Anda di halaman 1dari 13

Tanah Gambut

DOSEN PENGAJAR

Whendy Trissan, ST., M.Sc

DISUSUN OLEH

Verianto Noventri ACF 118 014

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberi pengetahuan dan
pemahaman mengenai “Tanah Gambut”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, tidak
lupa kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan penulis adalah setelah pembuatan makalah ini adalah pembaca dapat
menjadikannya sebagai bahan referensi maupun bahan acuan dalam pembuatan laporan.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Palangka Raya, 12 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Tanah Gambut .............................................................................................................................. 3

2.2 Karakteristik Tanah Gambut ......................................................................................................... 4

2.3 Sifat-sifat Fisika Tanah Gambut .................................................................................................... 5

2.4 Sifat-sifat Kimia Tanah Gambut .................................................................................................... 6

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 9

3.2 Saran ........................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahan gambut merupakan suatu bentang lahan yang tersusun dari hasil dekomposisi
bahan organik yang tidak sempurna dari vegetasi pepohonan yang tergenang air
sehingga kondisinya anaerob. Peran gambut terhadap lingkungan sangat vital, salah
satunya sebagai lahan yang mampu menyimpan karbon dalam jangka waktu yang lama.
Indonesia diklaim sebagai salah satu negara penyumbang cadangan karbon terbesar
didunia. Hal ini dibuktikan dengan 10.8% dari total keseluruhan luas dataran di
Indonesia atau sekitar 20.6 juta ha terdiri atas lahan gambut. Penyumbang luas lahan
gambut terbesar di Indonesia adalah pulau Sumatra dan pulau Kalimantan, yaitu sekitar
7.2 juta ha atau 35% terdapat di Pulau Sumatra dan 5.76 juta ha atau 27.8% terdapat di
Kalimantan.
Faktor penyumbang cadangan karbon pada lahan gambut adalah akumulasi dari
bahan organik tanah yang berasal dari sisa makhluk hidup seperti kumpulan sisa ranting
kayu, daun, dan jaringan tumbuhan yang telah mengalami pelapukan, baik sebagian
maupun seluruhnya yang terkumpul didalam kondisi tanah yang jenuh air sehingga
mempengaruhi ketebalan gambut mencapai ketebalan 50 cm atau lebih. Dengan
perbedaan nilai yang terdapat pada ketebalan dan, bobot isi, %C–organik, luas gambut
dan vegetasi yang tumbuh diatasnya (biomassa) menjadi faktor penentu dalam
menghitung cadangan karbon pada lahan gambut.
Dalam kondisi alami cadangan karbon pada lahan gambut relatif stabil. Ketebalan
gambut bisa bertambah hingga mencapai 3 mm/tahun. Jika kondisi alami tersebut
terganggu, maka akan terjadi percepatan proses pelapukan (dekomposisi), sehingga
karbon yang tersimpan didalam lahan gambut akan teremisi membentuk gas rumah kaca
terutama gas CO2, sebagai dampak dari dilakukannya proses drainase yang selalu
menyertai proses penggunaan lahan pada tanah gambut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu tanah gambut dan bagaimana pembentukannya?
2. Apa saja karakteristik tanah gambut?
3. Bagaimana sifat-sifat fisika tanah gambut?
4. Bagaimana sifat-sifat kimia tanah gambut?

1
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian tanah gambut dan proses pembentukannya.
2. Mengetahui karakteristik yang ada pada tanah gambut.
3. Mengetahui sifat-sifat fisika yang terdapat pada tanah gambut.
4. Mengetahui sifat-sifat kimia yang terdapat pada tanah gambut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanah Gambut

