Anda di halaman 1dari 25

Minggu 3

BAB III
MOMEN DAN APLIKASINYA

Pada bab sebelumnya telah dibahas efek gaya-gaya yang bekerja pada sebuah
benda melalui garis kerjanya atau pada titik perpotongannya. Tetapi pada bab ini akan
dibahas efek gaya-gaya ini pada sejumlah titik lain, jauh dari titik perpotongan garis
kerjanya.

A. Pengertian Momen.
Pengaruh sebuah gaya pada sebuah benda dapat menyebabkan kecenderungan
untuk menggerakkan benda (tarik, tekan) dan memutar benda (rotasi). Kecenderungan
untuk memutar benda tersebut merupakan efek gaya terhadap benda yang ditinjau dari
titik tertentu (titik perputaran) yang letaknya pada benda di luar garis kerja gaya tersebut.
Efek putaran ini disebut momen, yang besarnya ditentukan oleh besar gaya dan lengan
momen.

Gambar 27. Gaya Pada Sebuah Benda.


Di dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali ditemui seperti pada waktu
seseorang sedang menaiki/mendayung sepeda. Gaya pada pedal menyebabkan lever pedal
berputar pada sumbunya. Sewaktu seseorang sedang membuka pintu (tarik/tekan)
menyebabkan daun pintu berputar pada engselnya.
Perhatikanlah gambar 22, jika F adalah gaya yang bekerja sepanjang AB
(dinamakan garis kerja gaya), maka momen dari gaya ini terhadap titik 0 (dinamakan
pusat momen) adalah F x OC, di mana OC = jarak tegak lurus: dari O ke AB. OC
dinamakan lengan momen. Jadi, momen sebuah gaya = gaya x jarak tegak lurus antara
garis kerjanya dan fulcrum (pusat momen).

B. Jenis Momen
Momen sebuah gaya dapat diklasifikasikan atas (a) arah putaran disebabkan oleh
gaya, dan (b) pengaruh yang dihasilkan oleh putaran benda. Arah dan putaran momen
adalah momen searah jarum jam atau momen berlawanan arah jarum jam. Momen searah
jarum jam menyebabkan putaran benda sama arahnya dengan gerakan jarum jam (lihat.
Gambar 23 a). Sedangkan momen berlawanan arah jarum jam cenderung untuk memutar
benda berlawanan arah dengan gerakan jarum jam (lihat gambar 23,b).

(a) Searah jarum jam (b) Berlawanan arah jarum jam


Gambar 28. arah dan Putaran Momen
Momen gaya dapat dijumlahkan secara aljabar seperti besaran skalar. Hukum
momen menyatakan “Jika sejumlah gaya koplanar bekerja pada satu titik dalam keadaan
setimbang, maka jumlah momen searah jarum jam sama dengan jumlah momen yang
berlawanan arah jarum jam, terhadap satu titik" (R.S.Khurmi, 1980: 36). Hukum ini
adalah hukum yang penting dalam lapangan statika dan digunakan untuk menentukan
reaksi titik tumpuan pada batang-batang (beams) dan gaya-gaya pada rangka batang dan
lain-lain.
Pengaruh yang dihasilkan sebuah momen adalah sebuah momen bengkok atau
momen puntir. Pengaruh momen bengkok menyebabkan penurunan batang (deflection)
pada batang dan momen puntir cenderung memuntir benda, misalnya sebuah poros.
Contoh Soal 3-1
Dua batang prisma yang identik PQ dan RS mempunyai berat masing-
masingnya 75 N dan dilaskan secara bersama-sama, untuk membentuk sebuah T
serta digantungkan pada sebuah bidang vertikal seperti ditunjukkan dalam gambar
24 a. Hitunglah besar sudut θ yang dibuat batang PQ apabila sebuah beban
vertikal sebesar 100 N diaplikasikan pada titik S.
Penyelesaian:
Berat batang PQ = 75 N
Berat batang RS = 75 N
Berat beban pada S = 100 N
Oleh karena total reaksi yang mengarah keatas
Pada titik P = 250 N
Batang membuat sudut θ dengan bidang vertikal dan panjang batang PQ = RS = 2
a seperti ditunjukkan pada gambar 24 b.
Ambil momen terhadap Q dan persamaannya sama dengan:
100 x a cos θ + 75 x a sin θ = 250 x 2 a sin θ
100 cos θ + 75 sin θ = 500 sin θ
100 cos θ = 425 sin θ
sin  100

cos  425
tg θ = 0,24
θ = 13° 30’

