyaman saat bekerja
3. Peralatan diletakkan di tempat yang sesuai agar tidak menimbulkan
kecelakaan atau cidera akibat kerja
4. Sebelum melakukan pengukuran, sebaiknya mengecek peralatan terlebih
dahulu
DAFTAR PUSTAKA

1. Lasa, HS. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media. 2005.


2. Satwiko, Prastato. Fisika Bangunan 2 edisi 1. Yogyakarta : Andi. 2005.
3. Yuantari MC. Petunjuk Praktikum Laboratorium Hiperkes. 2010
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002: Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri.
5. Triatmojo, Y. (n.d.). Laporan Pengukuran Cahaya. Retrieved April 25, 2019,
from www.academia.edu:
https://www.academia.edu/36306791/Laporan_pengukuran_cahaya

Anda mungkin juga menyukai