Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisamenyelesaikan makalah mata
kuliah “Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan”. Sholawat serta salam kita
sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca dan penulis. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 24 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gambut ........................................................................................................... 3
2.2 Sejarah Terbentuknya Gambut ........................................................................................ 4
2.3 Persebaran Lahan Gambut ............................................................................................... 5
2.4 Indikator dan Ekosistem Lahan Gambut .......................................................................... 6
2.5 Pengertian Tanah Gambut ................................................................................................ 6
2.6 Ciri – ciri Tanah Gambut ................................................................................................. 7
2.7 Proses Pembentukan Tanah Gambut ............................................................................... 8
2.8 Pengertian Air Gambut .................................................................................................... 9
2.9 Proses Pengolahan Air Gambut ..................................................................................... 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 16
3.2 Saran .............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17
1. GAMBUT
1.1 Umum
Kata Gambut diambil dari kosa kata Suku Melayu Banjar yang tinggal di Kalimantan
Selatan. Di Kalimantan Selatan pun terdapat salah satu kecamatan bernama ” Kecamatan
Gambut” yang terletak 15 km dari Kota Banjarmasin. Wilayah kecamatan gambut ini
dikenal mempunyai hamparan gambut yang cukup luas yang dibuka sejak tahun 1920-
an.
Masing-masing daerah mempunyai sebutan tersendiri untuk gambut, antara lain
disebut: tanah hitam (Jawa), tanah rawang/tanah payo (Riau dan Jambi), ambul
(Kalimantan Selatan) dan sepuk (Kalimantan Barat). Sedangkan dalam istilah
internasional, lahan gambut memeliki beberapa sebutan diantaranya:
 Bog, lahan rawa yang ditutupi gambut yang tidak memiliki aliran air masuk
maupun keluar secara nyata yang bisa mendukung proses “acidophilic mosses”.
 Fen, lahan rawa yang ditutupi gambut yang menerima limpasan air drainase dari
tanah mineral disekitarnya dan biasanya mendukung kondisi pertumbuhan
vegetasi rawa.
 Mire, istilah umum untuk lahan rawa yang tertutup oleh gambut (European
definition).
 Moor, “high moor” adalah bog yang berbentuk kubah dan “low moor” adalah
lahan gambut berbentuk cekungan/ bagian depresi yang permukaannya tidak
melebihi tepinya.
 Peatland, istilah umum untuk lahan rawa yang ditutupi oleh sisa tanaman yang
sebagian telah melapuk/terdekomposisi.
1.2 Definisi/ Pengertian
Menurut Sarwono H dan Abdullah, 1989 bahwa gambut terbentuk dari timbunan
sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan
terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau
kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota
pengurai. Sedangkan menurut Badan Standarisasi Nasional (SNI No. 7925:2013)
menyatakan lahan gambut adalah lahan dengan tanah jenuh air, terbentuk dari endapan
yang berasal dari penumpukan sisa-sisa (residu) jaringan tumbuhan masa lampau yang
melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam Peraturan Pemerintahan tahun 2014
tentang Perlindungan dan Pengelolahan Ekosistem Gambut, Gambut adalah material
organik yang terbentuk secara alami dari sisa-sisa tumbuhan yang sebagian telah
terdekomposisi dan terakumulasi pada rawa dan genangan air.
Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah
lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat
oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya
tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah gambut merupakan proses
geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan tranportasi,
berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang pada umumnya merupakan
proses pedogenik (Hardjowigeno, 1986).
Pembentukan gambut diduga terjadi antara 5.000-10.000 tahun yang lalu (pada
periode Holosin) dan gambut di Indonesia terjadi antara 4.200-6.800 tahun yang lalu
(Andriesse, 1994). Gambut di Serawak yang berada di dasar kubah terbentuk 4.300 tahun
yang lalu (Tie and Esterle, 1991), sedangkan gambut di Muara Kaman Kalimantan Timur
umurnya antara 3.850-4.400 tahun (Diemont and Pons, 1991).

