Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PERTEMUAN KE-11

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KELAS B

Kelompok 8:
1. Farah Ardica Cholisa (21080119130113)
2. Muhammad Rifai Alfarizi (21080119130059)
3. Isna Maulidya Durrotunnisa (21080119130089)
4. Niken Calengka Kosasih (21080119130096)
5. Agnes Hinkga BK (21080119130063)
6. Faizal Akbar (21080119140136)
7. Hessy Rahma Wati (21080119130038)
8. Vaulintina Putri Oktavia (21080119140139)

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
Hukum Murphy
Murphy’s Law atau Hukum Murphy adalah suatu epigram yang menyatakan
“Anything that can be go wrong, will go wrong”. Hukum Murphy ini dikenalkan oleh Kapten
Edward A. Murphy, seorang insinyur yang bekerja di NASA pada tahun 1949. 
Hukum Murphy mengatakan bahwa jika bisa salah, maka akan salah. Jika ada
kemungkinan untuk terjadi kesalahan, pasti terjadi. Sesuatu yang salah, jika terus dikerjakan
dapat terjadi kesalahan bahkan kerugian. Selanjutnya, bisa dikatakan bahwa jika sudah salah
dari awal, maka berikutnya akan terjadi kesalahan. Hukum Murphy juga menyebutkan bahwa
semuanya memakan waktu lebih lama dari seharusnya dan tidak ada yang sederhana seperti
yang terlihat
Hukum Murphy menegaskan mengenai sebab-akibat dari suatu kecerobohan,
pengabaian atau kemalasan untuk melakukan atau merencanakan sesuatu pekerjaan secara
detail. Tujuannya adalah untuk melakukan simulasi berulang-ulang, mencari celah
kemungkinan kesalahan, sehingga ketika proyek selesai dan dipakai secara publik tidak
terjadi bencana atau kecelakaan.
Kebanyakan orang tidak menghiraukan Hukum Murphy karena beranggapan bahwa
kemungkinan tau probabilitas terjadinya hal yang tidak diinginkan tersebut sangat kecil
walaupun mereka tahu bahwa jika hal tersebut terjadi, akan memberikan dampak yang besar.
Maka, kita harus mengantisipasi terjadinya kecelakaan atau bencana, dengan: 
1. Mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya (lakukan overprepare agar tidak ada
yang terlewat dalam persiapan)
2. Mempersiapkan atau menyimpan segala sesuatu dengan sigap dan baik (misalnya
menyimpan data setiap 5 menit sekali untuk menghindari hilangnya hasil kerja)
3. Selalu membuat rencana cadangan atau plan B untuk mengantisipasi terjadi kendala pada
rencana awal
4. Melakukan double-check atau rehearsel untuk memastikan suatu program dapat berjalan
dengan baik. 
5. Melakukan tindakan redudansi (misalnya menyimpan data dalam beberapa bentuk file)

