Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI ARTIFICIAL LIGHTING TERHADAP KENYAMANAN

VISUAL PENGGUNA ASRAMA


(STUDI KASUS : KAMAR ASRAMA TB 2 ITERA)

Mutiara Yulied1, Adetia Pratiwi2, Tia Juliyanti3


1
program Studi Arsitektur, Jurusan Teknologi Infrastruktur Dan Kewilayahan.
2
Institut teknologi sumatera, Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Way Huwi, Kec.
Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan.
E-mail: mutia.yulied@gmail.com1, adetiapratiwi38@gmail.com2, tiajuliyantti@gmail.com3.

ABSTRAK
Pencahayaan merupakan hal yang penting bagi manusia untuk menunjang kegiatan, tanpa cahaya banyak
hal yang tidak bisa dilakukan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Perkembangan zaman ikut
mempengaruhi perkembangan teknologi dalam hal pencahayaan yaitu berkembang menjadi pencahayaan
buatan yang dapat membantu kegiatan pada malam hari. Setiap ruang sesuai fungsi yang berbeda memiliki
tingkat pencahayaan yang berbeda. Salah satu gedung yang perlu perhatian khusus dalam hal
pencahayaan yaitu kamar pada gedung asrama karena digunakan dengan 2 fungsi utama yaitu belajar
dan tidur. Standar tingkat pencahayaan untuk ruang tidur yaitu 120-150 lux sedangkan ruang belajar yaitu
350 lux. Perbedaan tingkat pencahayaan ini diperlukan sebuah evaluasi terhadap ruang khusus ini.
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran menggunakan alat lux meter, lalu memberikan
kuisioner kepada pengguna kamar mengenai kenyamanan visual pengguna. Dalam penelitian ini diukur
tingkat penerangan di 9 ruang kamar di asrama TB 2 Institut Teknologi Sumatera. Dari hasil pengukuran
diperoleh pencahayaan rata - rata di atas meja belajar adalah 10 lux dengan pencahayaan tertinggi
adalah 37,6 lux di kamar 2410 dan pencahayaan terendah adalah 1,5 lux di kamar 2216. Cahaya rata –
rata di atas tempat tidur (kasur) adalah 9,37 lux, dengan pencahayaan tertinggi adalah 20,8 lux di kamar
2215 dan pencahayaan terendah adalah 3,2 lux di kamar 2409 Hasil pengukuran menunjukan bahwa
pencahayaan pada kamar asrama tidak memenuhi standar sebuah ruang tidur maupun ruang belajar.
Respon pengguna terhadap kenyamanan pada kamar berbanding lurus dengan data pengukuran yang
didapat.
Kata kunci: pencahayaan buatan, gedung asrama, kenyamanan visual.

PENDAHULUAN khusus. Untuk mencapai kenyamanan visual


bagi setiap pengguna adalah dengan
Pencahayaan ruangan merupakan salah satu merancang pencahayaan yang sesuai dengan
aspek penting dalam hal merancang sebuah aktivitas setiap ruangan yang mengacu
bangunan agar tercipta kenyamanan visual dengan standar tingkat pencahayaan.
bagi pengguna dalam melihat objek-objek
sekitar dan dapat menunjang kegiatan yang Salah satu jenis bangunan yang perlu
dilakukan oleh pengguna dalam ruangan diperhatikan perihal pencahayaan buatannya
tersebut. Maka dari itu sangat penting untuk yaitu kamar asrama. Pengguna kamar
mengatur tingkat pencahayaan tiap ruangan asrama merupakan mahasiswa. Kegiatan
agar tercipta kesesuaian kebutuhan yang dilakukan mahasiswa saat di kamar
penglihatan menurut jenis aktivitas masing- tidak hanya kegiatan tidur saja namun juga
masing ruangan (Santosa, A, 2006). digunakan sebagai area belajar. Terdapat
dua jenis kegiatan di asrama yang
Efektivitas kegiatan pengguna dalam sebuah mempunyai standar pencahayaan yang
bangunan didukung dengan kenyamanan memiliki perbedaan cukup signifikan.
terhadap visual. Sehingga perencanaan Standar lux untuk kamar tidur adalah 120-
pencahayaan pada bangunan merupakan hal 250 lux dan untuk ruang kerja sebesar 350
penting yang membutuhkan perhatian lux sesuai (SNI03-6197-2000).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis 3. Sistem pencahayaan gabungan
bertujuan untuk melakukan penelitian Pada sistem ini pencahayaan yang
berupa evaluasi terhadap pencahayaan digunakan merupakan gabungan dari
buatan pengguna asrama. Terdapat dua sistem pencahayaan merata dan
permasalahan yang harus diketahui lebih setempat.
lanjut yaitu:
Menurut buku desain pencahayaan
1. Apakah kualitas pencahayaan pada kamar arsitektural 2009, sumber cahaya dibagi
asrama sudah sesuai dengan standar nasional menjadi 4, antara lain:
indonesia tentang standar pencahayaan?
1. Lampu pijar
2. Apakah kualitas pencahayaan kamar Pada lampu bohlam listrik yang diubah
asrama saat ini berpengaruh terhadap menjadi cahaya hanya sekitar 10%
kenyamanan pengguna ? sedangkan sisanya diubah menjadi energi
panas.

