PENDAHULUAN
1
Kadang kadang dapat juga kondisi batas secara sengaja dibuat (direkayasa) misalnya
warping dikekang dengan menggunakan pengaku.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tekuk torsi elastis pada baja.
2. Mengetahui tekuk torsi inelastis pada baja.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
bidang yz dapat diuraikan terhadap sumbu x’ y’ dan z’ menjadi komponen-komponennya
yaitu M x’ M y’ dan M z’ . Dengan asumsi deformasi kecil. Maka kelengkungan pada
bidang y’ dan z’ dapat dituliskan menjadi :
9.40
Karena Mc r harus mencapai M P , subtitusikan M P = Z x . f y untuk Mc r
subtitusikan juga C w = I y b2 /4.I y = A.r y 2 serta L adalah panjang bentang tak
terkekang. Berdasarkan AISC Design Guide 31 (2016), perhitungan momen kritis tekuk torsi
lateral balok cellular diperbolehkan menggunakan persamaan yang sama pada spesifikasi
AISC 360-16 Bab F, yaitu Persamaan 1 dengan mengganggap properti penampang balok
cellular sama dengan penampang balok prismatis. Dengan adanya anggapan tersebut, berarti
AISC Design Guide 31 mengabaikan adanya lubang lingkaran pada bagian web yang
sebenarnya mengurangi momen kritis tekuk torsi lateral.
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai tekuk torsi lateral pada balok kastela
dengan bukaan berbentuk heksagon. Pada studi yang telah dilakukan oleh Wakchaure dan
Sagade (2012), dilakukan pemodelan menggunakan metode elemen hingga terhadap balok
kastela dengan bukaan berbentuk heksagon yang bervariasi terhadap tinggi total penampang.
Pada studi tersebut, kekakuan lentur balok kastela menurun seiring dengan meningkatnya
tinggi bukaan dan disimpulkan balok kastela dengan bukaan heksagon memiliki kemampuan
layan yang optimum dengan tinggi bukaan 06 kali tinggi total balok. Studi lainnya dilakukan
oleh Jamadar A. M dan Kumbhar P. D. (2015) untuk memperoleh ukuran bukaan balok
kastela yang optimal terhadap kegagalan kriteria Von-Mises. Bentuk bukaan yang dianalisis
adalah lingkaran dan wajik. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode elemen hingga
4
dengan bantuan perangkat lunak ABAQUS. Struktur balok kastela dengan perletakan
sederhana dibebani beban terpusat pada sepertiga bentang. Diperoleh kesimpulan bahwa
perbandingan tinggi bukaan dengan tinggi total penampang yang menghasilkan struktur
balok kastela yang optimum adalah 0,7 untuk bukaan. bentuk lingkaran dan 0,67 untuk
bukaan bentuk wajik. Showkati (2008) pada studinya telah mengusulkan beberapa persamaan
empiris untuk memprediksi koefisien lentur Cb untuk balok kastela. Hasil analisis yang
diperoleh juga dibandingkan terhadap data dan studi-studi sebelumnya. Berdasarkan studi ini,
diperoleh bahwa kapasitas lentur-elastis balok kastela dan balok berpenampang I yang
prismatis memiliki persentase perbedaan pada rentang 4,9% hingga 8,6%.
Pada studi oleh Tudjono, et al. (2017), dilakukan analisis numerik dan uji eksperimental
terhadap tiga spesimen balok kastela dengan bukaan berbentuk oval, yaitu CB1, CB2 dan
CB3. Balok CB1 dan CB2 adalah balok kastela dengan bukaan oval horizontal yang
memiliki konfigurasi yang sama tetapi dengan lokasi pembebanan yang berbeda. Sedangkan,
bukaan pada CB3 adalah oval vertikal. Balok kastela yang digunakan merupakan modifikasi
dari balok asli prismatis berpenampang IWF 150x75x5x7.
Sebuah kolom baja pendek adalah salah satu yang kelangsingan rasio tidak melebihi 50,
kolom panjang antara baja memiliki rasio kelangsingan berkisar antara 50 sampai 200, dan
didominasi oleh batas kekuatan material, sementara kolom baja yang panjang dapat
diasumsikan memiliki rasio kelangsingan lebih besar dari 200. Sebuah kolom beton pendek
adalah salah satu yang memiliki rasio panjang tidak didukung dengan dimensi terkecil
penampang tidak lebih besar dari 10. Jika rasio lebih besar dari 10, itu adalah kolom panjang
(kadang-kadang disebut sebagai kolom langsing). Kolom kayu dapat diklasifikasikan sebagai
kolom pendek jika rasio panjang terhadap dimensi terkecil penampang sama dengan atau
kurang dari 10. Garis pemisah antara kolom kayu menengah dan panjang tidak dapat segera
dievaluasi. Salah satu cara untuk mendefinisikan batas bawah dari kolom kayu panjang akan
mengaturnya sebagai nilai terkecil dari rasio panjang terhadap luas penampang paling lintas
yang hanya akan melebihi K konstan tertentu dari materi. Karena K tergantung pada modulus
elastisitas dan paralel tegangan yang diijinkan tekan ke gandum, dapat dilihat bahwa batas
sewenang-wenang akan bervariasi dengan jenis kayu. Nilai K diberikan dalam buku panduan
struktural paling.
5
Jika beban pada kolom diterapkan melalui pusat gravitasi dari bagian silang, hal itu
disebut beban aksial. Sebuah beban pada setiap titik lainnya di bagian lintas dikenal sebagai
beban eksentrik. Sebuah kolom pendek di bawah aksi beban aksial akan gagal oleh kompresi
langsung sebelum gesper, tapi kolom panjang dimuat dengan cara yang sama akan gagal oleh
tekuk (bending), efek tekuk menjadi begitu besar bahwa efek dari beban langsung dapat
diabaikan. Kolom menengah panjang akan gagal oleh kombinasi tegangan tekan langsung
dan membungkuk.
Pada 1757, matematikawan Leonhard Euler berasal formula yang memberikan beban
aksial maksimum yang panjang, ramping, kolom yang ideal dapat membawa tanpa tekuk.
Sebuah kolom yang ideal adalah salah satu yang lurus sempurna, homogen, dan bebas dari
stres awal. Beban maksimum, kadang-kadang disebut beban kritis, menyebabkan kolom
berada dalam keadaan kesetimbangan stabil, yaitu, pengenalan gaya lateral sedikit akan
menyebabkan kolom gagal oleh tekuk. Rumus yang diturunkan oleh Euler untuk kolom tanpa
pertimbangan untuk gaya lateral diberikan di bawah ini. Namun, jika kekuatan lateral
dipertimbangkan nilai beban kritis tetap kurang lebih sama.
Dimana :
6
Pada keadaan ini cukup potensial untuk terjadinya torsi lateral inelastis. Meskipun
kekauan torsi tidak terlalu terpengaruh oleh tegangan residu, namun tegangan residu ini
member pengaruh cukup besar terhadap tahanan tekan. Akibat adanya tegangan residu
tahanaan momen elastis maksimum Mr adalah:
Mr = Sx( f y – f r )
Pada umumnya sokongan lateral dipasang pada lokasi yang direncanakan mampu
mencapai momen plastis, M P dan jarak antar sokongan lateral relative pendek.
Dengan mengabaikan kekakuan torsi GJ, maka persamaan 9.37 menjadi:
Karena Mc r harus mencapai M P , subtitusikan M P = Z x . f y untuk Mc r
subtitusikan juga C w = I y b2 /4.I y = A.r y 2 serta L adalah panjang bentang tak
terkekang, maka persamaan dapat dituliskan kembali menjadi:
Untuk dapat mencapai kapasitas rotasi R < 3, SNI 03-1729-2002 (table 8.3-2) mengambil
harga yang lebih rendah, yaitu:
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Balok baja yang mengalami momen lentur, mempunyai gejala instabilitas yang disebut
tekuk torsi lateral. Dalam hal ini perlu dihitung besarnya momen kritis balok tersebut yang
besarnya tergantung pada panjang balok dan distribusi momen lentur. Dalam peraturan
AISC, panjang balok adalah panjang bagian balok diantara tumpuan lateral yang mencegah
balok tersebut mengalami perpindahan keluar bidang lentur. Analisis tekuk torsi lateral
menurut AISC dilakukan dengan meninjau bagian balok diantara dua tumpuan lateral dan
kemudian ujung bagian balok tersebut dianggap tertumpu sederhana tanpa memperhitungkan
adanya bagian balok lain yang tersambung secara kontinu dengan bagian balok yang sedang
ditinjau. Penelitian ini hendak mempelajari pengaruh bagian lain balok tersebut. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode beda hingga. Persamaan diferensial untuk tekuk
torsi lateral telah tersedia diberbagai literature. Penyelesaian dengan metode beda hingga
dilakukan dengan membuat program computer dengan menggunakan bahasa fortran.
Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa bagian balok yangng lain dari yang sedang ditinjau
itu dapat meningkatkan momen kritis secara signifikan.
3.2 Saran
Bila ada bagian balok yang berada di kanan atau kiri maka pengaruh kekakuan bagian
balok di kanan dan di kiri yang ditinjau itu diabaikan. Dalam kenyataannya bagian balok
tersebut ada dan tersambung secara kontinu pada bagian balok yang ditinjau. Kekakuan
balok yang diabaikan ini dapat diduga akan meningkatkan momen kritis balok yang ditinjau.
8
DAFTAR PUSTAKA
Sri Tudjono, Kajian Pengaruh Pengaku Vertikal Terhadap Beban Kritis Tekuk Lateral Torsi
Balok Baja Berprofil I, Desertasi, ITB, Bandung 2005
Vis W. C. dan Gideon, K., 1993, Grafik dan Tabel Perhitungan, Erlangga, Jakarta
Purwono, Rachma, 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Yayasan LPMB, Bandung.