1.3 Sejarah Terbentuknya Lahan Gambut


Tanah gambut terdiri dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut dan binatang yang
telah mati baik yang sudah lapuk maupun belum. Tanah gambut biasanya terbentuk di
lingkungan yang basah. Proses dekomposisi di tanah gambut terhambat karena kondisi
anaerob yang menyebabkan sedikitnya jumlah organisme pengurai. Lapisan-lapisan
tanah gambut terbentuk dalam jangka waktu yang panjang yaitu sekitar 10.000-5.000
tahun yang lalu. Hutan gambut di Indonesia diduga terbentuk sejak 6.800-4.200 tahun.
Semakin dalam tanah gambut semakin tua umurnya. Laju pembentukan tanah gambut
berkisar 0-3 mm per tahun.
Proses pembentukan gambut dimulai dari danau yang dangkal yang ditumbuhi
tanaman air dan vegetasi lahan basah lainnya. Tumbuhan air yang mati kemudian
melapuk dan membentuk lapisan organik di dasar danau. Lapisan demi lapisan terbentuk
di atas tanah mineral di dasar danau, lama kelamaan danau menjadi penuh dan
terbentuklah lapisan gambut. Lapisan gambut yang memenuhi danau tersebut disebut
gambut topogen.
Tumbuhan masih bisa tumbuh dengan subur di atas tanah gambut topogen. Hasil
pelapukan tumbuhan tersebut akan membentuk lapisan baru yang lebih tinggi dari
permukaan air danau semula. Membentuk lapisan gambut yang cembung seperti kubah.
Tanah gambut yang tumbuh di atas gambut topogen adalah gambut ombrogen. Jenis
tanah gambut ini lebih rendah kesuburannya dibanding gambut topogen.
Pembentukannya lebih ditentukan oleh air hujan yang mempunyai efek
pencucian (bleaching) sehingga miskin mineral.

1.4 Persebaran Lahan Gambut


Asia Tenggara merupakan tempat lahan gambut tropis terluas, sekitar 60%
gambut tropis atau sekitar 27 juta hektar terletak di kawasan ini. Lahan gambut di Asia
Tenggara meliputi 12% total luas daratannya. Sekitar 83% masuk dalam wilayah
Indonesia, yang sebagian besar tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Lahan gambut di Indonesia mempunyai ketebalan 1 hingga 12 meter, bahkan di tempat
tertentu bisa mencapai 20 meter.
Menurut Subagjo, 1998, Pakar gambut di Pusat Penelitian Tanah Bogor,
menyatakan bahwa lahan gambut Indonesia secara alami berada di kawasan hutan rawa
gambut, di wilayah yang luas terdapat di 3 pulau besar, yaitu Sumatera, Kalimantan dan
Papua yang dapat dilihat pada gambar berikut.
1.5 Indikator dan Ekosistem Lahan Gambut
 Bahan asal gambut tropikal berupa pohon berkayu (heterogen). Bahan asal
gambut tropikal yang cenderung tidak subur karena didominasi oleh bahan lignin
(Istomo, 2019).
 Ekosistem Lahan Gambut, Soil Survey Staff, 1998 mengatakan bahwa ekosistem
lahan gambut cenderung tergenang air dalam periode waktu yang lama (jenuh air
selama 30 hari atau lebih disetiap tahunnya). Ekosistem lahan gambut memiliki
topografi datar dan cekungan serta umumnya terdapat diantara 2 sungai besar:
rawa belakang sungai (backswamp) dan rawa belakang pantai (swalle). Rata-rata
memiliki iklim/curah hujan >2.000 mm/tahun.

2. TANAH GAMBUT
2.1 Pengertian Tanah Gambut
Tanah gambut adalah tanah-tanah jenuh air yang tersusun dari bahan tanah
organik, yaitu sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan
lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi baru (Taksonomi Tanah), tanah gambut
disebut Histosols (histos = tissue = jaringan). Dalam system klasifikasi lama, tanah
gambut disebut dengan Organosols yaitu tanah yang tersusun dari bahan tanah organik.
Menurut Soil Survey Staff (1998). Histosols adalah tanah yang:
1) Tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60 persen atau lebih ketebalan di antara
permukaan tanah dan kedalaman 60 cm, atau di antara permukaan tanah dan kontak
densik, litik, atau paralitik, atau duripan, apabila lebih dangkal; dan
2) Memiliki bahan tanah organik yang memenuhi satu atau lebih sifat
berikut :
a) Terletak di atas bahan-bahan sinderi, fragmental, atau batuapung dan/atau mengisi
celah-celah diantara batu-batuan tersebut (bahan-bahan yang memiliki rongga-
rongga lebih dari 10 persen, tetapi terisi dengan bahan tanah organik, dianggap
sebagai bahan tanah organik), dan langsung dibawah bahanbahan tersebut terdapat
kontak densik, litik atau paralitik; atau
b) Apabila ditambah dengan bahan-bahan sinderi, fragmental, atau batu apung yang
berada dibawahnya, maka total ketebalannya sebesar 40 cm atau lebih, di antara
permukaan tanah dan kedalaman 50 cm; atau
c) Menyusun dua pertiga atau lebih ketebalan total tanah sampai ke kontak densik,
litik atau paralitik, dan tidak mempunyai horison mineral atau memiliki horison
mineral dengan ketebalan total 10 cm atau kurang; atau
d) Jenuh air selama 30 hari atau lebih, tiap tahun pada tahun-tahun normal (atau telah
di drainase) mempunyai batas atas di dalam 40 cm dari permukaan tanah, dan
memiliki ketebalan total salah satu dari berikut ini:
 Apabila tiga perempat bagian volumenya atau lebih terdiri dari serat-serat
lumut, atau apabila berat jenisnya, lembab, sebesar kurang dari 0,1 g/cm3 ,
mempunyai ketebalan 60 cm atau lebih atau
 Apabila terdiri dari bahan saprik atau hemik atau bahan fibrik yang kurang
dari tiga perempat (berdasarkan volume) terdiri dari serat-serat lumut dan berat
jenisnya, lembab sebesar 0,1 g/cm3 atau mempunyai ketebalan 40 cm atau
lebih.
Soil Survey Staff, (1998) memberikan batasan mengenai bahan tanah organik
sebagai berikut :
 Mengandung 18 persen atau lebih C-organik (atau >31 persen bahan organik), bila
bagian mineralnya mengandung fraksi liat 60% atau lebih; atau
 Mengandung 12 persen atau lebih C-organik (atau >21 persen bahan organik), apabila
bagian mineralnya tidak mengandung fraksi liat (liat = 0 persen); atau
 Jika kandungan liatnya antara 0-60 persen, maka kandungan C organik terdapat
diantara 12-18 persen.
Dalam kenyataannya, tanah gambut tidak semuanya mengandung 100 % bahan
tanah organik, tetapi sebagian tercampur dengan bahan tanah mineral.