LANDASAN TEORI 2. Lampu fluoresense


Jenis lampu ini digunakan untuk
Pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu
mendapatkan pencahayaan yang lebih
pencahayaan alami dan buatan, namun untuk
merata.
penelitian ini penulis meneliti terhadap
evaluasi pencahayaan buatan. Pencahayaan
3. lligh lntenrily Dirhorge
buatan merupakan salah satu sistem
High Intensity Discharge (HID) adalah
pencahayaan yang mendukung aktivitas
lampu-lampu discharge yang mampu
pengguna terutama pada malam hari.
menghasilkan cahaya dengan sumber
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan
cahaya dan armatur lampu eksterior
yang bersumber dari energi selain sinar
tintensitas tinggi.
matahari atau cahaya alami.
Pencahayaan yang buruk dapat 4. LED (light emmiting diode)
berpengeraruh terdapat aktivitas pengguna Lampu LED memiliki usia yang sangat
dalam hal melihat secara jelas lalu panjang,mencapai 100.000 jam, dengan
mengurangi keleluasaan dalam beraktivitas konsumsi daya listrik yang sangat kecil.
dalam ruangan dan dampak lainnya menurut Kelemahan LED adalah intensitas cahaya
steffy (2002). Pencahayaan yang buruk pada yang dihasilkannya lebih kecil jika
sebuah ruangan akan memberi dampak dibandingkan dengan jenis sumber cahaya
buruk juga kepada pengguna ruangan lainnya.
tersebut. Pencahayaan sebuah ruangan yang
Menurut Steffy (2002), "Penempatan titik
kurang dari standar disebut poor lighting.
lampu (Peripheral versus overhead) akan
Menurut buku buku fisika bangunan 2 memengaruhi kenyamanan dan kelapangan
(2015) pencahayaan buatan memiliki 3 jenis ruangan. Distribusi cahaya (uniform versus
sistem pencahayaan yaitu : nonuniform) berpengaruh pada keluasan.
Intensitas cahaya (bright versus dim)
1. Sistem pencahayaan merata (General berpengaruh pada kejelasan visual." Secara
Linghting) rinci Steffy menjelaskan terdapat lima
Pada sistem pencahayaan ini semua pengaruh terkait pencahayaan, yaitu visual
bagian ruangan mendapatkan cahaya clarity (kejelasan visual), spaciousness
yang rata di setiap area ruangan. (keluasan), preference (pilihan), relaxation
(relaksasi), dan intimacy (keakraban).
2. Sistem pencahayaan setempat (Localized
Lighting) Menurut KH. Dewantoro, asrama adalah
Pada sistem ini pencahayaan hanya di (pondok, pawiyatan, bahasa Jawa)
fokuskan pada satu titik saja yang merupakan rumah pengajaran dan
membutuhkan cahaya secara optimal pendidikan. Fungsi dan penggunaan asrama
seperti diatas meja kerja. berdasarkan studi kasus asrama Itera adalah
digunakan sebagai tempat tinggal selama
studi tahun pertama di Itera. Secara spesifik data kualitatif didapatkan dari pengalaman
penggunaan asrama sebagai tempat tinggal pengguna.
adalah sebagai ruang tidur dan juga ruang
belajar. Sebuah bangunan asrama Data penelitian berupa data primer dan data
mahasiswa termasuk tipologi educational sekunder. Data primer yaitu berupa data
building sesuai dalam buku Time Saver yang didapat langsung dari kegiatan
Standart karena bangunannya terkait memberikan kuisioner, pengukuran secara
dengan badan pendidikan sebagai tempat langsung, dan dokumentasi atau observasi
tinggal mahasiswa. ke kamar asrama. Data sekunder yaitu
berupa data teori dan data standar
