Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN

2017

MODUL 15
PENGUJIAN INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT

1. DASAR TEORI
Bentuk butiran agregat adalah ukuran normal dari sebuah agregat dimana
ukuran nominal ini bergantung kepada besar ukuran agregat dominan pada suatu
gradasi tertentu. Pengujian ini bertujuan untuk menguji keseragaman agregat pada
suatu proyek, agar memperluas perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pada
proyek. Ada 3 macam bentuk agregat dengan pengertian sebagai berikut :
1) Butiran agregat berbentuk lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar dari
nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.
2) Butiran agregat berbentuk pipih
Butiran agregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal besar dari nilai
yang ditntukan dalam spesifikasi.
3) Butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap tebal besar dari nilai
yang ditentukan dalam spesifikasi.
Dari ketiga bentuk indeks bentuk agregat dapat dibedakan atas :
1) Butir memanjang
Dikatakan seperti ini apabila panjangnya melebihi dua sumbu pokok. Butir ini
juga dikatakan panjang apabila panjangnya lebih besar 3 kali lebarnya.
2) Butir pipih
Dikatakan pipih apabila tebalnya jauh lebih kecil dari 2 dimensi lainnya dan
biasanya tebal agregat kurang dari 1/3 tebal ukuran agrerat rata-rata kepipihan
berpengaruh buruk kepada daya tahan atau keawetan beton aspal karena agregat
ini cenderung berkedudukan pada bidang rata, sehingga terdapat rongga udara
dibawahnya.
3) Butir bulat
Dikatakan bulat apabila rasio permukaan volume kecil, agregat bulat
mempunyai rongga udara minimum 33 %. Hal ini berarti butir pipih mempunyai
rasio luas permukaan volume kecil. Butir bulat ini biasanya berbentuk bulat penuh

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 1


PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
2017

atau telur, termasuk jenis ini adalah kerikil, kerikil yang berasal dari sungai atau
pantai.
4) Butir bersudut
Dikatakan butir bersudut apabila permukaan agregat bersudut agak tajam.
Ikatan antara butiran bersudut ini sangat baik, sehingga mempunyai daya lekat
yang lebih baik pula dan butiran bersudut ini mempunyai rongga berkisaran 30 –
40 %. Butiran bersudut biasa diperoleh dari batu pecah.
5) Butir tidak beraturan
Dikatakan butir tidak beraturan karena benuk alaminya memang tidak
beraturan sebagian terjadi karena pengerasan dan mempunyai sisi atau tepi yang
berat. Yang termasuk jenis ini adalah kerikil sungai, kerikil darat yang berasal dari
lahar gunung berapi.
6) Butir panjang dan pipih
Dikatakan seperti ini karena jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih
besar dari semua tebalnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.
Umumnya butiran ini berjumlah kecil dari 15 % saja, karena akan berpengaruh
terhadap daya tahan atas keawetan beton aspal.
Untuk menghitung indeks kepipihan dan kelonjongan dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
 Indeks kepipihan = M3F / M2 x 100 %
 Indeks kelonjongan = M3E / M2 x 100 %
Dimana :
M2 = total berat sampel memiliki persentase besar dari 5 %.
M3E = total berat sampel tertahan alat pengujian kelonjongan
M3F = total berat sampel yang lolos pengujian kepipihan

2. MAKSUD
Pemeriksaan indeks kepipihan dan kelonjongan agregat ini dimaksudkan untuk
dapat menentukan % kepipihan dan kelonjongan suatu agregat yang dapat
digunakan dalam campuran beraspal.

3. PERALATAN

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 2


PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
2017

Peralatan yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan indeks kepipihan dan


kelonjongan agregat ini adalah :
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% sebagai alat mengukur massa benda uji.

Gambar 15.1 Timbangan dengan ketelitian 0,1 %

2. Saringan sebagai alat untuk menyaring ukuran jenis agregat

Gambar 15.2 Saringan

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 3


PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
2017

3. Wadah sebagai tempat menyimpan benda uji.

Gambar 15.3 Wadah

4. Alat Pengukur Kepipihan sebagai alat mengukur kepipihan suatu agregat.

Gambar 15.4 Alat Pengukur Kepipihan

5. Alat Pengukur Kelonjongan sebagai alat mengukur kelonjongan suatu agregat.

Gambar 15.5 Alat Pengukur Kelonjongan

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 4


PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
2017

4. BAHAN
Bahan uji yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan kepipihan dan
kelonjongan ini adalah agregat kasar dengan lolos saringan 3/8 inchi sebesar 1,25
kg dan lolos saringan ½ inchi sebesar 1,25 kg.

Gambar 3. Agregat Kasar

5. PROSEDUR PENGERJAAN
Prosedur pengerjaan yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan indeks
kepipihan dan kelonjongan agregat ini adalah :
1. Pertama-tama siapkan benda uji dan peralatan yang akan digunakan;
2. Ambil agregat kasar kemudian ayak agregat dengan ukuran saringan 3/8 inchi
dam ½ inchi;
3. Ambil agregat dan timbang yang tertahan saringan masing-masing sebesar
1,25 kg;
4. Untuk kedua sampel taruh di wadah yang berbeda;
5. Lalu ukur agregat dengan menggunakan alat pengukur kepipihan pada sampel
pertama;
6. Pada uji kepipihan, lakukan dengan cara agregat kasar di saring dengan
dipipih;
7. Timbang massa masing-masing agregat yang lolos dari pengukur kepipihan
dengan masing-masing ukuran;
8. Lakukan percobaan uji kelonjongan pada sampel pertama;
9. Pada uji kelonjongan, lakukan dengan cara agregat kasar di ukur dengan
panjang kelonjongan lolos;
10. Timbang berat agregat yang tertahan dengan alat uji kelonjongan;