Contoh Hukum Murphy


Berulang-ulang terjadi kebakaran bangunan karena konslet listrik dan—yang terkakhir
—ledakan gas elpiji. Berdasarkan data Badan Perlindungan Konsumen Nasional
(BPKN),hingga Juni 2010, tercatat telah ada 33 kasus kecelakaan yang telah menewaskan
delapan orang, dan mengakibatkan 44 orang luka-luka, meningkat dari tahun 2009 (jumlah
kasus kecelakaan gas berjumlah 30, korban tewas 12 orang, dan luka-luka 48orang), apalagi
tahun 2008 (jumlah kasus kecelakaan tercatat sebanyak 27, dengankorban tewas dua orang
dan luka-luka 35 orang
Salah satu faktornya, berdasar hasil penelitian Badan Standardisasi Nasional(BSN)
tahun 2008, karena banyak komponen yang tidak memenuhi syarat SNI. Untuk selang 100
persen tidak memenuhi ketentuan SNI, katuptabung 66 persen, kompor gas 50 persen,
regulator 20 persen, dan tabung 7 persen.
Padahal dapat diyakini ketika mereka membuat komponen tabung gas elpiji 3kg, pasti
dilakukan dengan hukum Murphy dikepala mereka. Misal, karena elpiji tidak berbau, maka
sejak dulu sudah ditambahkan pembau. Dengan kejadian kecelakaan yang meningkat, maka
ditambahkan zat ethyl mercaptan, yang baunya tajam, menyengat seperti duren, meskipun
ada yang bilang berbau busuk, karena zat ini merupakan senyawa belerang.
Sebenarnya berdasar penyelidikan, sebab ledakan adalah selang bocor, katup tabung
rusak, serta regulator yang tidak berfungsi. Belum dijumpai kecelakaan yang diakibatkan
oleh bocornya tabung gas 3 kg.Selang dan regulator sebenarnya sudah diimpor bertahun-
tahun tanpa masalah, mengapa sekarang menjadi masalah?
Disinilah hukum Murphy berperan. Dulu sebelum ada program konversi, elpiji adalah
bahan bakar untuk masak kelas menengah dan kelas atas. Program konversi, yang
diselenggarakan untuk menghemat subsidi pemerintah, ditujukan untuk kelas bawah. Orang
lupa perilaku kelompok miskin berbeda dengan kelompok menengah. Karena selang dan
regulator mahal, maka dipakai terus meskipun selang sudah retak-retak dan regulator sudah
tidak bagus. Celakanya, tidak ada masa kadaluarsa dalam kedua komponen itu. Baru setelah
ramai ledakan, ada program untuk menukar dengan selang dan regulator yang standard
dengan harga Rp 15 ribu. Mengapa 15 ribu? Karena menurut penggagasnya sudah cukup
murah. Padahal program penukaran komponen ini tidak banyak berhasil juga. Disediakan 10
juta unit, 10 persen saja belum. Mungkin 15 ribu tidak murah menurut pengguna kelas bawah
ini. Mungkin beritanya tidak sampai.
Mengapa katub tabung jadi persoalan sekarang, dulu tidak? Dulu tidak karena yang
tersedia umumnya tabung 12 kg. sekarang tersedia tabung 3 kg dengan harga yang jauh lebih
murah. Akibatnya banyak orang mengakali, memindahkan isi dari tabung 3 kg ke tabung 12
kg yang harganya tidak disubsidi. Dampaknya katup tabung baik yang 3 kg maupun 12 kg
rusak. Lanjutannya: kecelakaan yang membuat orang terluka, terbakar dan bahkan tewas.
Dalam kaitan ini, Mungkin kalimat ayahnya Murphy lebih pas “If there’s more than one
way to do a job, and one of those ways will result in disaster, then somebody will do it that
way.” Kalau ada orang berpikir melakukan yang kita pikir tidak akan melakukannya, maka
pasti akan dilakukannya. Apalagi motifnya semata-mata ekonomi: kemiskinan (kasus selang
yang dipakai terlalu lama) dan kesempatan mendapat uang meskipun ilegal (menukar isi
tabung).
Mengapa kita harus menaruh perhatian pada masalah kecelakaan? Karena diujungnya
pelayanan kesehatanlah yang harus menanggung. Kalau kita tidak terlibat, maka kita lagi-lagi
bak pemadam kebakaran, baru membunyikan sirene ketika ada korban. Apalagi kecelakaan
kebakaran termasuk ledakan gas, biaya perawatannya sangat mahal, dan prognosisnya jelek.
Siapa yang harus membayar? Baru sekarang ketahuan kalau PT Pertamina(Persero) akan
memberikan asuransi kecelakaan diri atau harta benda yang disebabkan oleh kecelakaan yang
diderita oleh penerima Program Konversi Minyak Tanah ke LPG 3 kg. Prosesnya rumit, dan
ada embel-embelnya: supaya dapat ganti rugi korban harus membuat surat pembebasan
tuntuta.
Padahal epigram kesehatan masyarakat jelas: mencegah itu lebih baik dari mengobati.
Dalam kasus ini orang (pembuat program) kelihatannya berpikir: ada ada masalah, diobati
saja, nanti kita bayari. Padahal ledakan gas elpiji ini dampaknya menyebabkan orang
kehilangan rumah (aset), kehilangan pekerjaan, dan malahan menjadi invalid seumur hidup.
Artinya kasus ini pendekatan yang lebih sistematis dari yang dilakukan sekarang ini
Sumber-sumber Bahaya
 Planning dan Design
Desain adalah bagian penting dari proyek. Jika terjadi kesalahan pada desain,
maka akan berdampak pada kegagalan proyek. Kesalahpahaman konsep desain dapat
menyebabkan penurunan kualitas, pembengkakan biaya, dan penundaan proyek.
Kesalahan desain juga dapat menyebabkan kesalahan teknik, yang kemungkinan besar
menyebabkan kecelakaan kerja dan korban jiwa