2.2 Ciri-ciri Tanah Gambut


Beberapa ciri yang dimiliki oleh tanah gambut antara lain sebagai berikut:
 Merupakan tanah basah atau banyak terdapat pada lahan basa.
 Memiliki warna gelap.
 Memiliki sifat asam yang tinggi
 Kurang subur
 Lembek atau lunak
 Banyak terbentuk di wilayah rawa
2.3 Proses Pembentukan Tanah Gambut
Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan sehingga
memiliki kadar bahan organik yang sangat tinggi. Tanah ini berkembang terutama di
daerah dalam kondisi anaerob (tergenang). Tanah gambut pada umumnya memiliki
tingkat kemasaman yang sangat tinggi sebagai akibat tingginya kandungan asam organik.
Nilai pH tanahnya berkisar antara 3—5. Kadar nitrogen sangat rendah dibanding kadar
karbon, hingga nilai perbandingan C/N menjadi sangat tinggi, yang menunjukkan sangat
lambatnya proses pelapukan berlangsung.
Timbunan ini meliputi yang sudah lapuk ataupun yang belum lapuk sekalipun.
Lama-kelamaan memang timbunan terus bertambah, akibat proses dekomposisi yang
sudah terhambat oleh kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan tingkat
perkembangan biota pengurai menjadi rendah. Proses pembentukan tanah gambut
dikenal dengan nama geogenik. Proses geogenik adalah pembentukan tanah mineral.
Berdasarkan tingkat kesuburannya pun gambut dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
Berikut penjelasannya.
a) Gambut eutrofik, jenis gambut yang paling subur dikarenakan kaya bahan mineral,
basa, beserta unsur hara yang lainnya. Gambut ini biasanya tipis, tetapi dipengaruhi
oleh sedimen sungai ataupun laut.
b) Gambut mesotrofik, jenis gambut ini berada di urutan kedua. Gambut ini sedikit
subur, dikarenakan kandungan basa beserta mineral pun relatif sedang.
c) Gambut oligotrofik, gambut ini sama sekali tidak memiliki kesuburan dikarenakan
miskin sekali kandungan mineral ataupun basa. Bagian ini tebal dan sangat jauh dari
pengaruh lumpur.

Berikut penjelasan proses terbentuknya tanah gambut.


1) Proses pembentukan tanah gambut biasanya berasal dari danau yang dangkal dan
ditumbuhi tanaman air.
2) Tanaman yang berada di danau lambat laun akan mati, dan kemudian semakin lama
semakin melapuk secara bertahap.
3) Lapisan bertahap kemudian akan menjadi lapisan transisi antara lapisan gambut dan
tanah mineral.
4) Akan muncul tanaman-tanaman lagi ke bagian tengah hingga danau tersebut penuh.
5) Setelah kurun waktu berapa ratus tahun, danau tersebut akan menjadi lahan gambut.
Apabila hujan datang, danau yang sudah menjadi tanah gambut tadi akan sangat kaya
sekali dengan mineral.

Di Indonesia, tanah gambut sendiri tergolong cukup subur. Namun, hal ini juga harus
diatasi dengan pengolahan tanah secara benar. Salah satu tanah gambut yang subur di
Indonesia adalah gambut eutrofik. Namun, penyebaran gambut eutrofik hanya sedikit
sekali.

Anda mungkin juga menyukai