Pada kamar asrama terdapat area tidur dan pencahayaan yang bersumber dari Standar
juga area belajar berupa meja dan kursi. Nasional Indonesia tentang pencahayaan.
Standar pencahayaan kamar dan area belajar
memiliki standar lux yang berbeda yaitu Pengumpulan data dilakukan dengan 3 cara
standar lux untuk kamar tidur adalah 120- yaitu kuisioner, dokumentasi, dan studi
250 lux dan ruang kerja adalah sebesar 350 kepustakaan. Kuisioner, yaitu pengambilan
lux (SNI 03-6197-2000). data dengan memberikan pertanyaan
menggunakan kertas secara langsung kepada
Untuk menghitung besaran lux bisa pengguna kamar asrama Itera. Dokumentasi,
menggunakan alat bernama lux meter atau yaitu dengan meneliti langsung keadaan
dengan cara manual. pada lokasi yang diteliti seperti melakukan
pengukuran lux menggunakan alat lux
meter, mengetahui jenis lampu dan jumlah
titik lampu dan data lainnya yang dilakukan
secara langsung pada lokasi. Studi
kepustakaan, yaitu memperoleh data dengan
sumber dari buku-buku, penelitian
Ø = L x W x CU x LLF / 2 terdahulu, maupun sumber lainnya yang
relevan.
Keterangan :
Pada penelitian ini penulis menggunakan
• N = jumlah titik lampu gabungan dua jenis penelitian yaitu
• E = kuat penerangan kuantitatif dan kualitatif. Pada bagian
• L = panjang ruang kuantitatif penulis menggunakan teknik
• W = lebar ruang analisis statistik deskriptif yaitu analisis
• Ø = total nilai pencahayaan (lumen) yang berupa akumulasi data dasar dalam
• Llf = faktor kehilangan cahaya, bentuk deskripsi semata dalam arti tidak
biasanya antara 0,7-0.8 mencari hubungan, membuat ramalan, atau
• Cu = coeffesien of utillization penarikan kesimpulan. Penulis menetapkan
• N = jumlah lampu dalam satu titik analisa ini dikarenakan penilitian yang
penulis lakukan adalah berupa evaluasi.
Pada bagian kualitatif penulis menggunakan
METODE PENELITIAN teknik analisis penyajian data. Penyajian
data adalah aktivitas yang dilakukan ketika
Penelitian ini dilakukan pada kamar asrama
informasi disusun sehingga dapat
putra kampus itera khusus nya pada TB 2.
memberika kemungkinan adanya penarikan
Penelitian dilakukan pada malam hari
kesimpulan. Bentuk penyajian data berupa
karena berfokus pada pencahayaan buatan.
teks, naratif, metrik, grafik atau bagan, Miles
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk dan Huberman ( dalam Sugiyono,2008).
membuktikan standar pencahayaan pada
asrama. Agar dapat mengetahui seperti apa
kondisi pencahayaan buatan pada asrama HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut secara kuantitatif maupun kualitatif.
Data kuantitatif didapatkan dari data faktual Pada kamar asrama penggunaan
dan terukur menggunakan alat, sedangkan pencahayaan buatan yaitu dengan
menggunakan lampu mitsuyama dengan
ukuran 12 W. Penggunaan lampu terdapat pencahayaan sebesar 350 lux untuk sebuah
pada dua titik lampu dengan masing-masing ruang belajar yaitu ;
titik terdapat satu lampu dengan jenis yang
sama. Kamar asrama sebenarnya memiliki 3 L x W = (4,5m x 5,5 m) – (luas kamar mandi
titik lampu namun hanya 2 titik yang dapat 1,5m x 1,5m) = 22,5 m2
digunakan. Besaran ruang kamar pada
asrama yaitu sekitar 4,5 x 5,5 m. Ø = L x W x CU x LLF / 2