Contohnya :

- Kurangnya kecermatan dan ketelitian dalam perhitungan serta perencanaan dalam


suatu sistem keberjalanan proyek atau pekerjaan dapat menjadi potensi bahaya dalam
suatu pekerjaan.
- Prosedur pengoperasian, desain, pemasangan mesin/peralatan kerja, dan ruang
kerja yang kurang memadai dapat menjadi potensi bahaya dalam suatu pekerjaan.
 Konstruksi
Konstruksi merupakan komponen yang rawan kesalahan.. Jika bangunan tidak
sesuai dengan rencana dan desain, masalah akan muncul cepat atau lambat. Yang
paling sering ditemui adalah umur konstruksi yang tidak sesuai dengan rencana.
Contohnya :
Kurang kuat dan kokohnya konstruksi bangunan serta tidak memenuhi baku mutu yang
ada dapat menjadi potensi bahaya dalam suatu pekerjaan.

 Produksi dan Distribusi


Dalam proses produksinya biasanya terdapat beberapa bahan baku yang
tergolong B3 atau bahan berbahaya lainnya. Kemudian alat berat dan mesin
ditemukan dalam proses produksi. Human error memiliki peluang yang besar dalam
proses produksi, seperti mesin yang tidak mencapai kondisi operasi terbaik atau
penanganan bahan baku yang tidak tepat.
Contohnya :
Kesalahan prosedur dalam melakukan proses produksi dan distribusi dan kecerobohan
dalam menggunakan bahan baku dalam kedua proses tersebut dapat menimbulkan bahaya
serta dampak yang sesuai dengan sifat bahan baku tersebut, seperti :

a. Mudah terbakar
b. Mudah meledak
c. Mengakibatkan alergi
d. Mengandung bahan iritan
e. Karsinogen
f. Berbentuk racun
g. Radioaktif

 Perawatan dan Reparasi


Setiap barang harus memiliki masa berlaku, dan mesin atau peralatan produksi
harus memiliki masa pakai sendiri. Terlepas dari ukuran mesin, perawatan yang tidak
tepat dan perawatan rutin akan menurunkan kualitas mesin. Jika performa mesin
menurun maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Terutama keamanan operator.
Contohnya :
Kurangnya perawatan dan pereparasian rutin alat-alat dan mesin, dapat menyebabkan
pendeknya usia alat dan mesin, yang ditandai dengan kerusakan yang dapat menjadi
potensi bahaya bagi pekerja yang menggunakan alat atau mesin tersebut. Contohnya yaitu
pekerja dapat tertusuk, terpotong, terjepit, tergores, terbentur, dan sebagainya.

 Modifikasi dan Perubahan


Tidak disarankan untuk memaksakan masa pakai alat berat melebihi umur
mesin yang ideal. Hal seperti itu sebaiknya dihindari dengan mengganti mesin lama
dengan yang baru atau melakukan perubahan sesuai kebutuhan. Karena memaksakan
fungsi mesin rawan kecelakaan kerja dan kerusakan mesin.
Contohnya :
Kurangnya perencanaan dan perhitungan yang tepat dalam proses modifikasi atau
instalasi pada alat, sumber, bahan, mesin, proses atau aktivitas, serta area kerja
dapat meningkatkan potensi kecelakaan kerja.

 Komunikasi
Untuk meminimalisir kesalahpahaman, komunikasi yang baik harus dijaga.
Melalui komunikasi yang baik, instruksi dapat tersampaikan dengan benar. Jika Anda
tidak mengikuti petunjuk, banyak kesalahan akan muncul di sekitar item.
Contohnya :
Kurangnya antisipasi dan komunikasi dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap suatu
benda atau area yang mengandung bahaya atau jenis bahaya tertentu daoat meningkatkan
potensi bahaya di tempat kerja.
Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya
Hirarki Pengendalian Risiko ini merupakan hal dasar yang harus dipahami oleh
seluruh praktisi keselamatan dan kesehatan kerja karena akan menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan terkait dengan pengendalian risiko kelak. Pengendalian risiko perlu
dilakukan sesudah menentukan prioritas risiko. Metode pengendalian dapat diterapkan
berdasarkan hierarki dan lokasi pengendalian. Hierarki pengendalian merupakan upaya
pengendalian mulai dari efektivitas yang paling tinggi hingga rendah, 
Tujuan hirarki pengendalian risiko adalah untuk menyediakan pendekatan sistematik
guna peningkatan keselamatan dan kesehatan, mengeliminasi bahaya dan mengurangi atau
mengendalikan risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hirarki pengendalian bahaya,
pengendalian yang lebih atas disepakati lebih efektif daripada pengendalian yang lebih
bawah. Kita bisa mengkombinasikan beberapa pengendalian risiko dengan tujuan agar
berhasil dalam mengurangi risiko terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja kepada
level yang serendah mungkin yang dapat dikerjakan dengan pertimbangan (as low as
reasonably practicable).

 Eliminasi
Eliminasi berarti menghilangkan bahaya. Contoh tindakan eliminasi adalah berhenti
menggunakan zat kimia beracun, menerapkan pendekatan ergonomic ketika merencanakan
tempat kerja baru, mengeliminasi pekerjaan yang monoton yang bisa menghilangkan stress
negatif, dan menghilangkan aktifitas forklift dari sebuah area.

 Substitusi
Substitusi berarti mengganti sesuatu yang berbahaya dengan sesuatu yang memiliki
bahaya lebih sedikit. Contoh tindakan substitusi adalah mengganti aduan konsumen dari
telepon ke on line, , menggnti cat dari berbasis solven ke berbasis air, mengganti lantai yang
berbahan licin ke yang tidak licin, dan menurunkan voltase dari sebuah peralatan.
 Rekayasa Teknik, Reorganisasi dari Pekerjaan, atau Keduanya
Tahapan rekayasa teknik dan reorganisasi dari pekerjaan merupakan tahapan untuk
memberikan perlindungan pekerja secara kolektif. Contoh perlindungan dalam rekayasa
teknik dan reorganisasi pekerjaan adalah pemberian pelindung mesin, system ventilasi,
mengurangi bising, perlindungan melawan ketinggian, mengorganisasi pekerjaan untuk
melindungi pekerja dari bahaya bekerja sendiri, jam kerja dan beban kerja yang tidak sehat
 Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi merupakan pengendalian risiko dan bahaya dengan peraturan-
peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat. Contoh pengendalian
administrasi adalah melaksanakan inspeksi keselamatan terhadap peralatan secara periodik,
melaksanakan pelatihan, mengatur keselamatan dan kesehatan kerja pada aktivitas
kontraktor, melaksanakan safety induction, memastikan operator forklift sudah mendapatkan
lisensi yang diwajibkan, menyediakan instruksi kerja untuk melaporkan kecalakaan,
mengganti shift kerja, menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan dan risiko pekerjaan
(missal terkait dengan pendengaran, gangguan pernafasan, gangguan kulit), serta memberikan
instruksi terkait dengan akses kontrol pada sebuah area kerja.
 Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 8 Tahun 2010 adalah
suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Contoh Alat
Pelindung Diri adalah baju, sepatu keselamatan, kacamata keselamatan, perlindungan
pendengaran dan sarung tangan.
CONTOH TINDAKAN DALAM HIRARKI PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA

1. Eliminasi: berhenti menggunakan zat kimia beracun, menerapkan pendekatan


ergonomis ketika merencanakan tempat kerja baru, mengeliminasi pekerjaan yang
monoton yang bisa menghilangkan stress negatif, dan menghilangkan aktifitas forklift
dari sebuah area.
2. Substitusi: mengganti cat dari berbasis solven ke berbasis air, mengganti lantai yang
berbahan licin ke yang tidak licin, dan menurunkan voltase dari sebuah peralatan,
menurunkan tekanan, suhu, dll.
3. Kontrol Teknik/Perancangan: pemberian pelindung mesin, menginstal sistem
ventilasi, mengurangi bising, perlindungan melawan ketinggian, mengorganisasi
pekerjaan untuk melindungi pekerja dari bahaya bekerja sendiri, jam kerja, dan beban
kerja yang tidak sehat.
4. Kontrol Administratif: melaksanakan inspeksi keselamatan terhadap peralatan secara
periodik, melaksanakan pelatihan, mengatur keselamatan dan kesehatan kerja pada
aktivitas kontraktor, melaksanakan safety induction, memastikan operator alat sudah
mendapatkan lisensi, menyediakan instruksi kerja untuk melaporkan kecalakaan,
mengganti shift kerja, menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan dan resiko
pekerjaan (misal terkait dengan pendengaran, gangguan pernafasan, gangguan kulit),
serta memberikan instruksi terkait dengan akses kontrol pada sebuah area kerja.
5. Alat Pelindung Diri: Menggunakan APD sesuai dengan resiko kerja yang timbul,
misalnya baju, sepatu keselamatan, kacamata keselamatan, perlindungan pendengaran
dan sarung tangan.
 Pengertian HAZOPS

HAZOPS atau The Hazard and Operability Study adalah standar teknik


analisis bahaya yang digunakan dalam persiapan penetapan keamanan dalam sistem
baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi bahaya atau masalah
operabilitasnya dan dioperasikan dengan cara yang paling efektif, ekonomis dan tepat
waktu ketika semua pertimbangan dan kendala yang relevan diperhitungkan. HAZOP
dapat digunakan secara bersamaan dalam proses identifikasi bahaya dan juga pada
sistem operasi secara kontinyu.

 Jenis-jenis HAZOP
1. Procedure HAZOP, meninjau kembali urutan operasi dan cara kerja yang
biasanya dinyatakan sebagai opersai pembelajaran SAFOP-SAFe.
2. Process HAZOP, yang di kembangkan untuk menilai sistem proses dan pabrik.
3. Software HAZOP, mengidentifikasi adanya kemungkinan kesalahan-kesalahan
dalam pengembangan perangkat lunak.
4. Human HAZOP, lebih fokus pada kesalahan manusia dari pada kegagalan teknis.

