Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM HIPERKES

PENERANGAN

Oleh

Kelompok 5

1. Felumina Easy Daimasari (D11.2014.01791)


2. Yulianti Maulida (D11.2014.01801)
3. Novita Dwi Anggraeni (D11.2014.01828)
4. Arsy Alfi Syahrin (D11.2014.01833)
5. Luthfianna Agustin Firdaus (D11.2014.01810)

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
2017
RINGKASAN

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang


diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Di beberapa tempat
kerja telah dibuktikan bahwa penerangan memberikan dampak positif terhadap
produktivitas kerja seseorang karena di tempat kerja tersebut penerangannya
sudah mencapai standar yang ditentukan. Dan sebaliknya, jika penerangan
ditempat kerja tersebut kurang atau belum sesuai standar maka dapat
mengakibatkan hasil kerja kurang maksimal, karena kurangnya pencahayaan
dapat menyebabkan kelelahan mata, kelelahan mental, kerusakan alat
penglihatan, keluhan pegal di sekitar mata, dan bertambahnya angka kecelakaan
kerja. Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan kuat penerangan pada
suatu ruangan, mengukur tingkat penerangan dan menganalisis data hasil
pengukuran penerangan.
Berdasarkan aturan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1405/MenKes/SK/XI/2002 bahwa persyaratan intensitas cahaya kerja
minimal adalah 100 lux, dengan dilakukan tindakan seperti, Pencahayaan alam
maupun batan diupayakan agar tidak menimbulkan kesialauan dan memiliki
intensitas sesuai dengan peruntukannya, penempatan bola lampu dapat
menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan, bola
lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
Luminasi (L) merupakan besaran penerangan yang kaitannya erat dengan
kuat penerangan (E). Luminasi adalah kuantitatif jumlah cahaya yang
dipantulakn oleh permukaan pada suatu arah. Luminasi suatu permukaan
ditentukan oleh kuat penerangan dan kemampuan memantulkan cahaya oleh
permukaan. Kemampuan memantulkan cahaya oleh permukaan disebut faktor
refleksi atau reflekstasi. Pada saat merencanakan penerangan dalam ruangan
yang harus diperhatikan pertama kali adalah kuat penerangan, warna cahaya
yang diperlukan dan arah pencahayaan sumber penerangan. Kuat peneranga
akan menghasilkan luminasi karena pengaruh faktor pantulan dinding maupun
lantai ruangan
Kuat penerangan ruangan dikategorikan menjadi 6 yakni, penerangan ekstra
rendah ; dibawah 50 lux, penerangan rendah ; dibawah 150 lux, penerangan
sedang ;150 hingga 175 lux, penerangan tinggi (penerangan tinggi I ; 200 lux,
penerangan tinggi II ; 300 lux, penerangan tinggi III ; 450 lux), penerangan
sangat tiggi ; 700 lux, penerangan ekstra tinggi diatas 700 lux.
Iluminasi menyatakan daerah densitas cahaya mencapai suatu obyek atau
permukaan. Satuan yang biasa digunakan untuk mengukur iluminasi adalah lux
untuk satuan SI. 1 lux adalah densitas cahaya bergerak mencapai suatu
permukaan berbentuk bola dengan radius 1 meter jika sumber cahaya
mempunyai sumber cahaya 1 candle (c). Iluminasi berkurang dengan semakin
jauhnya dari titi pusat sumber cahaya. Iluminasi dinyatakan dalam rumus :
Iluminasi (lux) = intensitas sumber
Luas permukaan (m2)
Tujuan dari perhitungan iluminasi pencahayaan adalah untuk mendapatkan
hasil yang akurat dan dapat dipakai sebagai perbandingan dengan hasil
pengukuran secara langsung sehingg diperoleh instalasi pecahyaan yang paling
optimal.
Alat yang digunakan yaitu stop watch dan lux meter. Pegukuran dilaksanakan
di bengkel sepeda motor Arisna Jaya Perkasa Suzuki Semarang yang
beralamatkan di Jalan Indraprasta Semarang tengah. Pengukuran dilakukan
dengan cara membagi luas ruangan kerja menjadi beberapa titik untuk diukur
yaitu sebanyak 7 titik. Melakukan pengukuran pada tiap titik yang telah
ditentukan, kemudian photo cell menghadap sumber cahaya, membaca dan
mencatat hasil. Pengukuran dilakukan selama 10 menit dan hasil dari
perhitungan penerangan adalah sebesar 265.71 lux yang berarti bahwa
penerangan di bengkel sepeda motor Arisna Jaya Perkasa Suzuki Semarang
masih belum cukup baik untuk montir yang bekerja. Syarat dari pencahayaan
pekerjaan rutin adalah sebesar 300 lux. Dengan hasil pengukuran di bengkel
tidak jauh beda tetapi hal ini bisa menimbulkan gangguan secara umum kepada
pekerja seperti kelelahan mata, kelelahan mental, kerusakan alat penglihatan,
keluhan pegal di sekitar mata, dan bertambahnya angka kecelakaan kerja.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang terlibat pada suatu