Gambar 29. Dua batang Prisma Yang Identik

C. Teorema Varignon
Suatu teorema yang sangat penting dalam statika ditemukan oleh matematikawan
Perancis yang bernana Varignon (1654 – 1722). Teorema ini menyatakan “momen
sebuah gaya terhadap setiap sumbu sama dengan jumlahan momen komponen gaya itu
terhadap sumbu yang bersangkutan (Ferdinand P. Beer, 1983 : 58). Untuk
membuktikannya, tinjau sebuah gaya F beraksi pada titik A dan komponen F 1 dan F2 dari
gaya itu dengan arah yang bebas (gambar 25a). Momen F terhadap sumbu yang melalui
titik sembarangan ialah Fd, dengan d menyatakan jarak tegak lurus dari B ke garis aksi F.
Demikian juga momen F1 dan F2 sekitar sumbu yang melalui B ialah F1 d1 dan F2 d2
berturutan, dengan d1 dan d2, menyatakan jarak tegak lurus dari B ke garis aksi F 1 dan F2.
Akan dibuktikan bahwa:
Fd = F1 d1 + F2 d2 ………………………. (1)
Pada A akan diterapkan dua sumbu tegak lurus seperti ditunjukkan pada gambar
25 b, sumbu X nya tegak lurus pada AB, sedangkan sunbu Y searah dengan AB.

Gambar 30. Momen Gaya Terhadap Sumbu.


Beri tanda θ untuk sudut F dengan sunbu X dan perhatikan bahwa θ juga
merupakan sudut antara AB dan garis tegak lurus pada B terhadap garis aksi F, sehingga
dapat dituliskan
Fd = F (AB) Cos θ = (AB) F cos θ
Fd = (AB) Fx
Dengan Fx menyatakan komponen x dan F. Dengan menyatakan momen F1 d1 dan
F2 d2 dari gaya F1 dan F2 dengan cara serupa itu, maka dapat dituliskan:
F1d1 + F2d2 = (AB) F1x + (AB) F2x
= (AB) (F1x + F2x)
Jumlahan F1x + F2x dari komponen kedua gaya F1 dan F2 sama dengan komponen
x yaitu Fx dari gaya resultan F. Pernyataan yang diperoleh dari jumlahan F 1d1 + F2d2 dari
momen gaya F1 dan F2, menjadi identik dengan pernyataan yang didapat dalan persamaan
(2) untuk momen Fd dari gaya F. Hubungan persamaan (1) terbukti, ini berarti juga
bahwa teorema Varignon terbukti.

Contoh soal 3-2


Gaya 1200 N beraksi pada braket seperti ditunjukkan pada gambar 26 a.
Tentukanlah momen MA dari gaya itu terhadap A.

Gambar 31. Gaya Pada Braket


Penyelesaian:
Uraikan gaya itu menjadi komponen x dan y sehingga diperoleh:
Fx = 1200 . cos 30° = 1039 N
Fy = 1200 . sin 30° = 600 N
Momen Fx terhadap A adalah:
1039 N . 0,12 m = 124,7 Nm = + 124,7 Nm
Momen Fy terhadap A adalah:
600 N . 0,14 m = 84 Nm = - 84 Nm
Gunakan teorema Varigon, maka diperoleh:
MA = + 124,7 Nm – 84 Nm = 40,7 Nm

D. Momen Kopel
Dua buah gaya yang sama besar dan berlawanan arah tetap sejajar dinamakan
kopel. Suatu kopel tak mampu menghasilkan gerak translasi, tetapi menghasilkan rotasi
pada benda dimana kopel bekerja. Contoh sederhana sebuah kopel adalah gaya yang
digunakan untuk mengencangkan lilitan sebuah jam agar jam hidup, dan gaya yang
digunakan untuk penguncian dan pembukaan sebuah kunci. Gaya-gaya pada kopel tidak
dapat menghasilkan gaya susunan, karena resultan gaya susunannya sama dengan nol,
tetapi tidak saling meniadakan, ini disebabkan karena titik tangkapnya berlainan (lihat
gambar 27 a). Sedangkan jarak tegak lurus (a) antara garis kerja dari dua buah gaya sama
besar dan berlawanan arah dinamakan lengan kopel.
Momen sebuah kopel adalah hasil kali gaya (yakni salah satu gaya dari dua gaya
sama besarnya dan berlawanan arah) dengan lengan kopel (R.S.Khurmi, 1980: 55).
Secara matematis dapat ditulis:
Momen sebuah kopel = F1 x a = F2 x a
Dinana F1 dan F2, adalah gaya, dan a adalah lengan kopel.
Momen kopel dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, bergantung pada arah
mana kopel cenderung merotasi benda dan dimana kopel-kopel bekerja, yaitu kopel
searah jarum jam (gambar 27 a) dan kopel berlawanan arah jarum jam (gambar 27 b).
Sebuah kopel yang searah jarum jam dinamakan kopel positif, sedangkan kopel yang
berlawanan arah jarum jam dinamakan kopel negative.