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 5


PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
2017

11. Catat data hasil pemeriksaan, kemudian lakukanlah perhitungan kepipihan dan
kelonjongan.

6. PELAPORAN
LABORATORIUM PERKERASAN JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
PEMERIKSAAN INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT
Kelompok :4
Asisten : Iqbal Alfariz
No Saringan : ½
Kelonjongan
No Saringan Berat Tertahan % Tertahan Lolos Uji Kelonjongan
1 20,1 0,448 25,6 1,305
2 14,2 1,305 74,4 0,104
Total 1,753
Kepipihan
No Saringan Berat Tertahan % Tertahan Lolos Uji Kepipihan
1 7,2 0 0 0,338
2 10,2 0,598 34,1 0,67
3 14,4 0,670 38,15 0,48
4 19 0,448 27,8 0,105
Total M1 = 1,756 M2E = 1,753
M2F = 1,796
M3F = 0,105
M3E = 0,104
Indeks kepipihan (M3F/M2F) x 100 % = 5,84 %
Indeks kelonjongan (M3E/M2E) x 100 % = 5,93 %

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 6


PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
2017

LABORATORIUM PERKERASAN JALAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
PEMERIKSAAN INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT
Kelompok :4
Asisten : Iqbal Alfariz
No Saringan : 3/8
Kelonjongan
No Saringan Berat Tertahan % Tertahan Lolos Uji Kelonjongan
1 20,1 0 0 0,248
2 14,2 0,248 100 0,381
Total 0,248
Kepipihan
No Saringan Berat Tertahan % Tertahan Lolos Uji Kepipihan
1 19,7 0 0 0,012
2 14,4 0,012 2,7 0,141
3 10,2 0,141 31,6 0,293
4 7,2 0,293 65,7 0,196
Total M1 = 0,446 M2E = 0,248
M2F= 0,434
M3F = 0,196
M3E = 0,341
Indeks kepipihan (M3F/M2F) x 100 % = 45,16 %
Indeks kelonjongan (M3E/M2E) x 100 % = 137,50 %

7. PERHITUNGAN
a. Perhitungan yang digunakan pada saringan ½
Diketahui:
M2E = 1,753
M2F = 1,796

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 7


PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
2017

M3F = 0,105
M3E = 0,104
Indeks Kepipihan
M3F
= x 100 %
M2
0,105
= x 100 %
1,796
= 5,84 %
Indeks Kelonjongan
M3E
= x 100 %
M2
0,104
= x 100 %
1,796
= 5,93 %

b. Perhitungan yang digunakan pada saringan 3/8


Diketahui :
M2E = 0,248
M2F = 0,434
M3F = 0,196
M3E = 0,341
Indeks Kepipihan
M3F
= x 100 %
M2
0,196
= x 100 %
0,434
= 45,16 %
Indeks Kelonjongan
M3E
= x 100 %
M2
0,341
= x 100 %
0,248
= 137,50 %

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 8


PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
2017

8. KESIMPULAN
Batas maksimal penggunaan agregat yang pipih dan lonjong adalah sebagai
berikut :
 Kepipihan : batas maksimal 25 %
 Kelonjongan : batas maksimal 40 %
Jika memenuhi batas maksimal di atas, maka komposisi agregatnya cocok
untuk digunakan lapis perkerasan atas atau bawah. Jika mengunakan agregat pipih
maka akan mudah patah. Dalam pengerjaannya, jika disusun agregat pipih dengan
rapi, maka akan menghabiskan banyak waktu dan kesulitas dalam menata.
Sedangkan jika digunakan agregat yang lonjong, maka akan terdapat banyak
udara yang mengisi rongga-rongga diantara agregat-agregat tersebut.
Jadi pada pengujian kelonjongan dan kepipihan dari agregat kasar didapat pada
saringan no ½ mempunyai indeks kepipihan 5,84% dan indeks kelonjongan 5,93
% dan pada saringan 3/8 mempunyai indeks kepipihan 45,16% dan indeks
kelonjongan 137,50 %. Untuk saringan no ½ memenuh batas untuk kepipihan dan
kelonjongan dan dinyatakan baik, namun pada saringan 3/8 tidak baik digunakan
karna mempunyai indeks kepipihan dan kelonjongan diatas batas maksimal.

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 9


PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
2017

LAMPIRAN

Gambar 15.7 Proses pengukuran kepipihan


Proses pengukuran kepipihan suatu agregat pada alat pengukur kepipihan.

Gambar 15.8 Proses penimbangan agregat hasil pengukuran kepipihan


Proses penimbangan suatu agregat pada hasil pengukuran kepipihan
berdasarkan masing-masing ukuran.

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 10


PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
2017

Gambar 15.9 Proses pengukuran kelonjongan


Proses pengukuran kelonjongan suatu agregat pada alat pengukur
kelonjongan.

Gambar 15.10 Proses penimbangan agregat hasil pengukuran kelonjongan


Proses penimbangan suatu agregat pada hasil pengukuran kelonjongan
berdasarkan masing-masing ukuran.

Kelompok 4 - Risya Yasyfi Indah Sari (2411151021) 11

Anda mungkin juga menyukai