Tanah gambut adalah tanah yang secara dominan tersusun dari sisa-sisa jaringan
tumbuhan. Tanah gambut terbentuk karena laju penumpukan bahan organik jauh lebih
besar dar~pada proses dekomposisinya, sehingga bahan organik berakumulasi makin
tebal sampai suatu saat mengalami keseimbangan dengan lingkungan sekitarnya. Secara
umum, gambut terbentuk di dataran rawa, berupa aluvium yang diendapkan pada suatu
kawasan yang lingkungannya bersifat salin. atau payau, yang biasanya berada dl laut
dangkal. Bahan induk ini kaya akan sulfur karena bercampur pada 'keadaan salin atau
payau, baik yang berasal dari bahan mineralnya maupun dari bahan organiknya. Adanya
proses kimia, fisika, serta biologis menyebabkan tanah-tanah yang terbentuk
mengandung pirit. Kandungan pirit ini berbahaya, bagi tanaman apabila teroksidasi,
tetapi tidak berbahaya dalam keadaan reduksi, yaitu berada di bawah muka air.
Tanah gambut dapat terbentuk di daerah rawa pasang surut maupun di daerah
pedalaman yang tidak dipengaruhi oleh air pasang surut. Di daerah rawa yang selalu
tergenang air proses penimbunan bahan organik lebih cepat daripada proses
dekomposisinya, karena itu terjadi akumulasi bahan organik. Tidak seperti ekosistem
lainnya, tanaman/hewan yang mati di lahan gambut tetap berada dalam lahan gambut
tanpa mengalami pembusukan sampai ratusan bahkan ribuan tahun. Ini terjadi karena
kondisi air yang selalu menggenang, dimana terjadi kekurangan oksigen yang
menyebabkan terhambatnya mikroorganisme untuk melakukan pembusukan
tanaman/hewan yang sudah mati secara cepat. Hal tersebut menyebabkan materi organik
di lahan gambut mudah di identifikasi. Pembentukan gambut merupakan proses yang
sangat lambat dan hal ini memerlukan waktu sekitar 10 tahun untuk membentuk 1 cm
gambut. Dalam klasifikasi tanah (soil taxonomy), tanah gambut dikelompokkan kedalam
ordo histosol (histos = jaringan) atau sebelumnya dinamakan organosol yang mempunyai
ciri dan sifat yang berbeda dengan jenis tanah mineral umumnya. Tanah gambut
mempunyai sifat beragam karena perbedaan bahan asal, proses pembentukan, dan
lingkungannya.
Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah
lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat

3
oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya
tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah gambut merupakan proses
geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan tranportasi,
berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang pada umumnya merupakan
proses pedogenik.
Proses pembentukan gambut dimulai dari adanya danau dangkal yang secara
perlahan ditumbuhi oleh tanaman air dan vegetasi lahan basah. Tanaman yang mati dan
melapuk secara bertahap membentuk lapisan yang kemudian menjadi lapisan transisi
antara lapisan gambut dengan lapisan di bawahnya berupa tanah mineral. Tanaman
berikutnya tumbuh pada bagian yang lebih tengah dari danau dangkal ini dan secara
membentuk lapisan-lapisan gambut sehingga danau tersebut menjadi penuh. Bagian
gambut yang tumbuh mengisi danau dangkal tersebut disebut dengan gambut topogen
karena proses pembentukannya disebabkan oleh topografi daerah cekungan. Gambut
topogen biasanya relatif subur (eutrofik) karena adanya pengaruh tanah mineral. Bahkan
pada waktu tertentu, misalnya jika ada banjir besar, terjadi pengkayaan mineral yang
menambah kesuburan gambut tersebut. Tanaman tertentu masih dapat tumbuh subur di
atas gambut topogen. Hasil pelapukannya membentuk lapisan gambut baru yang lama
kelamaan membentuk kubah (dome) gambut yang permukaannya cembung. Gambut
yang tumbuh di atas gambut topogen dikenal dengan gambut ombrogen, yang
pembentukannya ditentukan oleh air hujan. Gambut ombrogen lebih rendah
kesuburannya dibandingkan dengan gambut topogen karena hampir tidak ada
pengkayaan mineral.