Gambar 32. Momen kopel


Selanjutnya dua buah kopel yang terletak dalam satu bidang datar yang
mempunyai momen yang sama besar dan berlawanan arah adalah saling
meniadakan/setimbang.
Gambar 33. Sepasang Kopel
Dalam gambar 28, F1 - F1’ dan F2 = F2’. Gaya-gaya F1 - F1’ membentuk kopel F1
F1’ dengan momen F1.a, yang sama besarnya tetapi berlawanan arah dengan kopel F2 F2’
yang momennya F2.b.
Jika jumlah aljabar momen-momen keempat gaya itu diambil terhadap sebuah
titik sembarang, maka akan diperoleh suatu hubungan:
F1 . a = F 2 . b
Dengan catatan:
1. Gaya F1 dan F2, lengan a dan b belum tentu sama, baik besar maupun
panjangnya, tetapi harga F1.a harus sama dengan F2.b, supaya kopel-
kope1 tersebut saling meniadakan.
2. Sebuah kopel (F2 F2’) dengan momen F1.a dapat diubah menjadi kopel
(F1Fl ') dengan momen F1.a, jika nilai F1 = F2 . b/a.
Contoh soal 3-3
Gantilah kopel dan gaya di bawah ini (gambar 29a) dengan gaya tunggal
ekuivalen yang diterapkan pada lengan. Tentukan jarak dari poros ke titik tangkap
dari gaya ekuivalen ini.
Penyelesaian:

Gambar 34. Kopel dan Gaya


Karena efek kopel tak bergantung dari kedudukannya, kopel 24 Nm searah
jarum jam dapat dipindahkan ke B; jadi diperoleh suatu sistem gaya kopel di B.
Sekarang pindahkan gaya 400 N dari B ke kanan pada jarak d, sedemikian
sehingga momen gaya terhadap B ialah 24 Nm searah jarum jam.
24 Nm = 400 N . d d = 0,060 m = 60 mm
Sekali lagi titik potong antara lengan dengan garis aksi ditentukan.
BC cos 60° = 60 mm BC = 120 mm
OC = OB + BC = 300 mm + 120 mm
E. Pemakaian Prinsip Momen
Bila gaya menyebabkan suatu benda berrotasi atau terpuntir maka momen yang
timbul disebut momen puntir. Ini sering dijumpai pada poros-poros pemindah dan roda-
roda penggerak atau pada suatu elemen utama mesin yang padanya bekerja suatu kope1.
Jika sejumlah gaya bekerja pada suatu gelagar atau beam yang mendapat tumpuan
setiap ujungnya, gaya akan menyebabkan terjadinya bengkokkan, maka momen yang
timbul disebut momen bengkok. Biasanya pada tumpuan timbul reaksi dan dapat dihitung
berdasarkan prinsip momen.
Prinsip keseimbangan momen tersebut sering diaplikasikan pada lever (tuas) atau
pada mesin-mesin sederhana. Di bawah ini akan dibahas pemakaian prinsip momen pada
lever dan dalam menghitung reaksi titik tumpuan.
1. Lever (Tuas)
Lever biasanya digunakan untuk bermacam-macam tujuan
yang pada dasarnya untuk memindahkan usaha, yaitu gaya kecil menghasilkan
usaha besar. Prinsip dasar bekerjanya lever adalah gaya meninbulkan momen dan
menggunakan kesetimbangan momen. Agar lebih jelasnya prinsip dasar
bekerjanya lever, maka perhatikanlah sebuah lever yang ditunjukkan pada ganbar
30 a.
Gambar 35. Macam-macam Lever.
Keterangan:
F1 = beban
F2 = gaya penggerak
E = Engsel
11 dan 14 = panjang tuas beban
12 dan 13 = panjang tuas gaya penggerak.
Dari gambar 30 a diperoleh:
F1 . 11 = F2 . 12
Selanjutnya ada 4 macam lever, yakni:
a. Fulcrum (engsel) diletakkan antara gaya penggerak dan beban,
misalnya tang. Diagramnya seperti ditunjukkan pada gambar 30 a.
b. Beban diletakkan antara gaya penggerak dan fulcrum, misalnya tuas
mekanik alat pres (tekan). Diagramnya seperti gambar 30 b.
c. Gaya penggerak diletakkan antara fulcrum dan beban, misalnya tuas
katup pengaman. Diagramnya seperti ganbar 30 c.
d. Kombinasi dua bentuk lever.
Salah satu contoh bentuk kombinasi dua bentuk lever ditunjukkan
pada gambar 30 d.
Dari gambar 30 d dapat diperoleh 3 macam persamaan, yaitu:
(1). F3 . 14 = F2 . 12
F2 .12
F3 =
14
(2). F3 . 13 = F1 . 11
F1.11
F3 =
13