Pada data hasil observasi atau dokumentasi Ø = 350 lux x 22,5m2 0,7 x 0,5 x / 2
melalui pengamatan langsung pada kamar Ø = 2.756,25 / 2
asrama salah satu penyebab cahaya yang
kurang memadai yaitu karena penggunaan Ø = 1.378 lumen
jenis lampu yang tidak tepat dan juga
pengurangan titik lampu yang seharusnya Berikut adalah pilihan lampu hemat energi yang
digunakan 3 titik lampu hanya bisa sesuai :
digunakan 2 titik saja.
1. OSRAM Lampu Hemat Energi Dulux
Dari data observasi ke lapangan maka bisa Mini Twist 20 Watt, mencapai 1300 lumen ,
dilanjutkan dengan mencari tahu bagaimana harga Rp60.000
cara agar tingkat pencahayaan kamar
memenuhi standar dengan melakukan
perhitungan manual menggunakan data
observasi yang telah didapat.
Untuk mengetahui besaran lampu yang
harus digunakan agar mendapatkan tingkat
pencahayaan sebesar 150 lux untuk sebuah
ruang tidur yaitu ;
L x W = (4,5m x 5,5 m) – (luas kamar mandi
1,5m x 1,5m) = 22,5 m2
Ø = L x W x CU x LLF / 2
Ø = 150 lux x 22,5m2 0,7 x 0,5 x / 2
Gambar 1. Jumlah titik lampu
Ø = 1.181,25 / 2
Ø = 590,625 lumen
Berikut adalah pilihan lampu hemat energi yang
sesuai :
1. Philips LED Bulb (7 watt, 600 lumen, harga
Rp24.000)

2. LED Downlight ASSA (7 watt, 525 lumen,


harga Rp207.000) Gambar 2. Keadaan kamar saat malam hari.

3. LED Panasonic NEO (7 watt, 539 lumen,


harga Rp20.500)

4. LED SMD (7 watt, 575 lumen, harga


Rp49.500)

Untuk mengetahui besaran lampu yang


harus digunakan untuk mendapatkan tingkat
Gambar 3. Jenis lampu yang digunakan.