2.2 Karakteristik Tanah Gambut

Berdasarkan proses awal pembentukannya karakteristik gambut sangat ditentukan


oleh unsur dan faktor berikut :
1. Jenis tumbuhan (evolusi pertumbuhan flora), seperti lumut (moss), rumput
(herbaceous) dan kayu (wood)
2. Proses humifikasi (suhu/iklim)
3. Lingkungan pengendapan (paleogeografi)
Semua sebaran endapan gambut berada pada kelompok sedimen alluvium rawa
zaman kuarter Holosen. Lokasi gambut umumnya berada dekat pantai hingga puluhan
kilometer ke pedalaman. Endapan gambut terdapat di atas permukaan bumi, sehingga

4
endapan gambut dapat dikenal dan dibedakan secara megaskopis di lapangan. Salah satu
cara mengenal endapan gambut secara megaskopis adalah berdasarkan ciri sifat fisiknya
yang sangat lunak menyerupai tanah, lumpur atau humus yang berasal dari gabungan
bagian tumbuhan yang sudah membusuk seperti daun, batang, ranting dan akar. Tingkat
pembusukan tumbuhan umumnya ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan
biotik maupun abiotik. Faktor biotik seperti mikroba tanah yang bersifat aerob maupun
anaerob yang berguna untuk mendekomposisi bahan-bahan organik (lignin, selulosa, kitin,
asam humik dan lain-lain) menjadi mineral tanah.

2.3 Sifat-sifat Fisika Tanah Gambut

Sifat fisika tanah gambut yang penting dalam pemanfaatannya untuk pertanian
meliputi kadar air, berat isi (bulk density, BD), daya menahan beban (bearing capacity),
subsiden (penurunan permukaan) dan mengering tidak balik (irriversible drying). Kadar
air tanah gambut berkisar 100 – 1.300% dari berat keringnya, artinya bahwa gambut
mampu menyerap air sampai 13 kali bobotnya, sehingga gambut dikatakan bersifat
hidrofilik. Kadar air yang tinggi menyebabkan BD menjadi rendah, gambut menjadi
lembek dan daya menahan bebannya rendah. BD tanah gambut lapisan atas bervariasi
antara 0,1-0,2 g/cm3 tergantung pada tingkat dekomposisinya. Gambut fibrik yang
umumnya berada di lapisan bawah memiliki BD kurang dari 0,1 g/cm3 , tapi gambut
pantai dan gambut di jalur aliran sungai bisa memiliki BD > 0,2 g/cm3 , karena adanya
pengaruh tanah mineral. Volume gambut akan menyusut bila lahan gambut didrainase,
sehingga terjadi penurunan permukaan tanah (subsiden). Selain karena pemadatan
gambut, subsiden juga terjadi karena adanya proses dekomposisi dan erosi. Dalam 2
tahun pertama setelah gambut di drainase, laju subsiden bisa mencapai 50 cm/tahun.
Pada tahun berikutnya laju subsiden sekitar 2–6 cm/tahun tergantung kematangan
gambut dan kedalaman saluran drainase.
Rendahnya BD gambut menyebabkan daya menahan atau menyangga beban
(bearing capacity) menjadi sangat rendah. Hal ini menyulitkan beroperasinya peralatan
mekanisasi karena tanahnya yang empuk. Gambut juga tidak bisa menahan pokok
tanaman tahunan untuk berdiri tegak. Tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit
atau kelapa seringkali doyong atau bahkan roboh. Sifat fisik tanah gambut lainnya
adalah sifat mengering tidak balik, yaitu sifat fisik tanah gambut mengering tidak balik
yang tidak bisa menyerap air bila dibasahi sehingga mudah hanyut dibawa aliran air dan

5
mudah terbakar dalam kondisi kering. Sifat kering tidak balik menyebabkan hilangnya
fungsi kimia gambut sebagai koloid/tempat pertukaran kation, sehingga gambut tersebut
tidak dapat berfungsi lagi sebagai media tanam. BD gambut umumnya rendah dan
tergantung tingkat dekomposisi gambut. BD gambut fibrik kurang dari 0,1 g/cm3 dan
gambut saprik berkisar 0,2 g/cm3 bila dibandingkan dengan tanah mineral umumnya
mempunyai BD 1,2 g/cm 3 , sehingga kandungan unsur hara tanah gambut persatuan
volume sangat rendah.