F1 ,11 F .1
(3).  2 2
13 14
Seterusnya, pola penyelesaian soal pada lever ditunjukkan seperti flow
chart (diagram alir) di bawah ini:

Gambar 36. Diagram Alir Pola Penyelesaian Soal Pada Lever


Contoh Soal 3-4
Sebuah tang jepit seperti ditunjukkan pada gambar 32. Gaya tekan yang
bekerja pada tangkainya sebesar 300 N. Tentukanlah besar gaya pada mulut tang
dan reaksi tumpuan A.
Penyelesaian:
Untuk menyelesaikan soal ini, maka dapat digunakan diagram alir yang
tertera pada gambar 31. Jadi langkah pertama menganalisa soal, yakni perhatikan
titik tumpuan. Selanjutnya buat free body diagram dan tetapkan prinsip
kesetinbangan ( ∑ M = 0, ∑ F v = 0 dan ∑ FH = 0) Free body diagram dari tang
jiepit ini dapat dilihat pada gambar 32 b.

Gambar 37. Gaya Pada Tang Jepit.


Perhatikan gambar 32 b, jumlah momen pada titik a (∑ MA = 0) sehingga
diperoleh persamaan:
F1 x 15 = F2 x 2
300 x 15 = 2 F2
F2 = 2250 N
Jadi gaya pada mulut tang (F2) = 2250 N.
Selanjutnya reaksi titik tumpuan A dapat diperoleh dengan menggunakan
prinsip kesetimbangan ∑ FH = 0 dan ∑ FV = 0 Perhatikan gambar 32c,
∑ FH = 0
2250 cos 150° - AH = 0
AH = 2250 cos 150°
AH = 1125 N (reaksi Horizontal)
∑ Fv = 0
2250 sin 150° + 300 -Av = 0
Av = 2250 sin 150° + 300
Av = 2248,557 N (reaksi vertikal)
Reaksi di titik tumpuan A (RA):

RA =  AH  2   AV  2
RA = 1125 2  2248,56 2

RA = 2514,3 N
Contoh soal 3 – 5 :
Sebuah lever katup keamanan mempunyai berat 40 N. Jarak antara fulcrun
(engsel) dan ujung dari tangkai katup 7,5 cm. Panjang lever 62,5 cm dan letak
titik berat adalah 20 cm dari tangkai katup, berapakah berat (W) yang harus
diletakkan pada ujung lever sehingga uap akan mengalir keluar dengan tekanan
106 N/m2. Berat katup dan tangkainya 10 N dan diameter dari katup 7,5 cm.
Penyelesaian:
Perhatikanlah gambar 33 yang menunjukkan sebuah lever dari katup keamanan.
Berat lever WL yang bekerja pada titik beratnya,G = 40 N
Jarak tangkai katup V dari fulcrum F = 7,5 cm
Panjang lever FA atau L = 62,5 cm
Jarak titik berat lever G dari tangkai V = 20 cm
Tekanan uap = 106 N/m2
Berat katup dan tangkai, WV = 10 N
Diameter katup, d = 7,5 cm
Berat yang harus diletakkan pada ujung lever = W
Luas katup, a = 0,785 x d2
a = 0,785 x (7,5)2
a = 44,16 cm2
Gaya uap P yang bekerja tegak lurus ke atas.
P = luas katup x tekanan uap
P = 44,16 x 10-4 m2 x 106 N/m2
P = 4416 N
Gambar 38. Sebuah Katup Keamanan
Ambil momen dari semua gaya terhadap tumpuan F dan persamaan
jumlah momen searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam diperoleh :
P x FV = WV x FV + WL x FG + W x FA
4416 x 7,5 = 10 x 7,5 + 40 x (FV + VG) + W x 62,5
33120 = 75 + 40 (7,5 + 20) + 62,5 W
33120 = 75 + 1100 + 62,5 W
62,5 W = 31945
31945
W= 62,5

W = 511,12 N
2. Menghitung Reaksi Titik Tumpuan
Arah reaksi titik tumpuan tersebut tergantung dari posisi beban dukung
serta jenis titik tumpuan yang digunakan. Adapun jenis-jenis tunpuan yang
dipakai sebagai berikut ini.
Gambar 39. Jenis dan Arah Reaksi Tumpuan
Untuk menghitung besarnya reaksi tumpuan ada dua cara, yakni cara
analitis dan cara grafis. Untuk menghitung besarnya reaksi tumpuan secara
analitis, maka harus menggunakan syarat-syarat kesetimbangan. Sebuah benda
atau konstruksi dikatakan setimbang :
a. Jumlah aljabar dari komponen gaya-gaya dalam arah horizontal
(datar) harus sama dengan nol. Secara matematis dapat ditulis ∑ FH =
0.
b. Jumlah aljabar dari komponen gaya-gaya dalam arah tegak lurus
(vertikal) harus sama dengan nol. Secara matematis dapat ditulis ∑ F V
= 0.
c. Jumlah aljabar dari momen gaya terhadap sebuah titik di bidang
datar harus sama dengan nol. Secara matematis dapat di tulis ∑ M = 0.
Selanjutnya untuk menghitung besarnya reaksi titik tumpuan secara grafis
dapat dilakukan dengan metode membuat diagram ruang (space diagran),
menggunakan notasi Bow, dan membuat atau melukis diagram vektor.
Contoh Soal 3-6
Sebuah batang AB panjang 4 m ditumpu pada titik A dengan tunpuan rol
dan pada titik B dengan tunpuan engsel. Batang menerima beban sebesar 5 kN
dan 10 kN pada jarak 1 m dan 3 m dari tumpuan sebelah kiri (tumpuan A), serta
ada sebuah kopel yang besarnya 7 kNm bekerja dalam arah berlawanan jarum jam
pada titik tengah batang. Hitunglah reaksi titik tumpuan dan momen setiap titik.
Penyelesaian:

Gambar 40. Gambar contoh soal 3-6


Oleh karena semua beban adalah vertikal, maka reaksi pada tumpuan rol
harus vertikal dan begitu pula reaksi pada tumpuan engsel adalah vertikal.
Reaksi pada tumpuan engsel.
Ambil momen terhadap A,
5 x 1 – 10 x 3 – 3 + 4 RB = 0 RB = 7 kN ( )
Catatan:
(a). Nilai - 3 pada bagian ketiga dalam persamaan di atas adalah besaran momen
kopel yang digunakan pada titik tengah batang dengan arah berlawanan jarum
jam. Jarak dari A tidak nenpengaruhi kopel ini.
(b). Pada persamaan di atas diasumsikan bahwa reaksi pada tltik B nenghasilkan
momen searah jarum jam terhadap titik A, yakni gaya pada B arahnya ke bawah.
Jika RB negatif maka arahnya kebalikan, yakni keatas.
Reaksi pada tumpuan ro1.
Ambil momen terhadap B,
10 x 1 – 5 x 3 – 3 + 4 RA = 0
RA = 2 kN ( )
Momen pada setiap titik.
Pada titik A.
Momen pada titik A = 0 (nol), karena tidak ada gaya atau kopel di bagian kiri A.
Pada titik C,
Momen pada titik C = 2 x 1 = 2 kNm
Pada titik E,
Momen pada titik E = 2 x 2 - 5 x 1 = 1 kNm.
Oleh karena ada momen kopel sebesar 3 kNm pada titik E, yang arahnya
berlawanan dengan jarum jam maka besar momen pada titik E menjadi - 4 kNm.
Pada titik D,
Momen pada titik D =RB x 1 = 7 x 1 = 7 kNm
Pada titik B,
Momen pada titik B = 0 (nol).
Contoh Soal 3-7
Sebuah batang AB panjang 6 m dibebani seperti ditunjukkan pada gambar
36. Tentukanlah reaksi pada titik A dan B serta posisi resultan gaya secara analitis
maupun grafis.
Gambar 41. Sebuah Batang Horizontal

Penyelesaian:
Panjang batang = 6m, dan apabila RA = reaksi pada titik tumpuan A dan
RB = reaksi pada titik tumpuan B. Oleh karena batang ditumpu pada titik B
dengan tumpuan rol, maka reaksi RB akan vertikal. Selanjutnya, karena batang
diberi tumpuan engsel pada titik A dan juga menerima beban miring, maka reaksi
RA akan miring atau membentuk sudut terhadap vertikal.
(a). Metode Analitis.
Oleh karena pada titik D beban miring, maka beban ini diuraikan atas komponen
vertikal dan horizontal. Beban pada titik D secara vertikal = 40 . sin 45° = 28,28
kN. Beban pada titik D secara horizontal = 40 . Cos 45° = 28,28 kN. Sedangkan
antara titik C dan D, beban terbagi rata, jadi beban totalnya = 2 m x 15 kN/m = 30
kN, dan terletak sejauh 3 meter dari tumpuan A.
Ambil momen terhadap A.
RB x 6 = 50 x 2 + 30 x 3 + 28,28 x 4
6 RB = 303,12
303,12
RB =  50,52 kN
6
Komponen vertical dari reaksi RA,
RAV = 50 + 30 28,28 – 50,52 = 57,76 kN
Komponen horizontal dari reaksi RA,
RAH = 40 cos 45° = 28,28 kN
Reaksi pada titik A,

RA =  RAV  2   RAH  2
RA =  57,76  2   28,28 2
RA = 64,31 kN
θ = sudut yang dibuat RA dengan vertical
28,28
tg θ = 57,76  0,4896

θ = 26° 5’
X = jarak antara A dan garis kerja resultan
Persamaan momen searah jarum jam dan momen berlawanan arah jarum
jam dari komponen gaya-gaya vertikal dan resultan terhadap titik A.
108,28 X = 50 x 2 + 30 x 3 + 28,28 x 4
108,28 X = 303,12
303,12
X = 108,28 = 2,799 m atau 2,8 m

(b). Metode Grafis


1. Gambarlah diagram ruang dari batang dan beri nama semua beban dan
reaksi menurut notasi Bow. Beban terbagi rata 15,kN/m antara C dan D
diasumsikan sebagai beban yang sama dengan 15 x 2 = 30 kN bekerja pada
titik berat beban, yakni sejauh 1 m dari C.
2. Pilihlah titik yang cocok (p) dan tarik pq, qs dan sejajar serta sama dengan
beban 50 kN, 30 kN (beban setara) dan 40 kN.
3. Pilihlah titik O dan hubungkan O dengan p, q, s, dan t.

(a) (b)
Gambar 42. Metode Grafis Penyelesaian Contoh Soal 3-5
4. Selanjutnya perpanjang garis beban PQ, QS, ST, dan reaksi R A dan RB.
Melalui garis reaksi RA tarik garis p1p2 sejajar Op memotong garis kerja beban
50 kN.
5. Dengan cara yang sama, tarik p2p3, p3p4, p4B sejajar Oq, Os, dan Ot.
Hubungkan p1 dengan B dan melalui O, tarik garis sejajar garis ini.
Seterusnya melalui t, tarik suatu garis vertikal (karena reaksi R B adalah
vertikal) berpotongan dengan garis melalui O pada u. Hubungkan u dengan p.
6. Berikutnya panjang up dan ut pada diagram vektor, menghasilkan besaran
dan arah reaksi RAdan RB seperti ditunjukkan pada gambar 37 a dan b. Dengan
pengukuran didapatkan:
RA = 64 kN
RB = 51 kN
θ = 26°
7. Untuk mendapatkan posisi resultan gaya. hubungkan garis p1p2
dengan garis p4B dan bertemu pada R. Melalui R tarik- garis sejajar
dengan pt dan perpanjang garis ini sehingga memotong garis AB seperti
ditunjukkan pada gambar 37 a. Dengan melakukan pengukuran
diperoleh Jarak antara A dan garis kerja resultan, yakni x = 2,8 meter.
Contoh Soal 3-8
Pada gambar 38 diperlihatkan sebuah truss atap yang diberi tumpuan
engsel pada satu ujungnya dan ujung yang lain diberi tumpuan rol. Truss
menerima beban angina seperti ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah reaksi
kedua tumpuan secara analitis dan grafis.
Penyelesaian :
RA = reaksi pada A dan RB = reaksi pada B. Oleh karena rangka diam pada
tumpuan rol di B, maka reaksi di titik ini adalah vertikal. Soal ini dapat
diselesaikan secara analitis maupun grafis. Kedua metode ini akan dibahas satu
per satu.
(a). Metode Analitis.
Ambil momen terhadap A dan persamaannya adalah:
RB x 10 = 20 x 2,9 + 10 x 5,8 (jarak AC = 2,9 m dan jarak AD =
5,8 m)
10 RB =116
116
RB = = 11,6 kN.
10
Total beban angin = 10 + 2O + 10 = 40 kN
Komponen horizontal dari beban angin total
= 40 Cos 60° = 40 x 0,5 = 20 kN
Komponen vertikal dari beban angin total
= 40 sin 60° = 40 x 0,866 = 34,64. kN
Reaksi vertikal pada tumpuan B = 11,6 kN
Reaksi vertikal pada tumpuan A = 34,64+ - 11,6 = 23,04 kN.

Gambar 43. Sebuah Truss Untuk Contoh Soal 3-9


Reaksi horizontal pada tumpuan A = 20 kN
Reaksi pada tumpuan A,
RA = 20 2  23,042 = 30,51 kN
θ = sudut yang dibuat reaksi RA dengan bidang horizontal.
23,04
tg θ = = 1,152
20
θ = 49°
(b). Metode Grafis
1. Gambar diagram ruang untuk truss atap, dan diberi nama semua gaya
dan reaksi menurut Bow.
2. Gabungkan semua gaya secara bersama-sama dan asumsikan gaya-
gaya tersebut bekerja melalui titik beratnya yakni pada C.
Gambar 44. Metode Garfis
3. Perpanjangan garis kerja beban gabungan (digabung secara bersama-
sama atau beban total pada item 2) memotong garis kerja tumpuan rol
(arah reaksinya vertikal, karena tumpuan rol) Pada O.
4. Hubungkan OA. Dari O ambil OM yang besarnya sama dengan beban
total (yakni 40 kN) menurut skala yang cocok sepanjang garis kerja
beban gabungan (total).
5. Lengkapkan paralellogram OLMN, dengan OM sebagai diagonal.
6. Ukur ON dan OL. Panjang ON menghasilkan besar dan arah reaksi RA.
Panjang OL menghasilkan besar dari reaksi RB. Dengan melakukan
pengukuran maka didapat:
RA = 30,4 kN
RB = 11,6 kN
θ = 49°
Contoh Soal 3-9
Gambar 40 menunjukkan sebuah truss atap dengan kedua ujungnya
dijepit. Truss menerima beban-beban angin, dan tegak lurus kasau (rafter) utama,
seperti ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah reaksi tumpuan.

Gambar 45. Rangka Dengan Kedua Ujung Dijepit.


Penyelesaian:
RA = reaksi pada tumpuan bagian kiri. Dan R B = reaksi pada tumpuan
bagian kanan. Soal ini dapat diselesaikan dengan dua asumsi. Kedua asumsi akan
dibahas satu persatu.
(a). Asumsikan reaksi sejajar dengan arah beban
Ambil momen terhadap A,
2000 x 2 1000 x 4
RB x sin 60° = 
sin 600 sin 600
8000
RB x 8 sin 60° =
sin 600
8000
RB =
sin 60 x sin 600 x8
0

RB = 1333,4 N
RA = ( 1000 + 2000 + 1000) – 1333,4 = 2666,6 N
(b) Asumsikan bahwa gaya dorong horizontal adalah dibagi sama dengan dua
reaksi.
Komponen horizontal dari beban total
∑ H = 1000 cos 60° + 2000 cos 60° + 1000 cos 60°
= 1000 x 0,5 + 2000 x 0,5 + 1000 x 0,5
= 2000 N
Gaya dorong horizontal pada setiap tumpuan
2000
RAH = RBH =  1000 N
2
Ambil momen terhadap A,
2000 x 2 1000 x 4
RBV x 8 = 
sin 600 sin 600
8000
RBV =
8 x sin 600

RBV = 1154,73 N
Reaksi pada tumpuan A,
RA = 1000 2  2309,27 2 = 2516,49 N
2309,27
tg θ =  2,3009
1000
θ = 66° 30’
Reaksi pada B,
RB = 10002 + 1154,732 = 1527,5 N
1154,73
tg θ =  1,1547
1000
θ = 49° 6’
F. Soal – soal latihan
1. Sebuah batang panjangnya 16 meter dan massanya 200 kg, ditumpu pada
kedua ujungnya. Seorang manusia mempunyai berat 750 N berdiri diatasnya.
Dimana posisinya jika gaya pada satu titik tumpuan 2 kali dari titik tumpuan
lainnya.
2. Suatu kopel yang dibentuk oleh dua gaya 975 N diterapkap pada susunan
kerek seperti ditunjukkan pada gambar 41. Tentukan kopel ekuivalen yang
dibentuk oleh :
(a). gaya vertikal yang beraksi di B dan di D.
(b). gaya yang beraksi di B dan di D.
(c). gaya terkecil yang dapat diterapkan pada susunan itu.
(key: 271 N ; 390 N ; 250 N)

Gambar 46. Kopel Gaya pada susunan Kerek Gambar 47. Sebuah Keping baja
3. Suatu mesin bor berganda dipakai untuk melubangi sekaligus enam lubang
pada keping baja yang tergambar. Masing-masing bor meninbulkan kopel
searah jarum jam yang besarnya 5000 N-mm pada keping itu. Tentukanlah
kopel ekuivalen yang dibentuk oleh gaya terkesil yang beraksi (a) di A dan C,
(b) di A dan D, (c) pada keping.
(key: 98,43 N; 78,74 N; 59,06 N)
4. Sebuah kombinasi lever ditunjukkan dalam gambar 43. AF1 = 45 cm, F1C =
6,25 cm, link CD = 15, DF2 = 24, 375 cm, F2E = 7,5 cm, sudut CDF2 = 90°.
Posisi AC adalah horizontal, CD dan F2E adalah vertical, DF2 dan ES adalah
horizontal. Berapakah usaha P yang diperlukan untuk mengatasi berat beban
di titik E sebesar 280 N.
(key: 11,95 N)

Gambar 48. Lever kombinasi Gambar 49. Lever tangkai Bel


5. Jika P dan W bekerja pada lever tangkai bel seperti ditunjukkan dalam gambar
44, maka hitunglah besar W, bila P = 28 N
(Key: 24,4 N)
6. Hitung gaya yang bekerja pada engkol seperti ditunjukkan pada gambar 45
untuk kesetimbangan. Tentukan juga reaksi pada tumpuan.
(Key: 437,5 N; 604,5 N)

Gambar 50. Gaya Pada Engkol


7. Dua buah poros eksternal suatu peti roda gigi mengalami torsi seperti
tergambar. Tentukan komponen vertical gaya yang harus diterapkan oleh baut
A dan B untuk mempertahankan kesetimbangan peti roda gigi itu.
(Key: 750 N; 750 N)

Gambar 51. Suatu Peti Roda Gigi Gambar 52. Rangka dengan Ujung-ujungnya
Ditumpu Secara Sederhana
8. Tentukan reaksi pada A dan B dari truss yang menerima beban seperti pada
gambar 47.
9. Gambar 48 a menunjukkan sebuah truss, satu ujungnya diberi tumpuan engsel
dan ujung yang lain diberi tumpuan rol. Truss menerima beban seperti
ditunjukkan pada gambar. Tentukan reaksi pada A dan B.
(Key: 25,2 kN; 19,2 kN)
10. Tentukanlah reaksi pada A dan B dari truss menerima beban seperti yang
ditunjukkan pada gambar 48 b.
(Key: 41,6 kN; 31,5 kN)

Gambar 53. Truss Dengan Jenis Tumpuan Berbeda


11. Tentukanlah reaksi pada A dan B dari rangka yang ditunjukkan pada gambar
49.
Gambar 54. Sebuah Rangka
12. Gambar 50 menunjukkan sebuah kran jalan yans beratnya Q = 200 kN dan
bekerja pada titik E. Untuk nencegah kran jatuh akibat beratnya sendri, maka
pada bagian kanan di titik C diaplikasi-kan sebuah beban P = 200 kN. Untuk
kesetimbangan pada titik D diberikan sebuah imbangan berat W. Imbangan
berat W ini harus dipilih dan diatur penempatannya, agar supaya tidak hanya
untuk mencegah jatuh pada bagian kanan apabila kran mendukung beban
maksimum, tetapi juga untuk mencegah jatuh pada bagian kiri apabila P
dilepaskan atau dipindahkan.

Gambar 55. Sebuah Kran jalan


Tentukan nilai batas dari imbangan berat W dan jarak X. Ambil b = 3 m, e = 1 m,
dan l = 6 m.

Anda mungkin juga menyukai