kondisi lingkungan kerja yang berbeda-beda, dimana perbedaan kondisi
tersebut sangat mempengaruhi terhadap kemampuan kerja seseorang
atau produktivitas kerja. Seseorang akan mampu melaksanakan
kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila
lingkungan kerjanya mendukung. Salah satunya adalah penerangan yang
baik. Di beberapa tempat kerja telah dibuktikan bahwa penerangan
memberikan dampak positif terhadap produktivitas kerja seseorang
karena di tempat kerja tersebut penerangannya sudah mencapai standar
yang ditentukan. Dan sebaliknya, jika penerangan ditempat kerja tersebut
kurang atau belum sesuai standar maka dapat mengakibatkan hasil kerja
kurang maksimal, karena kurangnya pencahayaan dapat menyebabkan
kelelahan mata, kelelahan mental, kerusakan alat penglihatan, keluhan
pegal di sekitar mata, dan bertambahnya angka kecelakaan kerja.

Untuk itu upaya kesehatan bagi tiap individu perlu dijaga dan
ditingkatkan di manapun individu itu berada, tidak terkecuali di tempat
kerja, karena di tempat kerja terdapat berbagai macam faktor fisik yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah
satu faktor fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. Penilaian
intensitas penerangan di tempat kerja sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1405 tahun 2002, tentang Persyaratan Lingkungan Kerja
Industri, Pencahayaan di Ruangan, untuk jenis kegiatan pekerjaan rutin,
seperti : pekerjaan kantor/administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin
dan perakitan/penyusun tingkat pencahayaan minimalnya adalah 300
Lux(1).

Hasil penelitian menunjukkan kondisi pencahayaan perpustakaan


di lingkungan UI masih tergolong kurang memadai seperti terlihat pada
banyak ruangan dengan tingkat pencahayaan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan untuk aktivitas di perpustakaan. Suatu ruangan dinyatakan
mempunyai tingkat pencahayaan yang sesuai dan baik apabila sesuai
dengan standar. Hal tersebut dibuktikan dengan semua titik pengukuran
mempunyai tingkat pencahayaan yang sesuai dengan standar.
Pengukuran tingkat pencahayaan yang dilakukan di 13 perpustakaan,
hanya 6 perpustakaan yang mempunyai ruangan dengan penerangan
yang mempunyai kesesuaian mencapai 100%, sedangkan perpustakaan
lainnya hanya maksimal mencapai kesesuaian 90%. Kondisi ini
disebabkan oleh distribusi cahaya di ruangan perpustakaan yang tidak
merata. Hal tersebut dikeluhkan oleh sebagian besar responden petugas
dan mahasiswa di semua perpustakaan(2).
Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa distribusi
cahaya di ruangan perpustakaan yang tidak merata disebabkan oleh
banyak ruangan dengan lampu yang mati, memancarkan lumen yang
rendah karena kotor dan tidak terawat, tata letak peralatan seperti rak
buku, lemari, menghalangi arah cahaya, beberapa ruangan mempunyai
warna yang cenderung gelap sehingga tingkat pantulan cahaya sangat
rendah. Distribusi cahaya yang tidak merata menyebabkan tingkat
pencahayaan di beberapa ruangan rendah. Ketidaksesuaian tingkat
pencahayaan juga disebabkan oleh tingkat pencahayaan yang sangat
tinggi. Hasil pengukuran menunjukkan beberapa ruangan di perpustakaan
mempunyai tingkat pencahayaan yang sangat tinggi sehingga berpotensi
menimbulkan silau dan mengganggu aktivitas petugas dan mahasiswa.
Ada lima perpustakaan yang mempunyai ruangan dengan intensitas
pencahayaan yang sangat tinggi bahkan di atas 1.000 lux. Kondisi ini
disebabkan oleh ruangan yang berada di area terbuka atau mempunyai
jendela kaca tanpa gorden sehingga cahaya matahari masuk ke dalam
ruangan dan menyebabkan silau(2).

B. Tujuan Pengukuran Penerangan


1. Mahasiswa mampu menentukan kuat penerangan pada suatu
ruangan
2. Mahasiswa mampu mengukur tingkat penerangan
3. Mahasiswa mampu menganalisis data hasil pengukuran
penerangan(3).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pencahayaan
Cahaya menurut IES adalah pancaran energi yang dapat dievaluasi secara
visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi yang memugkinkan
makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan mata(4). Pencahayaan
adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
(5)
melaksanakan kegiatan secara efektif .

Menurut CIE (Commision International de IEclairage) dan IES (ilumination


Engineering Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan yang
direkomendasikan tersebut telah dipakai sebagai standar nasional dan
internasional bagi perancangan pencahyaan, nilai-nilai yang direkomendasikan
oleh VIE dan IES tentang peneranan berdasarkan jenis kegiatan adalah sebagai
berikut(4). :
Tabel tingkat penerangan berdasarkan jenis kegiatan
Tingkat Penerangan
Jenis pencahayaan Contoh-contoh area kegiatan
(lux)
Layanan penerangan yang
minimum dalam area sirkulasi
20 luar ruangan, pertokoan
didaerah ternuka, halamab,
Pencahayaan umum untuk tempat penyimpanan.
ruangan dan area yang jarang
Tempat pejalan kaki dna
digunakan atau tugas-tugas 50
panggung
visual sederhana
70 Ruang boiler
100 Halaman trafo, ruang tungku, dll
Area sirkulasi di industri
150
pertokoan dan ruang penyimpan
Pencahyaan umum untuk Layanan penerangan yang
200
interior minimum dalam tugas.
Meja dan mesin kerja ukuran
sedang, proses umum dalam
300 industri kimia dan makanan
kegiatan membaca dan
membuat arsip
Gantungan baju, pemeriksaan,
kantor untuk menggambar,
450 perakitan mesi dan bagian yan
halus, pekerjaan warna, tugas
menggambar kritis.
Pekerjaan mesin dan diatas
1500
meja yang sangat halus,
Tingkat Penerangan
Jenis pencahayaan Contoh-contoh area kegiatan
(lux)
perakitan mei persisi kecil dan
instrumen, komponen
elektronik, pengukuran dan
pemeriksaan bagian kecil yang
rumit (sebagian mungkin
diberikan oleh tugas
pencahayaan setempat)
Pekerjaan berpresisidan rinci
Pencahayaan tambahan
sekali, misal instrumen yang
setempat untuk tugas visual 3000
snagat kecil, pembuatan jam
yang tepat
tangan, pengukiran.

Sumber data : (4).

Berdasarkan aturan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1405/MenKes/SK/XI/2002 bahwa persyaratan intensitas cahaya kerja
minimal adalah 100 lux, dengan dilakukan tindakan seperti :
a. Pencahayaan alam maupun batan diupayakan agar tidak menimbulkan
kesialauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
b. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum
dan bola lampu sering dibersihkan.
c. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.(5).

B. Luminasi
Luminasi (L) merupakan besaran penerangan yang kaitannya erat dengan
kuat penerangan (E). Luminasi adalah kuantitatif jumlah cahaya yang
dipantulakn oleh permukaan pada suatu arah. Luminasi suatu permukaan
ditentukan oleh kuat penerangan dan kemampuan memantulkan cahaya oleh
permukaan. Kemampuan memantulkan cahaya oleh permukaan disebut faktor
refleksi atau reflekstasi.(4).

Pada saat merencanakan penerangan dalam ruangan yang harus


diperhatikan pertama kali adalah kuat penerangan, warna cahaya yang
diperlukan dan arah pencahayaan sumber penerangan. Kuat peneranga akan
menghasilkan luminasi karena pengaruh faktor pantulan dinding maupun lantai
ruangan. Faktor refleksi merupakan perbandingan luminasi dengan kuat
penerangan. Kuat penerangan ruangan dikategorikan menjadi 6 yakni :
a. Penerangan ekstra rendah, dibawah 50 lux
b. Penerangan rendah, dibawah 150 lux
c. Penerangan sedang, 150 hingga 175 lux
d. Penerangan tinggi :
1. Penerangan tinggi I, 200 lux
2. Penerangan tinggi II, 300 lux
3. Penerangan tinggi III, 450 lux
e. Penerangan sangat tiggi, 700 lux
f. Penerangan ekstra tinggi diatas 700 lux

Penerangan dalam ruangan dapat dibedakan menjadi tiga, yakitu :


a. Penerangan untuk keperluan umum, adalah penerangan yang digunkaan
untuk keperluan publik, misalnya penerangan untuk kantor, bengkel,
perkantoran, ruang tunggu stasiun.
b. Penerangan dikhususkan pada titik tertentu, penerangan ini umumnya
menggunakan sumber cahya dengan sudut pancaran berkas cahaya
yang sempit, misalnya: penerangan pada etalasi, bagian tertentu
perkantoran.
c. Penerangan dekoratif, penerangan dekoratif harus mempertimbangkan
estetika dan distribusi cahaya, misalnya penerangan pada ruang
keluarga, restoran dan tempat hiburan.

C. Perhitungan iluminasi (lux) pencahyaan


Iluminasi menyatakan daerah densitas cahaya mencapai suatu obyek atau
permukaan. Satuan yang biasa digunakan untuk mengukur iluminasi adalah lux
untuk satuan SI. 1 lux adalah densitas cahaya bergerak mencapai suatu
permukaan berbentuk bola dengan radius 1 meter jika sumber cahaya
mempunyai sumber cahaya 1 candle (c). Iluminasi berkurang dengan semakin
jauhnya dari titi pusat sumber cahaya. Iluminasi dinyatakan dalam rumus :
Iluminasi (lux) = intensitas sumber
Luas permukaan (m2)
Tujuan dari perhitungan iluminasi pencahayaan adalah untuk mendapatkan
hasil yang akurat dan dapat dipakai sebagai perbandingan dengan hasil
pengukuran secara langsung sehingg diperoleh instalasi pecahyaan yang paling
optimal.
D. Bengkel
Bengkel (workshop) adalah wadah yang mencakup tempat, sarana dan juga
organisasi dan pengelola untuk melakuka setiap aktifitas atau kerja
perbengkelan. Dalam kaitannya dengan dunia mesin, bengkel dapat digolongkan
dalam beberapa jenis sesuai dengan fungsinya dan aktivitas didalamya, yaitu :
a. Bengkel untuk perawatan atau pemeliharaan mesin.
b. Bengkel untuk perbaikan mesin
c. Bengkel perawatan dan perbaikan
d. Bengkel konstruksi/ pembuatan alsin.
BAB III
METODE PENGUKURAN
A. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan untuk pengukuran penerangan adalah Lux
meter.(3).
B. Lokasi
Praktikum hiperkes tentang penerangan dilaksanakan di bengkel
sepeda motor Arisna Jaya Perkasa Suzuki Semarang yang
beralamatkan di Jalan Indraprasta Semarang tengah. Untuk ukuran
bengkel adalah sebagai berikut :
Panjang ruangan : 7,6 m
Lebar ruangan : 1,3 m
Tinggi ruangan : 4,5 m
Didalam ruangan tersebut terdapat meja, tumpukan ban bekas, lemari
penyimpanan onderdil, tempat sampah, peralatan untuk servis atau
perbaikan motor dan tempat untuk memperbaiki motor. Sumber
penerangan berupa 4 buah lampu berjenis neon dengan daya 40 watt.
Berikut ini merupakan sketsa ruangan bengkel Arisna Jaya Perkasa
Suzuki

4
KETERANGAN :
5
2 1. Tempat sampah
2. Tempat untuk
memperbaiki
sepeda motor
2 3. Mesin untuk
6 3 memperbaki
sepeda motor.
7 4. Lemari
27 penyimpanan
5. Meja
6
2 Titik mengukur
kebisingan
1 kebisingan
C. Waktu & Cara Pengukuran
Hari : Senin, 10 April 2017
Waktu : 14.30-15.30 WIB
Cara pengukuran :
1. Pengukuran intensitas penerangan umum :
a. Membagi luas ruang kerja menjadi beberapa titik untuk diukur
yaitu 7 titik
b. Melakukan pengukuran pada tiap titik yang telah ditentukan,
kemudian setiap photo cell menghadap sumber cahaya, alat
dipegang 85 cm dari lantai
c. Membaca dan mencatat hasilnya
d. Melanjutkan pengukuran pada titik ke 2 dan seterusnya,
sampai dengan titik terakhir.

Jumlah intensitas penerangan

Besarnya intensitas penerangan umum =

Jumlah titik seluruh ruangan


BAB IV

DATA DAN HASIL PERHITUNGAN

A. Data Pengukuran Kuat Penerangan


Titik 1 73
Titik 2 591
Titik 3 32
Titik 4 58
Titik 5 63
LOKASI PENGUKURAN HASIL PENGUKURAN
Titik 6 187
Titik 7 856
Total 1860

B. Hasil Perhitungan

Jumlah intensitas penerangan


Besarnya intensitas penerangan umum =
Jumlah titik seluruh ruangan
= 1860

7
= 265.71 lux

Hal-hal yang perlu diketahui dalam melakukan survei penerangan

Nama Perusahaan : Dealer Arisna Jaya Perkasa Suzuki Semarang.

Unit Kerja : Bengkel

Tanggal : 10-4-2017

Survei dilakukan pada : 14.30-15.30 WIB

Keadaan cuaca : Berawan

Pelaku : Yulianti Maulida , Arsy Alfi Syahrin

Alat yang digunakan : Lux Meter


Karakteristik Tempat Kerja

Identifikasi tempat/ruang kerja


Panjang : 7,6 meter
Lebar : 1,3 meter
Tinggi : 4,5 meter
Bila tempat kerja tidak teratur (irregular), uraikan tempat kerja tersebut :
Tempat kerja pada ruangan tersebut beraturan

Gambar dari dinding, langit-langit dan lantai tempat kerja


Gambaran Bahan Warna Susunan Keadaan
permukaa
n
Bersih Sedang Kotor
Dinding Tembok Putih Mendatar
dan Biru
keramik
Langit- Gypsum Putih
langit
Lantai Keramik Putih

Jenis Lampu : Neon


Spesifikasi Lampu : 40 watt
Jumlah Lampu per armatur :2
Jumlah armatur :2
Banyaknya deretan :2
Tinggi pemasangan : 4,5 m
Jarak pemasangan antara lampu : 1,2 cm
Keadaan armatur : Baik
Uraikan tentang penerangan lokal : Jenis penerangan yang diukur
merupakan penerangan umum
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan pada pukul 14.00 WIB
di Dealer Arisna Jaya Perkasa Suzuki Semarang diperoleh hasil perhitungan
penerangan yaitu sebesar 265.71 lux. Hasil ini merupakan antara dari
penerangan tinggi 1 dan penerangan tinggi 2. Deskripsi dari ruangan yang kami
ukur penerangannya adalah di ruangan tersebut memiliki pencahyaan yang
cukup baik dikarenakan lokasi bengkel pada dealer ini dipinggir jalan dan dengan
pintu atau garasi yang terbuka maka cahaya matahari secara tidak langsung
dapat menambah pencahayaan saat pekerja melakukan pekerjaan. Dengan
jumlah lampu 4 buah masing-masing 2 bola lampu dalam 1 amartur posisi lampu
ini berada di tengah-tengah dari ruangan tersebut, dinding yang bercat putih dan
lantai keramik berwarna putih tidak membuat pekerja mengalami kesulitan atau
menyebabkan penglihatan berkurang. Kondisi lampunya masih sangat bagus
serta cahaya dari lampunya dan kondisi amarturnya masih baik tidak ada
kecacatan dalam lampu ataupun amarturnya, dinding nya pun masih bagus dan
kokoh.

Dikarenakan lokasi yang dipilih ini adalah bengkel maka dalam ruangan
tersebut alat-alatnya masih belum tertata dengan rapi, pekerjaan yang menguras
tenaga ini dilakukan oleh laki-laki saja, kondisi lantai yang kotor dikarenakan
pekerjaan mereka yang memang menyebabkan lantai tersebut kotor, debu yang
dihasilkan dari motor, tumpahnya oli dan lain-lain sebagainya.

Pada saat sedang menerima orderan service pekerja hanya memakai 2


tempat dari yang paling depan yang terkena sinar matahari dan pencahayaannya
cukup jika dikaitkan dengan syarat pencahayaan, lokasi service yang diukur ini
memiliki jenis pekerjaannya adalah pekerjaan rutin. Syarat dari pencahayaan dari
pekerjaan rutin adalah sebesar minimal 300 lux sedangkan lokasi yang diukur ini
memiliki pencahayaan sebesar 265,71. Tidak jauh perbedaan dari standar
minimal pencahayaan dari bengkel Dealer Arisna Jaya Perkasa Suzuki
Semarang ini walaupun dapat dikatakan lokasi ini masih kurang cukup
pencahayaannya dari standart minimal yang ditetapkan namun lokasi ini sangat
terbantu oleh pencahayaannya dari sinar matahari. Bengkel Dealer Arisna Jaya
Perkasa Suzuki Semarang hanya beroperasi sampai pukul 17.00 WIB jika
orderan service masih menumpuk dan pekerja masih menyelesaikan orderan
yang lainnya mereka menutup list orderannya dan tidak menerima orderan lagi
walaupun masih pukul 14.00 WIB.

Tidak ada keluhan dari pekerja saat melakukan pekerjaan, mereka sangat
nyaman dan aman dalam menyelesaikan tugasnya. Apalagi penerangan yang
sangat cukup bagi pekerjaannya. Berdasarkan tingkat pencahayaan pada
lingkungan kerja dimana ruangan ini berfungsi sebagai tempat melakukan
service motor, maka tingkat penerangan sudah cukup baik dengan lokasi
bengkel ini. Tetapi penerangan tambahan juga dapat dilakukan disesuaikan
dengan kebutuhan dan tidak boleh menyilaukan lokasi ini.
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pencahayaan di bengkel sepeda motor Arisna Jaya Perkasa
Suzuki adalah sebesar 265,71 lux.
2. Penerangan di bengkel sepeda motor Arisna Jaya Perkasa
Suzuki kurang dari 300 lux.
3. Penerangan di bengkel sepeda motor Arisna Jaya Perkasa
Suzuki bisa menyebabkan gangguan konsentrasi dan
gangguan mata pada montir
B. Saran
1. Untuk peneliti :
a. Sebelum melakukan praktikum hendaknya dilakukan
pengecekan alat yang akan digunakan agar pada saat
pengukuran tidak mengalami kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Firmansyah F, Diploma P, Kesehatan I V, Kedokteran F, Sebelas U.


KELELAHAN MATA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN. 2010;

2. Tina S, Majidah A, Kesehatan D, Fakultas K, Masyarakat K, Indonesia U.


Tingkat Pencahayaan Perpustakaan di Lingkungan Universitas Indonesia
The Illumination of Libraries in Universitas Indonesia. :26570.

3. Yuantari MC. Petunjuk Praktikum Laboratorium Hiperkes. 2010;

4. Alsintan B, Dan A, Pertanian M, Dan S, Alsintan B. ANALISIS TINGKAT


KEBISINGAN DAN PENCAHAYAAN DI. 2010;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/MENKES/SK/XI/2002: Persyaratan Kesehatan Ligkngan Kerja
Perkantoran dan Industri.

Anda mungkin juga menyukai