2.4 Sifat-sifat Kimia Tanah Gambut

Tanah gambut terbentuk dari timbunan bahan organik, sehingga kandungan karbon
pada tanah gambut sangat besar. Fraksi organik tanah gambut di Indonesia lebih dari
95%, kurang dari 5% sisanya adalah fraksi anorganik. Karakteristik kimia tanah gambut
di Indonesia sangat beragam dan ditentukan oleh kandungan mineral, ketebalan, jenis
tanaman penyusun gambut, jenis mineral pada substratum (di dasar gambut) dan tingkat
dekomposisi gambut. Gambut yang ada di Sumatera dan Kalimantan umumnya
didominasi oleh bahan kayu-kayuan. Oleh karena itu komposisi bahan organiknya
sebagian besar adalah lignin yang umumnya melebihi 60% dari bahan kering, sedangkan
kandungan komponen lainnya seperti selulosa, hemiselulosa dan protein umumnya tidak
melebihi 11% (Najiyati et al., 2004). Sifat kimia tanah gambut terdiri dari :
a. Kemasaman Tanah
Gambut merupakan timbunan – timbunan tanaman atau bahan organik yang
telah terdekomposisi secara tidak sempurna yang kandungan unsur haranya rendah
dan pH rendah sekali atau asam sekali. Tanah gambut di Indonesia sebagian besar
bereaksi masam hingga sangat masam dengan pH 3 – 5. Tingkat kemasaman tanah
gambut berhubungan erat dengan kandungan asam-asam organik, yaitu asam humat
dan asam fulvat. Bahan organik yang telah mengalami dekomposisi mempunyai
gugus reaktif karboksil dan fenol yang bersifat sebagai asam lemah, diperkirakan 85-
95% sumber kemasaman tanah gambut disebabkan karena kedua gugus karboksil dan
fenol tersebut.
Kemasaman tanah gambut cenderung menurun seiring dengan kedalaman
gambut. Pada lapisan atas pada gambut dangkal cenderung mempunyai pH lebih
tinggi dari gambut tebal. Pengapuran tanah gambut dengan tujuan meningkatkan pH
tidak terlalu efektif karena kadar Al gambut yang rendah. Umumnya pH gambut

6
pantai lebih tinggi dan tanahnya lebih subur dibandingkan dengan gambut pedalaman
karena adanya pengayaan basa-basa dari air pasang surut.

b. Unsur Hara Mikro


Tanah gambut juga mengandung unsur mikro yang sangat rendah dan diikat
cukup kuat (khelat) oleh bahan organik sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Selain
itu adanya kondisi reduksi yang kuat menyebabkan unsur mikro direduksi ke bentuk
yang tidak dapat diserap tanaman. Unsur mikro juga diikat kuat oleh ligan organik
membentuk khelat sehingga mengakibatkan unsur mikro menjadi tidak tersedia bagi
tanaman. Gejala defisiensi unsur mikro sering tampak jelas pada gambut ombrogen
seperti tanaman padi dan kacang tanah yang steril. Kandungan unsur mikro pada
tanah gambut dapat ditingkatkan dengan menambahkan tanah mineral atau
menambahkan pupuk mikro.

c. Kapasitas Tukar Kation


Nilai kapasitas tukar kation tanah gambut umumnya sangat tinggi (90-200
cmol/kg). Hal ini disebabkan oleh muatan negatif bergantung pH yang sebagian besar
dari gugus karboksil dan gugus hidroksil dari fenol. Tanah gambut di Indonesia,
terutama tanah gambut ombrogen mempunyai komposisi vegetasi penyusun gambut
didominasi dari bahan kayu-kayuan. Bahan kayu-kayuan umumnya banyak
mengandung senyawa lignin yang dalam proses degradasinya akan menghasilkan
asam-asam fenolat. Muatan negatif (yang menentukan KTK) pada tanah gambut
seluruhnya adalah muatan yang tergantung pH (pH dependent charge), di mana KTK
akan naik bila pH gambut ditingkatkan. Muatan negatif yang terbentuk adalah hasil
disosiasi hidroksil pada gugus karboksilat atau fenol. KTK tinggi menunjukkan
kapasitas jerapan (sorption capacity) gambut tinggi, namun kekuatan jerapan (sorption
power) lemah, sehingga kation-kation K, Ca, Mg, dan Na yang tidak membentuk
ikatan koordinasi akan mudah tercuci.