 Tujuan HAZOP

1. Meninjau suatu proses atau operasi pada suatu system secara sistematis, untuk
menentukan apakah proses penyimpangan atau resiko yang dapat mendorong
kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. 
2. HAZOP Study sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dalam tahap perancangan
untuk melihat dampak dari perancangan itu, selain itu untuk melakukan
suatu HAZOP kita membutuhkan gambaran/perencanaan yang lebih lengkap. 
3. HAZOP dilakukan sebagai pemeriksaan akhir ketika perencanaan yang mendetail
telah terselesaikan. Juga dapat dilakukan pada fasilitas yang ada untuk
mengidentifikasi modifikasi yang harus dilakukan untuk mengurangi masalah
resiko dan pengoperasian.
4. Mengidentifikasi masalah potensial operabilitas dan penyebab gangguan
operasional serta kemungkinan penyimpangan pada produk yang mengarah pada
ketidaksesuaian produk

Pembelajaran HazOp untuk mengidentifikasi masalah resiko dan pengoperasian.


Konsepnya meliputi investigasi dari desain tujuan. Dalam proses mengidentifikasi masalah
selama pembelajaran HazOp, pemecahannya terekam sebagai bagian dari hasil HazOp dan
bagaimanapun juga, harus ada kepedulian untuk menghindari percobaan demi menemukan
kenyataan , karena tujuan utama dari HazOp adalah untuk mengidentifikasi masalah. Selain
itu Tujuan dari metode Hazop ialah :

 Mengidentifikasi risiko yang terkait dengan operasi dan pemeliharaan sistem.


 Mengidentifikasi masalah potensial operabilitas dan penyebab gangguan operasional
serta kemungkinan penyimpangan pada produk yang mengarah pada ketidaksesuaian
produk

Jenis-jenis dari metode Hazop ialah :

 Process Hazop, yang di kembangkan untuk menilai system proses dan pabrik.
 Human Hazop, lebih fokus pada kesalahan manusia dari pada kegagalan teknik.
1. Procedure Hazop, meninjau kemabali urutan operasi dan cara kerja yang
biasanya dinyatakan sebagai opersai pembelajaran SAFOP-SAFe.
2. Software Hazop, mengidentifikasi kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam
pengembangan perangk lunak

The “Guide Word” HazOp adalah parameter yang paling memahami masalah HazOp,
dengan kombinasi dari beberapa spesifikasi yang telah dikembangkan. Kekhususan ini akan
didiskusikan sebagai modifikasi dari guide words, tidak untuk ditempatkan sebagai hal yang
tidak berguna daripada pendekatan Guide Word. Tentu saja dalam banyak situasi yang
bervariasi lebih efektif dari pada pendekatan Guide Word.
Adapun beberapa contoh pengabungan antara guideword dengan parameter:
NO FLOW (Tidak mengalir)

 Kesalahan jalur
 Sumbatan
 Pelat yang tidak benar
 Pemasangan katup balik yang tidak sesuai
 Ledakan pipa
 Kebocoran yang besar
 Kerusakan peralatan
 Perbedaan tekanan yang tidak sesuai

MORE FLOW (Kelebihan aliran)

 Peningkatan kapasitas pompa


 Peningkatan tekanan penghisapan
 Pengikisan “delivery head”
 Densitas fluida yang lebih tinggi
 Kebocoran pipa penukar panas
 Sambungan dari system yang saling menyilang
 Kesalahan pengendalian

MORE TEMPERATURE (Kelebihan temperature)

 Kondisi jenuh
 Kerusakan pipa penukar panas
 Terjadi kebakaran
 Kegagalan sistem air pendingin
 Kerusakan pengendali
 Kebakaran internal
REFERENSI

Nurcahyo, H., 2013. “HAZOP (Hazard and Operability Studies ) dalam K3”.


https://hendronurcahyo.wordpress.com/2013/12/16/hazop-hazard-and-operability-
studies-dalam-k3/. Diakses pada 16 November 2020.
Indrajit, Prof. Richardus Eko. 2012. Fenomena Hukum Murphy. E-Artikel Sistem dan
Teknologi Informasi.
Tobing, Rinsan. 2017. Hukum Murphy dalam Kebijakan Penataan Kota ala Ahok.
Kompasiana.

Anda mungkin juga menyukai