Tabel 1. Intensitas pencahayaan buatan

Gambar 4. Pengukuran lux

Tabel 2. Data kuisioner

Penulis melakukan pengukuran terhadap


besaran lux pada kamar dengan
menggunakan alat lux meter. Dari hasil
pengukuran tersebut diperoleh rata-rata data
lux untuk pengambilan diats meja yaitu
sebesar 10 lux dan data pengukuran pada
atas tempat tidur yaitu dengan rata-rata 9,38
lux. Baik pengukuran pada meja belajar
maupun pada atas tempat tidur, standar
pecahayaan pada kamar masih sangat jauh
dari standar pencahayaan yang telah
ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia
tentang pecahayaan.
Teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu pada kamar asrama sudah cukup nyaman
dengan memberikan kuisioner pada saat digunakan untuk fungsi tempat tidur.
pengguna asrama dengan pertanyaan terkait
pengalaman saat berada pada ruang kamar.
Populasi dari pengguna asrama pada gedung KESIMPULAN
tersebut adalah ± 180 orang. Penulis
mengambil sampel sebanyak 12% dari Kualitas pencahayaan pada kamar asrama
populasi yaitu 22 sampel. Data yang sangat tidak memenuhi standar pencahayaan
didapatkan dari hasil kuisioner yaitu ruang sebagai ruang tidur maupun ruang
sebanyak 24 data yang dapat diolah. belajar. Pengukuran lux terhadap kamar
asrama menghasilkan rata-rata lux pada
Dilihat dari penggunaan ruang kamar untuk setiap ruangan kamar yaitu 10 lux untuk
belajar terdapat 20 orang yang pengukuran diatas meja dan 9,38 lux untuk
menggunakan ruang kamar sebagai tempat pengukuran diatas tempat tidur. Respon
belajar yaitu sekitar 83,3 %, terdapat 4 orang pengguna asrama terhadap kualitas
yang tidak sering belajar di kamar yaitu pencahayaan kamar adalah merasa tidak
sekitar 16,7 %. Artinya memang benar nyaman serta pencahayaan kamar
penggunaan kamar pada sebuah asrama mengganggu kegiatan belajar mahasiswa.
memiliki fungsi lain sebagai area belajar
sehingga perlu diperhatikan juga untuk
kenyaman pengguna saat beraktivitas
DAFTAR PUSTAKA
belajar.
Steffy, Gary, 2002. Architectural Lighting
Dilihat dari durasi dalam belajar terdapat 16
Design, John Wiley and Sons Inc,
orang atau sekitar 66,7 % yang belajar
New York. Thomas, Ellen. 2013. Tips
dengan durasi 1 – 3 jam, dan terdapat
for Daylighting with Windows. US:
sebanyak 8 orang atau sekitar 33,3 % yang
Departemen of Energy.
belajar 3 – 5 jam. Dari hasil data tersebut
hasil terbanyak yaitu terdapat 66,7% Badan Standarisasi Nasional 2000.
responden yang melakukan durasi belajar Konservasi Energi pada Sistem
selama 1- 3. Durasi belajar selama 1 – 3 jam Pencahayaan. http://pibbanten
tidak bisa dikatakan sebentar sehingga go.id/pdf/bgn_gdg /
kegiatan belajar pada kamar asrama bisa SNI_03_6197_2000.PDF
digolongkan menjadi salah satu kegiatan
utama. Marunung, P. 2012. Pencahayaan Alami
dalam Arsitektur. Yogyakarta:
Dilihat dari pertanyaan kenyamaan Penerbit Andi Siswanto, A. 1993.
penggunaan ruang untuk belajar terdapat 6 Penerangan. Jakarta: Balai Pelayanan
orang menjawab nyaman atau sekitar 25 %, Ergonomi KesKer1987.
terdapat 15 orang menjawab kurang nyaman
atau sekitar 62,5 %, terdapat 3 orang Latifah, Nur Laela. 2015. Fisika Bangunan
menjawab tidak nyaman atau sekiatr 12,5 %. 2. Griya Kreasi : Jakarta Timur.
Dari pertanyaan ini dapat dilihat sebagian Santoso, A; 2006; Pencahayaan Pada
besar responden merasakan kurang nyaman
Interior Rumah Sakit: Studi Kasus
untuk belajar dengan pencahayaan seperti Ruang Rawat Inap Utama Gedung
pada asrama ini. Lukas, Rumah Sakit Panti Rapih,
Dilihat dari pertanyaan kenyamaan Yogyakarta, Majalah Dimensi
penggunaan ruang untuk tidur terdapat 20 Interior; Edisi Desember 2006
orang atau sekitar 83,3 % yang merasa
De Chiara Joseph dkk. 2001.Time Server
nyaman, terdapat 3 orang atau sekitar 12,5 % Standart For Building Types.
yang merasa kurang nyaman, terdapat 1 Singapore: Mc Graw Hill. Hal 446-
orang atau sekitar 4,17 % yang merasa tidak 454.
nyaman. Hasil menunjukkan sebagian besar
menganggap bahwa pencahayaan ruang
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian
Kunatitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung Alfabeta.
Astutik, P. (2013). Pendidikan Karakter
dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
& Ibnu Miskawyh. Trenggalek: Pena
Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai