Anda di halaman 1dari 11

Analisi Butir Soal

DOSEN PENGAJAR

Marko A. Lumbang Tobing, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH

Verianto Noventri ACF 118 014

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini dibuat serapi mungkin dengan tujuan untuk memberi
pengetahuan dan pemahaman mengenai “Analisis Butir Soal”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, tidak
lupa kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan penulis adalah setelah pembuatan makalah ini adalah pembaca dapat
menjadikannya sebagai bahan referensi maupun bahan acuan dalam pembuatan laporan.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Palangka Raya, 01 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Analisis Tingkat Kesulitan ............................................................................................................. 2

2.2 Analisis Daya Pembeda ................................................................................................................. 3

2.3 Analisis Validitas ........................................................................................................................... 4

2.4 Analisis Realibitas ......................................................................................................................... 5

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................... 7

3.2 Saran ............................................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses belajar mengajar dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau bersifat
mekanis saja tetapi mempunyai misi atau tujuan bersama. Dalam usaha untuk mencapai
misi dan tujuan itu perlu diketahui apakah usaha yang dilakukan sudah sesuai dengan
tujuan dimana untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai perlu
diadakan tes. Sebuah tes yang dapat baik sebagai alat pengukur harus dianalisis terlebih
dahulu. Dalam menganalisis butir soal dalam tes harus memperhatikan daya serap,
tingkat kesukaran, daya beda, fungsi pengecoh, validitas dan reabilitas. Hal tersebut
dilakukan agar tesyang diberikan kepada siswa sesuai dengan daya serap siswa,
tingkatkesukarannya, dan soal yang diberikan pun harus valid. Sehingga, tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai.
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis
butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar
baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.Analisis item soal terutama dapat
dilakukan untuk tes objektif. Dimana tes objektif merupakan alat evaluasi (hasil belajar
mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian
tidak dapat di analisis, akan tetapi memang dalam menganalisis butir tes uraian belum
ada pedoman secara standar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa dan bagaimana itu analisis tingkat kesulitan?
2. Apa dan bagaimana itu analisis daya pembeda?
3. Apa dan bagaimana itu analisis validitas?
4. Apa dan bagaimana itu analisis reliabilitas?

1.3 Tujuan
1. Memahami apa dan bagaimana itu analisis tingkat kesulitan.
2. Memahami apa dan bagaimana itu analisis daya pembeda.
3. Memahami apa dan bagaimana itu analisis validitas.
4. Memahami apa dan bagaimana itu analisis reliabilitas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Tingkat Kesulitan


Analisis tingkat kesukaran soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya
sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.
Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam
menjawab, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting
dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria
soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar.Tingkat kesukaran soal adalah peluang
untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk indeks.
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui
dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item
tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang
baik apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah
dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Bertitik tolak dari
pernyataan tersebut di atas maka butir-butir item hasil belajar di mana seluruh testee
tidak dapat menjawab dengan betul (karena terlalu sukar) tidak dapat disebut sebagai
item yang baik. Demikian pula sebaliknya, butir-butir item tes hasil belajar dimana
seluruh testee dapat menjawab dengan betul (karena terlalu mudah) juga tidak dapat
dimasukkan dalam kategori item yang baik. Asumsi yang digunakan untuk memperoleh
kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya
keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan
adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional.
Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam
menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar kemampuannya.29 Bermutu
atau tidaknya butir-butir soal tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat
kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masingmasing butir item tersebut.
Butir-butir item dapat dikatakan baik apabila butir-butir tersebut tidak terlalu sukar dan

2
tidak pula terlalu mudah. Maka, apabila seluruh testee tidak dapat menjawab soal dengan
betul, (karena terlalu sukar) tidak dapat disebut sebagai item yang baik. pun apabila
seluruh siwa dapat menjawab dengan betul (karena soal terlalu mudah) juga tidak dapat
dimasukkan dalam kategori yang baik. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir
soal digunakan persamaan :

Keterangan:
P = indeks kesukaran,
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan
Jx = jumlah seluruh siswa peserta tes.

2.2 Analisis Daya Pembeda


Analisis daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan tinggi
(pandai) dengan testee yang berkemampuan rendah (tidak pandai) sehingga sebagian
testee yang berkemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang
menjawab benar, sementara testee yang berkemempuan rendah untuk menjawab item tes
terrsebut sebagian besar tidak dapat menjawab item soal dengan benar. Dengan kata lain,
bahwa analisis daya beda item adalah analisis yang mengungkapkan seberapa besar butir
tes dapat membedakan antara siswa kelompok tinggi dengan siswa kelompok rendah.
Salah satu ciri butir yang baik adalah yang mampu membedakan antara kelompok atas
(yang mampu) dan kelompok bawah (kurang mampu).Ini dianggap sangat penting
karena ada anggapan bahwa kemampuan setiap testee akan berbeda dengan testee yang
lainnya.
Daya pembeda (discriminatory power) item itu dapat diketahui melalui atau dengan
melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Pada dasarnya, daya pembeda ini
dihitung atas dasar pembagian testee ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas (the
higher group) kelompok yang tergolong pandai dan kelompok bawah (the lower group)
kelompok yang tergolong kurang pandai. Ada beberapa cara untuk mengelompokkan
testee, dapat menggunakan median, dapat juga menggunakan hanya 20% dari testee yang
temasuk kelompok atas dan 20% yang termasuk kelompok bawah. Namun pada

3
umumnya, para pakar di bidang evaluasi menggunakan persentase 27% dari testee yang
termasuk kelompok atas dan 27% dari testee yang termasuk kelompok bawah karena
dianggap cukup mampu diandalkan.
Indeks dikriminasi item umumnya diberi lambang D (singkatan ari Discriminatory
Power) yang besarnya berkisar antara 0 sampai dengan 1,00. Akan tetapi indeks
diskriminasi ini dapat bertanda minus (-). Jika sebutir item angka indeks diskriminasinya
= 0,00, maka item tersebut tidak memiliki daya pembeda sama sekali. Jika indeks
diiskriminasi itemnya bertanda negative (minus) maka butir item tersebut lebih banyak
dijawab benar oleh testee dari kelompok bawah daripada testee kelompok atas atau
testee yang sebenarnya termasuk dalam kelompok atas lebih banyak yang menjawab
salah sedangkan testee yang termasuk kelompok bawah lebih banyak yang menjawab
benar. Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini.
1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan
indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik,
direvisi, atau ditolak.
2) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan
kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi
yang diajarkan guru.
Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan :

Keterangan :
DP: Indeks daya pembeda,
BA : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar,
BB : banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar,
JA : banyaknya peserta tes kelompok atas, dan
JB : banyaknya peserta tes kelompok bawah

2.3 Analisis Validitas


Analisis validitas adalah analisis suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan
suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti
memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria.

4
Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan
skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir
soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks
validitasnya. Validitas butir secara statistik dianalisis berdasakan jenis data yang
terkumpul. Data diskrit (misalnya hasil tes obyektif) dihitung dengan korelasi point
biserial sedangkan data kontinu (misalnya hasil tes uraian atau skala sikap) digunakan
korelasi Pearson product – moment. aliditas berasal dari kata validity yang mempunyai
arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan
hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes
yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Validitas tes biasa juga disebut sebagai kesahihan suatu tes adalah mengacu pada
kemampuan suatu tes untuk mengukur karakteristik atau dimensi yang dimaksudkan
untuk diukur. Sedangkan reliabilitas atau biasa juga disebut sebagai kehandalan suatu tes
mengacu pada derajat suatu tes yang mampu mengukur berbagai atribut secara konsisten
(Brennan, 2006). Valid berarti cocok atau sesuai. Suatu tes dikatakan valid, apabila tes
tersebut benar-benar manyasar keapada apa yang dituju. Tes tersebut benar-benar dapat
memberikan keterangan atau gambaran tentang apa yang diinginkan. Jika tes itu bahasa,
maka tes tersebut harus diberikan gambaran tentang kemampuan dan kacakapan anak
dalam hal bahasa, dan bukan manunjukkan gambaran kecakapan anak dalam hal
ekonomi, ilmu bumi dan sebagainya.
Sifat valid diperlihatkan oleh tingginya validitas hasil ukur suatu tes. Suatu alat ukur
yang tidak valid akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau
individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak
dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu
keputusan, maka keputusan itu tentu bukan merupakan suatu keputusan yang tepat.

2.4 Analisis Realibitas


Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif koefisien, maka alat pengukur

5
tersebut reliabel. Analisis reliabilitas mengkaji keajegan (stability) atau ketetapan hasil
tes manakala tes tersebut diujikan kepada siswa yang sama lebih dari satu kali, atau dari
dua perangkat tes yang setara kepada objek yang sama.Tes yang memiliki konsistensi
reliabilitas tinggi adalah akurat, reprodusibel, dan generalized terhadap kesempatan
testing dan instrumen tes lainnya. Berikut ini merupakan empat factor yang
mempengaruhi reliabilitas, yaitu:
1. Panjang tes (Length of Test)
2. Sebaran skor (spread of scores)
3. Tingkat kesukaran (Difficulties Index)
4. Obyektifitas
Menurut perhitungan product Moment ada 3 macam reliabilitas, yaitu:
a). Koefisien stabilitas
Koefisien stabilitas merupakan jenis reliabilitas yang menggunakan teknik test
and retest yaitu memberikan tes kepada sekelompok individu kemudian mengulang
tes yang sama pada kelompok yang sama di waktuyangn berbeda.

b). Koefisien Ekuivalen


Koefisien ekuivalen dilakukan dengan mengkorelasikan tes yang paralel pada
kelompok yang sama waktu yang sama dengan syarat kedua tes tersebut memiliki
criteria, jumlah, isi, corak, tingkat kesukaran, petunjuk pengerjaan dan waktu
pengerjaan yang sama.

c). Koefisien Konsistensi Internal


Koefisien konsistensi internal merupakan reliabilitas yang didapat dari
mengkorelasikan dua buah tes dari kelompok yang sama tetapi diambil dari butir-
butir yang berbeda namun jumlahnya sama (genap dengan ganjil atau acak).

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam suatu evaluasi pembelajaran dibutuhkan juga evaluasi proses penilaian dan
pengukuran siswa. Salah satunya dengan menganalisis kesukaran soal, daya pembeda
dan fungsi distraktor atau pengecoh. Yang mana dalam analisis kesukaran soal sangat
dibutuhkan sekali. Karena untuk mengetahui apakah testee bisa mengerjakan soal yang
diberikan atau justru soal yang diberikan terlalu mudah bahkan terlalu sukar. Karena
proprsi dalam kesukaran soal paling tidak terdiri dari 25% sukar, 50% sedang dan 25%
mudah. Yang mana dengan porsi yang sudah diatur bagi testee pandai maupun tidak
pandai mudah mengerjakan soal atau tidak merasa kesulitan. Begitupula dibutuhkannya
daya pembeda khususnya dalam soal multiple choice, sangat berarti yang mana dari sini
bisa diketahui mana anak yang pandai dan tidak. Dan ditambah dengan distaktor atau
pengecoh jawaban pada soal multiple choice. Yang berfungsi sebagai alat yang dapat
menggambarkan apakah butir soal yang dibuat baik atau gagal. Dalam keseluruhannya,
analisis soal-soal pada sebuah tes sangat diperlukan guna untuk mengadakan identifikasi
soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan menganalisis soal akan
diperoleh informasi tentang kejelakan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan
perbaikan dalam pembelajaran. Dan sebagai acuan para pendidik untuk terus menilai dan
mengukur hasil belajar para siswa dengan baik dan adil.

3.2 Saran
Ketika kita menjadi pengajar dan pendidik, sebaiknya dalam penyusunaninstrument
tes, seperti soal tes hendaknya disesuaikan dengan kriteria penyusunan soal yang baik dan
benar. Dimana, tingkat kesukarannyadiperhatikan, daya pembeda disesuaikan, pengecoh
soal berfungsi dengan baik.Dan juga ketika diuji dengan validitas maupun realibilitas
sesuai dengankualitas dan metode pembelajaran yang menjunjung tinggi cita-cita
guruIndonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

7
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknil Evaluasi Pembelajaran.
Sudjiono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2016. Sulistyorini,
Evaluasi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009.
Kependidikan, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bahasa. 2009

Anda mungkin juga menyukai