d. Status Hara
Tanah gambut memiliki tingkat kesuburan rendah, karena kandungan unsur
haranya rendah dan mengandung beragam asam-asam organik yang sebagian bersifat
racun bagi tanaman. Namun demikian asam-asam tersebut merupakan bagian aktif

7
dari tanah, yang menentukan kemampuan gambut untuk menahan unsur hara. Tingkat
kesuburan tanah gambut tergantung pada beberapa faktor :
(a) ketebalan lapisan tanah gambut dan tingkat dekomposisi
(b) komposisi tanaman penyusun gambut
(c) tanah mineral yang berada dibawah lapisan tanah gambut.
Secara alami status hara tanah gambut tergolong rendah, baik hara makro
maupun mikro. Kandungan unsur hara gambut sangat ditentukan oleh lingkungan
pembentukannya Gambut subur yang tergolong eutrofik di Indonesia hanya sedikit
dan umumnya tersebar di daerah pantai dan di sepanjang jalur aliran sungai. Gambut
yang terbentuk dekat pantai pada umumnya gambut topogen yang lebih subur,
dibandingkan gambut pedalaman yang umumnya tergolong ombrogen.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tanah gambut (Histosol) sifatnya bermacam macam tergantung dari jenis vegetasi
yang menjadi tanah gambut tersebut. Tanah – tanah gambut yang terlalu tebal ( lebih dari
1,5 – 2 m) umumnya tidak subur karena vegetasi yang membusuk menjadi tanah gambut
tersebut terdiri dari vegetasi yang miskin unsur hara. Tanah gambut yang subur
umumnya yang tebalnya antara 30 – 100 cm. Umumnya suatu kawasan lahan
gambut/tanah gambut yang lapisan tanahnya tersusun oleh bahan organik dengan kondisi
anorganik yang memiliki kandungan karbon organik sekitar 18% dan tebalnya lebih dari
50 cm.
Lingkungan tersebut membentuk sebuah ekosistem atau disebut ekosistem
gambut, yaitu tananan unsur gambut yang membentuk satu kesatuan utuh dan saling
mempengaruhi meliputi keseimbangan, stabilitas, serta produktivitasnya. Oleh karena
itu, lahan gambut memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan jenis
sumber daya lahan lainnya.

3.2 Saran
Dalam mempertahankan sumber daya gambut untuk pertanian pengendalian tata
air gambut sangat penting, ketinggian air tanah harus disesuaikan dengan kebutuhan dari
rhizospher tanaman. Semakin dalam jangkauan perakaran tanaman maka permukaan air
tanah semakin dalam pula. Perlunya kesadaran bahwa gambut merupakan media tanam
yang harus dilestarikan dan juga pembakaran yang berlebihan pada waktu pembukaan
lahan sedapat mungkin dihindari.

9
DAFTAR PUSTAKA

H.A.Wicaksono, Ham im ,A.Munawar, Kajian karakteristika lahan garnbut di Bengkulu,


1993.
Sabiham, S. 2006. Pengelolaan Lahan Gambut Indonesia Berbasis Keunikan Ekosistem.
Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Pengelolaan Tanah. Fakultas Pertanian IPB Bogor, 16
September 2009.
S.Triutomo, Karakteristik dan potensi lahan gambut di daerah Kateman, Riau, 1993.
Endah, N. 2002. Tinjauan Teknis Tanah Gambut Dan Prospek PengembanganLahan Gambut
Yang Berkelanjutan.
Mario, M.D. 2002. Peningkatan Produktivitas dan Stabilitas Tanah Gambut dengan
Pemberian Tanah Mineral yang Diperkaya oleh Bahan Berkadar Besi Tinggi. Disertasi
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

10

Anda mungkin juga menyukai